KARAKTERISASI REPRODUKSI DAN MORFOMETRIK IKAN BATAK DARI DUA LOKASI (SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT)

  Karakterisasi reproduksi dan morfometrik ikan batak..... (Anang Hari Kristanto)

KARAKTERISASI REPRODUKSI DAN MORFOMETRIK IKAN BATAK

DARI DUA LOKASI (SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT)

  • ) * ) * )

  Anang Hari Krist ant o , Sidi Asih , dan Winarlin

ABST RAK

  Karakt erisasi m orfom et rik dan reproduksi induk ikan bat ak dan ket urunannya yang dipelihara di kolam dan induk ikan bat ak yang dipelihara di keram ba t elah dilakukan. Karakt erisasi m orfom et rik m eliput i sirip perut , sirip dubur, sirip punggung, sirip ekor, sirip dada, sisik linea lat elaris kiri, dan sisik linea lat eris kanan. Karakt erisasi reproduksi m eliputi panjang dan bobot ikan pada saat m atang gonad, diam eter telur, jum lah telur per kg induk, indek ovosom at ik, laju pem buahan, laju penet asan, wakt u lat en, lam a penetasan, panjang larva setelah habis kuning telur dan jum lah larva per kg induk dari m asing- m asing populasi. Populasi ikan Tor soro dari Jawa Barat dan Sum atera Utara m em punyai karakt erist ik m orfom et rik yang sam a. Induk ikan generasi pert am a (F1) ikan batak yang berada di Cijeruk, Jawa Barat m enghasilkan jum lah larva yang lebih besar (259 ± 58) ekor/ kg induk dibandingkan induk t et uanya (190 ± 70) ekor/ kg induk, sedangkan ikan dari Am barita, Sum atera Utara belum dapat m enghasilkan larva.

  

ABST RACT : Repr oduct ive and m or phom et r ic char act er iz at ion of Tor soro

f r om t w o locat ion (Nor t h Sum at r a and West Java). By: Anang H ar i Kr i st an t o, Si d i Asi h , an d Wi n ar l i n

  

Reproductive and morphometric characterization of Tor soro broodstocks and their

descent reared in the pond and tor soro broodstock reared in the cage were conducted.

The reproductive characterizations include the length and weight at the maturation

stage, eggs diameter, number of eggs per kg body weight, index ovosomatic,

fertilization rate, hatching rate, and number of larvae per kg body weight of broodstock.

The morphometric characterizations include the total length, standard length, body

hight, ration body hight/standard length, abdominal fin, anal fin, dorsal fin, tile fin,

left lenea latelaris and right linea lateralis. Population of Tor soro from West Java

and North Sumatra had the same morphometric characterization. The first

generation of Tor soro in Cijeruk, West Java produced more larvae (259 ± 58) fish/kg

than their parent (190 ± 70 ) fish/kg, while the fish from Ambarita, North Sumatra

has not produced the larvae yet.

  

KEYWORD S: Tor soro, r epr oduct ion, m or phom et r ic, br oodst ock s, hat ching

r a t e

  

PENDAHULUAN (Hardjamulia et al.,1995a). Di daerah Kuningan,

  Jawa Barat , Tor soro disebut juga ikan kancra Ik an b at ak (Tor soro) m er up ak an ik an sedangkan di daerah Pringsewu, Blitar ikan Tor endemik di Danau Toba yang populer dan telah

  soro dikeram at kan sehingga keberadaannya

  lam a dikenal m asyarakat Bat ak di Sum at era dipertahankan oleh masyarakat. Usaha ke arah Ut ara. Ik an ini m em punyai nilai ek onom is b u d i d ay a i k an b at ak san g at d i m i n at i t inggi, karena adanya nilai religius t ersendiri m asyarakat nam un penyediaan benih m asih yang dipakai dalam upacara adat. Terdapat dua jadi kendala. Oleh karena it u, unt uk m en- sp esi es i k an b at ak d i Dan au To b a yai t u d u k u n g k eg i at an b u d i d aya p er l u d i k aj i

  Neoilsochillus thienemani, d an Tor soro

  • * ) kem ungkinan pengem bangan t eknologi budi

  Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 59--65

  induk, pem ijahan, pem eliharaan larva, dan benih.

