Banjir informasi dalam otak dan Cara men

19
SABTU, 15 FEBRUARI 2014

Salah Pilih Kasur ‘Hantui’ Tidur
ELAIN kurang tidur, masalah penting yang

Tidur yang nyaman
menjadi salah satu
kunci hidup berkualitas.
Walhasil, bila Anda
salah memilih kasur,
berbagai penyakit pun
menghantui.

dialami banyak orang namun banyak tak
disadari adalah salah pilih kasur. Padahal dalam sebuah polling di tahun 2011
ditemukan bahwa 92% orang mengaku
kasur yang nyaman adalah kunci penting
tidur yang berkualitas.
Perlu diingat bahwa salah memilih kasur atau malas mengganti kasur takkan
hanya menyebabkan nyeri punggung, leher atau gangguan isik lainnya. Dikutip

dari Huingtonpos salah satu pengaruh
pada kesehatan adalah membeli kasur
baru bisa redakan stres
Dalam sebuah studi di tahun 2009, 59
partisipan pria dan wanita diminta tidur
selama 28 malam berturut-turut di kasur
mereka sendiri dan 28 malam di kasur
baru. Kemudian tingkat stres mereka dievaluasi berdasarkan faktor-faktor seperti khawatir, gugup, lekas marah, sakit
kepala, dan gemetar yang diperlihatkan
partisipan.
Ternyata kasur baru menyebabkan
‘penurunan stres secara signiikan’. Bisa
jadi ini ada kaitannya dengan peningkatan kualitas tidur dan penurunan rasa
nyeri yang berkaitan dengan alas tidur
yang lebih baik.
Pelru diingat bila ukuran nyaman kasur tergantung masing-masing orang.
Tak ada deinisi standar untuk mengukur tingkat kelembutan dan kenyamanan sebuah tempat tidur. Untuk itu jangan
tergiur dengan iklan, pastikan sebelum
membeli Anda sudah mencoba berbaring di atasnya kira-kira sebelum 20 menit.
Lagipula hanya

sedikit yang membuktikan bila kasur
empuk atau keras
adalah kasur yang pas
untuk meningkatkan
kualitas tidur Anda,
karena nyatanya yang
terpenting adalah kenyamanan.
Bila ada lubang menganga di kasur atau pegas yang
sudah menyembul dari dalam
kasur, sudah jelas ini saatnya
Anda menggantinya dengan tempat tidur baru. Tapi sebenarnya ada

Tanpa Bantal
Lebih Sehat

BAGI semua manusia, tidur adalah
sebuah kewajiban, untuk menjaga
tubuh, otak dll agar tetap sehat
agar bisa menikmati hidup yang
indah setiap terbangun.Bagaimana jika tidur tanpa menggunakan

bantal? Penelitian membuktikan
bahwa ada banyak manfaat yang
bisa didapatkan dengan tidur tanpa bantal. Para ahli sepakat bahwa tidur di atas kasur jauh lebih
natural bagi tubuh. Dengan demikian, tidur Anda menjadi lebih
berkualitas seperti ketika masih
bayi karena tubuh berada pada
tingkat yang alami dan normal.
Meski belum ada penelitian yang
membuktikan kebenarannya, tidur tanpa bantal bisa mengembalikan posisi tubuh yang salah.
Tidur tanpa bantal membuat tulang punggung
kita lebih
kencang
dan tulang

alasan lain juga.
USA Today melaporkan orang yang
lebih suka tidur di luar daripada di rumahnya sendiri misal memilih menginap
di hotel atau tempat lain menandakan
bahwa kasur orang yang bersangkutan
sudah tak nyaman.

