Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karan

SEMINAR NASIONAL PERlKANAN DAN KELAUTM

bkh

PROSIDING

wsm

BIDANG PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN

m

SEMINAR NASIONAL

Diselenggarakan oleh :
Fakultas Perlkanan dan llmu Kelautan
Unlversltas BawQaya (FPIK-UB)

Bekerja sama dengan
Balal Besar Rlset Soslal Ekonoml
Kelautan dan Perlkanan (BBRSEKP)

dan
Balal Besar Rlset Pengolahan Produk dan
Bloteknologi Kelautan dan Perlkanan (BBRPZB)

-

*AA

\

IVWLANG, 08 NOVEMBER 2008

Pepustakaan lVasional Rl : Katalog Dalam Terbitan
Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008 Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan :
Penyusun : Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008
Malang : xxiv + 190 hal, : 2 1 x 29,7 cm
ISBN : 978-979-25-8026-6
Judul

: Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008


Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
Penyusun

: Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008

Penyunt ing

: Tim Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008

Desain Sampul

: Mochamad Fattah

Penerbi t

: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Telp/Fax


: (0341) 553 512/(0341) 557 837

Cetakan

: Pertama,Desember 2008

Prosiding seminar dan Konferensi Nasional 2008 Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
diterbitkan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Surat-Menyurat dapat dikirimkan pada alamat dibawah ini :
Sekretariat Panitia Seminar dan Konferensi Nasional 2008
Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Brawijaya
JI. Veteran Malang 65 145
Telp : (0341) 553 512 Fax. (0341) 557 837
E-Mail : semnasperikanan2008~,vahoo.com

TINGKAT KELANGSUNGAN HLDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG JENLS EUPHYLLIA
SP, PLEROGYRA SINUOSA DAN CYNARINA LACRYMALIS YANG DITRANPLANTASIKAN DI
PERAIRAN PULAU PARI, JAKARTA'
.

Beginer ~ u b h a n * ' ,Dedi ~ o e d h a r m a ' ,Hawis ~ a d d u p p a ' , ~ o n d~yr a f a t ' ,Deisi ~ e ~ t a r i n a '
1 .Departemen l lmu den Teknologi Kelautan, lnstitut Pertanian Bogor
2. Mahasiswa Pasca Sarjana Akuakultur lnstitut Pertanian Bogor
* Present Address: Departemen IImu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. 1 ~stitut
Pertanian Bogor, Darmaga 16680 Bogor, Jawa Barat, Indonesia
E-mail : begi-ners@yahoo.com

Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina lacrymalis merupakan jenis-jenis karang yang memiliki nilai
estetika yang tinggi sehingga permintaan terhadap karang hias ini selalu tinggi. Penelitan ini dilakukan selama 6
bulan di perairin sebelah selatan Pulau Pari di kedalaman 12 meter. Tujuan penelitian ini untuk mengamati
tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang jenis Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina
lacrymalis. Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil tingkat kelangsungan hidup karang jenis Euphyllia sp,
Plerogyra sinuoso dan .Cynarina lacrymalis adalah masing-masing sebesar 77,78%; 33,33% dan 22,22%. Laju
pertambahan tinggi karang jenis Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina lacrymalis adalah masingmasing sebesar 0.14 cm perbulan, 0.22 cm perbulan dan 0.03 cm perbulan. Laju pertambahan lebar karang jenis
Euphyllia sp, Plcrogyra sinuosa dan Cynarina lacrymalis adalah masing-masing sebesar 0.27 cm perbulan, 0.22
cm perbulan dan 0.10 cm perbulan. Laju pertambahan panjang karang jenis Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan
Cynarina lacrymalis adalah masing-masing sebesar 0.28 cm perbulan , 0.1 I cm perbulan dan 0. I I cm perbulan
Kata Kunci : pertumbuhan , Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa, Cynarina lacrymalis, transplantasi
kuota untuk karang tersebut karena belum banyak
Pengantar

penelitian tentang informasi tentang pertumbuhan dari
Seiring dengan laju pembangunan dan hasil transplantasi jenis-jenis tersebut. Penelitian ini
industrialisasi, terumbu karang semakin banyak bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan
dieksploitasi dan dirusak. Kegiatan-kegiatan seperti tingkat ketahanan hidup jenis Euphylliu sp, Plerogyra
pembangunan pelabuhan, pencemaran laut, reklamasi sinuosa
dan
Cynarina
lacrymalis
yang
pantai, penangkapan ikan dengan born dan racun ditransplantasikan di perairan Pulau Pari Kepulauan
potasium sianida serta pengambilan batu-batu karang Seribu, DKI Jakarta.
sebagai bahan konstruksi telah menyebabkan
kerusakan yang parah dan luas pada ekosistem Metodologi
terumbu karang. Terumbu Karang Indonesia dengan
Metode
transplantasi
adalah
dengan
luasan sebesar 50,875 km2 yang merupakan 18 persen menggunakan metode rak besi, jaring dan substrat.
dari total seluruh terumbu karang di dunia (Burke et Karang diikat dengan menggunakan cable ties di

