konsep dasar dan pendidikan IPS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab I
Pasal 1 disebutkan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum merupakan kunci dalam suatu pendidikan, yakni dengan adanya
kurikulum ini selain dapat membantu mempermudah guru dalam melaksanakan
suatu pembelajaran, juga dapat menjadi penentu arah, isi, dan proses pendidikan,
yang mana pada akhirnya nanti menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan. Titik beratnya, mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam
melakukan
observasi,
bertanya,
bernalar,
dan
mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran.
Demi tercapainya keberhasilan suatu pendidikan tentunya perlu diadakan
suatu perubahan. Dalam hal ini yakni dari kurikulum yang lama menjadi baru. Ini
adalah suatu bentuk upaya perbaikan menjadi yang lebih baik lagi.
Sehingga, kini hadir kurikulum baru yakni kurikulum 2013. Yang mana tidak
jauh berbeda dengan kurikulum yang sebelumnya yakni KTSP. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
jauh lebih baik. Yang berakibat menjadikan peserta didik yang kreatif, inovatif dan
produktif, hingga mereka bisa meniti sebuah kesuksesan dalam menghadapi
berbagai persoalan dan tantangan di zamannya.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar pendidikan IPS ?
2. Bagaimanakah arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Konsep dasar pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui Arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendidikan IPS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang dalam bahasa Inggris disebut Social
Studies, memiliki banyak definisi, yaitu sebagai berikut:
a. Ischak, SU, dkk. menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan.
3
b. Sumantri
(1988)
mengatakan
bahwa
pendidikan
IPS
adalah
suatu
penyederhaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu
lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
c. Depdiknas (2002) memberikan definis bahwa IPS adalah mata pelajaran
yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan
menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
d. Wiyono (1995) juga berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran yang
mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam
masyarakat.
Akan tetapi beberapa penafisiran tersebut masih dapat ditarik kesamaan
sehingga definisi pendidikan IPS yang lazim di Indonesia yaitu:
a. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan
dan disajikan
secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis
untuk tujuan
pendidikan (Somantri, 2001: 92).
b. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001:
92).
3
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat dikemukakan
bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang
mengintegrasikan
konsep-konsep
ilmu sosial
dan humaniora untuk tujuan
pendidikan (membentuk warga negara yang memiliki kompetensi sosial baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia.
Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh
pengetahuan sosial, humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial di
lingkungannya, serta memiliki ketrampilan dalam mengkaji dan memecahkan
masalah sosial dalam kehidupannya, sehingga akhirnya diharapkan dapat menjadi
warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
4
2. Konsep IPS
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut
meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
(dikutip
di
http://mukhlisaddien.blogspot.
co.id/2013/06/konsep-pendidikan-ips-dan- karakteristik.html)
a.
Ilmu Sosial (Sicial Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial
(Saidihardjo,
1996:2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi,
makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Djahiri, 1981) Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual
yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan
maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
b. Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, (Achmad,
1971) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar.
c. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat.
Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies”
yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai
5
wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di
tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS),
mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the
science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program,
socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines
as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social
studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in
an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah
merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari
pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu
Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo
(1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi, politik.
3. Ruang Lingkup IPS
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS tidak dapat tidak, yaitu
kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat
atau dapat juga dikatakan manusia dalam konteks sosialnya. Selanjutnya IPS
sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama dengan yang telah diutarakan
diatas, namun ditambah dengan nilai-nilai yang menjadi karakter pendidikannya. IPS
sebagai bidang pengetahuan, bisa saja dinyatakan sebagai bidang yang “bebas
nilai”. Namun sebagai program pendidikan, IPS itu tidak hanya terkait dengan nilai,
bahkan wajib mengembangkan nilai tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan,
sebagai pokoknya adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam
konteks sosialnya. Ditinjau dari aspek-aspeknya; ruang lingkup tersebut meliputi:
6
hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek
politik. Dari ruang lingkup kelompoknya meliputi: keluarga, rukun tetangga, rukun
kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau
dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan
dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik
dan ekonomi.
Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut,
berkaitan satu sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks
masyarakatnya.
IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan
justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan IPS
sebagai
program
pendidikan
(dikutip
di
http://blog.unila.ac.id/pargito
/
2010/08/30/perkembangan-pendidikan-ips/) yaitu:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu
adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku itu
meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Nilai Praktis
Proses pembelajaran IPS harus selalu dikaitkan dengan realitas kehidupan
manusia secara prkatis, tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik
secara langsung maupun tidak langsung bernilai praktis serta strategis membina
SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan
datang.
c. Nilai Teoritis
Membina peserta didik hari ini adalah proses perjalanannya diarahkan untuk
menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu pendidikan IPS tidak hanya
membahas kanyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas melainkan lebih jauh dari
pada itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya.
Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya kearah dorongan
mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri
dilapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan
7
mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina
serta
dikembangkan. Dengan demikian kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan
dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan juga dikembangkan. Dengan perkataan
lain, kemampuan mereka berteori dalam pendidikan IPS dibina dan dikembangkan.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai
dengan
perkembangan
kemampuan
peserta
didik,
dapat
mengembangkan
kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui
proses
yang
demikian,
peserta
didik
dikembangkan
kesadaran
dan
pengahayatannya terhadap keberadaannya ditengah-tengah masyarakat, bahkan
juga ditengah-tengah alam raya ini.
e. Nilai Ketuhanan
Kenikmatan kita sebagai manusia mampu menguasai IPTEK, menjadi
landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK kepadanya. Kekaguman
kita manusia kepada segala ciptaannya, baik berupa fenomena fisikal alamiah
maupun berupa fenomena kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis
sebagai bangsa yang berpancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan
aspek kehidupan sosial yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat
penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan
kita manusia lahir bathin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moral-moralitas SDM
hari, terutama untuk masa yang akan datang.
4. Karakteristik IPS
Pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah kelas 1 s/d
12, mungkin lebih sulit dalam pembelajarannya ketimbang yang monodisiplin seperti
membelajarkan sejarah, geografi, ekonomi dsb. Karena membelajarkan IPS harus
multidisiplin dan interdisiplin, apalagi ini diajarkan sebagai mata pelajaran pada
suatu kelas yang di dalamnya terdiri dari banyak bidang sosial. Akan tetapi harus
disadari bahwa mengajar di tingkat sekolah tidak semendalam kalau mengajar
mahasiswa. Contoh guru SD mengajar semua mata pelajaran dalam satu kelas,
8
tetapi mereka mengajar tidak seperti mengajarkan materi untuk mahasiswa, bahan
itu harus sesederhana mungkin untuk kepentingan usia peserta didik. Oleh
karenanya untuk kelas tinggi (SMA) penyajiannya bisa secara separate disciplinebased class dalam suatu jurusan (IPS), dengan tetap saling memperhatikan
keterkaitannya, sehingga IPS tetap dapat dipahami dengan baik.
Ada dua karakteristik utama IPS, yaitu:
a. Yaitu sebagai bidang kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga
negara yang baik, dan
b. Kajian terpadu terhadap banyak penelitian.
Akan tetapi secara rinci karekateristik pendidikan IPS menurut Banks (1990)
(dikutip
di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
/2011/03/12/karakteristik-mata-
pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/)adalah sebagai berikut:
a. Social studies programs have as a major purpose the promotion of civic
competence which is the knowledge, skills, and attitude required of students to be
able to assume ”the office of citizen” (as Thomas Jefferson called it) in our
democratic republic.
b. Program pendidikan IPS mempunyai tujuan utama membentuk warga negara
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan
siswa dalam suatu masyarakat yang demokratis.
1) Social studies programs help students construct a knowledge base and
attitude drawn from academic disciplines as specialized ways of viewing
reality. (Program pendidikan IPS membantu siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan dan sikap dari disiplin akademik sebagai suatu pengalaman
khusus).
2) Social studes programs reflect the changing nature of knowledge, fostering,
entirely new and highly integrated approaches to resolving issues of
significance to humanity.
c. Program
pendidikan
IPS
mencerminkan
perubahan
pengetahuan,
mengembangkan sesuatu yang baru dan menggunakan pendekatan terintegrasi
untuk memecahkan isu secara manusiawi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pembelajaran
IPS secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial.