Ada juga efek negatif bekerja di atas
tempat tidur. Para pakar sepakat kamar
tidur hanya boleh dipakai untuk tidur
dan berhubungan intim dengan suami/
istri. Tapi jika Anda membawa pekerjaan
ke atas tempat tidur, maka memacu otak
agar tetap terjaga dan Anda pun jadi susah tidur.
Lagipula cahaya biru yang memancar
dari perangkat elektronik dapat mengganggu mekanisme tidur alami yang telah diatur otak sehingga Anda bisa terbangun dalam waktu lama.
Binatang Merayap
Selain itu perlu diketahui kasur potensi memicu alergi. Bisa jadi ini disebabkan oleh makhluk mikroskopis di bawah
kasur yaitu debu tungau yang memakan
sel-sel kulit mati orang-orang yang menidurinya. Bahkan WebMD melaporkan
sekitar 20 juta orang di Amerika alergi
pada kasurnya sendiri dan kebanyakan
dari mereka adalah penderita asma.
Untuk menghilangkan debu tungau,
seprai dan sarung bantal harus dicuci dengan air panas secara rutin. Selain
dibersihkan dengan vacuum, Anda juga
bisa memakai alas berlabel ‘anti alergi’

karena ini dapat mencegah debu tungau
dan teman-temannya masuk ke seprai
dan sarung bantal Anda.
“Tidak ada tempat yang mengganggu
kekebalan manusia, siang dan malam, selain kasur,” kata ahli mikrobiologi Philip
Tierno dalam bukunya “The Secret Life
of Germs.” Kasur biasanya menyerap
cairan tubuh seperti keringat, darah, air
seni, dan jadi tempat berkembang biak
bakteri. Walaupun kebanyakan bakteri
tersebut tidak berbahaya, menurut Tierno, beberapa bakteri dapat menyebabkan kondisi serius seperti gangrene yaitu
pembusukan atau kematian organ atau
jaringan tubuh.
Anak-anak, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu sangat rentan terhadap masalah

leher kita tidak sering sakit atau
yang biasa disebut dengan salah tidur. Tidur tanpa bantal yang ideal bisa dipadukan dengan gaya tidur miring ke kanan yang tidak
kalah bermanfaat. Jadi Anda bisa
mendapatkan dua manfaat sekaligus yaitu mencegah sakit leher dan
sakit pinggang.

Manfaat lain tidur tanpa bantal
adalah terhindar dari debu atau
kotoran yang menempel pada
bantal atau sarung bantal, bahkan kita pun sering tidur dengan
bantal yang tidak ada sarungnya,
ini malah beresiko bagi pengidap
penyakit asma jika bahan atau isi
bantal tersebut dari bahan-bahan yang mudah berserakan seperti kapuk, kapas, dan sejenisnya.
Tapi,bagi yang ingin tidur lebih

tersebut. Beberapa hama kasur mikroskopis lainnya antara lain jamur, kapang dan tungau. Tungau adalah kerabat
laba-laba yang kerjanya memakan sel-sel
kulit kering manusia. Serangga ini dapat
menyebabkan alergi, bersin, dan asma.
Sementara makhluk pengganggu yang
lebih besar adalah kutu busuk.
Kutu busuk, yang dulu dianggap tidak
masalah, kini menjadi masalah kesehatan
masyarakat di seluruh Amerika Serikat.
Kutu busuk memang tidak menularkan

penyakit, tetapi mereka menyebabkan
gatal-gatal, ruam yang menyakitkan, dan
mereka sangat sulit diberantas. Alat fogging (pengasapan) komersial tidak dapat efektif menanggulangi kutu busuk dan
meninggalkan residu pestisida yang beracun pada permukaan kamar tidur.
Jika hewan peliharaan Anda ikut tidur
di kasur, maka kutu, kuman dan kotoran
apa pun yang berada di telapak kaki kucing dan anjingmu akan menambah hama
di tempat tidur. Dilaporkan, tidur bersama hewan peliharaan dapat mengakibatkan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), infeksi parasit
seperti cacing tambang, dan bahkan pes.
Ada lagi bahaya yang mengintai di
tempat tidur: bahan kimia. Kasur konvensional terbuat dari campuran bahan produk berbasis minyak bumi seperti busa poliuretan, nilon, poliester, dan
PVC. Zat-zat tersebut dapat memicu alergi dan masalah pernapasan. Dari itu,
Anda disarankan untuk menjemur dahulu semua kasur yang baru dibeli beberapa
hari sebelum digunakan.
Untuk menjaga kasur sebebas mungkin dari kuman, cara terbaik adalah untuk dengan membersihkannya dengan
penyedot debu dan segel dengan penutup
rapat dan tahan alergi.
Cuci tempat tidur setiap pekan dengan air panas dan sedikit pemutih. Cahaya ultra violet juga dapat berfungsi sebagai disinfektan. Walaupun memang
kamu enggan dan tidak nyaman untuk
membawa kasur ke luar, namun menjemur kasur secara berkala pada hari yang