Karang yang dari jenis Euphyflia sp,
al., 2002). Nanlun Terumbu karang di bagian barat substrat.
lndonesia dengan kondisi yang baik atau sangat baik Plerogyra sinuosa dan Cynarina lacrymalis dengan
(tutupan karang hidup lebih dari 50%), llanya sekitar setiap sampel sebanyak sembilan buah. Rak
23%, sedangkan di bagian timur Indonesia sekitar transplantasi diletakkan di kedalaman 12 m di perairan
sebelah selatan Pulau Pari. Pengukuran pertumbuhan
45%. (Burke et al., 2002 ).
Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah (tinggi, lebar dan panjang), kelangsungan hidup dan
dan untuk melindungi ekosistem terumbu karang yang kondisi fisik kimia perairan dilakukan setiap bulan
masih ada, beberapa usaha telah dilakukan misalnya sejak Maret - September 2000. Namun pada bulan
dengan cara rehabilitasi dan pembentukan kawasan April tidak dilakukan pengukuran karena kondisi
konservasi laut, misalnya pembentukan Taman perairan yang tidak memungkinkan. Analisis terhadap
Nasional Laut. Cara lain adalah dengan transplantasi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dilakukan
karang. Tujuan utama transplantasi karang adalah secara deskrptif.
untuk memperbaiki kualitas terumbu karang seperti
meningkatnya tutupan karang hidup, keanekaragaman
Hasil
hayati dan keunikan topografi karang (Soedharma dan
Selama penelitian terlihat adanya perubahan
Arafat, 2006; Clark dan Edwards, 1998). Kudus pada jumlah fiagmen yang dapat bertahan hidup pada

Hal ini
(2006) mencatat bahwa telah dilakukan transplantasi spesis-spesies yang ditransplantasikan.
karang di Kepulauan Seribu untuk perdagangan disebabkan oleh adanya fiagmen - fiagmen yang
karang hias sejak tahun 2004.
mengalami kematian. Pada Gambar 1 dapat dilihat
~uphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan perubahan yang terjadi. Tingkat kelangsungan hidup
Cynarina lacrymalis merupakan jenis-jenis karang yang terbesar adalah Euphyllia sp sebesar 77,78 %
yang memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga sedangkan Plerogyra sinuosa dan Cynarina
permintaan terhadap karang hias ini selalu tinggi lacrymalis
masing-masing sebesar 33,33% dan
(Bruckner, 200?). Sampai saat ini belum terdapat 22,22%.

.

120.00
100.00

:Eimaret
ilmei
. Ojuni


80.00

5

60.0U

-0juli

a

lagustus
B s e p t e m ber

40.00

20.00
0.00
Euphyllia sp


Plarogyra slnuosa

Cynarina lacymalis

Spesles

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmen Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina lactymalis
yang ditranplantasikan di Peraian Pulau Pari, Jakarta Setiap Bulan
Kematian pada karang disebabkan oleh
beberapa ha1 antara fisik-kimia, biologi dan teknik
transplantasi.
Secara umum kondisi lingkungan
mendukung kehidupan terumbu karang dan organisme
- organisme di dalamnya.
Begitu pula dengan
pertumbuhan yang ditransplantasikan.
Secara
keseluruhan perairan memiliki sebaran suhu 27,9 29,3O~,salinitas 3 1,50 - 32.66 'I,,,,, pl.1 8.9 - 8,3 dan
kecepatan arus 4,52 - 6,69 mldt. Faktor biologi yang


menyebabkan kematian pada beberapa fragmen yaitu
Spons. Spons merupakan salah satu bioeroder yang
dapat menyebabkan kematian karang (Goreau dan
Hartman, 1963). Selain itu, terlihat bahwa beberapa
fragmen terlepas dari ikatan terutama fragmen dari
jenis Cynarina lactymalis. Sehingga untuk jenis
karang tersebut sebaiknya menggunakan metode
pcnempelan dengan lem atau semen atau resin.

(B)
(C>
Gambar 2. Pert~~mbuhan
tinggi (A), lebar (B), panjang (C) mutlak karang jenis Euphyllia sp,
PIerog~rusinuoscr dan C:vncrrina 1ucr~n1ali.s
yang ditranplantasikan di Peraian Pulau Pari, Jakarta

Tinggi rata - rata fragmen pada awal penanaman
Euphyllia sp sebesar 6,54 cm (Gambar 2A). Setelah
enam bulan pellanaman berubah menjadi 7,39 cm.
Tinggi Euphyllia sp mengalami perubahan sebesar

0,85 cm selama 6 bulan. Pada jenis Plerogyra sinuosa
tinggi rata-rata pada awal penanaman adalah 4,66 cm.
Setelah enam mengalami pertambahan tinggi rata-rata
Spesies
sebesar 1,37 cm selarna enam bulan.
Cynarina lactymalis pada awal penanaman memiliki
tinggi rata-rata sebesar 2, 84 cm. Pada enam bulan
penanaman tinggi rata-rata fragmen menjadi 3,04 cm.

Selama enam bulan penanaman, terjadi perubahan
tinggi sebesar 0,2 1 cm.
Pada Gambar 2 6 terlihat bahwa lebar rata rata fragmen pda awal penanaman Euphyllia sp
sebesar 2,65 cm. Setelah enam bulan penanaman
berubah menjadi 4,24 cm.Tinggi Eupyillia sp
mengalami perubahan sebesar 1,65 cm selama 6
bulan. Pada jenis Plerogyra sinuosa lebar rata-rata
pada awal penanaman adalah 2.93 cm. Setelah enam
bulan menjadi 4,22 cm.
Selama enam bulan
Plerogyra sinuosa mengalami perubahan lebar sebesar
1,30 cm. Spesies Cynarina lactymalis pada awal
penanaman memiliki lebar rata-rata sebesar 3,76 cm.

