Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri
MAKALAH
Keperawatan Kardiovaskular 1
Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf
Disusun oleh :
Kelas A – 1 Kelompok 1
Latansa Hayyil Islam
Yuni Natilia
Neri Andriani
Eva Diana
Widya Fathul Jannah
Pratama Soldy Izzulhaq
Nuzulia Azizi Islamia
Ayu Tria Kartika Putri
:131411131001
:131411131019
:131411131040
:131411131055
:131411131073
:131411131091
:131411133005
:131411133023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan baik dan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kardiovaskular
1 yaitu Ibu Yulis Setiya Dewi, S.Kep., Ns., M.Ng.
Makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf inii disajikan
dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca
dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat
memahami Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan benar.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kardiovaskular 1 yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis unuk belajar makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunyan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
1
1
1.3 Manfaat …………………………………………………..
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Sistem saraf otonom
2
2.2 Kerja sistem saraf terhadap jantung dan pembuluh darah
3
2.3 Pengaturan sistem saraf otonom pada jantung
2.4 Sistem hantaran jantung
5
6
2.5 Susunan saraf otonom dan irama jantung………………… 6
2.6 Kontrol kardiovaskular
7
2.7 Asuhan keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS )….. 9
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
13
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya
dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengetahuan Sirkulasi oleh Saraf
2. Untuk mengertahui Peran Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan
`Arteri yang cepat
3. Untuk mengetahui sifat khusus pengaturan tekanan arteri melalui saraf
1.3 Manfaat Penulisan
Untuk memahami bagaimana pengaturan sirkulasi dan tekanan arteri oleh
saraf.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu.
2.1 Sistem Syaraf Otonom
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab
terhadap homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari
sistem saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf
otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah,
dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar
keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas, beberapa
target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain dipersarafi hanya
oleh satu divisi.
Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara
substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang
mensekresikan asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan
norepinefrine dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik
baik pada sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada
postganglion syraf simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis
adalah kolinergik.
2
Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan
nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang
distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan
reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara
preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik. Norepinefrine atau
adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor
beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi
reseptor alpha1 dan alpha2.
2.2 Kerja Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah
3
Bagian sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi
oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa
sistem syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf
parasimpatis. Berikut ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan
simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah.
Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam
mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui
seluruh syaraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang
kemudian memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna
vertebralis. Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui
jalur syaraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ
viseral dan jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf
spinal yang memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya,
ditunjukkan bahwa distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup
arteri, arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola
menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk
meningkatkan resistensi pad aliran darah dan selanjutnya menurunkan aliran darah
menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan stimulasi
syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan
menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam
proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis
pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal
meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk
memompa.
Meskipun sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam
pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk
mengontrol sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada
regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu
efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus
vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem
parasimpatik akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit
penurunan pada kontraktilitas otot jantung.
Pusat yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis pada
pembuluh darah terletak di dalam otak yang dikenal sebagai pusat vasomotor
(Vasomotor center). Pusat vasomotor terletak pada substansi retikular pada
medulla dan bagian terendah ketiga pada pons. Pusat ini mengirimkan impuls
parasimpatis melalui nervus vagus
ke jantung dan mengirimkan
impuls simpatis melaui spinal cord
dan syaraf simpatis perifer yang
selanjutnya akan menuju ke
pembuluh darah arteri, arteriola,
dan vena.
4
Dalam kondisi normal, area
vasokonstriktor pada pusat
vasomotor mengirimkan sinyal
pada seluruh serat syaraf
simpatis ke seluruh tubuh,
menyebabkan seluruh sinyal
tersebar secara kontinu pada
syaraf
simpatis
dengan
kecepatan 1,5-2 impuls per
detik. Impuls inilah yang
mengatur status kontraksi pada
pembuluh darah, yang dikenal
sebagai
tonus
vasomotor
(vasomotor tone).
Pada saat yang sama,
dimana
pusat
vasomotor
mengontrol konstriksi pembuluh
darah, pusat vasomotor juga
mengontrol aktivitas jantung.
Bagian lateral dari pusat
vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke jantung
saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas.
Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian
medial dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian
akan mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna
detak jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat
meningkatkan dan menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan
kontraksi meningkat saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat
vasokonstriksi dihambat.
Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan
peningkatan detak jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan
konduktive jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik).
Impuls yg dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari
parasimpatis melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida
Y, yang berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.
2.3 Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar
kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan
sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang.
Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan
sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi
menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya. Dua
ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua ruangan di bawah disebut dengan
ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah dari jaringan kembali ke jantung
5
disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut
dengan arteri.
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat
mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf
tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus
vagus, mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan
parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga
mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan
mempersarafi ventrikel.1
2.4 Sistem Hantaran Jantung
Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat
dikendalikan agar tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung
diawali pada simpul sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat di bagian atrium
kanan, di dekat muara vena cava superior. Simpul sinus normal merupakan
“primary cardiac pacemaker” tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung
(“cardiac pacemaker”) yang terdapat di dalam simpul atrioventrikular atau di
sepanjang sistem hantaran jantung dapat tetap berdenyut.
Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential
internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem Purkinje yang
dapat dipelajari pada gambar berikut ini.
2.5 Susunan Saraf Otonom Dan Irama Jantung
Sistem hantaran khusus mendapat pelayanan saraf otonom simpatis dan
parasimpatis. Simpul sinoatrial dipersarafi oleh saraf parasimpatis melalui saraf
vagus kanan, sedangkan saraf vagus kiri melayani simpul atrioventrikular. Kedua
saraf parasimpatis tersebut tidak memelihara otot-otot ventrikel, kecuali hanya
sedikit saja dan ini mungkin dapat diabaikan. Sedangkan saraf simpatis
memelihara semuanya, baik atrium, ventrikel, simpul sinus dan simpul
atrioventrikular. Kedua saraf otonom tersebut mengatur denyut jantung miogenik
sehingga mempengaruhi “cardiac performance” seperti otomatisitas,
konduktivitas, kontraktilitas, dan “rhythmicity” jantung. Simpul sinoatrial
6
merupakan pusat tertinggi pacu jantung, dan dari sinilah munculnya “inherent
rhythm” yang tidak pernah berhenti berdenyut, yang berjalan secara spontan dan
impulsnya dihantarkan melalui SCS ke seluruh bagian jantung lainnya dan
selanjutnya timbul irama jantung yang senada dengan irama simpul sinoatrial.
Rangsangan saraf parasimpatis pada simpul sinus, cenderung memperlambat
kecepatan pembentukan impuls pada pusat pacu jantung, hal ini terjadi karena
ujung-ujung saraf parasimpatis mengeluarkan asetilkolin, yang pengaruhnya dapat
menurunkan jumlah produksi impuls di simpul sinus dan menurunkan kepekaan
“atrio-ventricular junction” terhadap impuls atau rangsang yang datang dari
simpul sinus, sehingga terjadi kelambatan hantaran impuls ke otot ventrikel.
Berkurangnya produksi impuls pada simpul sinus disebabkan oleh adanya
penekanan pada “slope diastolic depolarization” dan cenderung meningkatkan
stabilitas potensial membran istirahat, sehingga menjauhi “firing-levelnya”.
Rangsangan yang sangat kuat oleh parasimpatis akan menghentikan
perubahan ritmik aktivitas potensial aksi pada pacu jantung dan terjadilah “blok”
hantaran impuls ke “atrio-ventricular junction”. Bila keadaan ini terjadi, maka
ventrikel tidak akan berkontraksi. Tetapi dengan adanya pacu jantung pada SCS di
dalam ventrikel dan otot-otot jantung itu sendiri, maka terjadilah rangsangan pada
ventrikel yag menyebabkan ventrikel dapat berkontraksi di luar kontrol simpul
sinus. Dan ini merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan denyut jantung. Denyut ventrikel demikian disebut sebagai :
ekstrasistole ventrikel dan pada rekaman elektrokardiogram tampak gelombang
QRS tanpa didahului oleh gelombang P. Rangsangan simpatis pada simpul sinus
akan memberikan pengaruh yang berlawanan dengan rangsangan parasimpatis,
hal ini karena simpatis meningkatkan “slope diastolic depolarization” potensial
aksi pusat pacu jantung di dalam simpul sinus, sehingga “slope diastolic
depolarization” sangat mudah mencapai potensial ambang dan kemudian disusul
oleh “overshoot”, demikian seterusnya akan terjadi berulang-ulang, sehingga
tampak peningkatan produksi impuls. Di lain pihak karena rangsangan simpatis,
juga akan terjadi peningkatan permeabilitas membran semua jaringan Sistem
Hantaran Khusus dan termasuk otot-otot jantung terhadap kalium dan natrium,
sehingga hantaran impuls dipercepat dan kekuatan kontraksi otot jantung juga
meningkat.