  Hasil ident if ikasi yang dilakukan Kot t elat

  et al. (1993) menyebutkan ikan batak termasuk

  sub f am ili Cyprininae, f am ili Cyprinidae, dan ordo Cypriniformes. Ikan batak mengkonsumsi b ij i- b ij ian, sip ut , d an ser angga, sehingga digolongkan sebagai ikan om nivora (Suhenda

  et al., 1995). Dari hasil pengam at an yang dilakukan di lapangan oleh Suhenda et al.

  (1995) ikan batak diperkirakan memijah bulan Januari- Februari. Pem ijahan yang t erjadi di Danau Toba dan Sungai Asahan diduga terjadi pada m usim penghuj an. Ik an j ant an yang t ert angkap dan m at ang kelam in m em punyai ukuran bobot 80 gram, sedangkan ikan betina mempunyai panjang antara 36—39 cm dengan bobot 572—635 gram sert a gonado som at ik indeksnya sebesar 1,28 –1,64; dengan dia- m et er t elur 2 —3 m m . Nam un ik an bet ina berukuran 27—32 cm dengan bobot 221—479 g menunjukkan gonad yang belum berkembang (Suhenda et al., 1995).

  Dunham (2004) menyatakan ikan yang berasal dari lokasi yang berbeda m em punyai karakter r ep r o d u k si yan g b er b ed a k ar en a ad an ya p en g ar u h i n t er ak si an t ar a g en et i k d an lingkungannya. Karakt er reproduksi m asing- masing strain diduga akan mempunyai potensi k eu n g g u l an y an g b er b ed a. Ev al u as i k ar ak t er isasi r epr oduk si diper luk an unt uk m engetahui potensi keunggulan biologis dari masing- masing strain. Penelitian ini bertujuan u n t u k m en d ap at k an i n f o r m asi k er ag aan reproduksi dari masing- masing populasi ikan batak m elalui pem ijahan secara terkontrol.

BAHAN DAN METODE

  Hasi l p en el i t i an p em i j ah an i k an b at ak secara t erkont rol yang dilakukan oleh Asih et

  penyunt ikan horm on HCG dengan dosis 500 iu/ kg induk pada penyunt ikan awal dengan LHRHa dengan dosis 0,6 m g/ kg dalam selang wakt u 24 jam dapat m eningkat kan diam et er oosit e 13,89%; m enghasilkan t elur dengan daya t et as 82% lebih baik dengan perlakuan penyunt ikan LHRHa dengan selang wakt u 36 jam , dengan daya t et as t elur hanya 47%.

  Tem pat pelest arian ikan bat ak um um nya terisolasi dalam waktu yang lama serta jumlah populasinya relatif sedikit hal ini dikhawatirkan

  Hasil penelit ian perkem bangan diam et er t elur ikan bat ak yang dilakukan di kolam oleh Su l h i et al. (2 0 0 4 ) m en u n j u k k an b ah w a terdapat dua puncak perkembangan diameter telur selama penelitian berlangsung yaitu pada bulan Mei- Juni (menjelang kemarau), dan pada awal Januari (berdasarkan hasil sampling bulan D esem b er ), d en g an d i am et er t er b esar mencapai 1,35—1,40 mm. Di luar bulan- bulan t ersebut diam et er t elur ik an bat ak ham pir “ stagnan” (t i d ak b er k em b an g ) t et ap i ad a beberapa individu yang t elurnya m engalam i “atresia”. Perlakuan implan HCG dengan dosis 500 iu/ kg m em perlihat kan pengaruh t erbaik terhadap perkem bangan diam eter oosit terus m eningkat pada 21 hari dan 63 hari dari dia- meter oosit awal 0,9 mm menjadi 1,4 mm.

  Ind uk ik an b at ak yang ad a d i Cij er uk , diperoleh pada t ahun 1999 dari kabupat en Su m ed an g d an Ku n i n g an Jaw a Bar at . Pematangan gonad induk ikan batak tetua dan generasi pert am a dilakukan dengan m em - berikan pakan kom ersil dengan kandungan prot ein 28% sebanyak 2% per hari dari t ot al biomassa. Ikan tersebut dipelihara dalam kolam bet on dengan luasan 72 m