cerah sangat penting. Ini juga akan membantu menghilangkan bahan kimia yang
melekat pada kasur.
Jadi, apakah Anda siap tidur nyenyak
malam ini?•ins

berkualitas Anda harus mencoba sebuah tips kesehatan yang
sangat luar biasa yang mana tidur tanpa bantal itu sangat bermanfaat dan sangat di anjurkan.
Penasaran dengan manfaat luar
biasa tidur tanpa bantal bagi kesehatan
Berikut manfaat tidur tanpa
bantal:
1.Dengan tidur tanpa menggunakan bantal Anda akan lebih
awet muda dengan kata lain tidak
akan terjadi atau memperlambat terjadinya penuaan dini. Hal
ini karena tidak ada penekanan
wajah Anda terhadap tidak ada
kerutan-kerutan yang membekas
diwajah Anda ketika Anda bangun

2.Tidur Anda akan menjadi tidur yang berkualitas. Hal ini karena posisi badan Anda akan menjadi seperti yang seharusnya

ketika dalam keadaan normal.
3.Tidur tanpa bantal sangat
bermanfaat buat Anda yang sangat takut dengan kesakitan yang
Anda rasakan di punggung karena tidak ada pembengkokan atau
perubahan posisi tidur yang berarti bagi kesehatan.
4.Bermanfaat bagi tulang
punggung karena selalu dalam
keadaan lurus sehingga sesuai
dengan posisi yang seharusnya
Untuk lebih menyamankan tidur Anda, gunakan kasur yang
agak keras. Kasur seperti ini justru baik untuk menjaga tubuh
agar tidak bungkuk dan tetap
pada postur yang baik. Selamat
bersitirahat dengan nyaman tanpa bantal.•ins

BANJIR INFORMASI DALAM OTAK DAN CARA MENGATASINYA (1)

Mitos yang Dikukuhkan oleh Gaya Hidup Tergesa-gesa
OLEH: TONNY
“Saya melakukan multi-tasking

setiap detik saya online. Pada saat ini
juga saya menonton TV, mengecek email saya setiap dua menit, membaca
berita tentang siapa yang menembak
JFK, membakar musik ke CD, dan
menulis pesan ini.”—Pengakuan seorang responden dalam satu survei
oleh Kaiser Faimly Foundation pada
tahun 2006.
Kita hidup dalam dunia ‘masa
depan’sebagaimana yang digambarkan oleh Alvin Toler dalam bukunya “Future Shock”
sekitar empat dekade yang lalu:
masyarakat yang sedang mengalami transisi ke bentuk superindustrial. Salah satu fenomena yang diramalkan oleh Toler
tersebut mulai menjadi kenyataan pada saat ini, yaitu
bahwa kita hidup dalam dunia
“banjir informasi” (information
overload) –yang membentuk gaya

hidup yang serba terburu-buru,
berisik, dan dikejar-kejar oleh
luapan informasi dan teknologi
yang mendukungnya.

Gambaran tentang masyarakat
yang mengalami “banjir informasi” semakin hari semakin nyata:
Di mana-mana dengan mudahnya kita menemukan seseorang
yang asyik berkutat dengan berbagai teknologi digital yang menempel di tubuhnya layaknya
kepanjangan organ tubuhnya seraya melakukan aktivitas kesehariannya seperti belanja, menyetir, memasak, menjaga anak, dan
sebagainya. Dalam dunia yang
dibanjiri arus informasi, manusia juga dituntut untuk multitasking: melakukan beberapa
tugas secara bersamaan. Hal ini
semakin wajar akhir-akhir ini,
terlebih semakin yakinnya kita
dengan teknologi digital yang
membantu kita mewujudkan beberapa pekerjaan sekaligus.