2.6 Kontrol Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular berada di bawah pengaruh saraf yang berasal dari
beberapa bagian otak, yang pada gilirannya menerima umpan balik dari reseptor
sensorik dalam pembuluh darah. Peningkatan output saraf dari batang otak ke
saraf simpatis menyebabkan penurunan diameter pembuluh darah (penyempitan
arteriol) dan meningkatkan stroke volume dan denyut jantung yang berperan
dalam meningkatkan tekanan darah. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan
peningkatan aktivitas baroreceptor, yang memberi sinyal batang otak untuk
mengurangi output saraf ke saraf simpatis. Konstriksi vena dan penurunan
pasokan darah dalam reservoir vena pada umumnya bersamaan dengan
peningkatan konstriksi arteriol, walaupun perubahan-perubahan dalam besarnya
muatan pembuluh darah tidak selalu paralel dengan perubahan-perubahan
7
resistensi pembuluh darah. Peningkatan aktivitas saraf simpatis terhadap jantung
dan pembuluh darah, secara umum berhubungan dengan penurunan aktivitas
serabut-serabut vagal jantung. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis
menyebabkan vasodilatasi. Penurunan tekanan darah dan meningkatnya simpanan
darah dalam reservoir vena. Umumnya akan diikuti dengan penurunan denyut
jantung, akan tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan rangsangan nervus
vagus dari jantung.
Baroreseptor
Batang Otak
Tekanan Darah
Denyut Jantung
Stroke Volume
Diameter Pembuluh Darah
8
2.7 Asuhan Keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Topik :
Nn, Meme 30 tahun bekerja sebagai karyawan swasta, mengeluh kesemutan berat
pada kaki bagian bawah. Pada pemeriksaan TD 140/100 mmHg.
PENGKAJIAN
Data focus pengkajian menurut Marylinn E. Doengoes, et. Al :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Aktivitas atau istirahat: Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris
yang biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya
berkembang dengan cepat ke arah atas.
Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi ), disritmia,
takikardi / bradikardi, wajah kemerahan, diaforesis
Interegeritas ego : gejala ; perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada
masalah yang dihadapi. Tanda ; tampak takut dan bingung.
Eliminasi. Gejala ; adanya perubahan pola eliminasi. Tanda ; kelemahan
pada otot otot abdomen. Hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan
refleks sfingter
Makanan atau cairan. Gejala : kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
Tanda ; gangguan pada refleks menelan.
Neurosensori. Gejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari
jari kaki selanjutnya terius naik (distribusi stocking atau sarung tangan)
Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu
perubahan.Tanda; hilangnya atau menurunnya refleks tendon dalam
hilangnya tonus otot, adanya masalah dalam keseimbangan, adanya
kelemahan pada otot otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata(keterlibatan
saraf kranial) , kehilangan kemampuan untuk berbicara.
Nyeri atau kenyamanan. Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit,
nyeri(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong.)
hipersensitif terhadap sentuhan.
Pernapasan. Gejala ; kesulitan dalam bernafas, nafas pendek. Tanda;
pernapasan perut, mengguakan otot bantu napas, abnea. Penurunan atau
hilangnya bunyi napas, menurunnya kapasitas vital paru, puncat atau
sianosis. Gangguan refleks menelan atau batuk.
Keamanan. Gejala; infeksi virus nonspesifik(seperti infeksi saluran
pernapasan atas) kira kira 2 minggu sebelum munculnya serangan adanya
riwayat terkena herpezosper, sitomegali virus. Tanda; suhu tubuh yang
berfluktasi ( sangat tergantung pada suhu lungkungan) penurunan kekuatan
atau tonus otot paralisis atau parestesia.
9
Diagnosis keperawatan :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
autonomik yang menyebabkan penumpukan vaskular dengan penurunan aliran
balik vena.
