T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penampilan Pertumbuhan dan Hasil 16 Genotip Gandum (Triticum aestivum L.) Toleran Hujan = Appearance of Growth and Yield of 16 Rain Tolerant Wheat Genotypes (Triticum aestivum L.) T1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan salah satu bahan pangan
utama di dunia yang kebutuhannya semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Tanaman gandum dapat tumbuh baik
didaerah temperate, karena tanaman tersebut memang berasal dari daerah
temperate lebih tepatnya dari Asia barat. Meskipun demikian, saat ini gandum
dapat dibudidayakan di Indonesia mulai dari dataran rendah hingga dataran
tinggi (Anonima, 2014).
Menurut data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa
kebutuhan gandum di Indonesia tahun 2015 masih cukup tinggi yakni sekitar
7,4 juta ton dan menempatkan Indonesia menjadi importir terbesar ketiga di
dunia (Sembiring, 2015). Tingginya kebutuhan gandum tersebut dikarenakan
banyak industri dalam negeri yang menggunakan gandum sebagai bahan
bakunya, dengan industri mie menjadi yang paling banyak kemudian industri
kue dan biskuit (Jaramaya dan Ramadan, 2015). Indonesia sebagai salah satu
negara pengimpor gandum akan lebih punya kekuatan dalam posisi tawar
dengan negara penghasil gandum, apabila di Indonesia juga mampu
memproduksi gandum sendiri.
Berdasarkan syarat pertumbuhan yang dikehendaki tanaman gandum,
sebenarnya gandum dapat dibudidayakan di sebagian daerah di Indonesia
dengan kondisi iklim tertentu. Daerah dengan ketinggian tempat > 1000 mdpl
menunjang untuk pertumbuhan gandum di Indonesia, namun disisi lain daerah
tersebut merupakan daerah yang lebih dahulu populer untuk ditanami sayuran
yang cocok ditanam didataran tinggi seperti kentang. Meskipun demikian
sebenarnya terdapat peluang untuk membudidayakan gandum di dataran
tinggi ketika musim penghujan. Hal tersebut dikarenakan saat musim
penghujan intensitas tanaman kentang terkena serangan penyakit seperti
Phytophthora infestans menjadi lebih tinggi dibandingkan saat musim
kemarau (Semangun, 1989). Namun budidaya gandum saat musim hujan
belum mampu menghasilkan sama baiknya bila ditanam saat musim kemarau.
Gandum yang dibudidayakan ketika musim hujan atau lebih tepatnya
mendapatkan curah hujan yang tinggi saat mulai berbunga hingga panen, akan
menghasilkan biji yang kuantitas dan kualitasnya rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengujian terhadap genotip gandum yang diduga toleran
hujan. Sehingga di masa yang akan datang, budidaya gandum dapat dilakukan
setiap saat dan tidak terkendala musim.
Untuk dapat mewujudkan penanaman gandum saat musim hujan,
maka perlu diciptakan varietas gandum yang toleran hujan. Adapun varietas
yang sudah ada umumnya tidak toleran hujan seperti varietas Dewata, Nias,
Selayar, Guri I, Guri II dan Guri III. Tidak adanya varietas tanaman gandum
yang toleran hujan ini menyebabkan tidak ada pertanaman gandum yang
diusahakan atau dibudidayakan pada musim hujan.
Balai Penelitian Serealia Maros mempunyai genotip - genotip gandum
yang diduga toleran terhadap hujan, koleksi galur gandum antara lain
diperoleh dari CIMMYT. CIMMYT (Centro Internacional de Mejoramiento de
Maiz y Trigo) merupakan lembaga pelatihan dan penelitian pertanian
internasional yang bertujuan utama untuk memperbaiki kultivar jagung
maupun
berbagai
jenis
gandum
(Anonime,
2013).
Dalam
rangka
membuktikan apakah koleksi genotip - genotip tersebut toleran hujan perlu
diadakan pengujian penanaman genotip genotip tersebut pada musim hujan.
