APA MAKNA PARTISIPASI.docx

APA MAKNA PARTISIPASI

  Partisipasi tentusaja dapat didefinisikan dalam banyak cara. Apa yang oleh beberapa orang dikatakan sebagai partisipasi, dapat dinilai oleh yang lain tidak lebih dari manipulasi atau eksploitasi terhadap sikap kepasifan masyarakat. Faktanya adalah bahwa masalah partispasi ini tidaklah satu kondisi yang statis, namun sebuah proses di mana masyarakat menjadi terlibat, dari derajat lebih rendah ke yang lebih tinggi dalam proses pembangunan. Untuk itu akan dikenalkan di sini satu “tangga-partisipasi” atau “participation-ladder”, yang akan menjelaskan bagaimana satu masyarakat secara gradual melakukan transformasi diri mereka sendiri dari kondisi hampir sepenuhnya pengamat pasif (sekedar penerima manfaat), menjadi pemegang kendali proses (agen pembangunan diri sendiri). Apa yang sesungguhnya menentukan tingkat partisipasi pada tangga- partisipasi ini adalah derajat kekuatan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Hal ini adalah benar merupakan relasi antara anggota masyarakat dan agen pembangunan serta relasi antara organisasi-organisasi masyarakat dan para aktor kelembagaan lokal. Kita dapat mencoba memanjat tangga partisipasi ini langkah demi langkah. Keberhasilan pekerjaaan kita sangatlah tergantung pada faktor-faktor berikut di antaranya : -derajat pengorganisasian masyarakat itu sendiri-, -kelenturan lembaga-lembaga yang terlibat-, -kesediaan seluruh stakeholder-, serta (yang penting) mulai dengan agen-agen pengembangan atau para profesional yang harus terlebih dahulu mengubah beberapa perilaku dan tata cara mereka (dalam bekerja).

  Self

  TANGGA development

  Interactive participatio n Functional participation Incentive- based participation

  Consultati ve Informati participati on providers

  Passivi Passivity : ty

  Masyarakat berpartisipasi jika mereka diminta, mereka tidak punya pengaruh pada keputusan atau pada implementasi proyek kegiatan.

  Information Providers :

  Masyarakat berpartisipasi melalui pengisian kuisioner survei, mereka tidak mempunyai suara terhadap penggunaan data survei.

  Consultative participation :

  Masyarakat diajak berkonsultasi oleh para pelaku eksternal yang mendengarka opini-opini masyarakat, namun demikian, mereka tidak mempunyai suara dalam keputusan yang dibuat sebagai hasil dari proses konsultasi ini.

  Insentive-based participation :

  Masyarakat berpartisipasi terutama melalui penyediaan tenaga kerja atau sumberdaya lainnya (seperti lahan, atau lainnya), sebagai pertukaran atas insentif tertentu (bantuan langsung ke masyarakat, atau pelatihan-pelatihan yang diberikan). Sejalan dengan proyek kegiatan yang membutuhkan penyelesaian, masyarakat tidak mempunyai peran langsung dalam pengambilan keputusan.

  Functional participation :

  Masyarakat berpartisipasi melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja untuk memenuhi berbagai tujuan proyek sebelum dirampungkan. Masyarakat tidak mempunyai peran dalam mendisain proyek, namun

  Interactive participation :

  Kelompok-kelompok lokal yang terorganisir berpartispasi dan terlibat dalam disain proyek, implementasi, dan evaluasi. Hal ini termasuk “teaching or learning process” atau proses pembelajaran secara terstruktur dan sistematis, demikian pula transisi yang progresif terhadap manajemen dan kontrol secara lokal.

  Self-development :

  Kelompok-kelompok lokal yang terorganisir mengambil inisiatif, tanpa menunggu berbagai input dari luar. Kelompok-kelompok eksternal bertindak sebagai peran advisory (penasihat), dan lebih sebagai partner.

  Prinsip Dialog

  Berbagai macam tools partisipatif (participatory tools) dirancang oleh para profesional, agen-agen atau para fasilitator pengembangan maupun para pengacara yang bekerja secara langsung dengan masyarakat, yang banyak juga di antara mereka itu adalah masyarakat yang buta huruf. Para pendisain ini juga mengizinkan para pengguna instrumen-instrumen partisipatory untuk mendapatkan manfaat dari pengalaman setempat. Metode-metode partispatif sangat banyak memanfaatkan teknik-teknik visual dan teknik-teknik komunikasi lisan.