Artinya pusat perhatian utama pembelajaran IPS adalah pengembangan murid
9
sebagai aktor sosial yang cerdas, tidak berarti dan memang tidak bisa hanya
dikembangkan
aspek
kecerdasan
rasionalnya
(rational
intelegence)
(Goleman:1996). Dia juga menegaskan bahwa kedua kecerdasan itu sama memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan seseorang, dalam masyarakat masing-masing
diperkirakan 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
5. Hakekat IPS
Hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Masyarakat
sebagai suatu komponen inti dalam interaksi sosial selalu menampilkan peran yang
dinamis yang merupakan ciri kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial,
makhluk politik dan makhluk yang berbudaya. Salah satu ciri kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial adalah timbulnya interaksi antara satu dengan yang lainnya,
kegiatan interaksi manusia tersebut bertujuan untuk mencapai suatu sistem
kehidupan sosial yang seimbang. Karena itu pada hakekatnya ilmu pengetahuan
sosial bertujuan membangun kehidupan sosial yang lebih baik atau dengan kata
lain, kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat secara langsung akan
membentuk pengetahuan sosial seseorang.
6. Hakekat IPS Sebagai Program Pendidikan
Sesuai dengan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan,
terutama tantangan yang dihadapi oleh peserta didik di hari-hari mendatang, maka
IPS bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan ketrampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri
serta bagi masyarakat dan negara. Selain memiliki tujuan, IPS juga memiliki fungsi
yang sangat penting. Sebagai program pendidikan, IPS tidak hanya semata-mata
membekali peserta didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan
membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya
pendidikan
IPS
juga
berfungsi
mengembangkan ketrampilan, terutama ketrampilan sosial dan keterampilan
intelektual. Ketrampilan sosial adalah keterampilan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama,
bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan
secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan
10
ketrampilan Intelektual, yaitu ketrampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan
memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di
masyarakat dan bermasyarakat.
Jadi secara singkat, dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS sebagai
pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna,
ketrampilan sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian
sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional.
(dikutip
di
http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/08/30/perkembangan-
pendidikan-ips/).
B. Arah dan Tujuan Pengembangan Kurikulum IPS
1. Arah dan Tujuan Pengembangan Kurikulum IPS
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya
dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan
tersebut, Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well
functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978)
Sedangkan
tujuan
utama
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
ialah
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS
di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci
sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998)
11
1. Memiliki
kesadaran
lingkungannya,
dan
melalui
kepedulian
pemahaman
terhadap
terhadap
masyarakat
nilai-nilai
sejarah
atau
dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat. pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
“to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’
dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam
mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
Ilmu
pengetahuan
yang mengintegrasikan
sosial
merupakan
konsep-konsep
terpilih
suatu
dari
program
ilmu-ilmu
pendidikan
sosial
dan
humaniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Kurikulum sebagai
salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam
12
pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan
di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
2. Struktur Kurikulum 2013
Struktur
kurikulum
2013
(dikutip
di
http://wawan-junaidi.blogspot.
com/2014/draft-kurikulum-2013.html) terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
pilihan mereka.
13
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan
dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sebagai non
integrasi, sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik
usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik
SD dan SMP sebagai tematik integrasi.
1. Struktur Kurikulum SD
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-masing 30, 32,
34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam
belajar SD adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SD adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
Kelompok A
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Keterampilan
(termasuk muatan lokal)
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
I
II
MINGGU
III
IV
4
5
4
6
4
6
4
6
4
6
4
6
8
5
8
6
10
6
10
6
10
6
10
6
4
4
4
6
6
6
4
4
4
4
4
4
30
32
34
36
36
36
V
VI
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
= Pembelajaran Tematik Terintegrasi
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
14
Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran
sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan
IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Pembelajaran
mengintegrasikan
tematik
berbagai
merupakan
kompetensi
pendekatan
dari
pembelajaran
berbagai
mata
yang
pelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta
didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.
Keduanya adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn,
matematika dan seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana
peserta didik dan masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan
IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting
sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik
tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-pisah.
Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk
integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang
transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak
memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.
2. Struktur Kurikulum SMP
Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam
per minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:
15
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
MINGGU
Kelompok A
1.
Pendidikan Agama
Pancasila
dan
VII
VIII
IX
3
3
3
3
3
3
2.
Pendidikan
3.
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
6
6
6
4.
Matematika
5
5
5
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
7.
Bahasa Inggris
4
4
4
Kelompok B
1.
Seni Budaya (termasuk muatan lokal)
3
3
3
2.
3
3
3
(termasuk muatan lokal)
Prakarya
2
2
2
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
38
38
38
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan
3.