  2

  , dengan dasar kolam terdiri atas lapisan pasir dan batu koral, dan m endapat pasokan air sum ber dengan debit 300—450 L/ m enit . Induk t et ua t erpilih seb an yak 1 6 ek o r d en g an r at aan b o b o t individu 2,98 ± 0,44 kg dan panjang total 52,45 ± 7 ,8 6 cm d i g u n ak an d al am p en el i t i an , sedangkan induk ikan generasi pert am a (F1) diperoleh dari hasil pem ijahan induk pada tahun 2002, terpilih sebanyak 16 ekor dengan rat aan bobot individu 1,40 ± 0,25 kg dan panjang total 49,70 ± 5,14 cm. Ikan batak yang d i p el i h ar a d i k er am b a b er asal d ar i h asi l p en an g k ap an d i p er ai r an D an au T o b a Am barit a, Sum at era Ut ara pada t ahun 2000, dan dipelihara di keramba pada kedalaman air 5 m.

  Karakterisasi morfometrik ikan batak yang digunakan dalam penelitian mengikuti metode yang digunakan oleh (Kot ellat et al., 1993). Ciri- ciri m orfom et rik yang diukur ant ara lain: sirip dada (F), sirip perut (G), sirip dubur (H), sirip punggung (A), sirip ekor (B), dan linea lateralis kiri dan kanan (C). Pematangan gonad dilakukan dengan memberikan pakan komersil sebanyak 2% per hari dari t ot al biom assa. Pen y u n t i k an d i l ak u k an p ad a p u n c ak perkembangan diameter telur yaitu pada bulan Mei - Ju n i (m en j el an g k em ar au ), d en g an diam et er rat aan paling besar (1,4 m m ) sert a awal akhir Desember- Januari, dengan diameter terbesar mencapai 1,35- 2,6 mm. Pemijahan ikan

  al. (2004) m em perlihat kan bahwa kom binasi

  Karakterisasi reproduksi dan morfometrik ikan batak..... (Anang Hari Kristanto)

  Cijeruk, Jabar dan di Danau Toba, Am barit a, Sum at era Ut ara m enggunak an rangsangan hor m on HCG d an ovap r i m . Hor m on yang digunakan sebagai “prim ing” HCG 500 IU/ kg set elah it u 24 jam kem udian disunt ik dengan hormon ovaprim dengan dosis total 0,6 mL/ kg sebagai sunt ikan “t riger” ovulasi. (Asih et al., 2004; Sulhi et al., 2004; Legendre, 1986; Legendre & Otim i, 1995).

HASIL DAN BAHASAN

  I. 17 I. 1 7 I. 1 7 -1 8 2 3 --2 4 23 --24 2 3--24

  II. 1 9 --2 0 2 3 --2 4 23 --24 2 3--24 Ci ri mo rf o met ri k Mor ph olog ica l ch a r ct er iza t ion

  II. 20

  II. 9 --1 1

  II. 9 --1 0

  I. 9 --1 0 I. 9 I. 9 I. 7 I. 7--9 I. 7

  Sirip p eru t (G) Abdom inal fin (G) Sirip d ub u r (H) Anal fin (H ) Sirip p un g gu n g (A) Dorsal fin (A) Sirip e ko r (B) Caudal fin (B) Sirip d ad a (F) Pectoral fin (F) Sisik line a Lat e laris kiri (C) Left linea latelaris scale (C) Sisik line a Lat e laris kanan (C) Right linea latelaris scale (C)

  Table 1. Morphological characterization of Tor soro broodstock were used for breeding I nd uk ( P) F1 I nd uk ( P) Lo ka si Ci je ruk Lo k a si Ci jeruk Lo k asi Amb a ri t a Br ood st ock Fir st g en er a t ion Br ood st ock Loca t ed on Cijer uk Loca t ed on Cijer uk Loca t ed on Am b a r it a ( n = 1 6 ) ( n= 16 ) ( n = 1 0)

  Tabel 1. Karakteristik morfologi dari induk ikan batak yang digunakan

  Karakt erisasi reproduksi ikan bat ak yang m el i p u t i p an j an g t o t al (cm ), b o b o t (k g ), diam et er t elur (m m ), jum lah t elur/ kg induk, indeks ovosom at ik (IOS) (%), laju pem buahan (%), laju penetasan (%), waktu laten (jam), lama penetasan (jam ), panjang larva (m m ), panjang larva set elah habis yolk sack (m m ), jum lah larva/ kg disajikan pada Tabel 2.

