Makalah Kenakalan Remaja Semakin Marak

Makalah Agama Islam
Kenakalan Remaja Akibat Kurangnya Pendidikan Agama
Islam

Agama Islam / FG-2
Ardita Rizky
Ivan Raditya
Muammar Agung
Rr. Puti Dira
Hilmy darmawan
Satria Pasthika
Hariz Bayu

UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK

Kenakalan remaja saat ini sudah menjadi permasalahan yang membudaya di kalangan
remaja Indonesia. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi
para remaja tersebut dalam melakukan tindakan tersebut. Faktor-faktor tersebut tidak hanya
berasal dari pengaruh eksternal saja, tetapi juga dari pengaruh internal para remaja tersebut.

Dalam upaya menekan terjadinya kenakalan remaja di kalangan pelajar ini dibutuh peran
serta dari berbagai pihak, seperti keluarga, masyarakat dan pranata sosial keagamaan yang
ada di Indonesia. Kontrol terhadap pendidikan remaja zaman sekarang juga memegang peran
penting dalam pembentukan karakter, sehingga perlu diketahui secara jelas tentang metodemetode yang digunakan saat pembelajaran dan apa pengaruhnya dalam implementasi
kehidupan remaja tersebut.

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan.
Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas
seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari
keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah,
atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang
sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok,

Narkoba, Freesex, dan

terlibat

banyak

tindakan

kriminal

lainnya

seperti perkelahian diantara kalangan pelajar. Fakta ini sudah tidak
dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman
sekarang. Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan.
Remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa kini tidak
bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya
yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan

mereka.

Konfik

keluarga,

mood

swing,

depresi,

frustasi,

dan

munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja
dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
1.2.


Definisi Masalah
Kurangnya pendidikan agama islam mengakibatkan kenakalan remaja

1.3.

Analisis Masalah
Dari latar belakang dan definisi masalah yang sudah dipaparkan, maka dapat
dianalisis masalahnya, sebagai berikut:
1. Faktor apa yang mendasari kenakalan remaja?
2. Apa peran keluarga dan masyarakat dalam usaha menekan
kenakalan remaja serta solusinya?
2

3. Apa peran pranata sosial dan lembaga keagamaan dalam usaha
menekan kenakalan remaja serta solusinya?
4. Metode dan pengaruh pendidikan agama islam di Indonesia?
1.4.

Hipotesis
Kenakalan remaja berakar dari pergaulan yang kurang baik, latar

belakang keluarga kurang harmonis dan juga kurangnya penanaman
pendidikan moral dan agama. Peran lingkungan luar seperti keluarga,
masyarakat, dan pranata sosial keagamaan dapat menekan kenakalan
remaja, seperti memberikan penanaman moral dan agama sejak dini,
memberikan perhatian yang lebih terhadap keluarga, dan tidak
diskriminatif.
pemupukan

Pendidikan
nilai-nilai

agama

kegamaan.

islam

berpengaruh

Beberapa


solusi

terhadap

yang

dapat

diterapkan ialah menyelenggarakan suatu kegiatan yang bertemakan
sosial atau keagamaan dengan melibatkan remaja-remaja yang
terkait.

3

BAB 2
ISI
A. Faktor-Faktor yang Mendasari Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja sudah menjadi hal yang lumrah dan sering terjadi. Secara
umum, faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja di kalangan remaja Indonesia

dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri, sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar diri remaja tersebut.
1. Faktor Internal (Pribadi)
a. Kurangnya pendidikan agama
Faktor internal yang berperan paling besar adalah kurangnya pendidikan
agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudah bagus atau,
remaja tersebut akan memiliki akhlak yang mulia. Ketika ia sudah merasa bahwa
Allah selalu mengamatinya dalam setiap keadaan, remaja tersebut pasti akan
mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut. Inilah
keutamaan pendidikan agama. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫َم ْن ي ُِر ِد ا‬
‫اُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِ ْههُ فِى الدِي ِن‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah
akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no.
1037). Jika anak diberikan pendidikan agama yang tidak menyimpang, perilaku
anak ketika menginjak usia remaja akan mengarah pada akhlak yang mulia, salah

