Lepra dan Proyek Sosial proyek

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia
Ilmu Hukum
2010
ESAI 1
Penyakit Lepra
Penyakit lepra atau sering disebut dengan kusta ini merupakan suatu penyakit
yang sudah ada sejak zaman purbakala, yakni sekitar 2000 tahun SM. Orang-orang di
sekitar penderita penyakit tersebut banyak menjauh karena dianggap sangat
menjijikkan. Penyakit kusta (lepra) juga telah dikenal di Mesir dan di India sejak 1400
tahun SM, di Tiongkok dikenal sejak 600 tahun SM. Penyakit kusta (lepra) ternyata juga
telah tersurat di dalam kitab-kitab agama, seperti dalam Kitab Weda disebut dengan
“Kustha”, dalam Kitab Injil disebut “Zaraath”, sedangkan di dalam al-Qur’an kusta
disebut dengan “al-Abras”.1 Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen
adalah suatu penyakit infeksi granulomatosa menahun (kronis) yang disebabkan oleh
bakteri. Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium Leprae. Bakteri
tersebut pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1873. Bakteri ini
mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2 – 3 minggu dan daya tahan
tubuhnya dapat bertahan sembilan hari di luar tubuh manusia.2 Awalnya bakteri ini
menyerang susunan saraf tepi, lalu menyerang kulit, mukosa, saluran napas, sistem
retikuloendotelial, tulang, dan testis.3

Saraf tepi yang terkena kuman kusta akan mengalam tiga tingkat kerusakan,
yaitu pertama Stage of involvement (penebalan saraf), mungkin disertai nyeri, tetapi
belum disertai gangguan fungsi saraf, misalnya anestesi atau kelemahan otot. Kedua,
Stage of damage, saraf telah rusak dan fungsi saraf tersebut telah terganggu, pengobatan
pada tingkat ini dapat mencegah kerusakan saraf secara permanen. kemudian Stage of
destruction, saraf telah rusak secara lengkap. Kerusakan atau paralisis saraf secara
lengkap terjadi lebih dari satu tahun. Pada tingkat ini walaupun dengan pengobatan,
fungsi saraf ini tidak dapat diperbaiki.4
1 Kementerian Kesehatan RI, “Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta”, 2012, hlm. 1.
2 “Penyakit Kusta” http://permata.or.id/id/tentang-kusta.html, diakses pada tanggal 3 Desember
2013.
3 Muhammad Dali Amiruddin, Penyakit Kulit di Daerah Tropis, Makassar: Universitas
Hassanudin, tt., hlm. 43.

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia
Ilmu Hukum
2010
Penyakit kusta (lepra) umumnya dibedakan menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah tuberkuloid dan yang kedua dikenal dengan lepromatosa. Keduanya

sama-sama menyebabkan luka pada bagian kulit, namun yang kedua memiliki daya
rusak lebih kuat, biasanya muncul benjolan di area kulit. Untuk mewaspadai timbulnya
penyakit ini setidaknya kita dapat melihat lima gejala penting seperti: a) otot melemah;
b) mati rasa pada bagian tubuh tertentu misalnya tangan atau kaki; c) warna luka
biasanya lebih terang dari warna kulit; d) sensitivitas pada daerah luka melemah; e) luka
tersebut tidak segera sembuh pada waktu yang cukup lama (berbulan-bulan).5
Penyebaran penyakit kusta (lepra) ini ditentukan oleh faktor manusia seperti
faktor etnik, sosial ekonomi, umur, dan jenis kelamin. Misalnya pada suku Burma di
Myanmar lebih beresiko terkena kusta disbanding dengan suku Tamil, sementara di
Malaysia suku China lebih mudah terkena kusta disbanding dengan suku Melayu. Di
negara-negara Eropa yang telah maju dan mempunyai tingkat sosial ekonomi yang
tinggi sudah jarang sekali ditemukan penyakit kusta. Penyebaran berdasarkan tingkat
umur tidak terlalu signifikan, namun kebanyakan terjadi pada usia produktif. Sedangkan
kaum laki-laki lebih banyak beresiko terkena kusta disbanding perempuan. 6 Faktor
penyebab timbulnya penyakit kusta antara lain sebagai berikut: a) penyebab utama
yakni bakteri M.Leprae; b) sumber penularan yang utama yakni manusia, meskipun
bakteri tersebut dapat hidup pada simpanse dan kaki tikus; c) cara keluar dari pejamu
atau tuan rumah yakni melalui saluran napas bagian atas; d) cara penularan, bisa terjadi
jika terjadi kontak fisik yang lama dengan pasien sehingga bakteri dapat berpindah; e)
cara masuk ke dalam pejamu yakni melalui saluran napas bagian atas dan melalui

kontak kulit; f) pejamu, penularan ini dapat dicegah jika manusia mempunyai kekebalan
tubuh yang bagus, selain itu bakteri dalam tubuh juga dapat mengalami perubahan
klinis.7
4 “Kecacatan Karena Kusta dapat dicegah” www.lkc.or.id/wp.../Kecacatan-PenyakitKusta.pdf, diakses pada tanggal 3 Desember 2013.
5 Administrator, “Penyakit Kusta” http://dinkes.sumbarprov.go.id/berita-128-penyakitkusta.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2013.
6 Kementerian Kesehatan RI, Op.Cit., hlm. 8.
7 Ibid., hlm.9.