  Dari ketiga populasi ikan batak yang diukur m em p unyai cir i- cir i m or f ologi yang sam a (Tabel 1), art inya ket iga kelom pok ikan bat ak yang berasal dari Sum edang, Jawa Barat dan yang t ert angkap di Am barit a, Sum at era Ut ara m ungkin berasal dari populasi yang sam a.

  Ciri- ciri m orf ologi induk ikan bat ak yang berasal dari Cijeruk, Bogor, dan Am barit a, Sum atera Utara disajikan pada Tabel 1.

  , p H, ok sigen (m g/ L), karbondioksida (mg/ L), dan kandungan fosfat t er lar ut (m g/ L) dianalisis di set iap lok asi. Analisis dat a dilakukan secara t abulasi dan deskritif pada morfologi, karakter reproduksi, dan kualitas air.

  2

  Parameter yang diukur untuk karakterisasi reproduksi antara lain bobot dan panjang total ikan pada saat matang gonad, jumlah telur per kg induk (jumlah telur yang mengalami ovulasi dibagi bobot badan induk), diameter telur, laju p em b u ah an (%), yai t u j u m l ah t el u r yan g dibuahi, dibagi dengan j um lah t elur yang ovulasi dikali 100, laju penetasan telur (%), yaitu jum lah larva yang diperoleh dibagi dengan jumlah telur yang dibuahi dikalikan 100, indeks ovosom at ik (IOS) (bobot t elur yang ovulasi dibagi dengan bobot induk sebelum dipijahkan dikali 100) (Hardjam ulia et al., 2000) jum lah larva per kg induk, yait u jum lah larva yang diperoleh dibagai bobot badan induk dari m asing- m asing populasi, sert a panjang larva pada saat m enet as. Dat a k ualit as air yang list r ik (um hos), NO

II. 9--11

II. 19 --20

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 59--65

  batak di Ambarita, Sumatera Utara Table 2.

  Reproductive characterization of Tor soro broodstock and their descent at Cijeruk, West Java and Ambarita, North Sumatra Ind uk ( P) Generasi Lo kasi Amb arit a Karakt er rep ro d uksi Ind uk ( P) Pert ama ( F1) Br ood st ock Repr od uct ive Br ood st ock Fir st Loca t ed on ch a r a ct er iza t ion g en er a t ion ( n = 16) Am b a r it a ( n= 16) ( n = 10)

  Panjang total (c m) 52.45 + 7.86 49.70 + 5.14 66.31 + 6.57 Total length (cm) Bobot (kg) 2.98 + 0.44 1.40 + 0.25 3.78 + 0.28 Weight (kg) Jumlah telur/ kg induk 713 + 218 685 + 213 52 + 13 Number of eggs/kg broodstock Indek ov osomatik (IOS) % 1.70 + 0.21 1.59 + 0.04 0.07 + 0.01 Ovosomatic indeks (IOS) % Diameter telur (mm) 2.88--2.97 (n= 30) 2.88--2.97 (n = 30) 1--3.01 Eggs diameter (mm) Waktu laten (Jam) 12--19 (24--28°C) 12--19 (24--28°C) 28 (25.5°C) Latency time (Hour) Laju pembuahan (%) 52.83 + 41.52 71.8 + 37.7 31.78 + 17.99 Fertilization rate (%) Laju penetasan (%) 50.64 + 37.90 51.85 + 47.59 Hatching rate (%)

  • Lama penetasan (Jam) 91–129 (21–27°C) 91--131(21--27°C)

  Hatching time (Hour) Panjang larv a (mm) 7.7--8.6 - 7.7--8.6 Larval length (mm) Jumlah larv a/ kg induk 190 + 70 - 259 + 58 Number of larval/kg broodstock Panjang larv a setelah 14--16 15--16 - habis kuning telur (mm) Larval length after disappearing yolk sack (mm)