Pada enam bulan penanaman lebar rata-rata fragmen
menjadi 4,35 -cm. Selama enam bulan penanaman,
terjadi perubahan lebar sebesar 0,59 cm.
Panjang rata - rata fragmen pada awal
penanaman Euphyllia sp sebesar 4,33 cm. Setelah
enam bulan penanaman berubah menjadi 6,03 cm.
Panjang Euphyllia sp mengalami perubahan sebesar
1,70 cm selama 6 bulan. Pada jenis Plerogyra sinuosa
lebar rata-rata pada awal penanaman adalah 4,69 cm.
Setelah enam bulan menjadi 5,35 cm. Pertambahan
panjang yang dialami oleh Plerogyra sinuosa selama
enam bulan adalah sebesar 0,66 cm.
Spesies
Cynarina lacrymalis pada awal penanaman memil i ki
lebar rata-rata sebesar 5,02 cm. Pada enarn bulan
penanaman lebar riita-rata fragmen menjadi 5,68 cm.
Selama enam bulan penanaman, terjadi perubahan
lebar sebesar 0,66 cm (Gambar 2C).
Kesimpulan
Tingkat kelangsungan hidup karang jenis
Euphyllia sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina
lacrymalis adalah masing-masing sebesar 77,78%;
33,33% dan 22,229;. Kematian terjadi akibat faktor
biologi yaitu adanya spons. Penyebab lain adalah
lepasnya fragmen dari ikatan.
Laju pertambahan tinggi karang jenis
Euphyllia sp, Plerogyra 'sinuosa dan Cynarina
lacrymalis adalah masing-masing sebesar 0,14 cm
perbulan, 0,22 cm perbulan dan 0,03 cm perbulan.
Laju pertambahan iebar karang jenis Euphyllia sp,
Plerogyra s i n u ~ ~rian
a Cynarina lacrymalis adalah
masing-masing sebesar 0.27 cm perbulan, 0,22 cm
perbulan dan 0,10 cm perbulan. Laju pertambahan
panjang kararig jenis Euphylliu sp, Plerogyra sinuosa
dan Cynariva lacrymnlis adalah masing-masing
sebesar 0.28 cm perbulan , 0, I I cm perbulan dan 0, I1
cm perbulan.

Saran
Penelitian lebih lanjut sebaiknya difokuskan pada
proses penernpelan fragmen yang paling efektif dan

efisien. Selain itu, faktor lingkungan sebaiknya
dilakukan lebih detail sehingga dapat dilihat faktor
yang paling mempengaruhi pertumbuhan karang.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Asosiasi
Koral Karang Kerang dan lkkan Hias lndonesia
(AKKII) yang mendanai penelitian ini.
Burke, L., E. Selig, M. Spalding.2002. Reef at risk
Southeast Asia. World Resources Institute.
Washington D.C.
Bruckner, A. W. 2002. Proceedings of the International
Workshop on the Trade in Stony Corals:
Development of Sustainable Management
Guidelines. NOAA Technical Memorandum
NMFS-OPR-23,Silver Spring, MD 152 pp.
Edwards AJ, Clark S (1998) Coral transplantation: A
useful management tool or misguided
meddling?. Mar Poll Bull 37:474-487
Goreau, T. F. and Hartman, W. D. (1 963) Boring
sponges as controlling factors in the formation
and maintenance of coral reefs. American
Association for the Advancement of Science
Spec. Publ. 75,25-54.
Kudus U.A., (2006) Budidaya Karang Hias di
Kepulauan Seribu. Soedharma D, M. F.
Rahardjo, Ferinaldy, Sri Eko Susilawati, Dondy
Arafat (Ed). (2005) Prosiding Seminar
Transplantasi. Bogor, 8 September 2005. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup-Lembaga
Penclitian dan Pengabdian Masyarakat - IPB.
Soedharma D., Dondy Arafat (2006) Perkembangan
Transplantasi Karang di Indonesia. Soedharma
D, M. F. Rahardjo, Ferinaldy, Sri Eko
Susilawati, Dondy Arafat (Ed). Prosiding
Seminar Transplantasi. Bogor, 8 September
2005. Pusat Penelitian Lingkungan HidupLembaga
Penelitian
dan
Pengabdian
. .
Masyarakat - I PB.

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP GZLLNET TERHADAP IKAN KEMBUNG PEREMPUAN,
Rastrelliger bractiysoma (Bleeker, 1851) DI PERAIRAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN, JAWA
TIMUR

Martinus, D. Setyohadi dan A. Syaihddin
Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan UB
e-mail: dsetyohadi@,~ahoo.com