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia
Ilmu Hukum
2010
Pengobatan yang dapat dilakukan yakni dengan membunuh bakteri penyebab
kusta (lepra), dengan cara memberikan antibiotik pada pasien secara bersamaan seperti
minocycline, fluoroquinolones, makrolid, rifampisin, dapson dan clofazamine.
Sementara itu untuk mengurangi efek dari peradangan yang terjadi akibat luka biasanya
dokter akan memberikan thalidomide, prednison atau aspirin. Langkah pencegahan
menjadi poin penting untuk mengatasi wabah penyakit kusta (lepra). Upaya pencegahan
misalnya dengan tidak melakukan kontak dengan pasien yang tidak sedang dalam masa
pengobatan, tidak menggunakan peralatan makan yang telah digunakan oleh pasien

kusta, menjaga kebersihan tubuh dan sanitasi lingkungan, serta pemeriksaan tahunan
bagi orang yang pernah kontak dengan pasien kusta. 8
Pentingnya Melakukan Proyek Sosial
Menurut saya proyek sosial ini penting untuk dilakukan oleh berbagai kalangan
baik itu pemerintah, mahasiswa, para pengusaha, maupun masyarakat umum lainnya.
Alasannya adalah bahwa isu-isu sosial dalam masyarakat itu bersifat luas, bukan
khusus, sehingga para pihak yang wajib menyelesaikan isu tersebut cakupannya juga
luas. Proyek sosial ini diadakan juga untuk tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat
di Indonesia. Kita harus mengingat bahwa tujuan dari negara Indonesia salah satunya
untuk “Memajukan Kesejahteraan Umum”. Tujuan tersebut tidak dapat dicapai hanya
dengan pemanfaatan alokasi dana dari pusat dan daerah yang dikucurkan dalam
Anggaran Perbelanjaan Negara (APBN) dan Anggaran Perbelanjaan Daerah (APBD).
Langkah untuk mencapai kemajuan kesejahteraan umum bagi masyarakat hanya akan
terwujud

dengan

dilakukannya

berbagai


proyek

sosial

seperti

penyuluhan,

pendampingan bagi masyarkat yang berkebutuhan khusus, penyediaan fasilitas
kesehatan dan pendidikan, dan lain-lain.
Proyek sosial selain sebagai upaya untuk menjawab mimpi kemerdekaan
Indonesia tentunya juga untuk mencegah terjadinya masalah sosial yang lebih
kompleks. Permasalahan sosial yang timbul misalnya kemiskinan yang dpaat bermuara
8 Department of Health
“http://www.health.ny.gov/diseases/communicable/leprosy/fact_sheet.htm, diakses pada tanggal 3
Desember 2013.

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia

Ilmu Hukum
2010
pada fenomena kriminalitas masyarakat. Menurut saya proyek sosial ini penting untuk
dilakukan sebagai pemutus mata rantai konflik sosial baik yang bersifat internal maupun
eksternal, karena tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga
pemahaman atau pengetahuan yang baik kepada masyarakat. Dengan adanya proyekproyek sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak, diharapkan taraf hidup masyarakat
akan meningkat, kemiskinan dapat diatasi, ketidakmengertian masyarakat dapat pula
dihindari sehingga mesyarakat akan selalu berpikir positif dalam menanggapi setiap isu
sosial yang mereka hadapi.
Alasan ingin bergabung dengan Jepara Workcamp 2014
Alasan utama saya ingin bergabung dengan Jepara Workcamp 2014 adalah
karena saya ingin berbagi kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan
kepedulian sosial. Apa yang ingin saya bagikan? Tentunya sedikit pengetahuan yang
saya miliki, kebahagian yang saya miliki, dan juga sedikit materi yang saya miliki. Bagi
saya prestasi hakiki bagi seorang mahasiswa adalah kontribusi untuk masyarakat
(pengabdian). Oleh karena itu saya ingin bergabung dengan Jepara Workcamp 2014.
Alasan lain mengapa saya berminat untuk bergabung adalah karena saya merasa sangat
dekat dan memiliki masyarakat sasaran program tersebut. Sebagai masyarakat Jawa
Tengah saya sangat prihatin dengan fenomena banyaknya penderita kusta (lepra) di
Desa Banyumanis, Donorojo, Jepara, Jawa Tengah. Dengan mengikuti kegiatan ini,

paling tidak saya akan mengambil banyak pelajaran tentang arti peduli, berbagi, dan
memahami. Saya ingin membuat masyarakat yang ada di daerah sasaran merasa tidak
sendirian, masih ada banyak tangan yang peduli terhadap mereka. Sehingga tidak ada
alasan bagi mereka untuk tidak semangat hidup dan semakin belajar untuk menuju
kesejahteraan yang lebih baik.
ESAI 2
ANALISIS SWOT TENTANG DIRI SAYA
Strength
Menurut saya kekuatan yang saya miliki selama ini adalah “disiplin”. Selain
menjadi orang yang disiplin saya juga sangat menyukai suasana yang penuh dengan