  Hasil pengamatan pada jumlah telur/ kg dari larva, dan jum lah t ot al larva yang dihasilkan. i n d u k i k an yan g d i p el i h ar a d i k er am b a Sedangkan rendahnya derajat tetas telur dapat m em punyai nilai paling kecil dibandingkan disebabk an oleh ham bat an perk em bangan dengan kedua induk yang berada di Cijeruk. embrio atau gangguan pada embrio, sehingga Kegagalan proses penet asan t elur pada ikan em b r i o t i d ak b er k em b an g d en g an b ai k batak yang berada di Ambarita, Sumatera Utara (Mokogint a, 1992). Pada saat proses vit elo- d iseb ab k an k ualit as t elur yang d ihasilk an genesis berlangsung, granula kuning t elur kurang baik, dibandingkan dengan telur yang b er t am b ah d alam j um lah d an uk ur annya, diperoleh dari induk ikan batak yang dipelihara sehingga volum e oosit m em besar (Yarron, di Cijeruk. Kualit as t elur yang baik dapat juga 1995). Perkem bangan gonad yang sem akin dilihat dari derajat t et as t elur, abnorm alit as matang merupakan bagian dari reproduksi ikan

  Karakterisasi reproduksi dan morfometrik ikan batak..... (Anang Hari Kristanto)

  Dat a kisaran sif at f isika- kim ia air selam a penelit ian dapat dilihat pada Tabel 3. Secara umum, sifat fisika- kimia air (suhu, pH, O

  Penelitian ini terlaksana atas biaya dari DIPA tahun 2005, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT).

  Populasi ikan batak, Tor soro dari Jawa Barat d an Su m at er a Ut ar a m em p u n yai k ar ak t er m orf om et rik yang sam a. Induk ikan generasi pertam a (F1) m enghasilkan jum lah larva yang l eb i h b esar (2 5 9 ± 5 8 ) ek o r / k g i n d u k dibandingkan induk tetuanya (190 ± 70) ekor/ kg induk.

  KESIMPULAN

  C) tidak terlalu jauh dari kondisi kolam Cijeruk, akan t et api k ar en a p en g ar u h p em b er i an p ak an st r es lingkungan di mana digunakannya transportasi d ar i d an k e lok asi m engganggu t er had ap kondisi ikan (Tabel 3).

  o

  dan bahan organik) selam a penelit ian m asih dalam kisaran yang dapat dit erim a oleh ikan suhu air tertinggi di KJA dan kolam tanah, yaitu 22°C dan 26°C, cukup optimal bagi ikan (Boyd, 1990). Dalam hal periode kem at angan gonad optim um (waktu di m ana fertilisasi telur serta laju sint asan larva t ert inggi) bervariasi ant ar spesies, laju dari atresia tergantung dari suhu (Gillet , 1991). Ikan Bat ak yang dipelihara di keram ba di Danau Toba, Am barit a, Medan banyak yang atresia (overripe), dilihat dari suhu air di lingkungan keramba (25,5

  4 OH, Kesadahan f osf at , nit rit ,

  , alkalinit as, NH

  2

  , CO

  2

  C, wakt u ini sangat perlu diket ahui, karena apabila t er- lewat i, t elur ikan akan m enjadi atresia se- hingga t idak dapat t erjadi pem buahan ket ika telur dan sperma dicampurkan.

  t ersebut berlangsung sebagian besar hasil m et abolism e t ert uju kepada perkem bangan gonad . Di sam p ing it u, p eningk at an nilai f ek u n d i t as j u g a d ap at d i seb ab k an o l eh kandungan nut rien sepert i lem ak dan prot ein serta karbohidrat yang terdapat di dalam pakan cukup unt uk m endukung perkem bangan go- nad. Pemberian pakan komersial berkadar pro- tein 28% kurang mencukupi untuk induk yang dipelihara di KJA di Ambarita, Sumatera Utara. Penent uan k arak t er reproduk si induk ik an bat ak diperlukan dalam pengem bangan budi dayanya, seperti penentuan jumlah induk ikan bat ak yang harus digant i dan dipert ahankan, sehingga dapat diperkirakan keperluan jumlah induk yang diperlukan untuk mempertahankan j um lah populasi m inim al yang diperluk an. Jumlah telur per kg induk ikan batak 472—931 b u t i r / k g t er m asu k r en d ah d i b an d i n g k an dengan ikan cyprinid lainnya seperti ikan m as (Cyprinus carpio) sebanyak 131.000—153.000 b u t i r / k g i n d u k d an r o h u (Labeo rohita) seb an yak 2 1 0 . 0 0 0 —4 1 3 . 0 0 0 / k g i n d u k . (Jh i n g r an & Pu l l i n , 1 9 8 8 ). Hal t er seb u t m enunjukkan bahwa ikan bat ak m em punyai karakter yang unik di antara sesama golongan cyprinid, karena ikan bat ak m em punyai dia- m et er t elur yang lebih besar. Ikan sem ah (Tor

  o

  C—28

  o

  Wakt u lat en, yait u wakt u yang diperlukan unt uk ovulasi oleh ikan bat ak dari sunt ikan terakhir hormon ovaprim berkisar antara 12— 19 jam , pada suhu air 24

  d i p er l u k an w ak t u 6 —1 0 b u l an m as a pem eliharaan unt uk m encapai ukuran 500 gram dari saat menetas (Bardach et al., 1972).