4


satunya ditunjukkan dengan cara sikap lemah lembut terhadap sesama.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,
ُ َ‫ق فِى َش ْى ٍء ق‬
ُ ‫َما َكانَ ال ِر ْف‬
ُ‫ُز َل ع َْن َش ْى ٍء إِلا َشانَه‬
ِ ‫ط إِلا زَانَهُ َولَ ع‬
“Tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya.
Dan tidaklah kelembutan itu lepas melainkan ia akan menjelekkannya.” (HR.
Ahmad 6: 206, sanad shahih).

b. Krisis identitas pada diri remaja.
Tidak tercapainya identitas diri yang positif akan berujung pada timbulnya
ketegangan (stress) dan kecemasan pada remaja. Kekerasan merupakan sikap
agresif sebagai pelampiasan rasa frustasi. Mereka mengambil identitas negatif dan
terjerumus pada kenakalan remaja. Bagi mereka, lebih baik memperoleh suatu
identitas walaupun negatif daripada terombang-ambing dalam ketidaktentuan diri.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Saat ini, pendidikan anak sebagian besar diserahkan pada pihak sekolah.

Orang tua yang sibuk mencari nafkah sepanjang hari akan memiliki sedikit
kesempatan untuk memperhatikan anaknya. Jika lingkungan di sekelilingnya
buruk, remaja tersebut akan menjadi rusak dan brutal juga. Beda halnya jika ibunya
berdiam di rumah. Tentu dia akan lebih memperhatikan si anak. Inilah hikmah
mengapa Allah memerintahkan wanita untuk berdiam di rumah,
‫َوقَرْ نَ فِي بُيُوتِ ُك ان َو َل تَبَراجْ نَ تَبَرُ َج ْال َجا ِهلِيا ِة ْالُولَى‬
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
Di sini dapat dilihat bahwa pendidikan dalam rumah lebih dibebankan pada para
wanita, sedangkan pendidikan luar rumah atau pendidikan kemasyarakatan lebih
dibebankan pada para pria.
b. Lingkungan Kelompok Sebaya
5

Lingkungan pergaulan yang buruk merupakan salah satu dari faktor
eksternal yang dapat menyebabkan kenakalan remaja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menjelaskan:
ْ‫ أَو‬، ‫ك إِ اما تَ ْشت َِري ِه‬
َ ‫ لَ يَ ْع َد ُمكَ ِم ْن‬، ‫ير ْال َح ادا ِد‬
َ ‫يس الساوْ ِء َك َمثَ ِل‬

ِ ‫ب ْال ِم ْس‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬
ِ ‫ب ْال ِمس‬
ِ ‫صا ِح‬
ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬
ِ ِ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
ِ ‫ َو ِك‬، ‫ْك‬
ِ ِ‫يس الصاال‬
ً‫ك أَوْ تَ ِج ُد ِم ْنهُ ِريحًا َخبِيثَة‬
ُ ‫ َو ِكي ُر ْال َح ادا ِد يُحْ ِر‬، ُ‫ت َِج ُد ِري َحه‬
َ َ‫ك أَوْ ثَوْ ب‬
َ َ‫ق بَ َدن‬
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek
adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau
minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak
mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya
yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa). Ibnu Hajar Al Asqolani
mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang

yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan
dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam
agama dan dunia.”
c. Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan proses pendidikan pada anak
dapat berbentuk guru dan sistem pengajaran yang tidak menarik. Untuk
menyalurkan rasa tidak puasnya, mereka dapat meninggalkan sekolah dan
bergabung dengan kelompok anak-anak yang tidak sekolah, yang pekerjaannya
hanya berkeliaran tanpa tujuan yang jelas. Jumlah siswa yang terlalu besar, disiplin
dan tata tertib sekolah yang rendah, kurangnya sarana dan prasarana sekolah,
kurikulum yang kurang memadai, guru yang kurang berdedikasi, dan kurangnya
kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menyebabkan terjadinya tawuran sebagai
pelampiasan ketidakpuasan remaja tersebut dalam menunut ilmu di sekolahnya.
d. Lingkungan Masyarakat (Sosial-Ekonomi)
Sebagian besar para pelaku kenakalan remaja ini adalah golongan pelajar
menengah ke bawah. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi mereka yang paspasan. Kondisi ekonomi yang lenah cenderung kurang membuat membuat mereka
melampiaskan segala ketidakberdayaannya melalui perkelahian. Jika seorang
6