  Berbagai macam teknik partisipatif pada hakekatnya adalah berdasarkan pada dialog. Prinsip dasar yang harus tetap ada adalah bahwa seluruh partisipan harus dipandang sebagai sumber informasi dan input dalam pengambilan keputusan, agar dalam menganalisis masalah dan membantu mencari solusi kreatif dilakukan secara terukur. Setiap orang, kaya atau miskin, dengan pendidikan formal atau tidak, dengan atau tanpa kekuasaan, berhak untuk mendapatkan tingkat perhatian yang sama, dan seharusnya fasilitator adalah untuk mengalirkan berbagai pandangan yang berbeda agar bisa diekspresikan dan disharingkan oleh semua orang, sehingga akan dapat membantu membangun konsensus tatkala satu keputusan harus diambil. Ingatlah bahwa kualitas kerja fasilitator adalah kunci kritis untuk keberhasilan ini.

  Bagaimana Profil Seorang Fasilitator yang Baik

  [ Percaya pada masyarakat dan kemampuan yang masyarakat miliki. [ mampu menciptakan atmosfir saling percaya. [ Sabar dan memiliki kemampuan mendengar. [

  Sadar akan keterbatasan dirinya, dan mempunyai keinginan tinggi untuk belajar. [ Percaya pada diri sendiri namun tidak arogan. [

  Respek terhadap opini orang lain, tanpa memaksakan pandangan- pandangannya sendiri. [ Kreatif. [

  Fleksibel, mampu untuk beradaptasi terhadap beragam metode dan berbagai situasi tanpa harus kaku terhadap agenda. [ Sensitif terhadap tanda-tanda kejenuhan dan ketertarikan peserta. [ Mempunyai kemampuan menggambar dan menulis. [ Mempunyai kemampuan analisis dan sintesis.

  PENDEKATAN PROFESIONAL BARU : FASILITATOR PENGEMBANGAN

  Partisipasi seharusnya tidak hanya terbatas pada sejumlah kegiatan konsultasi dan sessi perencanaan. Agar supaya prosesnya berhasil, suatu proses dinamis harus bisa diciptakan di mana profesional, pengacara rakyat, atau fasilitator dan anggota masyarakat mengambil peran yang berbeda- beda.

  Saat ini, hubungan tradisional yang melekat pada pendekatan “top down” ke pendekatan pengembangan, dicirikan melalui metode riset yang menyaring informasi dari masyarakat tanpa kesadaran akan keterlibatan mereka (seringkali melalui sejumlah kuisioner yang formal), tanpa mempertimbangkan mereka sama sekali. Data ini selanjutnya digunakan untuk membuat keputusan di mana masyarakat biasanya juga tidak dilibatkan. Institusi-institusi dan para profesional mempunyai hambatan komunikasi dengan masyarakat, utamanya karena ketidakmampuan bahasa yang seringkali menimbulkan ketidakpercayaan. Banyak sekali institusi yang menjadi tempat penampungan rasa iri yang pada akhirnya mencegah mereka dari melakukan sharing informasi dan ide yang akan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi pada pelanggan mereka. Melakukan sharing dengan masyarakat bisa demikian sulitnya terutama karena informasi seringkali tidak pernah sampai pada masyarakat, ataupun sampai dalam bentuk yang tidak bisa diakses maupun tidak lengkap.

  Transisi peran fasilitator meliputi tiga issu utama yang saling erat terkait yaitu : penggunaan metode yang sesuai, perubahan perilaku, dan saling bertukar informasi dengan para stakeholder. Para profesional yang berharap akan menjadi fasilitator pengembangan harus melakukan tiga perubahan fundamental ini. Tentunya ini tugas yang sangat sulit terutama bila lingkungan institusinya tidak memungkinkan. Meskipun demikian, banyak contoh perubahan yang sangat substansial dalam praktek pengembangan kelembagaan. Perubahan ini dimulai dengan upaya sungguh-sungguh yang berhasil, para profesional yang berdedikasi, yang telah mendemonstrasikan potensi profesionalisme baru ini dalam aktivtas mereka sehari-hari.

  Berikut ini adalah sejumlah daftar contoh perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk mengatasi pendekatan “top down”, pendekatan vertikal dan pendekatan elitis. Profesionalisme baru ini adalah “fasilitator memberitahu orang-orang apa yang harus mereka kerjakan, namun lebih pada berbagi pengalaman, membantu orang lain untuk mencapai potensi utuh mereka, memberikan advise tentang apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan mereka sendiri, dan membantu mereka untuk mengidentifikasi dan menegosiaskan berbagai solusi terbaik.