Tujuan / kriteria hasil ;
Mempertahankan perfusi dengan tanda vital stabil, disritmia jantung terkontrol
atau tidak ada
Intervensi
Ukur tekanan darah, catat adanya
fluktuasi.
Observasi
adanya
hipotensi postural. Berikan latihan
ketika
sedang
melakukan
perubahan posisi pasien.
Rasional
Perubahan pada tekanan darah
( hipertensi berat atau hipotensi)
terjadi akibat dari kehilangan alur dari
saraf simpatik untuk mempertahankan
tonus vaskular perifer ( disfungsi
ototnom). Refleks pada tekanan darah
selama perubahan posisi dapat
terganggu
yang
menyebabkan
terjadinya hipotensi postural.
Pantau
frekuensi
jantung
dan Sinus takikardi atau bradikardi dapat
iramanya. Dokumentasikan adanya berkembang sebagai akibat dari
disritmia.
gangguan saraf otonom simpatis atau
tidak adanya hambatan terhadap
refleks vagal yang menyebabkan henti
jangtung. Disritmia dapat juga terjadi
sebagai
akibat
dari
hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit atau
penurunan curah jantung ( dampak
sekunder pada gangguan tonus
vaskuler dan arus balik vena)
Pantau suhu tubuh. Berikan suhu
lingkungan yang nyaman, berikan Perubahan pada tonus vasomotor
atau tanggalkan selimut gunakan kipas menimbulkan kesulitan pada regulasi
suhu ( seperti ketidakmampuan untuk
angin ruangan dsb.
berkeringat) dan mungkin pasien akan
terpengaruh dengan suhu lingkungan
sekitarnya.
Penghangatan
atau
pendinginan harus dilakukan dengan
hati-hati untuk mencegah trauma
karena kepanasan atau kedinginan
Ubah posisi pasien secara teratur.
Perubahan sirkulasi atau pengumpulan
vaskuler dapat menggnggu perfusi
seluler yang meningkatkan resiko
iskemia atau kerusakan jaringan.
Tinggikan kaki tempat tidur. Berikan Kehilangan tonus vaskuler dan vena
10
latihan
pasif
pada
lutut/kaki. yang statis meningkatkan resiko
Observasi edema pitting (cekung) terbentuknya formasi trombus.
eritema atau adanya tanda Homan
positif.
Catat masukan dan haluaran.
Relaksasinya
tonus
vaskuler,
perubahan cairan dan penurunan
masukan oral dapat menurunkan
volume sirkulasi dan secara negatif
akan mempengaruhi tekanan darah
dan haluaran urin
11
Web Of Caution : Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Gangguan fungsi saraf kranial
Gangguan saraf perifer dan
neuromuskular
Gangguan saraf otonom
Paralisis pada okular, wajah dan
otot orofaring, kesulitan,
berbicara, mengunyah dan
menelan
Kesemutan dan kelemahan otot
kaki yang dapat berkembang ke
ekstremitas atas, batang tubuh
dan otot wajah
Kurang bereaksinya sistem
syaraf simpatis dan para
simpatis, perubahan sensori
Gangguan pemenuhan nutrisi
dan cairan
Kelemahan fisik umum dan otot
wajah
Stroke
Otak
Gagal ginjal
Ginjal
Gagal Jantung
Jantung
Gangguan frekuensi jantung
dan ritme, perubahan tekanan
Penurunan curah jantung
MK : Gangguan perfusi
jaringan
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf otonom adalah bagian dari
sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap homeostasis.
Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Jantung merupakan organ
muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan berlokasi di rongga
dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian depan dan vertebra
thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya
ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang
terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang
di dalamnya.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pengaturan sirkulasi dan tekanan arteri oleh saraf pada
manusia. Kami berharap agar penulis dapat memperluas pengetahuan tentang
materi dari makalah ini. Dan kami juga berharap penulis dapat memahami semua
penjelasan yang diberikan dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang
jelas atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini, pembaca dapat memberikan
masukan demi sempurnanya penyusunan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11.
Kedokteran EGC.
