ISI MAKALAH KELOMPOK 9 LIMBAH B

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan Industri merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Akan tetapi kegiatan industri selain berdamapak
positif juga dapat berdampak negatif. Dampak positfnya menghasilkan barang dan jasa,
meningkatkan lapangan kerja sedangkan dampak negatifnya menhasilkan limbah dan
pencemaran lingkungan serta dapat merusak sumber daya alam dan menurunkan kualitas
hidup karena lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Untuk itu dalam melakukan
pembangunan industri harus sudah diperhitungkan dampak negatifnya
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak negatif industri
antara lain dengan menganjurkan teknologi bersih, memasang alat pencegah pencemaran,
melakukan proses daur ulang, dan menetapkan wajib pengelolahan limbah bagi industriindustri. Sayangnya upaya-upaya tersebut belum dapat berjalan secara optimal karena alasan
kurang biaya terutama untuk industri-industri kelas menengah ke bawah (modal kecil) atau
karena ketidaktahuan dari pemilik industri.
Berbagai jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke
lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari
terjadinya dampak akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi
dan berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usaha
dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik perlu di buat dan diterapkan suatu
sistem manajemen pengelolaan, terutama pada sektor industri. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai dasar
dalam pelaksanaannya. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut maka hak, kewajiban dan
kewenangan dalam pengelolaan limbah B3 oleh setiap orang/badan usaha maupun organisasi
kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh hukum. Untuk menunjang pelaksanaan programprogram tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai manajemen
pengelolaan limbah B3, hak dan kewajiban instansi/badan usaha yang dipimpin dan
kesadaran untuk melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran dan perusakan.
Oleh karena masalah-masalah diatas penulis tertarik untuk membahas tentang
pencemaran limabah bahan berbahaya dan beracun (B3) oleh industri.
1.2

a)

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud Limbah B3?
1

b)


Apa saja karakteristik Limbah B3?

c)

Bahan-bahan apa saja yang mengandung limbah B3?

1.3 Tujuan Penulisan
a)

Untuk mengetahui karakteristik Limbah B3

b)

Untuk memberitahukan bahan apa saja yang mengandung limbah B3

c)

Untuk mengetahui sumber limbah B3


2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN LIMBAH B3
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau Konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Menurut PP No. 18 tahun 1999,yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.
Menurut RCRA (RESOURCE CONSERVATION and RECOVERY ACT ) Limbah
(Solid) atau gabungan berbagai limbah yang karena jumlah dan konsentrasinya, atau karena
karakteristik fisik-kimia-dan daya infeksiusnya bersifat :


Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang



tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan
Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut ,
dibuang atau dikelola dengan baik.
Untuk mendeteksi kandungan B3 dalam limbah dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Uji kualitatif adalah Screening test atau Fingerprint test. Uji kualitatif ini untuk
mengetahui karakteristik suatu limbah dengan maksud untuk mengantisipasi langkah-langkah
dan penanganan limbah tersebut serta untuk membedakan/mengidentifikasi suatu jenis


3

limbah dengan limbah lainnya. Uraian beberapa parameter dalam Screening test / Fingerprint
test yang dapat dijadikan indikasi awal karakteristik limbah B3 dijelaskan sebagai berikut:
1. pH
Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang lebih sama
dengan 12,5, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai golongan limbah B3 karena
bersifat korosif.
2. Reaktifitas Air
Reaktifitas air ini merupakan suatu parameter untuk menguji reaktifitas menggunakan
air. Suatu limbah dapat dinyatakan bersifat reaktif apabila dalam pengujiannya terjadi gejalagejala seperti adanya pelepasan gas, terbentuknya emulsi, perubahan temperatur dan lain-lain.
3. Pengoksidasi
Dalam pengujian pengoksidasi ini apabila suatu limbah menunjukan adanya
kandungan senyawa oksidan (oksidan positif), maka dapat diambil kesimpulan bahwa limbah
tersebut mempunyai indikasi sebagai limbah B3. Karena apabila senyawa oksidan bercampur
dengan senyawa organik dapat bereaksi secara spontan menghasilkan panas, gas atau bahkan
menimbulkan ledakan.
4. Mudah Terbakar
Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah mudah

meledak atau mudah terbakar. Sehingga ketika suatu limbah didekatkan pada suatu nyala api ,
apabila sampel langsung terbakar maka dapat diindintikasi limbah tersebut memiliki
karakteristik mudah terbakar.
5. Kandungan Amonia
Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun. Apabila suatu
limbah mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan
termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu basa maka akan
bersifat reaktif.
6. Kandungan Sianida
Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun dan
mematikan. Apabila suatu limbah mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa
limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur
dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.