PERUBAHAN PERILAKU PROFESIONAL ELIT FASILITATOR PENGEMBANGAN

  J Percaya sekali bahwa pengetahuan  Menghargai seluruh pengetahuan yang mereka miliki adalah sangat demi pengetahuan itu sendiri bernilai dan sangat ilmiah. J Percaya bahwa diri mereka adalah  Memperlakukan orang lain dengan superior dan berbeda dengan penuh penghargaan. lainnya. J Percaya bahwa mereka memiliki  Mencoba untuk selalu belajar dari jawaban atas semua pertanyaan, orang lain (spirit keterbukaan). sedangkan yang lain tidak mempunyai kontribusi yang relevan. J Mempunyai gaya yang otoritarian,  Berupaya untuk mendorong memerintah yang lain apa yang kerjasama (sikap demokratis). harus mereka kerjakan, merasa terancam apabila yang lain berpartisipasi. J Tidak begitu menganggap  Bekerja bersama masyarakat pandangan hidup, pengalaman, desa, dengan penuh respek maupun nilai-nilai yang dimiliki mendukung mereka, memberikan masyarakat desa. Selalu input apabila memang perlu, atau memberikan nasihat atas hal apabila diminta oleh masyarakat. apapun meskipun mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu. J Hanya ke lapangan apabila sudah  Sangat menikmati lapangan di tidak ada pilihan lain, mereka lebih menyukai rekan-rekan dalam institusi kerja mereka sendiri mana kerja nyata terjadi di sana, menyukai institusi-institusi masyarakat yang ada. J Mereka adalah para turisme pembangunan yang tidak pernah mencapai kelompok paling miskin dan paling terisolir. Mereka sangat anti dengan ide untuk berjalan- jalan ke tempat-tempat yang membuat sepatu mereka menjadi kotor.

   Menjauhkan diri dari bias proyek “window dressing”, mereka senantiasa mencoba untuk mencapai seluruh area dan kalangan masyarakat, termasuk kelompok paling miskin dan paling terisolir.

  J Hanya berorientasi pada berbagai istilah tujuan-tujuan sebelum ditetapkan, tidak mempunyai komitmen pada keterlibatan masyarakat, mereka sangat berkepentingan dengan capaian- capaian melaui berbagai laporan yang sekedar dimaksudkan untuk memuaskan rasa superioritas dan menunjukkan bahwa mereka adalah agency pembawa dana.

   Memahami bahwa pembangunan adalah satu proses, fokus pada dampak kerja mereka dan kualitas progres yang mungkin bisa dicapai.

SHARING PROFESIONAL ELIT FASILITATOR PENGEMBANGAN

  J Merasa superior dan tidak mencoba untuk menyembunyikan hal itu.

   Merasa bahwa mereka harus banyak belajar lagi, mereka tidak akan menyimpan pertanyaan untuk untuk menunjukkan status mereka, prestise mereka maupun pengalaman mereka. J Mengungkapkan perilaku yang  Mereka yakin bahwa belajar dapat dikatakan bahwa “orang- orang lain seharusnya belajar dari saya”. adalah proses dua arah.

  J Tidak akan meminta atau memfasilitasi masukan dari yang lain, sangat takut terhadap pengabaian dari orang lain dengan cara mereka akan mengajukan sejumlah pertanyaan yang jelas.

   Belajar dari masyarakat desa dengan penuh perhatian dan antusiasme, mengakui dan hormat terhadap pengetahuan yang masyarakat miliki. J Membuat judgement atas nilai-nilai masyarakat, tidak peka terhadap berbagai prasangka yang menggarisbawahi berbagai terminologi mereka (seperti modern - tradisional, maju – terbelakang, pekerja keras – malas, dsb.)

   Beradaptasi terhadap berbagai pengetahuan dan nilai-nilai masyarakat, menghindari untuk memberikan judgement pada orang lain, dan senantiasa ingin memahami mereka.

  J Sangat sensitif (cepat tersinggung) dan gagal dalam membangun kepercayaan

   Sangat sensitif terhadap mood orang lain (rasa bosan, cemas, marah, dan lainnya), selalu melibatkan orang lain dan selalu mencoba untuk menciptakan sesuatu yang membuat orang lain tertarik

  J Bertindak seakan mereka satu- satunya orang yang layak dihormati, mereka menunjukkan sikap intimidasi.

   Menghargai kebiasaan dan aturan- aturan yang dipegang teguh masyarakat setempat, mereka berusaha menjadikan setiap orang merasa penting. J Tidak mempunyai rasa tertarik terhadap atau rasa hormat pada keterlibatan orang lain.