Abstrak : Gillnet merupakan alat tangkap yang sangat selektif. Selektivitas gillnet dapat diketahui dengan
menggunakan data hasil tangkapan dari dua gillnet dengan ukuran mata jaring berbeda yang di operasikan di
suatu daerah pada waktu yang sama. Dari hasil analisa didapatkan nilai faktor seleksi Rastrelliger brachysoma
terhadap gillnet di Perairiin Paciran Kabupaten Lamongan adalah 3,67. Sedangkan panjang tubuh Rastrelliger
brachysoma saat pertama kali matang gonad (Lm) adalah l7,04 cm untuk jantan, 16,9 1 cm untuk betina serta jenis
kelamin campuran jantan dan betina adalah 16, 89 cm. Ukuran ini diproyeksikan sebagai panjang minimum
Rastrelliger hrachjsoma yang boleh ditangkap. Berdasarkan analisa dengan mengacu pada nilai Lm dan SF dapat
diestimasikan bahwa dengan mempergunakan gillnet mesh size 4,64 cm akan dapat mengelola Rastrelliger
brachysoma dengan tetap mempertahankan tingkat kelestariannya.
Kata kunci : Selektivitas, Gillnet, Mata jaring, Ikan Kembung perempuan
masih menggunakan alat tangkap tradisional,
PENDAHULUAN
diantaranya adalah gillnet.
Tujuan utama dari perikanan gillnet di Paciran
Penarrgkapan ikan merupakan salah satu adalah ikan Kembung perempuan, Rastrelliger
sumber utama pangan untuk manusia dan penyedia brachysoma (Bleeker, 1851), ha1 ini disebabkan karena
kesempatan kerja serta memberi manfaat ekonomi faktor kebiasaan nelayan, ekonomi dan sifat biologi dari
bagi merek; yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Rastrelliger brachysoma (Sales, Sumalia and Picther,
Dalam tahun-tahun belakangan ini, perikanan dunia 2003). Rastrelliger brachysoma di daerah Lamongan
telah menjadi suatu sektor industri pangan yang mempunyai harga yang cukup tinggi dibandingkan
berkembang secara dinamis dan banyak Negara pantai dengan hasil tangkapan gillnet lainnya.
sudah berusaha keras mengambil keuntungan dari
Alat tangkap dikatakan selektif apabila alat
peluang baru yang mereka peroleh melalui penanaman
tersebut dapat menangkap ikan tertentu pada ukuran
modal dalam armada penangkapan dan pabrik tertentu. Gillnet adalah alat tangkap yang sangat
pengolahan ikac modem untuk menyikapi permintaan
selektif, prinsip tertangkapnya ikan dengan gillnet
intemasional yang meningkat akan ikan dan produk adalah gilled, wedged, snagged dan entangled
perikanan (Anonymuos, 1997)
(Hovgard dan Lassen, 2000). Gillnet sering juga
Tujuan utama pengelolaan perikanan adalah
disebut sebagai jaring insang kerena proses
untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu
tertangkapnya ikan adalah dengan menabrak jaring
ke waktu dari berbagai stok ikan (resource
dan terkait pada insannya (gilled). Dengan demikian,
conservation), terutama melalui berbagai tindakan dalam mengukur selektivitas alat tangkap gillnet
pengaturan (regulations) dan pengkayaan (enhasment) diasumsikan bahwa proses tertangkap ikan dengan
yang meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses
gillnet adalah secara gilled (Setyohadi et al, 2004).
ekonomi bag1 industri yang didasarkan pada stok ikan
Karena jika ikan yang tertangkap itu dengan cara
(Widodo, 2003).
gilled (terjerat), maka ikan tersebut mempunyai
Salah satu jenis sumberdaya hayati laut yang
frekwensi panjang tubuh tertentu sesuai dengan
mempunyai rlilai ekonomis penting yang terdapat di
ukuran mesh size.
perairan Jawa Timur'adalah ikan Kembung, dimana
Berdasarkan hasil survei yang telah
produksinya pada tahun 2003 mencapai 20.302,8 ton
dilakukan di perairan Paciran-Lamongan, Rastrelliger
atau menduduki rangking ke enipat dari lima spesies
brachysoma adalah hasil tangkap utama (species
ikan ekonomis penting lainnya. Dari data statistik
target) dari gillnet. Saat ini alat tangkap yang
perikanan Daerah Tingkat I Jawa Timur tahun 2003
beroperasi di Perairan Paciran-Lamongan rnempunyai
rnenunjukkan bahwa produksi ikan kembung dari alat
ukuran mesh size yang bervariasi, sehingga
tangkap gillnet Cjaring insang hanyut) menduduki
menyebabkan terjadinya variasi ukuran panjang
nomor empat yaitu sebesar 1.586,7 ton.
Rastrelliger brachysoma yang tertangkap oleh gillnet.
Paciran adalah salah satu kecamatan yang
Dalam konteks biologi, jika dihubungkan dengan
termasuk dalam wilayah Kabupaten Lamongan.
upaya pelestarian sumberdaya, ikan yang masih muda
Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan
dan belum matang gonad untuk pertama kalinya tidak
oleh peneliti, Paciran memiliki dua Tempat Pelelangan
boleh ditangkap, karena belum mempunyai
Ikan (TPI) yaitu TPI Kranji dan TPI Weru Komplek.
kesempatan untuk regenerasi (bereproduksi). Dengan
Pada tahun 2005 dari kedua TPI ini Paciran
demikian informasi tentang berapa panjang ikan
menghasilkan 4.935.190 kg ikan (Anonymous, 2006). tersebut pada saat pertama kali tertangkap (LC) dan
Aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan Paciran
panjang ikan dimana 50 % dari ikan yang tertangkap