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia
Ilmu Hukum
2010
kedisiplinan. Bukti dari kedisiplinan ini adalah ketika di dalam kampus saya tidak
pernah mengalami keterlambatan, baik ketika mengikuti kuliah, mengumpulkan tugas
ataupun mengikuti berbagai kegiatan organisasi. Selain itu saya selalu berusaha untuk
menjalankan seluruh tata tertib yang diberikan di dalam suatu organisasi ataupun suatu
kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus. Bahkan, di dalam hidup saya, saya

selalu membuat tata tertib mengenai apa yang boleh saya lakukan ataupun tidak boleh
saya lakukan selama hidup saya. Sebagai tindak lanjut dari sikap disiplin yang telah
ditanamkan oleh keluarga saya sejak kecil saya selalu berusaha untuk mengajak teman
saya yang kurang disiplin untuk mulai belajar disiplin, dan terkadang jika saya menemui
teman saya yang sangat tidak disiplin maka saya menegurnya dengan cara yang
sewajarnya.
Weakness
Kelemahan yang sangat mengganggu hidup saya adalah sifat sensitif atau mudah
tersinggung. Mungkin pada awalnya saya nyaman dengan sifat yang saya miliki ini
karena saya mengklaim diri saya sebagai seorang yang peka terhadap keadaan
sementara orang lain tidak. Akan tetapi ternyata kepekaan saya ini seringkali berubah
menjadi sebuah perasaan yang lebih banyak sisi negatifnya, saya menjadi orang yang
mudah memikirkan kesalahan yang diperbuat oleh orang lain ataupun kesalahan yang
saya perbuat sendiri. Tak jarang pula saya selalu mempermasalahkan hal-hal kecil yang
timbul dari hubungan pertemanan saya dengan orang lain, akan tetapi saya beruntung
mempunyai teman-teman yang tidak segan untuk mengingatkan apabila saya mulai
menunjukkan sifat saya ini. Di sisi lain saya akan tetap memegang teguh sifat peka yang
ada pada diri saya ini sebagai dasar saya untuk selalu bisa menghadapi kehidupan
dengan baik, akan tetapi saya akan lebih mengatur porsinya agar tidak berupah menjadi
sifat yang justru menghambat kemajuan saya.

Opportunity
Bagi saya opportunity yang selalu saya miliki adalah datang dari keluarga saya. Hal ini
terlihat ketika saya selalu berusaha untuk membuat diri saya menjadi jauh lebih baik
setelah mendapatkan arahan dan juga dorongan dari keluarga saya. Ketika saya
terkadang sampai pada titik kejenuhan, mereka lah yang selalu membuat saya bangkit

Catur Nugraheni
Universitas Indonesia
Ilmu Hukum
2010
dan kembali mencoba untuk mengoreksi kesalahan yang ada pada diri saya. Keluarga
saya tidak pernah menentang ataupun menghalangi saya untuk mengikuti segala hal
yang dapat mendukung perkembangan saya sebagai seorang mahasiswa.
Threatment
Dalam beberapa hal saya tak jarang mengikuti arus yang sedang melingkupi
hidup saya, terutama teman-teman saya. Contohnya ketika saya menemui banyak
pilihan mengenai suatu hal sementara saya tidak memiliki keyakinan akan pilihan saya,
maka saya lebih suka untuk mengikuti pilihan teman saya. Saya menganggap pilihan
teman saya tersebut adalah baik. Akan tetapi kembali lagi pada poin awal menganai
opportunity yang saya miliki, bahwa keluarga saya tidak pernah lelah mengingatkan

saya untuk selalu mepunyai keteguhan hati sehingga untuk hal-hal lain saya tidak lagi
terjebak dalam kondisi yang sama. Selama ini saya kurang bisa membagi waktu antara
kuliah, organisasi, bekerja, dan mengatur kehidupan pribadi saya sehingga seringkali
saya mengalahkan diri saya sendiri. Contohnya ketika saya sedang mendapat banyak
tugas dari dosen dan ketika saya harus mengajar banyak murid, saya memilih untuk
lebih memrioritaskan kuliah dan pekerjaan saya, sehingga terpaksa saya melupakan
kondisi kesehatan saya sampai pada akhirnya saya mendapatkan gangguan kesehatan
yang cukup serius. Untuk menghadapi hal ini, mulai sekarang saya membuat sebuah
priority scale untuk mengatur jadwal kegiatan saya sehingga saya tidak mengabaikan
hal-hal penting dalam hidup saya.