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
3. Struktur Kurikulum SMA
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka
dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten
kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata
pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini
16
menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka
memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan
akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak
kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan
minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing
43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib
sebagai berikut.
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN
BELAJAR
PER MINGGU
X
XI
XII
Kelompok Wajib
1.
Pendidikan Agama
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
7.
Seni Budaya
8.
Prakarya
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3
3
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
23
23
23
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA)
20
20
20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK)
28
28
28
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib per minggu
Kelompok Peminatan
17
Kompetensi
Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar
yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA
dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan
(sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama
Kelompok Peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar
kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa
yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di
luar jurusan.
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan
bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua
disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari
IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Namanama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya
berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi
rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin
ilmu.
Terlampir di bawah adalah mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran
pilihan (pendalaman minat dan lintas minat).
MATA PELAJARAN
Kelompok Wajib
Peminatan Matematika dan Sains
I
1 Matematika
2 Biologi
3 Fisika
4 Kimia
Peminatan Sosial
II
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi dan Antropologi
4 Ekonomi
Peminatan Bahasa
III
1 Bahasa dan Sastra Indonesia
X
23
Kelas
XI
23
XII
23
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
18
2 Bahasa dan Sastra Inggris
3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya
4 Sosiologi dan Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan
Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat
Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh
3
3
3
4
4
4
4
4
4
6
73
41
4
75
43
4
75
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Konsep dasar pendidikan IPS
Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang
mengintegrasikan
konsep-konsep
ilmu sosial
dan humaniora untuk tujuan
pendidikan (membentuk warga negara yang memiliki kompetensi sosial baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia.
Pendidikan IPS memiliki ruang lingkup Nilai Edukatif, Nilai Praktis, Nilai Teoritis, Nilai
19
Filsafat , Nilai Ketuhanan. Karakteristik utama IPS yaitu Ada dua Yaitu sebagai
bidang kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga negara yang baik,
dan Kajian terpadu terhadap banyak penelitian dan
hakekat. IPS sebagai
pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna,
ketrampilan sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian
sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional.
2. Arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
B. Saran-saran
1. Kritik dan saran kami selalu butuhkan dari pembaca demi tersusunnya
makalah agar menjadi lebih baik.
2. Kami harap para pembaca dapat20
memberikan penambahan materi tentang
konsep kurikulum 2013, karena tentunya masih banyak sumber-sumber lain
yang dapat menjelaskan lebih lengkap.
3. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita semua dapat mengambil
manfaat dan sebagai penambah khasanah keilmuan tentang kurikulum 2013.
20
Daftar Pustaka
Referensi Buku:
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Awan, Mutakin. 1998. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung : FKIP IKIP
Banks, J.A. 1990. Teaching Strategis For The Social Studies: Inquiry Valuing, And
Decision-Making. Newyork : Longman.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Depdiknas
Goleman, Daniel.1996. Emotional Intelligence. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama
Sumantri, N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan. IPS. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sumantri, Mulyani. 1998. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : P2LPTK
Su,Ischak. 2000. Pendidikan IPS di SD Jakarta : Universitas Terbuka
21
Wiyono. 1995. Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah. Jakarta :
Depdikbud, Ditjen Dikti.
Referensi Internet:
http://annisanoviyaa.blogspot.co.id/2013/04/pembahasan-tentang-produkpengembangan.html
https://kelompok26bgr.wordpress.com/2011/07/10/karya-tulis-ilmiah-produkpengembangan-kurikulum-sekolah-dasar-dan-pengembangan-rencana-belajar/
Addien, Mukhlis. Konep Pendidikan IPS dan Karakteristik, (online)
(http://mukhlisaddien.blogspot.co.id/2013/06/konsep-pendidikan-ips-dankarakteristik.html, diakses 04 oktober 2015)
Junaidi, Wawan.. 2014. Draf Kurikulum 2013. (online) (http://wawanjunaidi.blogspot.com/2014/draft-kurikulum-2013.html diakses 04 oktober
2015)
Pargito.
2010.