remaja berekonomi menengah ke bawah memahami bahwa ia tidak perlu iri pada
orang yang berekonomi tinggi karena seseorang bisa mulia di sisi Allah dengan
bertakwa, ia tidak akan terlibat dalam perilaku tersebut.
Mengingat banyaknya faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenakalan
remaja di kalangan remaja di Indonesia, dibutuhkan langkah-langkah penyelesaian
yang disesuaikan dengan fakor-faktor yang bersangkutan. Dengan kerja sama yang
baik, baik dari dalam maupun luar individu para remaja, diharapkan budaya ini
akan diminimalisasi sehingga tercipta masyarakat yang hidup damai, aman,
tenteran, dan rukun antarsesama.
B. Peran

Keluarga

dan

Masyarakat

dalam

Usaha

Menekan

Kenakalan Remaja
1. Pengertian dan Fungsi Keluarga
Keluarga yang berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga” dari “ras” dan
“warga” adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga merupakan tempat pertama
individu tumbuh dan mengenal lingkungannya. Dalam bukunya The Family, Mariage,
and Social Change, Richard R Clayton pada tahun 2003 menyebutkan beberapa
fungsi dari sebuah keluarga yang baik. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Fungsi Pendidikan, maksudnya adalah keluarga bertugas untuk mendidik dan
menyekolahkan anak dalam keluarga tersebut agar kelask dapat mempersiapkan
kedewasaan dan masa depannya. Hal ini juga dijelaskan dalam Al Quran Surat An
Nisaa ayat 9:
‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتاقُوا ا‬
‫ا‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
ِ ً‫ش الا ِذينَ لَ ْو تَ َر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِرياة‬
‫س ِديدًا‬
َ ‫َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًل‬
Artinya: Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allaj seandainya meninggalkan
di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

7

b. Fungsi Sosialisasi, maksudnya adalah keluarga bertugas untuk mensosialisasikan
kepada anak dalam keluarga segala norma dan aturan yang berlaku di lingkungan
keluarga tersebut juga yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat sehingga
anak tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Hal ini akan
mempengaruhi pola prilaku seorang anak terhadap masyarakat disekitarnya,
c. Fungsi Perlindungan, maksudnya adalah keluarga berfungsi untuk melindungi
seorang anak dalam keluarga tersebut sehingga anak tersebut merasa aman dan
terlindungi. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan sifatnya.
d. Fungsi Perasaan, maksudnya adalah keluarga bekerja sama saling merasakan
perasaan dan suasana anak maupun anggota lain dalam berkomunikasi. Hal ini
dapat menumbuhkan adanya rasasaling pengertian satu sama lain serta dapat
memunculkan keharmonisan dalam keluaurga.
e. Fungsi Agama, maksudnya adalah keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lainnya untuk menanamkan keyakinan yang megatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah didunia.
f. Fungsi Ekonomi, maksudnya adalah keluarga bertugas untuk mencari penghasilan,
mengatur penghasilan dengan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif, maksudnya adalah keluarga berusaha menciptakann suasana
dimana para anggota keluarga dapat melakukan banyak hal bersama-sama.
Misalnya menonton TV, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan
lainnya.
h. Fungsi Biologis, artinya melalui sebuah keluargalah, penerusan keturunan sebagai
generasi selanjutnya dapat terjadi.
i. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga serta
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
2.