Doengoes E Marylinn., et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Ujianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika
Sharon L. Lewis, Dirksen, Bucher, Heitkemper, Camera. 2011. Medicalsurgical nursing assessment of clinical problems, 8th ed. Elseiver
Mosby
14
Keperawatan Kardiovaskular 1
Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf
Disusun oleh :
Kelas A – 1 Kelompok 1
Latansa Hayyil Islam
Yuni Natilia
Neri Andriani
Eva Diana
Widya Fathul Jannah
Pratama Soldy Izzulhaq
Nuzulia Azizi Islamia
Ayu Tria Kartika Putri
:131411131001
:131411131019
:131411131040
:131411131055
:131411131073
:131411131091
:131411133005
:131411133023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan baik dan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kardiovaskular
1 yaitu Ibu Yulis Setiya Dewi, S.Kep., Ns., M.Ng.
Makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf inii disajikan
dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca
dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat
memahami Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan benar.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kardiovaskular 1 yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis unuk belajar makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunyan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
1
1
1.3 Manfaat …………………………………………………..
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Sistem saraf otonom
2
2.2 Kerja sistem saraf terhadap jantung dan pembuluh darah
3
2.3 Pengaturan sistem saraf otonom pada jantung
2.4 Sistem hantaran jantung
5
6
2.5 Susunan saraf otonom dan irama jantung………………… 6
2.6 Kontrol kardiovaskular
7
2.7 Asuhan keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS )….. 9
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
13
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya
dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengetahuan Sirkulasi oleh Saraf
2. Untuk mengertahui Peran Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan
`Arteri yang cepat
3. Untuk mengetahui sifat khusus pengaturan tekanan arteri melalui saraf
1.3 Manfaat Penulisan
Untuk memahami bagaimana pengaturan sirkulasi dan tekanan arteri oleh
saraf.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu.
2.1 Sistem Syaraf Otonom
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab
terhadap homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari
sistem saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf
otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah,
dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar
keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas, beberapa
target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain dipersarafi hanya
oleh satu divisi.
Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara
substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang
mensekresikan asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan
norepinefrine dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik
baik pada sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada
postganglion syraf simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis
adalah kolinergik.
2
Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan
nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang
distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan
reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara
preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik. Norepinefrine atau
adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor
beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi
reseptor alpha1 dan alpha2.
2.2 Kerja Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah
3
Bagian sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi
oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa
sistem syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf
parasimpatis. Berikut ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan
simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah.
Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam
mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui
seluruh syaraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang
kemudian memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna
vertebralis. Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui
jalur syaraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ
viseral dan jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf
spinal yang memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya,
ditunjukkan bahwa distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup
arteri, arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola
menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk
meningkatkan resistensi pad aliran darah dan selanjutnya menurunkan aliran darah
menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan stimulasi
syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan
menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam
proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis
pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal
meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk
memompa.
Meskipun sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam
pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk
mengontrol sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada
regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu
efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus
vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem
parasimpatik akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit
penurunan pada kontraktilitas otot jantung.
Pusat yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis pada
pembuluh darah terletak di dalam otak yang dikenal sebagai pusat vasomotor
(Vasomotor center). Pusat vasomotor terletak pada substansi retikular pada
medulla dan bagian terendah ketiga pada pons. Pusat ini mengirimkan impuls
parasimpatis melalui nervus vagus
ke jantung dan mengirimkan
impuls simpatis melaui spinal cord
dan syaraf simpatis perifer yang
selanjutnya akan menuju ke
pembuluh darah arteri, arteriola,
dan vena.
4
Dalam kondisi normal, area
vasokonstriktor pada pusat
vasomotor mengirimkan sinyal
pada seluruh serat syaraf
simpatis ke seluruh tubuh,
menyebabkan seluruh sinyal
tersebar secara kontinu pada
syaraf
simpatis
dengan
kecepatan 1,5-2 impuls per
detik. Impuls inilah yang
mengatur status kontraksi pada
pembuluh darah, yang dikenal
sebagai
tonus
vasomotor
(vasomotor tone).
Pada saat yang sama,
dimana
pusat
vasomotor
mengontrol konstriksi pembuluh
darah, pusat vasomotor juga
mengontrol aktivitas jantung.
Bagian lateral dari pusat
vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke jantung
saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas.
Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian
medial dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian
akan mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna
detak jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat
meningkatkan dan menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan
kontraksi meningkat saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat
vasokonstriksi dihambat.
Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan
peningkatan detak jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan
konduktive jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik).
Impuls yg dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari
parasimpatis melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida
Y, yang berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.
2.3 Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar
kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan
sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang.
Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan
sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi
menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya. Dua
ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua ruangan di bawah disebut dengan
ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah dari jaringan kembali ke jantung
5
disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut
dengan arteri.
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat
mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf
tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus
vagus, mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan
parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga
mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan
mempersarafi ventrikel.1
2.4 Sistem Hantaran Jantung
Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat
dikendalikan agar tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung
diawali pada simpul sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat di bagian atrium
kanan, di dekat muara vena cava superior. Simpul sinus normal merupakan
“primary cardiac pacemaker” tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung
(“cardiac pacemaker”) yang terdapat di dalam simpul atrioventrikular atau di
sepanjang sistem hantaran jantung dapat tetap berdenyut.
Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential
internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem Purkinje yang
dapat dipelajari pada gambar berikut ini.
2.5 Susunan Saraf Otonom Dan Irama Jantung
Sistem hantaran khusus mendapat pelayanan saraf otonom simpatis dan
parasimpatis. Simpul sinoatrial dipersarafi oleh saraf parasimpatis melalui saraf
vagus kanan, sedangkan saraf vagus kiri melayani simpul atrioventrikular. Kedua
saraf parasimpatis tersebut tidak memelihara otot-otot ventrikel, kecuali hanya
sedikit saja dan ini mungkin dapat diabaikan. Sedangkan saraf simpatis
memelihara semuanya, baik atrium, ventrikel, simpul sinus dan simpul
atrioventrikular. Kedua saraf otonom tersebut mengatur denyut jantung miogenik
sehingga mempengaruhi “cardiac performance” seperti otomatisitas,
konduktivitas, kontraktilitas, dan “rhythmicity” jantung. Simpul sinoatrial
6
merupakan pusat tertinggi pacu jantung, dan dari sinilah munculnya “inherent
rhythm” yang tidak pernah berhenti berdenyut, yang berjalan secara spontan dan
impulsnya dihantarkan melalui SCS ke seluruh bagian jantung lainnya dan
selanjutnya timbul irama jantung yang senada dengan irama simpul sinoatrial.
Rangsangan saraf parasimpatis pada simpul sinus, cenderung memperlambat
kecepatan pembentukan impuls pada pusat pacu jantung, hal ini terjadi karena
ujung-ujung saraf parasimpatis mengeluarkan asetilkolin, yang pengaruhnya dapat
menurunkan jumlah produksi impuls di simpul sinus dan menurunkan kepekaan
“atrio-ventricular junction” terhadap impuls atau rangsang yang datang dari
simpul sinus, sehingga terjadi kelambatan hantaran impuls ke otot ventrikel.
Berkurangnya produksi impuls pada simpul sinus disebabkan oleh adanya
penekanan pada “slope diastolic depolarization” dan cenderung meningkatkan
stabilitas potensial membran istirahat, sehingga menjauhi “firing-levelnya”.
Rangsangan yang sangat kuat oleh parasimpatis akan menghentikan
perubahan ritmik aktivitas potensial aksi pada pacu jantung dan terjadilah “blok”
hantaran impuls ke “atrio-ventricular junction”. Bila keadaan ini terjadi, maka
ventrikel tidak akan berkontraksi. Tetapi dengan adanya pacu jantung pada SCS di
dalam ventrikel dan otot-otot jantung itu sendiri, maka terjadilah rangsangan pada
ventrikel yag menyebabkan ventrikel dapat berkontraksi di luar kontrol simpul
sinus. Dan ini merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan denyut jantung. Denyut ventrikel demikian disebut sebagai :
ekstrasistole ventrikel dan pada rekaman elektrokardiogram tampak gelombang
QRS tanpa didahului oleh gelombang P. Rangsangan simpatis pada simpul sinus
akan memberikan pengaruh yang berlawanan dengan rangsangan parasimpatis,
hal ini karena simpatis meningkatkan “slope diastolic depolarization” potensial
aksi pusat pacu jantung di dalam simpul sinus, sehingga “slope diastolic
depolarization” sangat mudah mencapai potensial ambang dan kemudian disusul
oleh “overshoot”, demikian seterusnya akan terjadi berulang-ulang, sehingga
tampak peningkatan produksi impuls. Di lain pihak karena rangsangan simpatis,
juga akan terjadi peningkatan permeabilitas membran semua jaringan Sistem
Hantaran Khusus dan termasuk otot-otot jantung terhadap kalium dan natrium,
sehingga hantaran impuls dipercepat dan kekuatan kontraksi otot jantung juga
meningkat.