4

7. Kandungan Sulfida
Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu limbah
mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan
termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan

bersifat reaktif.
Limbah B3 memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, dan limbah tersebut bisa
berupa gas, cair, cair ataupun padat dengan karakteristik yang berbeda.
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai beberapa sifat
berikut : 1) limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan. 2) limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air. 3) apabila tercampur air
akan meledak, menghasilkan gas, uap, asap beracun yang membahayakan bagi manusia dan
lingkungan. 4) limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. 5) limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25˚C,760 mmHG). 6) limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas/menerima
oksigen.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat beracun
bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut. Limbah yang
menyebabkan infeksi ialah bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang
bersifat : 1) menyebabkan iritasi pada kulit. 2) menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35mm/tahun dengan temperatur 55˚C. 3)
mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5

untuk bersifat basa.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
b) Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
c) Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.

5

d) Digested

sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested

aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak
mengandung padatan organic.
2.2. Karakteristik limbah B3
Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
1.


Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala. misalnya:
jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane
(a) Limbah yang berupa cairan
Limbah yang berupa cairan akan mudah terbakar apabila:
 Mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan mempunyai titik nyala kurang
dari 60oC
 Terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760mmHg
(b) Limbah berupa padatan
 Limbah pada termperatur dan terkanan standar (25oC, 760mmHg) mudah
menyebabkan kebakaran, seperti melalui gesekan, penyerapan uap air, atau
perubahan kimia secara spontan. Limbah padat apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam waktu lama. Apabila nilai
titik nyala limbah < 40oC, berarti karakteristik mudah terbakar
(c)

Limbah yang bertekanan mudah terbakar

(d)


Limbah pengoksidasi
 Apabila waktu pembakaran limbah sama atau lebih pendek dari waktu

pembakaran senyawa standar, berarti karakteristik mudah terbakar.
2. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan,
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
3. Corrosive (korosif), bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
Limbah korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat berikut:
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
 Menyebabkan proses pengaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi


lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 55oC
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar
dari 12,5 untuk yang bersifat basa

6


4. Reaktif, Limbah rektif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan
atau menerima oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
misalnya : logam natrium
Limbah ini mempunyai sifat-sifat berikut:
 Pada keadaan normal, tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
 Dapat bereaksi hebat dengan air
 Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilakn gas,
uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia


dan lingkungan
Merupakan limbah sianida, sulfide, atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan
12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang




membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760mmHg)
Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organic

peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi
5. Infeksius, bahan padat atau cair yang dapat menginfeksi lingkungan atau makhluk
hidup di sekitarnya, misalnya : jarum suntik, sisa obat-obatan
6. Beracun, Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemaran dan bersifat
beracun bagi manusia atau lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan, kulit,
maupun mulut.
2.3. Sumber Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 menurut sumbernya (PP.05/1999):
1. Sumber Tidak Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 1, PP 85 /1999) : : Limbah B3 yang
berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll. Contohnya adalah asap
kendaraan bermotor dan asap dari cerobong pabrik.

2. Sumber Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 2, PP 85/1999): Limbah B3 sisa proses
suatu industri atau kegiatan tertentu. Contohnya mercuri, arsen, dan deterjen.
3. Bahan kimia kadaluarsa : Tumpahan, sisa kemasan, buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi. Limbah ini berasal dari produk yang tidak memenuhi spesifikasi
yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali. Limbah ini
memerlukan pengolahan, hal yang sama juga berlaku.

Bahan bahan yang mengandung B3 dalam rumah tangga
7

Pada mulanya, banyak orang yang menyambut gembira dengan penemuan bahanbahan dan senyawa kimia. Dengan berjalannya waktu, ternyata ditemukan pula dampak
negatifnya. Untuk itu, limbah B3 dan B3 perlu dikelola dengan baik dan benar, baik pada saat
masih digunakan maupun setelah tidak digunakan lagi.
Rumah adalam tempat tinggal dan berfungsi sebagai tempat pembinaan anggota.
Segala hal yang berkaitan dengan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di
rumah tanggga diharapkan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, dampak dari
limbah B3 di dalam rumah tangga dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu, setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Sumber sampah di dalam rumah tangga
Kamar tidur: kaleng hairspray, kaleng obat