Pengertian dan Fungsi Masyarakat
Masyarakat adalah sekolompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup dimana sebagian besar interaksinya adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata Masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu
musyarak yang artinya ikut serta atau berpartisipasi. Syaikh Taqyuddin An-Nabhani
mengatakan bahwa sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat
8

apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem / aturan yang sama. Dengan
kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi dengan sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Melatih individu dalam masyarakat untuk bersosialisasi dengan orang lain dalam
masyarakat
b. Memberikan pengalaman hidup pada individu dalam masyarakat
c. Menumbuhkan rasa percaya diri pada individu dalam masyarakat
d. Mengajarkan individu dalam masyarakat untuk mengenal lingkungan
e. Melatih kebersamaan dalam anggota masyarakat
f. Memberikan edukasi dan contoh yang baik kepada anggota dalam masyarakat
3. Peran yang Dapat Dilakukan oleh Keluarga dan Masyarakat dalam Menekan
Kenakalan Remaja
Keluarga berperan dalam hal membentuk kepribadian individu. Sebelumnya
telah disebutkan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosialisasi. Dalam
fungsi ini, keluarga menanamkan pada anak dalam keluarga tersebut mengenai nilainilai baik dengan kuat. Nilai-nilai yang dimaksud dapat berupa nilai kepercayaan,
nilai moral, nilai kesopanan, serta nilai-nilai lain yang dianut keluarga maupun
masyarakat tempat ia tinggal. Dengan adanya penanaman nilai yang baik pada anak,
anak akan senantiasa terjaga dari perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai, termasuk
tawuran. Hal semacam ini dapat pula dilihat dari fungsi keluarga yaitu fungsi agama.
Dalam fungsi ini, keluarga membimbing atau mengatur bahkan menyuruh anak dalam
keluarga agar memiliki kepercayaan yang kuat terhadap agama sehingga seorang anak
akan memiliki pedoman dalam menjalani kehidupannya. Ketika seorang anak sudah
memahami tentang pedoman Islam yang dimilikinya, dia akan selalu berpegang teguh
pada Islam tersebut.
Sedangkan peran masyarakat dalam menekan budaya tawuran dapat dilihat
pada fungsinya sebagai pihak yang mengajarkan sosialisasi pada anggota masyarakat.
Masyarakat yang baik akan memiliki kemampuan sosialisasi yang baik. Mereka akan
memiliki hubungan yang baik antar sesama anggota dalam masyarakat. Dengan
kondisi hubungan yang baik seperti ini, seseorang pasti akan lebih terhindari dari
tawuran. Selain itu fungsi masyarakat lainnya adalah sebagai pihak yang memberikan
edukasi kepada anggota masyarakat di dalamnya. Edukasi yang diberikan memang
9

bukanlah edukasi yang sama dengan edukasi yang diberikandi sekolah, melainkan
lebih kepada pemberian contoh contoh yang baik mengenai hal-hal dalam kehidupan.
Hal ini misalnya, masyarakat di suatu daerah mempunyai sifat yang baik, lalu
masyarakat itu memberi contoh pada anak-anak pada masyarakat itu, pasti hal buruk
seperti tawuran tidak akan dilakukan oleh anak-anak tersebut karena tidak pernah ada
sejarahnya dalam masyarakat mereka. Pada seorang individu dalam masyarakat
sebenarnya dapat juga berperan sebagai pengontrol sosial. Hal ini dapat terjadi ketika
seseorang dalam individu melakukan kesalahan yang melanggar norma, misalnya
tawuran, maka masyarakat akan secara langsung memberikan hukuman sosial kepada
orang tersebut. Hukuman sosial ini biasanya dilakukan dalam bentuk pengucilan.
C. Peran Pranata Sosial dan Lembaga Keagamaan dalam Usaha
Menekan Kenakalan Remaja
Lembaga-lembaga sosial dan keagamaan yang berperan dalam menekan
kenakalan remaja:
1. Departemen Agama
Kenakalan remaja salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman
mengenai agama pada individu yang terlibat. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai
kebijakan Departemen Agama dalam menentukan porsi pendidikan keagamaan di
masyarakat. Kurangnya anggaran untuk fungsi agama dalam Departemen Agama
menjadi salah satu penyebab mengapa pendidikan keagamaan di Indonesia belum
berjalan secara efektif.
Departemen Agama akan berusaha untuk meningkatkan kualitas fungsi
agamanya dengan cara: 1) Penyediaan dan peningkatan honorarium Tenaga Penyuluh
Agama (PNS dan Non-PNS). 2) Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman
agama serta kehidupan beragama. 3) Peningkatan kerukunan intern dan antar umat
beragama.
Sementara itu, untuk fungsi pendidikan, Dept. Agama berupaya untuk: 1)
Mengejar kesetaraan kualitas pendidikan agama dengan pendidikan umum di bawah
Departemen Pendidikan Nasional. 2) Pembangunan kualitas sumber daya pendukung
pendidikan. 3) Penyediaan sarana dan prasarana pendukung. 4) Peningkatan peran dan
10