   Menciptakan satu atmosfir saling percaya di mana setiap orang dapat berbicara dengan bebas.

  Memahami bahwa setiap orang mempunyai sesuatu untuk dikatakan, melibatkan orang-orang yang sedikit bicara, khususnya kaum perempuan. J Memonopoli proses diskusi, seringkali menggunakan pertanyaan tertutup atau pertanyaan yang tendensius, seringkali menginterupsi orang lain.

   Memberikan perhatian yang sangat dekat dan selalu mengupayakan aliran informasi, tidak menginterupsi orang lain.

  J Menyaring informasi tanpa berterima kasih pada sumber informasi tersebut atau tanpa melakukan klarifikasi bagaimana informasi akan digunakan, mereka tidak mengembalikan data yang mereka gunakan.

   Menghargai seluruh partisipan atas berbagai kontribusi mereka, menjelaskan penggunaan berbagai informasi yang akan mereka kumpulkan.

  J Tetap berdiri di kejauhan, berinteraksi dengan orang lain dari posisi sebagai penguasa, lebih banyak memberikan janji-janji daripada berkomitmen.

   Mereka selalu menginginkan aspek akuntabilitas dan senantiasa meminta persetujuan dari orang lain.

MENGUBAH METODE PROFESIONAL ELIT FASILITATOR PENGEMBANGAN

  J Mempunyai rasa percaya yang mutlak pada “metode ilmiah” di mana mereka secara dogmatis selalu mengaplikasikannya.

   Memahami bahwa nilai dari berbagai metode adalah relatif, dan tidak ada satu metode yang sepenuhnya valid. Mereka meninggalkan pengetahuan setempat. J Tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan kritik terhadap diri sendiri.

   Mereka tanggap terhadap berbagai bias dan pembatasan pada pendekatan apapun, dan senantiasa mencari jalan untuk memperbaikinya. J Mengaplikasikan metodologi dan prosedur dengan ketat dan sangat mengadaptasikan realita dengan berbagai instrumen mereka

   Mereka sangat ingin menerapkan kombinasi berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. J Sangat takut dengan berbagai inovatif atau mengadopsi pendekatan-pendekatan yang tidak baku (di luar pakem)

   Menggunakan kreativitas J Percaya hanya pada data stastistik, survei formal dan keterwakilan.

   Tidak terlalu terobsesi dengan data statistik dan data kuantitatif.

  Selalu menganalisis kepastian dari informasi yang diperoleh. J Lebih percaya terhadap ekstraksi data kuantitatif yang diperoleh dari masyarakat, dibandingkan dengan mempercayakan pada mereka untuk berperan, menganalisis, dan memahami

   Mereka tahu bahwa dengan memberikan metode yang tepat, masyarakat desa akan bisa mendapatkan data kuatitatif maupun kualitatif yang meyakinkan dan dapat dipercaya

  J Sebagai anekdot adalah mereka akan menghilangkan data apapun selama tidak mengurangi atau berdampak pada analisis statistik

   Mereka paham peran dari berbagai informasi yang tidak bisa dikuantitatifkan dalam memahami dan mengembangkan sebuah sistem dan proses. J Mereka menerapkan berbagai metode dengan lambat dan mahal sehingga mereka tidak dapat

   Mereka memahami pentingnya melakukan perbanyakan maupun saling tukar / lintas informasi dari memperbanyak dan melakukan berbagai sumber. triangulasi terhadap berbagai sumber-sumber data.

  J Mereka menghasilkan data  Mereka selalu sadar terhadap statistik maupun deskripsi yang pendekatan sistem dan proses, sangat banyak sehingga membuat serta lebih tertarik dalam upaya sulit untuk dimengertai proses dan untuk memahami dari pada realitanya. mendetailkan deskripsinya

  J Setiap spesialis akan menghasilkan  Mereka menerapkan pendekatan produk secara paralel (pendekatan interdisipliner dan melibatkan multidisipliner) setiap orang – masyarakat desa dan para tenaga spesialis. J Mereka akan mengirimkan  Mereka akan menguji kemampuan rekomendasi kepada para penerapan ide-ide mereka dengan pelanggan / clien mereka yang cara mengirimkan ide-ide tersebut lebih superior, untuk memenuhi untuk dicoba diterapkan ke mandat mereka (para clien sejumlah stakeholder superior tersebut) tanpa membuat komitmen apapun dengan masyarakat

  (Sumber : 80 Tools for Participatory Development, Appraisal, Planning, Follow-Up and Evaluation, Frans Geilfus, IICA, 2008)