tersebut sudah matang gonad (Lm) adalah sangat
penting untuk menentukan berapa ukuran mesh size
gillnet yang boleh beroperasi pada perairan tersebut
agar kelangsungan sumberdaya perikanan tetap lestari.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
(1). Menentukan faktor seleksi (SF) dari Rastrelliger
brachysoma terhadap alat tangkap gillnet;
(2). Menentukan ukuran terkecil (LC)dari Rastrelliger
brachysoma yang boleh ditangkap dengan alat
tangkap gillnet berdasarkan prinsip kelestarian
sumberdaya ;
(3). Menentukan mata jaring alat gillnet yang selektif
untuk menangkap Rastrelliger brachysoma,
berdasarkan informasi biologi di Perairan PaciranLamongan;
MATERl DAN METODE PENELITIAN
Materi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan, tepatnya dilakukan di
dua desa, yaitu Desa Banjarwati dan Weru.
Pengambilan l9kasi dua desa tersebut bertujuan untuk
mendapatkan sampel ikan Kembung perempuan,
Ratrelliger brachysoma (B leeker, 1 85 1 ) yang
tertangkap dengan gillnet dengan ukuran mesh size
yang berbeda, ha1 ini dikarenakan materi yang
digunakan dalam pene:itian ini adalah gillnet dengan
mesh size 1,5 inchi (3,81 cm) dan 2 inchi (5,08 cm)
serta Ratrelliger brachysoma.
Metode penelitian
metode
Penelitian
ini
menggunakan
Deskriptif. Prosss pengambilan data dilakukan dengan
teknik observasi, yaitu melakukan pengukuran dan
pengamatan secara langsung terhadap obyek yang
diteliti. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat tangkap gillnet dengan ukuran mesh size
3,8 1 cm dan 5,08 cm serta ikan Kembung perempuan,
Rastrelliger 61-uchysoma yang ditangkap dengan alat
tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data prir,~erdan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan oleh penelki. Data primer diperoleh dengan
cara melakukan pengukuran terhadap ikan Kembung
perempuan yang tertsngkap pada saat operasi
penangkapan dengan alat tangkap giilnet mesh size
3,81 cm dan 5,08 cm di Perairan Paciran Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur. Pengukuran tersebut meliputi
Panjang Total (L), Berat ikan (W),Lingkar Tubuh (G),
Jenis kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG).
Pengambilan data primer dilakukan teknik sampling.
Sampling dilakukan kerena adanya keterbatasan dalam
penelitian, keterhtasan tersebut berupa waktu, biaya,
dan tenaga, maka dari itu tidak mungkin dalam
penelitian ini menggunakan data dari seluruh populasi
yang ada di alam.
Data sekunder merupakan data penunjang
yang diperoleh dari berbagai sumber pustaka serta
Data Laporan Statistik Perikanan yang berasal dari
Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten
Lamongan serta Dinas Perikanan dan Kelautan

Propinsi Jawa Timur.' Selain itu data sekunder juga
didapatkan dari catatan Pemerintahan Desa
Banjarwati dan Desa Weru.
HASIL DAN PEMB'AHASAN
Deskripsi umum lokasi penelitian
Lamongan adalah salah satu kabupaten yang
sebagian wilayahnya (dua kecamatan) merupakan
daerah pesisir, sebagian penduduknya yang bermukim
di daerah pesisir atau pantai tersebut mempunyai
kegiatan mencari ikan di Laut, atau sebagai nelayan.
Perairan laut Kabupaten Lamongan tergolong perairan
potensial bagi kegiatan penangkapan ikan Kembung,
dari data Statistik Jawa Timur menunjukkan bahwa
Perairan Lamongan merupakan produsen ikan
Kembung
terbesar
dibandingkan
dengan
~ a b u ~ a t e n t ~ odit a wilayah J a w a - ~ i m u r lainnya,
dengan jumlah produksi sebesar 3.997,6 ton, ini
berarti Lamongan menyumbangkan 19,69 % dari total
produksi ikan Kembung di Jawa Timur (Anonymous,
2005).
Secara geografis, Kabupaten Lamongan
terletak pada 6'5 1'54" - 7'23'6" Lintang Selatan, dan
diantara 122'53'12" Bujur Timur, dengan batas
wilayah sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur
Kabupaten Gresik, sebelah selatan Kabupaten
Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat
Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro.
Paciran merupakan salah satu kecamatan
yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan
berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Wilayah
Kecamatan Paciran memiliki ketinggian rata-rata 2
meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 20 29 'c, sedangkan curah hujan rata-rata 269 mmtth.
Wilayah Paciran sebelah utara berbatasan
langsung dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan, sedangkan batas
sebelah barat adalah Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan.
Penelitian ini dilaksanakan di Perairan
Paciran, tepatnya di Desa Banjarwati dan Desa Weru,
kedua desa tersebut terletak di Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Desa Banjarwati
merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Paciran, desa ini mempunyai luas daerah sebesar
326.297 ha. Secara topografi desa ini merupakan
daerah pantai dengan ketinggian 0 2 meter di atas
permukaan laut. Wilayah ini memiliki iklim tropis
dengan suhu rata-rata 25 OC. Wilayah Desa Banjarwati
sebelah utara berbatasan langsung Laut Jawa, sebelah
timur Desa Kemantren dan sebelah selatan Desa
Drajat, sedangkan batas sebelah barat adalah Desa
Kranji. Jarak Desa Banjarwati dengan Ibukota
Kecamatan kurang Lebih 5 km, sedangkan jarak dari
ibukota Kabupaten adalah 36 km dan jarak dari
lbukota Propinsi adalah 67 km.
Selanjutnya secara administrasi, Desa weru
juga merupakan wilayah Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan yang terletak pada titik
koordinat 6' 52' 12" L dan 112' 25' 48" BT dengan
luas wilayah sebesar 9,355 Ha. Jarak Desa Weru