pengembangan pendidikan di Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. 5)
Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Agama.
2. Sekolah
Kenakalan remaja pada umumnya dilakukan oleh kalangan pelajar, sehingga
dalam usaha penanggulangannya perlu dilakukan dari sistem pendidikannya terlebih
dahulu, yaitu melalui sekolah.
Penanggulangan kasus-kasus kenakalan remaja dapat diatasi dengan cara:
a. Pendekatan modeling atau exemplary atau uswah hasanah yang berarti penanaman
akhlak dan moral yang benar melalui teladan. Setiap tenaga kependidikan harus
dapat menjadi teladan dan dapat terbuka untuk mendiskusikan permasalahan moral
dengan peserta didiknya.
b. Menjelaskan kepada peserta didik mengenai nilai yang baik dan buruk secara terus
menerus. Langkah-langkah yang dapat ditempuh ialah: 1) Memberi penghargaan,
2) Menumbuhsuburkan nilai yang baik, 3) Mengecam nilai yang buruk, 4)
Membiasakan bertindak dengan pola yang baik secara terus menerus dan konsisten.
c. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter ke dalam setiap mata pelajaran.

3. Aparat Keamanan dan Lembaga Peradilan Hukum
Terjadinya kenakalan remaja tidak terlepas dari peranan aparat keamanan
dan lembaga peradilan hukum. Peranan aparat keamanan ialah 1) menangkap,
memeriksa dan menyidik perilaku penyimpangan social serta 2) mencegah dan
menghambat niat pelaku untuk melakukan hal tersebut. Sementara itu, peran lembaga
peradilan ialah 1) mengadili pelanggar norma dan 2) juga memelihara kepastian
norma hukum.
4. Adat istiadat

11

Adat istiadat cukup berperan dalam usaha menekan budaya kenakalan
remaja. Hal tersebut dikarenakan adat istiadat memiliki 1) Adat istiadat yang
dijunjung tinggi, dan 2) Kekuatan yang mengikat dengan berbagai sanksi sosial.
5. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat diperlukan dalam usaha menekan budaya kenakalan
remaja. Tokoh masyarakat memiliki pengaruh yang cukup besar di daerahnya.
Peranan tokoh masyarakat dalam menekan budaya kenakalan remaja diantaranya
meningkatkan upaya-upaya pengendalian sosial di lingkungannya.
Peranan berbagai lembaga dan juga pranata sosial cukup banyak dalam
menekan budaya kenakalan remaja. Namun, masih berlangsungnya budaya kenakalan
remaja disebabkan oleh pelaksanaan peranan-peranan pranata dan lembaga sosial
tersebut yang kurang tegas dan juga belum dilaksanakan sepenuhnya. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat belum mengerti dan mematuhi sepenuhnya mengenai
peranan lembaga dan pranata sosial, sehingga pada akhirnya penyimpangan sosial
berupa tawuran pelajar maupun warga masih banyak terjadi.
D. Metode dan Pengaruh Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Dalam hal pengajaran, metode mengajar itu sangat penting untuk dimiliki
oleh seorang pendidik ataupun guru, karena dengan metode yang efektif dan tepat maka
mata pelajaran yang akan disampaikan itu akan berjalan dengan lancar dan dapat tercapai
tujuannya. Selain itu kelancaran materi ajar tergantung pada bagaimana seorang pendidik
menerapkan materinya kepada anak didik serta bagaimana model/ cara memahamkan
materi tersebut. Zaman sekarang, kebanyakan saat pelajaran akan dimulai dari sebagian
anak didik ada yang tidak serius, melamun , ada yang bermain-main dan lain sebagainya.
Kadang pada waktu guru datang mengucapkan salam, maka anak didik menjawab
dengan bermacam-macam, tetapi jelas di sini menunjukkan tidak adanya suasana belajar
yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu suatu metode sangat berguna terhadap suatu
pengajaran.
Metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam perlu mencakup
pembinaan psikomotor, kognitif, afektif dan ketrampilan. Namun dalam bagian afektif

