subjek dan objek pajak docx

SUBJEK DAN OBJEK PAJAK

NAMA
NBI

: DHIKA BAGUS P.
: 1311501706

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
TAHUN AJARAN 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak
(Eresco, Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya
ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada
suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti
kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk
kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu,

menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari
penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah untuk kelangsungan alatalat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan seterusnya, dan harus
dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya
merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan
umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak
melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan
untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak,
dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural
resources). Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan
penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan
umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,
dimana ada
Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan
lagi kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh

masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber
penghasilan negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk
pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah
Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang
terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat
cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding System
merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk
memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.

Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh
karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak
sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang
berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh
membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya

yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah
memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak
adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya
objek pajak karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya
pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan
tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari objek dan subjek pajak ?
2. Apa saja macam – macam dari objek dan subjek pajak
3. Siapa saja yang dikenakan subjek pajak ?
BAB II
C. PEMBAHASAN

1. a. Pengertian Subyek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek
pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek
pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang

belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila,
anak yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk
mereka perlu ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya.
b. Pengertian Objek Pajak
Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek
pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya :

i. Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan bermotor,
radio, televisi ;
ii. Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan rumah atau
gedung ;
iii. Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak,

2. i. Macam – Macam Objek Pajak
1. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri,. Penghasilan sebagai objek pajak PPh diartikan
secara luas yaitu “ setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun
2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini,
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
c. Laba usaha,
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang,
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah,

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
m. Karena penilaian kembali aktiva,
n. Premi asuransi,
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

p.

Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak,

q.

Penghasilan dari usaha berbasis syariah,

r.

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

s.


Surplus Bank Indonesia.

2. Objek pajak PPN
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a.

Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
dengan syarat :
 Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

b.

Impor barang kena pajak

c.


Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh pengusaha dalam
syarat :

d.

1.

Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak

2.

Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean

3.

Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean


e.

Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

f.

Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

g.

Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha diuah
terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun sendiri yang dilakukan
tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan,
baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.

h.

Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah diubah
terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada

saat perolehannya dapat dikreditkan

3.

Objek pajak PPn-BM
Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhirdengan UU No. 18

tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :

a.

Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh penguasaha
yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah
pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

b.

Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

4.


Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sementara itu,
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau dilekatkan secara tetap pada tansh atau
perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah :
1.

Bangunan tempat tinggal (rumah)

2.

Gedung kantor

3.

Hotel

4.

Pabrik

5.

Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya

6.

Kolam Renang

7.

Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.

Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang
:
a.

Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, social,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan

b.

Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu

c.

Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak

d.

Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik

e.

Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan

5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang meliputi :
a.

Pemindahan hak karena :

1.

Jual beli

2.

Tukar menukar

3.

Hibah

4.

Hibah wasiat

5.

Waris

6.

Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

7.

Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,

8.

Penunjukan pembeli dalam lelang,

9.

Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,

10. Penggabungan usaha,
11. Peleburan usaha,
12. Pemekaran usaha,
13. Hadiah.
b.

Pemberian hak baru karena :
1.

kelanjutan pelepasan hak,

2.

di luar pelepasan hak

Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :
a. hak milik,
b. hak guna usaha,
c. hak guna bangunan,
d. hak pakai,
e. hak milik atas satuan rumah susun,
f. hak pengelolaan.
6. Objek pajak Bea Materai
Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
1.

Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata

2.

Akta-akta notaris termasuk salinannya

3.

Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-rangkapnya

4.

Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
a. Yang menyebutkan penerimaan uang

b. Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan,

5.

Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,

6.

Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, yaitu suratsurat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan
bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh
orang lain, lain dari maksud semula.

 ii. Subjek Pajak Dalam Negeri
 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

bertempat tinggal

di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal
di Indonesia
 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tetentu Subjek
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
 Pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan


Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah
 Pembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

 Pajak Luar Negeri
a.

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,

b.

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Yang Menjadi Subjek Pajak
i. Adapun yang menjadi subjek pajak sesuai undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 adalah :
a. Orang Pribadi
b. Badan
c. Bentuk Usaha Tetap
ii. Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak
Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
a.

Kantor perwakilan Negara asing

b.

Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari Negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia
tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
serta Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
 Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber
penghasilan negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk
pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah
Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang
terhutang terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat
cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system). Withholding System
merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk
memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.

Saran :
Seharusnya Pajak adalah suatu Objek yang sangat penting bagi pendapatan negara
untuk pembangunan dan sudah seharusnya dalam penegakan pajak negara harus
bijak demi berjalannya suatu siklus perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA
1.

H. Bohari, SH., M.S., Pengantar Hukum Pajak, Jakarta : P.T. Raja Grafindo

2.

Drs. C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta

3.

http:// DATA KULIAH/AJ/perpajakan/Perpajakan-Subyek-Dan-Objek-Pajak.htm

4.

Rochmat sumitro, Asas dan Dasar Perpajakan, Bandung : PT. RefikanAditama