Perkembangan
Pendidikan
IPS,
(online)
(http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/08/30/perkembangan-pendidikan-ips/,
diakses 04 oktober 2015)
Sudrajat, Akhad. 2011. Karakteristik Mata Pelajara Ilmu Pengetahuan Sosial IPS,
(online) (http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2011/03/12/karakteristikmata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/, diakses 04 oktober 2015)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab I
Pasal 1 disebutkan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum merupakan kunci dalam suatu pendidikan, yakni dengan adanya
kurikulum ini selain dapat membantu mempermudah guru dalam melaksanakan
suatu pembelajaran, juga dapat menjadi penentu arah, isi, dan proses pendidikan,
yang mana pada akhirnya nanti menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan. Titik beratnya, mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam
melakukan
observasi,
bertanya,
bernalar,
dan
mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran.
Demi tercapainya keberhasilan suatu pendidikan tentunya perlu diadakan
suatu perubahan. Dalam hal ini yakni dari kurikulum yang lama menjadi baru. Ini
adalah suatu bentuk upaya perbaikan menjadi yang lebih baik lagi.
Sehingga, kini hadir kurikulum baru yakni kurikulum 2013. Yang mana tidak
jauh berbeda dengan kurikulum yang sebelumnya yakni KTSP. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
jauh lebih baik. Yang berakibat menjadikan peserta didik yang kreatif, inovatif dan
produktif, hingga mereka bisa meniti sebuah kesuksesan dalam menghadapi
berbagai persoalan dan tantangan di zamannya.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar pendidikan IPS ?
2. Bagaimanakah arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Konsep dasar pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui Arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendidikan IPS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang dalam bahasa Inggris disebut Social
Studies, memiliki banyak definisi, yaitu sebagai berikut:
a. Ischak, SU, dkk. menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan.
3
b. Sumantri
(1988)
mengatakan
bahwa
pendidikan
IPS
adalah
suatu
penyederhaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu
lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
c. Depdiknas (2002) memberikan definis bahwa IPS adalah mata pelajaran
yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan
menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
d. Wiyono (1995) juga berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran yang
mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam
masyarakat.
Akan tetapi beberapa penafisiran tersebut masih dapat ditarik kesamaan
sehingga definisi pendidikan IPS yang lazim di Indonesia yaitu:
a. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan
dan disajikan
secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis
untuk tujuan
pendidikan (Somantri, 2001: 92).
b. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001:
92).
3
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat dikemukakan
bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang
mengintegrasikan
konsep-konsep
ilmu sosial
dan humaniora untuk tujuan
pendidikan (membentuk warga negara yang memiliki kompetensi sosial baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia.
Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh
pengetahuan sosial, humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial di
lingkungannya, serta memiliki ketrampilan dalam mengkaji dan memecahkan
masalah sosial dalam kehidupannya, sehingga akhirnya diharapkan dapat menjadi
warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
4
2. Konsep IPS
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut
meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
(dikutip
di
http://mukhlisaddien.blogspot.
co.id/2013/06/konsep-pendidikan-ips-dan- karakteristik.html)
a.
Ilmu Sosial (Sicial Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial
(Saidihardjo,
1996:2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi,
makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Djahiri, 1981) Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual
yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan
maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
b. Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, (Achmad,
1971) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar.
c. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat.
Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies”
yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai
5
wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di
tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS),
mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the
science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program,
socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines
as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social
studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in
an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah
merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari
pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu
Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo
(1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi, politik.
3. Ruang Lingkup IPS
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS tidak dapat tidak, yaitu
kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat
atau dapat juga dikatakan manusia dalam konteks sosialnya. Selanjutnya IPS
sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama dengan yang telah diutarakan
diatas, namun ditambah dengan nilai-nilai yang menjadi karakter pendidikannya. IPS
sebagai bidang pengetahuan, bisa saja dinyatakan sebagai bidang yang “bebas
nilai”. Namun sebagai program pendidikan, IPS itu tidak hanya terkait dengan nilai,
bahkan wajib mengembangkan nilai tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan,
sebagai pokoknya adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam
konteks sosialnya. Ditinjau dari aspek-aspeknya; ruang lingkup tersebut meliputi:
6
hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek
politik. Dari ruang lingkup kelompoknya meliputi: keluarga, rukun tetangga, rukun
kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau
dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan
dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik
dan ekonomi.
Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut,
berkaitan satu sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks
masyarakatnya.
IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan
justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan IPS
sebagai
program
pendidikan
(dikutip
di
http://blog.unila.ac.id/pargito
/
2010/08/30/perkembangan-pendidikan-ips/) yaitu:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu
adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku itu
meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Nilai Praktis
Proses pembelajaran IPS harus selalu dikaitkan dengan realitas kehidupan
manusia secara prkatis, tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik
secara langsung maupun tidak langsung bernilai praktis serta strategis membina
SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan
datang.
c. Nilai Teoritis
Membina peserta didik hari ini adalah proses perjalanannya diarahkan untuk
menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu pendidikan IPS tidak hanya
membahas kanyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas melainkan lebih jauh dari
pada itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya.
Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya kearah dorongan
mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri
dilapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan
7
mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina
serta
dikembangkan. Dengan demikian kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan
dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan juga dikembangkan. Dengan perkataan
lain, kemampuan mereka berteori dalam pendidikan IPS dibina dan dikembangkan.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai
dengan
perkembangan
kemampuan
peserta
didik,
dapat
mengembangkan
kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui
proses
yang
demikian,
peserta
didik
dikembangkan
kesadaran
dan
pengahayatannya terhadap keberadaannya ditengah-tengah masyarakat, bahkan
juga ditengah-tengah alam raya ini.
e. Nilai Ketuhanan
Kenikmatan kita sebagai manusia mampu menguasai IPTEK, menjadi
landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK kepadanya. Kekaguman
kita manusia kepada segala ciptaannya, baik berupa fenomena fisikal alamiah
maupun berupa fenomena kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis
sebagai bangsa yang berpancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan
aspek kehidupan sosial yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat
penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan
kita manusia lahir bathin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moral-moralitas SDM
hari, terutama untuk masa yang akan datang.
4. Karakteristik IPS
Pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah kelas 1 s/d
12, mungkin lebih sulit dalam pembelajarannya ketimbang yang monodisiplin seperti
membelajarkan sejarah, geografi, ekonomi dsb. Karena membelajarkan IPS harus
multidisiplin dan interdisiplin, apalagi ini diajarkan sebagai mata pelajaran pada
suatu kelas yang di dalamnya terdiri dari banyak bidang sosial. Akan tetapi harus
disadari bahwa mengajar di tingkat sekolah tidak semendalam kalau mengajar
mahasiswa. Contoh guru SD mengajar semua mata pelajaran dalam satu kelas,
8
tetapi mereka mengajar tidak seperti mengajarkan materi untuk mahasiswa, bahan
itu harus sesederhana mungkin untuk kepentingan usia peserta didik. Oleh
karenanya untuk kelas tinggi (SMA) penyajiannya bisa secara separate disciplinebased class dalam suatu jurusan (IPS), dengan tetap saling memperhatikan
keterkaitannya, sehingga IPS tetap dapat dipahami dengan baik.
Ada dua karakteristik utama IPS, yaitu:
a. Yaitu sebagai bidang kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga
negara yang baik, dan
b. Kajian terpadu terhadap banyak penelitian.
Akan tetapi secara rinci karekateristik pendidikan IPS menurut Banks (1990)
(dikutip
di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
/2011/03/12/karakteristik-mata-
pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/)adalah sebagai berikut:
a. Social studies programs have as a major purpose the promotion of civic
competence which is the knowledge, skills, and attitude required of students to be
able to assume ”the office of citizen” (as Thomas Jefferson called it) in our
democratic republic.
b. Program pendidikan IPS mempunyai tujuan utama membentuk warga negara
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan
siswa dalam suatu masyarakat yang demokratis.
1) Social studies programs help students construct a knowledge base and
attitude drawn from academic disciplines as specialized ways of viewing
reality. (Program pendidikan IPS membantu siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan dan sikap dari disiplin akademik sebagai suatu pengalaman
khusus).
2) Social studes programs reflect the changing nature of knowledge, fostering,
entirely new and highly integrated approaches to resolving issues of
significance to humanity.
c. Program
pendidikan
IPS
mencerminkan
perubahan
pengetahuan,
mengembangkan sesuatu yang baru dan menggunakan pendekatan terintegrasi
untuk memecahkan isu secara manusiawi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pembelajaran
IPS secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial.