Penelitian kali ini merupakan penanaman yang kedua dengan materi genetik
yang sama. Berdasarkan hasil penanaman tahun 2015 diketahui bahwa
genotip FUNDACEP menghasilkan biji 1,08 ton/ha atau yang paling banyak
dibandingkan dengan genotip yang lainnya.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui penampilan pertumbuhan dan hasil 16 genotip gandum
dataran tinggi pada musim hujan
2. Menentukan genotip gandum toleran curah hujan tinggi pada dataran
tinggi
2
1.3 Signifikansi Penelitian
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi, pengetahuan dan teknologi tentang pertumbuhan dan hasil beberapa
genotip gandum toleran hujan yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi.
Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam pemilihan genotip gandum toleran hujan yang akan
dibudidayakan pada dataran tinggi.
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini ditekankan pada penetapan beberapa genotip gandum yang
ditanam pada dataran tinggi dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dari aspek agroteknologi.
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka penelitian ini
diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Jumlah genotip gandum yang digunakan adalah 16 genotip yang diperoleh
dari Balai Penelitian Serealia Maros.
2. Penanaman dilakukan pada dataran tinggi di Dusun Plalar, Desa Kopeng,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
3. Gandum ditanam dari bulan Februari 2016 sampai Juli 2016.
4. Penampilan
pertumbuhan
dibatasi
dengan
pengamatan
komponen
pertumbuhan, yaitu: persentase benih yang tumbuh, tinggi tanaman, umur
berbunga, umur panen, jumlah anakan, dan persentase tanaman rebah.
5. Komponen hasil dibedakan antara kuantitas hasil dan kualitas hasil. Kuantitas
hasil dibatasi dengan pengamatan panjang malai, jumlah spikelet per malai,
bobot biji per m2, bobot biji 4 baris tengah, dan kualitas hasil dibatasi dengan
pengamatan: bobot 1 liter biji, dan bobot 1000 biji.
6. Genotip dianggap toleran hujan bila mampu menghasilkan komponen hasil
dalam kondisi curah hujan tinggi.
3
1.5 Model Hipotetik
Untuk memperjelas tujuan penelitian ini, maka dibuat model hipotetik
sebagai berikut :
Y1
X
Y2
Keterangan :
X : 16 genotip gandum yang diduga toleran hujan, ditanam di dataran tinggi
Y 1 : Pertumbuhan tanaman gandum
Y 2 : Kuantitas dan Kualitas hasil gandum
4
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan salah satu bahan pangan
utama di dunia yang kebutuhannya semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Tanaman gandum dapat tumbuh baik
didaerah temperate, karena tanaman tersebut memang berasal dari daerah
temperate lebih tepatnya dari Asia barat. Meskipun demikian, saat ini gandum
dapat dibudidayakan di Indonesia mulai dari dataran rendah hingga dataran
tinggi (Anonima, 2014).
Menurut data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa
kebutuhan gandum di Indonesia tahun 2015 masih cukup tinggi yakni sekitar
7,4 juta ton dan menempatkan Indonesia menjadi importir terbesar ketiga di
dunia (Sembiring, 2015). Tingginya kebutuhan gandum tersebut dikarenakan
banyak industri dalam negeri yang menggunakan gandum sebagai bahan
bakunya, dengan industri mie menjadi yang paling banyak kemudian industri
kue dan biskuit (Jaramaya dan Ramadan, 2015). Indonesia sebagai salah satu
negara pengimpor gandum akan lebih punya kekuatan dalam posisi tawar
dengan negara penghasil gandum, apabila di Indonesia juga mampu
memproduksi gandum sendiri.
Berdasarkan syarat pertumbuhan yang dikehendaki tanaman gandum,
sebenarnya gandum dapat dibudidayakan di sebagian daerah di Indonesia
dengan kondisi iklim tertentu. Daerah dengan ketinggian tempat > 1000 mdpl
menunjang untuk pertumbuhan gandum di Indonesia, namun disisi lain daerah
tersebut merupakan daerah yang lebih dahulu populer untuk ditanami sayuran
yang cocok ditanam didataran tinggi seperti kentang. Meskipun demikian
sebenarnya terdapat peluang untuk membudidayakan gandum di dataran
tinggi ketika musim penghujan. Hal tersebut dikarenakan saat musim
penghujan intensitas tanaman kentang terkena serangan penyakit seperti
Phytophthora infestans menjadi lebih tinggi dibandingkan saat musim
kemarau (Semangun, 1989). Namun budidaya gandum saat musim hujan
belum mampu menghasilkan sama baiknya bila ditanam saat musim kemarau.