  punctatus) 6.600 but ir per kg bobot induk,

  Ik an b at ak yan g b er asal d ar i Ci j er u k mempunyai diameter telur rata- rata lebih besar 2,88—3,02 m m , sedangkan ikan bat ak yang berasal dari Ambarita, mempunyai ukuran dia- m et er 1—3,01 m m . Besarnya diam et er t elur berpengaruh terhadap panjang larva pada saat m enetas. Blax ter (1988) m enyatakan peranan uk ur an t elur d engan sint asan lar va. Pad a spesies yang m em punyai t elur lebih besar, lebih t ahan t erhadap kekurangan m akanan dibandingkan dengan ikan yang m em punyai d en g an h asi l p en el i t i an t er h ad ap sp esi es clarias, di mana Clarias gariepinus mempunyai ukuran telur lebih besar dari Clarias batrachus. Waktu yang diperlukan untuk memelihara ikan dari m ulai m enet as sam pai ke ukuran pasar sangat tergantung pada ukuran awal. Rata- rata produksi t elur pada channel catfish (Ictalurus

  perkembangan gonadnya termasuk dalam ikan yang memijah secara partial, di mana terdapat variasi oosit yang berbeda antara yang matang (siap ovulasi) dan kelom pok oosit yang belum matang (Subagja, 2005).

  al., 1 9 9 5 b ). Ik an b at ak (Tor soro) d al am

  1,6 mm (Hardjamulia et al., 1995b), jumlah telur per kg bobot t ubuh berkisar ant ara 1.011 sam pai 3.089 but ir/ k g induk dengan nilai r at aan 2 .0 7 3 b u t i r (Gaf f ar et al., 1 9 9 1 ). Pem biakan pada ikan sem ah t erjadi dalam beberapa kali dalam set ahun, karena adanya beberapa t ingkat ukuran dalam st adium IV dengan perbedaan yang relat if kecil ant ara oosit pada st adium III dan IV (Hardjam ulia et

  duorenensis) mempunyai diameter telur 1,5—

UCAPAN TERIMA KASIH

  J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 59--65 DAFTAR PUSTAKA Asih, S., J. Subagja, Winarlin, dan A. Widiyat i.

  Kedalaman air (m) Water depth (m) Kec erahan (c m) Transparency (cm) Suhu (°C) Temperature (°C) Day a hantar listrik (umhos) Conductivity (umhos) Alkalinitas (mg/ L) Alkalinity (mg/L) NO

  3.75

  7.5

2.4--7.19

  8 0.080--0.307 0.005

5.15--9.94

  90

77.07--113.4

1.45

7--7.5

  0.05

22--26

25.5

102--120

  5 70 100

0.179--0.293

  

0.7

  Dissolved phosphat

  4 ) (mg/ L)

  Carbon dioxide (mg/L) Fosfat terlarut (PO

  2 ) (mg/ L)

  Oxygen (mg/L) Karbon dioksida (CO

  2 ) (mg/ L)

  PH pH Oksigen (O

  

Table 3. Water quality of Cijeruk pond and floating net cage at Toba Lake, Ambarita,

North Sumatra Paramet er Ko lam Cijeruk Danau T o b a, Amb arit a Pa r a m et r ic Cijer uk Pon d T ob a La ke, Am b a r it a

2 Nitrate (mg/L)

  2004. Penguasaan teknik pembenihan dan pem besaran ikan Batak peningkatan kua- litas telur melalui perlakuan hormonal pada penyuntikan awal dalam berbagai dosis dan selang waktu yang berbeda. Laporan Hasil

  1 9 9 5 a. Pem at an g an i k an sem ah (Tor douronensis) dalam keramba jaring apung. Tabel 3. Data kualitas air kolam Cijeruk dan keramba di Danau Toba, Ambarita, Medan

  Hardjamulia, A., N. Suhenda, dan E. Wahyudin.