Kamar mandi/cuci: pembungkus sabun, wadah

nyamuk, lampu TL, tisu, kapas, botol/wadah sabun cair, pembungkus shampoo, wadah
kosmetik, abu, dan debu

pasta gigi, wadah deterjen, dan wadah pemutih

Ruang keluarga: bekas beterai, spidol/tinta

pakaian
Ruang tamu: lampu TL, abu, debu, sisa dan

bekas, kaleng obat nyamuk, lampu TL, abu,

pembungkus makanan serta kertas

debu, sisa dan pembungkus makanan, kertas,
serta obat kadaluarsa
Dapur: sisa dan pembungkus makanan, lampu Garasi: oli bekas, kaleng/wadah pembersih
TL, botol/wadah sabun cuci, wadah minyak

mobil, debu, aki bekas

tanah dan debu
Ruang makan: sisa dan pembungkus makanan Taman/kebun: daun-daun, kertas, plastic, dan
dan debu

pembungkus makanan

Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri


Jangka Pendek

1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih,
berubah menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan
lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air
minum.
8

2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit
dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic
pada anak cucu dan generasi berikut.
3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat
merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur
6.

tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.



Jangka Panjang
Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah

cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang
ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat
lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk
Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan
akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/acrodynia,
alergi kulit dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.
2.4. Dampak Pencemaran Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3) Industri
1. Limbah industri pangan
Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain : tahu,
tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka
industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan
polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological
Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas
dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu
seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota
perairan lainnya.
9

2. Limbah industri kimia dan bahan bangunan
Industri kimia seperti alkohol, parfum & minyak pelumas (oli) dalam proses
pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang
dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya
terkandung zat kimia berbahaya, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun
tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk selama proses permentasi berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa
pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas
berupa uap alkohol. Kategori limbah industri ini adalah limbah bahan berbahaya beracun
(B3) yang mencemari air dan udara.
Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik:
a.

Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam tubuh

melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya
keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan
Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya.
b. Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis
yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa
dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.
Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja apabila
menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila tidak sesuai denganThreshol Limit
Valued(TLV) gas atau uap beracun dari industri juga dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat sekitar.
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang
menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu
kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari penggalian
yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah-kubah yang sudah tidak
mengandung hara sehingga apabila tidak direklamasi tidak dapat ditanami untuk ladang
pertanian.
3. Limbah industri sandang kulit dan aneka
Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kulit
dapat mengakibatkan pencemaran yang beresiko tinggi terhadap lingkungan karena dalam
kegiatannya proses pencucian terhadap bahan-bahan bakunya memerlukan air sebagai
mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses)

10

yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak
tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).
4. Limbah industri logam dan elektronika
Bahan buangan yang dihasilkan dari industr besi baja seperti mesin bubut, cor logam
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa
debu, asap dan gas yang mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan
buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu
ketenangan sekitarnya. Kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang
berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun
masyarakat sekitar.
Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini
mencemari air karena buangannya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang
berasal dari prosespicklinguntuk membersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat
dapat dimanfaatkan kembali.
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihasilkan dari proses-proses
dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :


Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas



Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan
otot, menurunnya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.



Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan
napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan
penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan
yang bisa diikuti dengan kematian.



Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala,
pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.



Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm),
pembengkakan paru-paru/celah suara.

11



Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem
lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan
sebagainya.



Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur
dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang membahayakan seperti
yang telah diuraikan diatas.

2.5. Upaya Pencegahan Pencemaran Limbah (B3) Industri
Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan dalam mengatasi Pencemaran limbah
B3 industri adalah sebagai berikut:




Mengatur sistem pembuangan industri sehingga tidak mencemari lingkungan
Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk
Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan




bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran
Melakukan penghijauan
Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari



lingkungan
Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah)
agar tidak mencemari lingkungan

12

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Limbah B3 industri dapat menghasilkan bahan toksik yang berbahaya bagi lingkungan
2. Limbah industri yang mengandung bahan pencemar akan berpengaruh terhadap lingkungan
baik jangka pendek maupun jangka panjang
3. Limbah industri berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia
4. Pencegahan pencemaran limbah B3 industri dapat dilakukan dengan Mengatur sistem
pembuangan industri sehingga tidak mencemari lingkungan
 Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk
 Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan
bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran
 Melakukan penghijauan
 Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari
lingkungan
 Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) agar
tidak mencemari lingkungan
5. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan pengolahan limbah selain itu dalam
mengatasi pencemaran sangat di perlukannya peran pemerintah dan kesadaran masyarakat.
3.2. Saran
1. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan Pemerintah Daerah.
2. Perlu diberikan sanksi bagi industri-industri yang membuang limbahnya di sungai, di laut
yang dapat menimbulkan pencemaran dan dampak buruk bagi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CD8QFjAE&url=http
13

%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Frekayasa_lingkungan
%2Fbab7_sistem_pengelolaan_limbah_b3.pdf
http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/
http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html

14