Gandum yang dibudidayakan ketika musim hujan atau lebih tepatnya
mendapatkan curah hujan yang tinggi saat mulai berbunga hingga panen, akan
menghasilkan biji yang kuantitas dan kualitasnya rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengujian terhadap genotip gandum yang diduga toleran
hujan. Sehingga di masa yang akan datang, budidaya gandum dapat dilakukan
setiap saat dan tidak terkendala musim.
Untuk dapat mewujudkan penanaman gandum saat musim hujan,
maka perlu diciptakan varietas gandum yang toleran hujan. Adapun varietas
yang sudah ada umumnya tidak toleran hujan seperti varietas Dewata, Nias,
Selayar, Guri I, Guri II dan Guri III. Tidak adanya varietas tanaman gandum
yang toleran hujan ini menyebabkan tidak ada pertanaman gandum yang
diusahakan atau dibudidayakan pada musim hujan.
Balai Penelitian Serealia Maros mempunyai genotip - genotip gandum
yang diduga toleran terhadap hujan, koleksi galur gandum antara lain
diperoleh dari CIMMYT. CIMMYT (Centro Internacional de Mejoramiento de
Maiz y Trigo) merupakan lembaga pelatihan dan penelitian pertanian
internasional yang bertujuan utama untuk memperbaiki kultivar jagung
maupun
berbagai
jenis
gandum
(Anonime,
2013).
Dalam
rangka
membuktikan apakah koleksi genotip - genotip tersebut toleran hujan perlu
diadakan pengujian penanaman genotip genotip tersebut pada musim hujan.
Penelitian kali ini merupakan penanaman yang kedua dengan materi genetik
yang sama. Berdasarkan hasil penanaman tahun 2015 diketahui bahwa
genotip FUNDACEP menghasilkan biji 1,08 ton/ha atau yang paling banyak
dibandingkan dengan genotip yang lainnya.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui penampilan pertumbuhan dan hasil 16 genotip gandum
dataran tinggi pada musim hujan
2. Menentukan genotip gandum toleran curah hujan tinggi pada dataran
tinggi
2
1.3 Signifikansi Penelitian
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi, pengetahuan dan teknologi tentang pertumbuhan dan hasil beberapa
genotip gandum toleran hujan yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi.
Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam pemilihan genotip gandum toleran hujan yang akan
dibudidayakan pada dataran tinggi.
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini ditekankan pada penetapan beberapa genotip gandum yang
ditanam pada dataran tinggi dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dari aspek agroteknologi.
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka penelitian ini
diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Jumlah genotip gandum yang digunakan adalah 16 genotip yang diperoleh
dari Balai Penelitian Serealia Maros.
2. Penanaman dilakukan pada dataran tinggi di Dusun Plalar, Desa Kopeng,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
3. Gandum ditanam dari bulan Februari 2016 sampai Juli 2016.
4. Penampilan
pertumbuhan
dibatasi
dengan
pengamatan
komponen
pertumbuhan, yaitu: persentase benih yang tumbuh, tinggi tanaman, umur
berbunga, umur panen, jumlah anakan, dan persentase tanaman rebah.
5. Komponen hasil dibedakan antara kuantitas hasil dan kualitas hasil. Kuantitas
hasil dibatasi dengan pengamatan panjang malai, jumlah spikelet per malai,
bobot biji per m2, bobot biji 4 baris tengah, dan kualitas hasil dibatasi dengan
pengamatan: bobot 1 liter biji, dan bobot 1000 biji.
6. Genotip dianggap toleran hujan bila mampu menghasilkan komponen hasil
dalam kondisi curah hujan tinggi.
3
1.5 Model Hipotetik
Untuk memperjelas tujuan penelitian ini, maka dibuat model hipotetik
sebagai berikut :
Y1
X
Y2
Keterangan :
X : 16 genotip gandum yang diduga toleran hujan, ditanam di dataran tinggi
Y 1 : Pertumbuhan tanaman gandum
Y 2 : Kuantitas dan Kualitas hasil gandum
4