-

dengan lbukotb Kecamatan kurang Lebih 12 km dan
jarak dari Ibukota Propinsi adalah 65 km. Weru
merupakan daerah pantai dengan ketinggian tanah 0 1,5 meter diatas permukaan laut. Kondisi tanahnya
sebagian kapur berpasir dengan kemiringan 2' - 5'
dari arah selatan ke utara, dengan kondisi pantai yang
landai dengan dasar karang berpasir. Wilayah ini
memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 32 OC dan
curah hujan rata-rata 15 - 257 mmlbulan. Sebelah
utara Weru btrbatasan langsung dengan Laut Jawa,
sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Desa
Sidokumpul,
Desa
Campurejo,
dan
Desa
Banyutengah, sedangkan batas sebelah barat adalah
Desa Paloh.
Deskripsi perikanan di lokasi penelitian
Wilayah Kabupaten Lamongan berbatasan
langsung dengan L,aut Jawa di sebelah utara dengan
garis pantai sepanjang 47 km memiliki potensi
perikanan yang cukup besar. Berdasarkan data statistik
perikanan yang telah dikeluarkan tahun 2005 oleh
Dinas Kelautan, Perikanan dan Petemakan Kabupaten
Lamongan, tercatat jumlah produksi sub sektor
penangkapan lsut yang didaratkan di TPI sebesar
37.937 ton, angka ini menunjukkan penurunan
dibandingkan tahcn sebelumnya yang mencapai
39.934,38 ton. Penurunan produksi pada tahun 2005
diduga di picu oleh kenaikan harga BBM (Solar). Dari
hasil pengamatan dl lapangan khususnya di desa
Weru, banyak nelayan weru yang memilih tidak
melaut karena tidak niemiliki modal yang cukup untuk
membeli solar. Selain itu tidak sedikit nelayan yang
mengalami kerugian, ha1 ini disebabkan biaya
produksi lebih besar dari pada pendapatan yang
mereka terimc..
Kabupaten Lamongan memiliki lima Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), menurut Laporan Statistik
Perikanan Jawa Timur tahun 2003, dari kelima TPI ini
Kabupaten Lamongan menduduki peringkat ketiga
dalam pruduksi perikanan laut tahun 2003 setelah
Kabupaten Trenggalek dan Sumenep. Kemudian jenis
ikan yang didaratkan di TPI tersebut adalah ikan
Peperek, Manyung, .Merah, Kerapu, Ekor kuning,
Cucut, Pari, Bawal putih, Layang, Selar, Teri,
Tembang, Kembung, Tengiri, Layur, Tongkol dan
ikan lainnya.
Dua diantara lima TPI yang dimiliki
Lamongan terletak di Wilayah Paciran, yaitu TPI
k a n j i dan TPI Weru Komplek. Dari kedua TPI itu
pada tahun 2005 Paciran dapat memproduksi ikan laut
sebesar 4.935.190 kg ikan dengan nilai produksi
sebesar Rp. 9.277.0 18.3 10 (Anonymous, 2006).
Deskripsi alat tangkap gillnet di lokasi penelitian
Jaring Brinsang adalah sebutan dari
masyarakan nelayan Paciran untuk gillnet. Konstruksi
Jaring brinsang yang dimiliki oleh para nelayan
Paciran terdiri .dari satu lembar jaring yang terbuat
dari Nilon (Polyamide) monofilament berwama
bening. Dalam satu unit terdiri dari 40 lembar jaring
yang semuanya disambung menjadi satu. Panjang satu

lembar jaring sekitar 1 0 meter, jadi satu unit jaring
brinsang mempunyai panjang sekitar 400 meter.

Jaring tersebut juga dilengkapi pelampung yang
terbuat dari sterofom yang dipasang pada tali ris atas
dan pemberat yang dipasang pada tali ris bawah
terbuat dari timah atau beton.
Pengoperasian jaring brinsang dilakukan
nelayan Paciran pada saat matahari terbit dan
tenggelam.
Dalam
pengoperasiannya mereka
menggunakan armada penangkapan yang biasa
mereka sebut dengan perahu Pincuan atau Glatik.
Operasi penangkapan ikan pada saat penelitian di
lakukan di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan,
yaitu pada daerah perairan pantai sampai pada jarak 3
mil dari pantai. Lokasi daerah penangkapan dapat
dijangkau oleh nelayan Weru maupun Banjarwati
sekitar 2 jam perjalanan.
Sebelum operasi penangkapan dilakukan
persiapan yang meliputi penyediaan bahan bakar,
kebutuhan makan dan minum serta pemeriksaan
terhadan alat tangkap, armada penangkapan dan mesin
penggerak utama. Jumlah awak kapal yang terlibat
dalam operasi penangkapan dengan menggunakan
giilnet hanya dua orang.
Dari hasil pengamatan lapang, gillnet
merupakan alat tangkap multi spesies. Komposisi ikan
yang tertangkap dengan gillnet milik Saudara Mahrus
(nelayan Banjarwati) yang dioperasikan pada tanggal
28 Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar I .
Laosan
llO%\