2.6 Kontrol Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular berada di bawah pengaruh saraf yang berasal dari
beberapa bagian otak, yang pada gilirannya menerima umpan balik dari reseptor
sensorik dalam pembuluh darah. Peningkatan output saraf dari batang otak ke
saraf simpatis menyebabkan penurunan diameter pembuluh darah (penyempitan
arteriol) dan meningkatkan stroke volume dan denyut jantung yang berperan
dalam meningkatkan tekanan darah. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan
peningkatan aktivitas baroreceptor, yang memberi sinyal batang otak untuk
mengurangi output saraf ke saraf simpatis. Konstriksi vena dan penurunan
pasokan darah dalam reservoir vena pada umumnya bersamaan dengan
peningkatan konstriksi arteriol, walaupun perubahan-perubahan dalam besarnya
muatan pembuluh darah tidak selalu paralel dengan perubahan-perubahan
7
resistensi pembuluh darah. Peningkatan aktivitas saraf simpatis terhadap jantung
dan pembuluh darah, secara umum berhubungan dengan penurunan aktivitas
serabut-serabut vagal jantung. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis
menyebabkan vasodilatasi. Penurunan tekanan darah dan meningkatnya simpanan
darah dalam reservoir vena. Umumnya akan diikuti dengan penurunan denyut
jantung, akan tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan rangsangan nervus
vagus dari jantung.
Baroreseptor
Batang Otak
Tekanan Darah
Denyut Jantung
Stroke Volume
Diameter Pembuluh Darah
8
2.7 Asuhan Keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Topik :
Nn, Meme 30 tahun bekerja sebagai karyawan swasta, mengeluh kesemutan berat
pada kaki bagian bawah. Pada pemeriksaan TD 140/100 mmHg.
PENGKAJIAN
Data focus pengkajian menurut Marylinn E. Doengoes, et. Al :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Aktivitas atau istirahat: Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris
yang biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya
berkembang dengan cepat ke arah atas.
Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi ), disritmia,
takikardi / bradikardi, wajah kemerahan, diaforesis
Interegeritas ego : gejala ; perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada
masalah yang dihadapi. Tanda ; tampak takut dan bingung.
Eliminasi. Gejala ; adanya perubahan pola eliminasi. Tanda ; kelemahan
pada otot otot abdomen. Hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan
refleks sfingter
Makanan atau cairan. Gejala : kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
Tanda ; gangguan pada refleks menelan.
Neurosensori. Gejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari
jari kaki selanjutnya terius naik (distribusi stocking atau sarung tangan)
Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu
perubahan.Tanda; hilangnya atau menurunnya refleks tendon dalam
hilangnya tonus otot, adanya masalah dalam keseimbangan, adanya
kelemahan pada otot otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata(keterlibatan
saraf kranial) , kehilangan kemampuan untuk berbicara.
Nyeri atau kenyamanan. Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit,
nyeri(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong.)
hipersensitif terhadap sentuhan.
Pernapasan. Gejala ; kesulitan dalam bernafas, nafas pendek. Tanda;
pernapasan perut, mengguakan otot bantu napas, abnea. Penurunan atau
hilangnya bunyi napas, menurunnya kapasitas vital paru, puncat atau
sianosis. Gangguan refleks menelan atau batuk.
Keamanan. Gejala; infeksi virus nonspesifik(seperti infeksi saluran
pernapasan atas) kira kira 2 minggu sebelum munculnya serangan adanya
riwayat terkena herpezosper, sitomegali virus. Tanda; suhu tubuh yang
berfluktasi ( sangat tergantung pada suhu lungkungan) penurunan kekuatan
atau tonus otot paralisis atau parestesia.
9
Diagnosis keperawatan :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
autonomik yang menyebabkan penumpukan vaskular dengan penurunan aliran
balik vena.