12

inilah yang paling rumit dan sering dikeluhkan oleh para pendidik khususnya materi
agama, karena menyangkut pembinaan rasa aman, dan rasa beragama.
1. Macam-Macam Metode Dalam Pengajaran Agama Islam.
a. Metode Mutual Education
Adalah suatu metode dengan cara mendidik secara berkelompok seperti
yang dicontohkan oleh Nabi SAW, misalnya praktek sholat berjama’ah.
b. Metode Pendidikan Dengan Cara Instruksional
Adalah metode mengajarkan tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam
bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya
mereka bersikap dan berbuat dalam kehidupan sehari-hari dengan begini mereka
dapat membedakan benar atau salah.

c. Metode Bercerita
Adalah mengisahkan peristiwa atau sejarah hidup manusia masa lampau
yang menyangkut ketaatan dan kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah
Tuhan yang dibawakan oleh Nabi SAW yang hadir ditengah-tengah mereka.
d. Metode Bimbingan Dan Penyuluhan
Adalah dimana manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan
hidup yang dihadapi atas dasar iman dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
e. Metode Pemberian, Contoh, Atau Teladan
Dimana Allah menunjukkan contoh keteladan dari kehidupan Nabi
Muhammad SAW yang mengandung nilai penting bagi manusia. Selain itu anak
didik cenderung meneladani pendidiknya dan anak memang senang meniru baik itu
yang baik maupun yang buruk.
f. Metode Diskusi
13

Metode ini juga diperhatikan oleh al-qur’an dalam mendidik dan mengajar
manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan
mereka terhadap suatu masalah. Karena dengan diskusi, segala informasi akan
disatukan seperti kata pepatah ‘satu orang jenius itu lebih buruk daripada pendapat
5 orang’.
g. Metode Tanya Jawab
Metode ini merupakan metode paling tua dalam pendidikan dan pengajaran
disamping metode khutbah. Dengan begini adanya timbal balik sehingga metode
ini dapat berjalan dengan baik.
h. Metode Imstal/Perumpamaan
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang kekuasaan
Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang haq dan yang bathil. Contoh
perumpamaan: “orang-orang yang berlindung kepada selain Allah SWT adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah”. Padahal rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba.
i. Metode Targhib Dan Tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan dan kenikmatan akhirat yang
disertai bujukan. Sedangkan tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan.
Hal ini tidak sama dengan metode ganjaran dan hukuman.
j. Metode Taubat Dan Ampunan
Cara membangkitkan jiwa dari rasa frustasi kepada kesegaran hidup dan
optimisme dalam belajar seseorang, dengan memberikan kesempatan bertaubat dari
kesalahan/kekeliruan yang telah lampau yang diikuti dengan pengampunan atas
dosa dan kesalahan. Dengan cara ini orang akan mengalami katarisasi
(pembersihan batin) sehingga memungkinkan timbulnya sikap dan perasaan
mampu untuk berbuat yang lebih baik dan diiringi dengan sikap optimisme dan
harapan hidup dimasa
Islam berprinsip demokrasi, maka pengajarannya merupakan pengajaran
rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang agama dengan membentuk
14

akhlak dan sifat, bukan hanya untuk memberikan pengetahuan umum. Pendidikan
Islam juga bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian
manusia secara total melalui latihan dan pengkondisian kegiatan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Karena itu pendidikan memberikan jalan bagi pertumbuhan
manusia dalam segala aspeknya. Maka pengaruh dari metode pengajaran ISLAM
yaitu bertujuan:
1.

Membentuk manusia beraqidah (tarbiyah ‘aqidiyah)

2.

Membentuk manusia beraklak mulia (tarbiyah khuluqiyah)

3.

Membentuk manusia berfikir (tarbiyah fikriyah)

4.