,
Mbelo _
28%

Belanak
11%

Lay ur
/1,6%

Kernbung
perernpuan
55%

/

Gambar I . Komposisi ikan yang tertangkap dengan
gillnet mesh size 5,OS cm

,

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil tangkap utama dari gillnet di Paciran adalah ikan
Kembung perempuan, ha1 ini dikarenakan harga ikan
Kembung perempuan cukup tinggi dibandingkan hasil
tangkapan yang lain. Selain itu ikan Kembung
perempuan mudah ditangkap dan lokasi penangkapan
(Fishing ground) ikan Kembung perempuan tidak
terlalu jauh dari pantai, ha1 ini sesuai dengan tingkah
laku ikan Kembung perempuan yang suka pada
perairan neritik. Penentuan ikan target menurut Sales el
a1 (2003) didasarkan atas beberapa faktor, yaitu faktor
kebiasaan nelayan, ekonomi dan sifat biologi ikan yang
menjadi targer utarna.
Deskripsi
Penelitian

Perikanan

Kembung

di

Lokasi

Di Perairan Paciran, Rastrelliger brachysoma
merupakan hasil tangkapan dari alat tangkap gillnet
dan purse seine, ikan ini menurut panjangnya
dibedakan menjadi 2 yaitu: Kemaren (panjang < 15

cm) dan Gembung (panjang > 15 cm). Rastrelliger
brachysoma merupakan hasil tangkap utama dari pada
alat tangkap gillnet mesh size 3,81 cm dan 5,08 cm,
ikan ini di buru karena memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi, untuk ikan jenis gembung harganya
berkisar antar? Rp 5.000 - Rp 7.000, sedangkan harga
Rastrelliger brachysoma jenis kemaren berkisar antara
Rp. 2.500 - Rp. 4.000.
Pada dasarnya di Perairan Paciran-Lamongan
Rastrelliger brachysoma dapat ditangkap sepanjang
tahun. Namun karena adanya beberapa ha1 diantaranya
adalah cuaca yang tidak mendukung dan
kecendrungan atau kebiasaan nelayan, maka di
Perairan Paciran dikenal adanya tiga musim
Rastrelliger brachysoma, yaitu : (1) Musim puncak,
terjadi pada: bulan Maret. Pada musim ini ikan
Kembung perempuan hasil tangkapan nelayan gillnel
rata-rata 50 kg/trip, bahkan ada yang sampai
mendapatkan 150 kgltrip, (2) Musim sedang, terjadi
antara bulan April - Desember Pada musim ini ikan
Kembung perompuan hasil tangkapan nelayan gillnet
rata-rata 10-40 kg/trip, (3) Musim Paceklik, terjadi
pada bulan Jamari - Pebruari. Pada musim ini jarang
ada nelayan -gillnet yang mengoperasikan alatnya,
karena pada musim ini angin bertiup kencang dari
barat menuju ketimur, oleh karena itu musim ini
biasanya dikenal oleh masyarakan Paciran sebagai
musim Baratan. Sedangkan apabila ada yang bekerja
rnaka Rastrelliger brachysoma dapat tertangkap.

Kemudian pada saat ,masih kecil pertumbuhan ikan
lebih cepat dari pada saat dewasa.
Dengan nilai LC dan Lm dapat dilihat bahwa
hasil tangkapan gillnet mesh size 3,8 1 cm banyak yang
belum matang gonad. Hal in! apabila diteruskan akan
menyebabkan terjadinya growlh overfishing (Fauzi,
2005). Dengan ni lai Lm dapat diproyeksikan menjadi
ukuran minimum ikan yang boleh ditangkap
berdasarkan prinsip kelestarian.
Selektivitas gillnef
Kisaran panjang Rastrelliger brachysoma
yang tertangkap oleh gillnel mesh size 3,8 1 cm dan
5,08 cm tersebut terjadi tumpang tindih pada beberapa
nilai tengah kelas yaitu: 14,l; 15,O; 15,9; 16,8 dan
17,7. Tumpang tindih nilai kelas panjang dapat dilihat
pada Gambar 2. Antara kedua alat tangkap tersebut
ternyata
memiliki
kemampuan
menangkap
Rastrelliger brachysoma pada kisaran panjang yang
berbeda,
yaitu
penangkapan
ikan
dengan
menggunakan gillnet mesh size 5,08 cm cenderung
menghasilkan ukura~i ikan hasil tangkap yang lebih
besar daripada menggunakan gillnet mesh size 3,81

,.-

1.111.

Sebaran Frekuensl Normal
Rastrelliger brachysoma

Parameter biologi
Pengamatan dilakukan terhadap 851 ekor

3,81 cm dan 386 eknr yang tertangkap gillnet dengan
ukuran mesh size 5,08 cm. Sampel juga terbagi dalam
391 jantan dan 460 betina. Hasil pengamatan dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 1 . Hasil pengamatan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
gillnet dengan mesh size tertentu dapat menangkap
ikan pada range panjang tertentu. Semakin besar mesh
size yang diguriakan maka semakin besar juga ikan
yang tertangka~ Psnjang ikan dan lingkar tubuh
memiliki hubungan positif, yaitu sernakin panjang
ukuran ikan milka semakin besar pula lingkar tubuh
ikan. Lingkai tubuh szngat mempengaruhi proses
tertangkapnya ikan dengan gillnet secara terjerat,
dimana ikan dapat masuk dalam mata jaring jika
keliling mata jaring lebih kecil dari pada lingkar tubuh
ikan. Dari persamaan panjang -berat dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan
Rastrelliger
brachysoma mengikuti pola pertumbuhan allometrik.

wen
si Panjang Rastrelliger brachysoma
hasil tangkapan Gillnet Mesh Size 3,8 1
cm dan 5,08 cm
Pendugaan selektivitas alat tangkap gillnet
dilakukan dengan pendekatan Faktor Seleksi (SF)
berdasarkan persamaan dari Sparre dan Venema
( 1999) sebagai berikut:

Setelah itu dilakukan regresi terhadap logaritma rasio (y
In C21CI)terhadap titik tengah interval panjang ikan (x
= L). Dari analisa regresi didapatkan persamaan
sebagai berikut:
=

kemudian didapatkan nilai a = -35,306 1 dan b = 0,2345,
setelah itu dengan nilai a dan b kita dapatkan nilai
Faktor Seleksi (SF) dengan menggunakan rumus:

Sehingga didapatkan SF sebesar 3,67. Dengan SF maka
nilai L optimum dapat diketahui degan persamaan:

L~~~= SF * m

L optimum didapat sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai L Optimum
Katago1.i
I L Optimum(cm)
Mesh size 3.8 1 cm I
13.98
Mesh size 5,08 cm
18,64

I

1

Penentuan selektivitas gillnet terhadap
kelestarian sumberdaya 'berdasarkan kajian-kajian
biologis yaitu dengan nilai panjang pada saat pertama
kali matang gonad (im). Suatu usaha penangkapan
ikan diharapkan membiarkan sejumlah 50% ikan
dengan ukuran panjang yang sama atau lebih besar
dari Lm agar tidak menggangu proses reproduksi yang
dapat membahayakan kelestarian sumberdaya.
Berdasarkan nilai faktor seleksi gillnet dan
dugaan nilai Lm dari ikan Kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) jantan, betina maupun
campuran (jantan & betina), maka ukuran mata jaring
(mesh size) yang mampu mempertahankan kelestarian
sumberdaya Rastrelliger brachysoma adalah sebagai
beri kut:

/

Tabel 3. .Mesh size optimum untuk menangkap Rastrelliger brachysoma
Mesh Size Optimum
Jenis Kelamin

SF

Lm

Jantan
Betina
Semua

3.67
3.67
3.67

17.04
16.91
16.89

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
I . Gillnet merupakan alat tangkap yang sangat
selektif, karena dzngan ukuran mesh size tertentu
dapat menangkap ikan pada ukuran tertentu;
2. Proses tertangkapnya ikan pada gillnet sangat
dipengaruhi oleh ukuran lingkar tubuh;
~
perempuan
3. Pola perttimbuhan i k a ~ Kembung
(Rastrelliger brachysoma) baik yang berjenis
kelamin jantan maupun betina bersifat allometrik.
4. panjang7total ~ a s t r e l l i ~ brachysoma
er
pada saat
pertama kali matang gonad (Lm) adalah 17,04 cm
untuk jantan dan 16,91 cm untuk betina, serta
16,89 cm ~ n t u ksemuanya.
5. Faktor seleksi dari Rastrelliger brachysoma
terhadap alat tangkap giilnet di Perairan Paciran
adalah 3,67.
6. Berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya,
maka ukuran terkecil dari ikan Kembung
perempuan (Rastrelliger hrachysoma) yang boleh
ditangkap (LC) adalah 17,04 cm untukjantan dan
16,9 1 cm untuk betina.
7. Untuk pengelolaan sumberdaya ikan Kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) dengan
tetap memperhatikan aspek biologis dan hasil
tangkap optimal di Perairan Paciran, maka mesh
size yang digunakan adalah sebesar 4 6 4 cm (1,83
inchi).
8. Alat tangkap gillnet mesh size 3,8 1 cm tidak
selektif, sedangkan gillnet mesh size 5,08 cm
selektif
untuk . eksploitasi
sumberdaya
Rastrelliger
brachysoma
dengan
tetap
mempertahankan aspek kelestariannya.
Saran
'

(cm)
4.64
4.6 1
4.60

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang
efektivitas yang penggunaan gillnet mesh size
lebih besar 4,64 cm (1,83 inchi) terhadap
Rastrelliger bruchysoma.
2. Perlu penerapan meshsize gillnet ukuran
minimum 4,64 cm (1,83 inchi)
3. Perlu adanya penelitian sejenis untuk jenis ikan
yang berbeda.
4.
DAFTAR PUSTAKA
I.

Anonymuos, 1997. F A 0 Technical Guidelines For
Responsible Fisheries: Fisheries
Management. Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Roma

...............,

2005. Laporan Statistik Perikanan
Jawa Timur Tahun 2003. Dinas
Perikanan Daerah Tingkat I Jawa
Timur. Surabaya

..............., 2006.

Fauzi,

A.

lnformasi Data Statistik
Perikanan Tahun 2005. Dinas
Perikanan, Kelautan dan Peternakan
Derah
Tingkat
11
Lamongan.
Lamongan
2005. Kebijakaa Perikanan dan
Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sales. S; U.R. Sumalia and T. Picther. 2003. ShortTerm Decisions of Small-Scale
Fishers Selecting Alternative Target
Species: A Choice Model. Published
on the NRC Research Press Web site

at http://cifas.nrc.ca. Tanggal Akses 10
Juni 2006
Venema. 1999. lntroduksi
Pengkajian Stok lkan Tropis. Buku 1
: Manual. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perikanan. Jakarta. 438

Sparre, P. dan S.C.

P

Widodo, J. 2003. Pengantar Pengkajian
Stok Ikan. Cetakan Kedua.
~ u ' s a tRiset Perikanan. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan,
Departemen Kelautan dan
Perikanan
Jakarta
'