Tujuan / kriteria hasil ;
Mempertahankan perfusi dengan tanda vital stabil, disritmia jantung terkontrol
atau tidak ada
Intervensi
Ukur tekanan darah, catat adanya
fluktuasi.
Observasi
adanya
hipotensi postural. Berikan latihan
ketika
sedang
melakukan
perubahan posisi pasien.
Rasional
Perubahan pada tekanan darah
( hipertensi berat atau hipotensi)
terjadi akibat dari kehilangan alur dari
saraf simpatik untuk mempertahankan
tonus vaskular perifer ( disfungsi
ototnom). Refleks pada tekanan darah
selama perubahan posisi dapat
terganggu
yang
menyebabkan
terjadinya hipotensi postural.
Pantau
frekuensi
jantung
dan Sinus takikardi atau bradikardi dapat
iramanya. Dokumentasikan adanya berkembang sebagai akibat dari
disritmia.
gangguan saraf otonom simpatis atau
tidak adanya hambatan terhadap
refleks vagal yang menyebabkan henti
jangtung. Disritmia dapat juga terjadi
sebagai
akibat
dari
hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit atau
penurunan curah jantung ( dampak
sekunder pada gangguan tonus
vaskuler dan arus balik vena)
Pantau suhu tubuh. Berikan suhu
lingkungan yang nyaman, berikan Perubahan pada tonus vasomotor
atau tanggalkan selimut gunakan kipas menimbulkan kesulitan pada regulasi
suhu ( seperti ketidakmampuan untuk
angin ruangan dsb.
berkeringat) dan mungkin pasien akan
terpengaruh dengan suhu lingkungan
sekitarnya.
Penghangatan
atau
pendinginan harus dilakukan dengan
hati-hati untuk mencegah trauma
karena kepanasan atau kedinginan
Ubah posisi pasien secara teratur.
Perubahan sirkulasi atau pengumpulan
vaskuler dapat menggnggu perfusi
seluler yang meningkatkan resiko
iskemia atau kerusakan jaringan.
Tinggikan kaki tempat tidur. Berikan Kehilangan tonus vaskuler dan vena
10
latihan
pasif
pada
lutut/kaki. yang statis meningkatkan resiko
Observasi edema pitting (cekung) terbentuknya formasi trombus.
eritema atau adanya tanda Homan
positif.
Catat masukan dan haluaran.
Relaksasinya
tonus
vaskuler,
perubahan cairan dan penurunan
masukan oral dapat menurunkan
volume sirkulasi dan secara negatif
akan mempengaruhi tekanan darah
dan haluaran urin
11
Web Of Caution : Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Guillain Barre Syndrome ( GBS )
Gangguan fungsi saraf kranial
Gangguan saraf perifer dan
neuromuskular
Gangguan saraf otonom
Paralisis pada okular, wajah dan
otot orofaring, kesulitan,
berbicara, mengunyah dan
menelan
Kesemutan dan kelemahan otot
kaki yang dapat berkembang ke
ekstremitas atas, batang tubuh
dan otot wajah
Kurang bereaksinya sistem
syaraf simpatis dan para
simpatis, perubahan sensori
Gangguan pemenuhan nutrisi
dan cairan
Kelemahan fisik umum dan otot
wajah
Stroke
Otak
Gagal ginjal
Ginjal
Gagal Jantung
Jantung
Gangguan frekuensi jantung
dan ritme, perubahan tekanan
Penurunan curah jantung
MK : Gangguan perfusi
jaringan
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf otonom adalah bagian dari
sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap homeostasis.
Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Jantung merupakan organ
muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan berlokasi di rongga
dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian depan dan vertebra
thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya
ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang
terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang
di dalamnya.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pengaturan sirkulasi dan tekanan arteri oleh saraf pada
manusia. Kami berharap agar penulis dapat memperluas pengetahuan tentang
materi dari makalah ini. Dan kami juga berharap penulis dapat memahami semua
penjelasan yang diberikan dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang
jelas atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini, pembaca dapat memberikan
masukan demi sempurnanya penyusunan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11.
Kedokteran EGC.
Doengoes E Marylinn., et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Ujianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika
Sharon L. Lewis, Dirksen, Bucher, Heitkemper, Camera. 2011. Medicalsurgical nursing assessment of clinical problems, 8th ed. Elseiver
Mosby
14