Artinya pusat perhatian utama pembelajaran IPS adalah pengembangan murid
9
sebagai aktor sosial yang cerdas, tidak berarti dan memang tidak bisa hanya
dikembangkan
aspek
kecerdasan
rasionalnya
(rational
intelegence)
(Goleman:1996). Dia juga menegaskan bahwa kedua kecerdasan itu sama memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan seseorang, dalam masyarakat masing-masing
diperkirakan 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
5. Hakekat IPS
Hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Masyarakat
sebagai suatu komponen inti dalam interaksi sosial selalu menampilkan peran yang
dinamis yang merupakan ciri kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial,
makhluk politik dan makhluk yang berbudaya. Salah satu ciri kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial adalah timbulnya interaksi antara satu dengan yang lainnya,
kegiatan interaksi manusia tersebut bertujuan untuk mencapai suatu sistem
kehidupan sosial yang seimbang. Karena itu pada hakekatnya ilmu pengetahuan
sosial bertujuan membangun kehidupan sosial yang lebih baik atau dengan kata
lain, kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat secara langsung akan
membentuk pengetahuan sosial seseorang.
6. Hakekat IPS Sebagai Program Pendidikan
Sesuai dengan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan,
terutama tantangan yang dihadapi oleh peserta didik di hari-hari mendatang, maka
IPS bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan ketrampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri
serta bagi masyarakat dan negara. Selain memiliki tujuan, IPS juga memiliki fungsi
yang sangat penting. Sebagai program pendidikan, IPS tidak hanya semata-mata
membekali peserta didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan
membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya
pendidikan
IPS
juga
berfungsi
mengembangkan ketrampilan, terutama ketrampilan sosial dan keterampilan
intelektual. Ketrampilan sosial adalah keterampilan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama,
bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan
secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan
10
ketrampilan Intelektual, yaitu ketrampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan
memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di
masyarakat dan bermasyarakat.
Jadi secara singkat, dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS sebagai
pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna,
ketrampilan sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian
sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional.
(dikutip
di
http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/08/30/perkembangan-
pendidikan-ips/).
B. Arah dan Tujuan Pengembangan Kurikulum IPS
1. Arah dan Tujuan Pengembangan Kurikulum IPS
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya
dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan
tersebut, Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well
functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978)
Sedangkan
tujuan
utama
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
ialah
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS
di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci
sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998)
11
1. Memiliki
kesadaran
lingkungannya,
dan
melalui
kepedulian
pemahaman
terhadap
terhadap
masyarakat
nilai-nilai
sejarah
atau
dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat. pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
“to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’
dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam
mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan
siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
Ilmu
pengetahuan
yang mengintegrasikan
sosial
merupakan
konsep-konsep
terpilih
suatu
dari
program
ilmu-ilmu
pendidikan
sosial
dan
humaniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Kurikulum sebagai
salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam
12
pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan
di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
2. Struktur Kurikulum 2013
Struktur
kurikulum
2013
(dikutip
di
http://wawan-junaidi.blogspot.
com/2014/draft-kurikulum-2013.html) terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
pilihan mereka.
13
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan
dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sebagai non
integrasi, sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik
usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik
SD dan SMP sebagai tematik integrasi.
1. Struktur Kurikulum SD
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-masing 30, 32,
34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam
belajar SD adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SD adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
Kelompok A
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Keterampilan
(termasuk muatan lokal)
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
I
II
MINGGU
III
IV
4
5
4
6
4
6
4
6
4
6
4
6
8
5
8
6
10
6
10
6
10
6
10
6
4
4
4
6
6
6
4
4
4
4
4
4
30
32
34
36
36
36
V
VI
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
= Pembelajaran Tematik Terintegrasi
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
14
Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran
sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan
IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Pembelajaran
mengintegrasikan
tematik
berbagai
merupakan
kompetensi
pendekatan
dari
pembelajaran
berbagai
mata
yang
pelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta
didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.
Keduanya adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn,
matematika dan seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana
peserta didik dan masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan
IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting
sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik
tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-pisah.
Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk
integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang
transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak
memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.
2. Struktur Kurikulum SMP
Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam
per minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:
15
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
MINGGU
Kelompok A
1.
Pendidikan Agama
Pancasila
dan
VII
VIII
IX
3
3
3
3
3
3
2.
Pendidikan
3.
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
6
6
6
4.
Matematika
5
5
5
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
7.
Bahasa Inggris
4
4
4
Kelompok B
1.
Seni Budaya (termasuk muatan lokal)
3
3
3
2.
3
3
3
(termasuk muatan lokal)
Prakarya
2
2
2
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
38
38
38
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan
3.
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
3. Struktur Kurikulum SMA
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka
dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten
kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata
pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini
16
menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka
memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan
akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak
kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan
minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing
43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib
sebagai berikut.