Membentuk manusia sehat dan kuat (tarbiyah jismiyah)

5. Membentuk manusia kreatif, inisiatif, antisipatif, dan responsive (tarbiyah am
liyah)
Remaja perlu diberikan pendidikan baik formal maupun non-formal.
Pendidikan mempunyai sasaran untuk menuju keberhasilan pelajar-pelajar yang
bertingkah laku mulia baik kepada keluarga, guru, maupun masyarakat.
Akan tetapi pendidikan agama jangan bersifat transmisi saja dimana remaja
itu hanya mendengarkan. Namun, pendidikan agama harus menciptakan suatu
lingkungan dimana remaja itu dapat mempraktikan teori yang sudah diajarkan
sebelumnya.
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya kenakalan remaja adalah
kurangnya pendidikan, terutama pendidikan agama. Kurangnya pembekalan
pendidikan Agama Islam dapat membuat kepribadian remaja menjadi rusak dan
memberontak. Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan dalam membentuk
pribadi remaja yang mulia.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha belajar dan sistematis dalam
membantu remaja agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Agama Islam sehingga
kelak dapat menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah SWT., berbudi
pekerti luhur dan berkepribadian yang utuh dan secara langsung memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan. Pengertian Agama
Islam di atas, menunjukkan bahwa pendidikan Agama Islam adala merupakan
tanggung jawab orang dewasa yang memiliki ilmu pengetahuan, kecakapan, juga
keterampilan untuk diajarkan atau disalurkan kepada orang-orang yang
15

membutuhkan bimbingan dan binaan yaitu generasi muda yang memiliki
kepribadian muslim sesuai dengan yang diharapkan. Jadi yang dimaksud dengan
pendidikan agama bukanlah pendidikan (khusus) agama melainkan pendidikan
yang berdasarkan agama atau menurut pandangan agama. Dan mutlak harus
diberikan kepada remaja baik lewat formal maupun non-formal.
Ilmu pengetahuan terpisah dari ilmu dari agama dan ilmu agama terpisah
dari ilmu pengetahuan. Pemisahan ini sangat buruk pengaruhnya terhadap
pendidikan dan betapa lebih buruk pengaruhnya bila di sekolah-sekolah diajarkan
materi-materi pelajaran dengan berbagai metode yang berlawanan dengan
gambaran dan ajaran-ajaran agama tersebut.
Selain itu, faktor orang tua dan lingkungan tempat tinggal remaja juga
mengambil porsi yang besar dalam membentuk pribadi seorang remaja. Orang tua
harus sadar dan mengetahui kedudukannya sebagai pembina keluarga mulai sejak
anak dilahirkan, baik mental atau keamanan serta kesehatan jasmani anak. Anak
harus diberikan pendidikan mengenai hal-hal baik yang harus dibiasakan sejak
kecil dan kebiasaan yang terpuji menurut ajaran Islam.
Lingkungan

sekitar

tempat

tinggal

remaja

sangat

mempengaruhi

perkembangan kepribadian remaja. Di situlah remaja memperoleh pengalaman
bergaul dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah. Kelakuan remaja harus
disesuaikan dengan norma-norma yang ada di lingkungan itu. Lingkungan sekitar
rumah memberikan pengaruh sosial pertama pada remaja, di luar keluarga di
situlah ia dapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial baru yang berlainan
dengan yang dikenal di rumah. Dalam kondisi itu remaja dapat mempelajari hal-hal
yang baik akan tetapi mereka dapat juga mempelajari kelakuan yang buruk,
tergantung pada sifat kelompoknya. Remaja-remaja dapat dengan mudahnya
mempelajari kata-kata kotor dan kenakalan dari teman-temannya. Daerah remajaremaja nakal akan menghasilkan remaja-remaja nakal pula. Jadi, dimana remaja
bergaul dan bermain tercermin pada kelakuan remaja tersebut. Orang tua dan para
pendidik diharapkan untuk mengusahakan lingkungan yang sehat di luar rumah,
untuk itu perlu adanya kerjasama dan bantuan dari seluruh masyarakat.

16

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Budaya kenakalan remaja berakar dari pergaulan yang
kurang baik, latar belakang keluarga kurang harmonis dan juga
kurangnya

penanaman

pendidikan

moral

dan

agama.