  Partycipatory Development Technology Project PATP. Balitkanwar Sukamandi. 19 pp.

  Muharam. 2000. Pelestarian ex situ Plasma nutfah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan Bat ak (Tor soro). Annual Report the

  Gillet, C. 1991. Eggs production in an Artic charr (Salvelinus alpinus) broodst ock effect s of t em perat ure on t im ing of spawning and qualit y of eggs. Aquatic Living Resources. 4: 109—116. Hardjam ulia, A., S. Asih., N. Suhenda, dan B.

  Bull. Pen. Per. Darat. 10(1): 17—22.

  Gaffar, A.K., A.D. Utomo, dan S. Adjie. 1991. Pola pertumbuhan, makanan dan fekunditas ikan semah (Labeobarbus duoronensis) di Sungai Kom ering bagian hulu, Sum at era Selat an.

  Biotechnologi, Genetic Approaches. Cabi Publishing. 367 pp.

  Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries

  Fish Pond. Aub ur n Univer sit y. Aub ur n Alabama. 482 pp.

  XI A. The Physiology of Developing Fish: Egss and Larvae, (Eds.) W.S. Hoar and D.J. Randall). Academic Press Inc., London, New York. p. 1—58. Boyd, C.E .1990. Water Quality for Warm Water

  1972. Aquaculture. Wiley- Interscience. New York. 868 pp. Blax t er, J.H.S. 1988. Pat ern and variet y in developm ent . In Fish Physiology, Volum e

  Bardach, J.E., J.H. Ryt her, and W.A. Melaney.

  Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. p. 314—323.

  Karakterisasi reproduksi dan morfometrik ikan batak..... (Anang Hari Kristanto) Tahun 1994-1995. p. 22—28.

  Requirements of Catfish (Clarias batrachus Linn) for Broodstock Development.

  disampaikan pada Simposium Teknologi Pembenihan Ikan Batak Mendukung Pelestarian dan peluang Budidaya. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. 19 pp.

  Subagja, J. 2005. Manajemen induk dan terapi hormon dalam upaya mendukung teknologi pembenihan ikan batak Tor soro. Makalah

  Hasil Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. p. 217—226.

  2004. Perubahan m usim an sert a induksi pematangan gonad ikan Tor soro (teleostei, cyprinidae) melalui implantasi pellet hormon Gonadot ropin m am alia (HCG). Laporan

  Sulhi, M., J. Subagja, S. Asih, dan E. Nugroho.

  Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Tahun 1994-1995. p. 29—36.

  Disert asi Pascasarjana. Inst it ut Pert anian Bogor. 80 pp. Suhenda, N., A. Hardjamulia, E.S. Kartamihardja, dan D. Wahyu. 1995. Pem at angan gonad ikan bat ak dalam keram ba jaring apung.

  Heterobranchus longifilis val (Claridae) r ear ed i n Eb r i e l ag o o n (Ivo r y Co ast ). Aquaculture. 55: 201—213.

  Hardjamulia, A., N. Suhenda, dan E. Wahyudin.

  Leg en d r e, M. 1 9 8 6 . Season al ch an g es i n sex ual m at urit y and fecundit y, and HCG i n d u ced b r eed i n g o f t h e cat f i sh ,

  longifilis (Teleost ei, Clar idae). Aquatic Living Resources. 8: 309—316.

  Legendre, M. and Z. Otimi. 1995. Effect of Vary- ing letency period on the and quantity dan qualit y of ova aft er HCG induced ovula- tion in the African catfish, Heterobranchus

  Western Indonesia and Sulawesi. Periplus, Jakarta. 221 pp.

  Wirjoatm odjo. 1993. Freshwater Fishes of

  Bank. International Center for Living Aquatic Resources Managem ent. 191 pp. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S.

  ery Manual for the Common Chinese and Indian Major Carps. Asian Developm ent

  1995b. Perkembangan oosit dan ovari ikan sem ah (Tor dourenensis) d i Su n g ai Selabung, Danau Ranau, Sumatera Selatan. J. Pen. Per. Indonesia. 1(3): 36—46. Jhingran, V.G. and R.S.V. Pullin. 1988. A Hatch-

  Yar o n . 1 9 9 5 . En d o cr y n e co n t r o l o f gametogenesis and spawning induction in the carp. Aquaculture. 129: 49—73.