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN
BELAJAR
PER MINGGU
X
XI
XII
Kelompok Wajib
1.
Pendidikan Agama
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
7.
Seni Budaya
8.
Prakarya
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3
3
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
23
23
23
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA)
20
20
20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK)
28
28
28
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib per minggu
Kelompok Peminatan
17
Kompetensi
Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar
yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA
dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan
(sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama
Kelompok Peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar
kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa
yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di
luar jurusan.
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan
bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua
disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari
IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Namanama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya
berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi
rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin
ilmu.
Terlampir di bawah adalah mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran
pilihan (pendalaman minat dan lintas minat).
MATA PELAJARAN
Kelompok Wajib
Peminatan Matematika dan Sains
I
1 Matematika
2 Biologi
3 Fisika
4 Kimia
Peminatan Sosial
II
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi dan Antropologi
4 Ekonomi
Peminatan Bahasa
III
1 Bahasa dan Sastra Indonesia
X
23
Kelas
XI
23
XII
23
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
18
2 Bahasa dan Sastra Inggris
3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya
4 Sosiologi dan Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan
Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat
Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh
3
3
3
4
4
4
4
4
4
6
73
41
4
75
43
4
75
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Konsep dasar pendidikan IPS
Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang
mengintegrasikan
konsep-konsep
ilmu sosial
dan humaniora untuk tujuan
pendidikan (membentuk warga negara yang memiliki kompetensi sosial baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau warga dunia.
Pendidikan IPS memiliki ruang lingkup Nilai Edukatif, Nilai Praktis, Nilai Teoritis, Nilai
19
Filsafat , Nilai Ketuhanan. Karakteristik utama IPS yaitu Ada dua Yaitu sebagai
bidang kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga negara yang baik,
dan Kajian terpadu terhadap banyak penelitian dan
hakekat. IPS sebagai
pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna,
ketrampilan sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian
sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional.
2. Arah dan tujuan pengembangan kurikulum IPS.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
B. Saran-saran
1. Kritik dan saran kami selalu butuhkan dari pembaca demi tersusunnya
makalah agar menjadi lebih baik.
2. Kami harap para pembaca dapat20
memberikan penambahan materi tentang
konsep kurikulum 2013, karena tentunya masih banyak sumber-sumber lain
yang dapat menjelaskan lebih lengkap.
3. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita semua dapat mengambil
manfaat dan sebagai penambah khasanah keilmuan tentang kurikulum 2013.
20
Daftar Pustaka
Referensi Buku:
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Awan, Mutakin. 1998. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung : FKIP IKIP
Banks, J.A. 1990. Teaching Strategis For The Social Studies: Inquiry Valuing, And
Decision-Making. Newyork : Longman.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Depdiknas
Goleman, Daniel.1996. Emotional Intelligence. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama
Sumantri, N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan. IPS. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sumantri, Mulyani. 1998. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : P2LPTK
Su,Ischak. 2000. Pendidikan IPS di SD Jakarta : Universitas Terbuka
21
Wiyono. 1995. Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah. Jakarta :
Depdikbud, Ditjen Dikti.
Referensi Internet:
http://annisanoviyaa.blogspot.co.id/2013/04/pembahasan-tentang-produkpengembangan.html
https://kelompok26bgr.wordpress.com/2011/07/10/karya-tulis-ilmiah-produkpengembangan-kurikulum-sekolah-dasar-dan-pengembangan-rencana-belajar/
Addien, Mukhlis. Konep Pendidikan IPS dan Karakteristik, (online)
(http://mukhlisaddien.blogspot.co.id/2013/06/konsep-pendidikan-ips-dankarakteristik.html, diakses 04 oktober 2015)
Junaidi, Wawan.. 2014. Draf Kurikulum 2013. (online) (http://wawanjunaidi.blogspot.com/2014/draft-kurikulum-2013.html diakses 04 oktober
2015)
Pargito.
2010.
Perkembangan
Pendidikan
IPS,
(online)
(http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/08/30/perkembangan-pendidikan-ips/,
diakses 04 oktober 2015)
Sudrajat, Akhad. 2011. Karakteristik Mata Pelajara Ilmu Pengetahuan Sosial IPS,
(online) (http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2011/03/12/karakteristikmata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/, diakses 04 oktober 2015)