Di satu sisi seorang anggota
masyarakat super-industrial ala
“Future Shock”, yang tidak lain
adalah dunia dewasa ini, harus
menerima informasi yang melebih kapasitas otaknya dalam
melebihi informasi, di sisi lain ia
dituntut bergerak cepat menyesuaikan diri dengan teknologi
yang semakin beragam. Dalam
kondisi demikian, ia dituntut
meyakini bahwa manusia memang memiliki kemampuan
multi-tasking, meskipun hal demikian tidaklah benar.
Dalam tulisannya, “The Myth
of Multitasking,” Christine Rosen
mengingatkan bahwa keunggulan
multi-tasking merupakan mitos
yang dikukuhkan oleh gaya hidup
tergesa-gesa, gaduh, dan gelisah
–yang mengandalkan teknologi
digital. Mitos ini telah disanggah
oleh banyak pakar yang mengingatkan pada kita bahwa tidak
mungkin bagi otak manusia untuk

membagi perhatiannya secara bersamaan kala kita berusaha untuk
menjalankan beberapa aktivitas
dalam rentang waktu tertentu.
Kata multi-tasking sendiri banyak mengandung kesalahan yang
kaprah, karena seolah-olah mengandaikan bahwa otak kita memiliki kapasitas untuk menangani
beberapa aktivitas secara bersamaan. Saat manusia memaksakan
diri untuk melakukan lebih dari
satu tugas, yang terjadi bukanlah
multi-tasking, namun otak kita dipaksa untuk beralih terus menerus
–yang lebih tepatnya disebut sebagai task-switching.
Otak kita didesain secara natural untuk tidak mampu memfokuskan dirinya pada lebih dari
satu hal secara bersamaan. Kendatipun seringkali kita merasa
sedang melakukan dua hal sekaligus, sebenarnya tidaklah demikian. Hal sebenarnya yang terjadi
ketika kita melakukan multi-task-

ing adalah pengalihan dari satu
hal ke hal yang lain yang berulang-ulang sehingga kita sendiri
melupakan adanya proses pengalihan itu sendiri. Misalnya ketika Anda sedang memasak sambil berbicara dengan seseorang
lewat telepon. Untuk menjawab
lawan bicara Anda, otak akan mematikan perhatiannya pada aktivitas memasak agar dapat memproses respon yang benar untuk
menjawab lawan bicara Anda,
dan setelah itu baru kemudian
mengembalikan perhatiannya
pada aktivitas mengemudi.
Proses ini akan berlangsung
berulang-ulang dengan cepat dalam aktivitas multi-tasking, atau
lebih tepatnya task-switching,
menimbulkan ilusi bahwa kita se-

dang melakukan beberapa tugas
secara bersamaan. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa task-switching meningkatkan risiko kesalahan dalam bekerja. Polda Metro
Jaya melaporkan kenaikan angka
kecelakaan di jalan raya akibat
ponsel meningkat sebesar 1.200
persen antara 2009 hingga 2010
(Merdeka.com).
Selain meningkatkan kesalahan dalam bekerja, kebiasaan taskswitching dapat menyebabkan
otak bekerja lebih keras daripada
yang seharusnya dengan meningkatkan secara pesat kebutuhan
energi pada otak. Akibatnya adalah energi kita terkuras setelahnya:
kita mengalami sindrom kelelahan
informasi (information fatigue syndrome). •(BERSAMBUNG)

Surabaya Post bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya membuka rubrik
Pengembangan Diri khususnya untuk pemberdayaan atau pengembangan pribadi anak-anak sampai orang
dewasa. Kalau Anda memiliki permasalah yang berkaitan dengan hal tersebut diatas, bisa menuliskannya
ke redaksi Surabaya Post di Ruko Rich palace Kav H19-20 Jl. Mayjend Sungkono 149-151 Surabaya.
Bisa juga melalui Email: redaksi@surabayapost.info atau faks (031) 5635000