Peran

lingkungan luar seperti keluarga, masyarakat, dan pranata sosial
keagamaan

dapat

menekan

budaya

kenakalan

remaja,

seperti

memberikan penanaman moral dan agama sejak dini, memberikan
perhatian yang lebih terhadap keluarga, dan tidak diskriminatif.
Pendidikan agama islam berpengaruh terhadap pemupukan nilai-nilai
kegamaan terutama terhadap metode pengajaran, metode pengajaran
yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
fungsinya adalah menentukan berhasil tidaknya suatu prosess belajar-mengajar dan
merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.

17

3.2 Saran
1)

Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan
remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dan narkoba.

2)

Perlunya penanaman nilai-nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri
seorang remaja.

3)

Perlu peran orang tua terhadap anaknya untuk dapat meningkatkan
pengawasan kepada anaknya.

REFERENSI
1. Jendelailmupendidikan.blogspot.com. 2013. artikel pendidikan Tawuran pelajar ,
Penyebab- Penyebab Tawuran pelajar secara umum - Kumpulan Artikel Pendidikan.
[online]

Available

at:

http://jendelailmupendidikan.blogspot.com/2013/08/tawuran-

pelajar-penyebab-penyebab.html [Accessed: 20 Nov 2013].
2. KOMPASIANA.com.

2013. Mengapa

Ada

Tawuran?.

[online]

Available

at:

http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/09/mengapa-ada-tawuran-499743.html
[Accessed: 20 Nov 2013].
3. The Crowd Voice. 2013. FAKTOR PENYEBAB TAWURAN. [online] Available at: http://
www.thecrowdvoice.com/post/faktor-penyebab-tawuran-10232409.html [Accessed: 20
Nov 2013].
4. Tuasikal, M. 2013. Faktor Penyebab Tawuran: Kurangnya Didikan Agama dan
Perhatian Orang Tua. [online] Available at: http://remajaislam.com/islam-dasar/akhlaqmulia/210-faktor-penyebab-tawuran-kurangnya-didikan-agama-dan-perhatian-orangtua.html [Accessed: 20 Nov 2013].
5. The Family, Mariage, and Social Change, Richard R Clayton ; 2003
18

6. Menjadi Cendekiawan Muslim, Dr. KH Zakky Mubarak, MA ; 2010
7. Kementerian Agama. Perencanaan program dan anggaran Departemen Agama 2010
[internet]. [Unknown place]: Kementrian Agama. 2010 [cited 2013 Nov 19]. Available
from: http://rocan.kemenag.go.id/anggaran/Buku%20Putih%202010.pdf
8. Azyumardi Azra. Pendidikan karakter: Peran sekolah dan keluarga [internet]. [Unknown
place]:

Erlangga.

2012

Sep

28

[cited

2013

Nov

19].

Available

from:

http://www.erlangga.co.id/umum/7405-pendidikan-karakter-peran-sekolah-dankeluarga-.html
9. Mahmud W. Pengendalian penyimpangan sosial [Internet]. [Unknown place]: Ilmu
Pengetahuan Sosial. 2011 Apr 20 [cited 2013 Nov 19]. Available from: http://ipsmrwindu.blogspot.com/2011/04/pengendalian-penyimpangan-sosial.html
10. M-Edukasi. 2013. Media Pendidikan: Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam.
[online]

Available

at:

http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/metode-mengajar-

pendidikan-agama-islam.html [Accessed: 20 Nov 2013].
11. Perpustakaan Cyber. 2013. Pengaruh Islam Di Indonesia Dalam Bidang Agama dan
Pendidikan

di

Indonesia

|

Perpustakaan

Cyber.

[online]

Available

at:

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/pengaruh-islam-di-indonesia-dalambidang-agama-dan-pendidikan-di-indonesia.html [Accessed: 20 Nov 2013].
12. AnNahlawiAbdurahman.

Prinsip-prinsipdan

METODA

PENDIDIKAN

ISLAM

dalamkeluarga, sekolahdan di masyarakat. Bandung : cv. DIPONEGORO, 1996
13. Syah Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2004

19

20