Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan pad

Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Psikologi Agama
: Dra. Diah Nurita
: Tarbiyah - PAI (IV-A)

Di susun Oleh
Kelompok 7 (Tujuh )
- Desi Rahmawati
- Nikmatur Rada Saufi
- Rahmansyah
- Husna Hukmanda

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


KATA PENGANTAR

ْ‫حييم‬
‫ن ِالرر ح‬
‫مْ ِالل ح‬
‫ه ِالرر ي‬
‫بح ي‬
‫حمْ ح‬
‫س ح‬

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini

dengan

penuh

keyakinan


serta

usaha

maksimal.

Semoga

dengan

terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Kebudayaan dan jiwa
keagamaan ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum
kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.

Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Tanjung Pura, April 2017

1

DAFTAR IS

2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian,Teori Dan Fungsi Kebudayaan....................................................2
B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan..............................................................4
C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan.....................................6
D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan..............7
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan yang hidup pada suatu masyarakat, pada dasarnya merupakan
gambaran dari pola pikir, tingkah laku, dan nilai yang dianut oleh masyarakat.
Dari sudut pandang ini, agama disatu sisi memberikan kontribusi terhadap nilainilai budaya yang ada, sehingga agama pun bisa berjalan dengan nilai-nilai
budaya yang sedang dianutnya. Pada sisi lain, karena agama sebagai wahyu dan
memiliki kebenaran yang mutlak, maka agama tidak bisa disejajarkan dengan
nilai-nilai budaya, bahkan agama harus menjadi sumber nilai bagi kelangsungan
nilai-nilai budaya itu. Disinilah terjadi hubungan timbal balik antara agama
dengan budaya.

Dalam hal ini ada persoalan yang membahas tentang apakah agama lebih
dominan mempengaruhi terhadap budaya, atau sebaliknya apakah budaya lebih
dominan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku manusia dalam kehidupan
masyarakat. Dalam kajian sosiologi, baik agama maupun budaya merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat. Maka dari itu segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian,Teori Dan Fungsi Kebudayaan

2. Bagaiamana Kebudayaan dan tradisi keagamaan

3. Apa Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan

4. Apa Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan

1

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahu Pengertian,Teori Dan Fungsi Kebudayaan

2. Untuk Mengetahui Kebudayaan dan tradisi keagamaan

3. Untuk Mengetahui Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan

4. Untuk mengetahu Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa
keagamaan


2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian,Teori Dan Fungsi Kebudayaan
1.

Pengertian dan teori Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah yang
merupakan

bentuk jamak kata “buddhi”

yang

berarti budi dan akal.

Kebudayaan diadakan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan

akal.1 Adapun istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing
yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin colere
Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah bertani. Dari
asal arti tersebut yaitu colere

kemudian culture diartikan

sebagai

daya dan kegiatan manusia untuk mengubah dan mengolah alam. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social.
Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan
pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian
dan pola piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau
aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun
masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka
anut.


Adapun beberapa ahli merumuskan kebudayaan antara lain :

1Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2007. Hal 22
3

a.

E.BTylor (1871)

Menurut E.B Tylor, kebudayaan

merupakan

keseluruhan

yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.


b. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Menurut tokoh ini, kebudayaan sebagai suatu hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.

1) Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebedaan atau
masyarakat.

2) Rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah dan nilai – nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang kuat,didalamnya termasuk agama

ideology

kebatinan,

kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasilekspresi jiwa manusia yang
hidup sebagai anggota masyarakat.


3) Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang
hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkanfilsafat serta ilmu
pengetahuan cipta bisa terwujud murni, maupun

yang telah disusun

untuk berlangsung diamalkan dalam kehidupanmasyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

4

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.
a.

Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia dan masyarakat:
Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan, baik di bidang spiritual
maupun

materiil.

Kebutuhan

ini

sebagian

besar

dipenuhi

oleh

kebudayaanyang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
b.
Hasil karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaankebendaan
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakatterhadap
c.

lingkungan dalamnya.
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai - nilai social yang sangat
perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan.2
Jadi fungsi kebudayaan disini agar manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau berhubungan
dengan orang lain.

B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan
Herskouits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain. Sementara, menurut Andreas Eppink
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu pengetahuan,
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain. Sementara itu
Corel R. E dan Melvin E. (seorang ahli antropologi – budaya) memberikan konsep
kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang selah
merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu (yang meliputi) hal –
hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama,
kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan, pekerjaan, larangan-larangan dan
sebagainya.3
2 Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.Hal 37
3Jaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.Hal.19
5

Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan
menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam
kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat
sebaga aspek – aspek dar kebudayaan itu sendiri yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan
tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku,
maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

Tradisi menurut Parsudi Suparlan, merupakan unsur sosial budaya yang
telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Umumnya tradisi
erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah
mengakar kuat disuatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan kultus
setempat sehingga mempengaruhi tradisi.

Dari sudut pandang sosiologi, tradisi merupakan suatu pranata sosial,
karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma ini ada yang bersifat sekunder dan
primer. Pranata sekunder ini bersifat fleksibel mudah berubah sesuai dengan
situasi yang diinginkan, sedangkan pranata primaer berhubungan dengan
kehormatan dan harga diri, serta kelestarian masyarakatnya, karena pranata ini
merupakan kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah begitu
saja.

Mengacu pada penjelasan di atas, tradisi keagamaan termasuk ke dalam
pranata primer, karena tradisi keagamaan ini mengadung unsur-unsur yang
berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan –
perasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci, dan keyakinan
terhadap nilai – nilai yang hakiki. Dengan demikian, tradisi keagamaan sulit
berubah, karena selain didukung oleh masyarakat juga memuat sejumlah unsur –
unsur yang memiliki nilai – nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan
6

masyarakat. Tradisi keagamaan mengadung nilai-nilai yang sangat penting yang
berkaitan erat dengan agama yang dianut masyarakat, atau pribadi – pribadi
pemeluk agama tersebut.4

Dalam suatu masyarakat yang warganya terdiri atas pemeluk agama, maka
secara umum pranata keagamaan menjadi salah satu pranata kebudayaan yang ada
di masyarakat tersebut. Dalam konteks seperti ini terlihat hubungan antara tradisi
keagamaan dengan kebudayaan masyarakat tersebut. Bila kebudayaan sebagai
pedoman bagi kehidupan masyarakat, maka dalam masyarakat pemeluk agama
perangkat – perangkat yang berlaku umum dan menyeluruh sebagai norma –
norma kehidupan akan cenderung mengandung muatan keagamaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, hubungan antara kegamaan dengan
kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan
dalam suatu masyarakat akan makin terlihat peran akan makin dominan
pengaruhnya dalam kebudayaan.

C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan
Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi, sikap
keagamaan mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi
keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-norma
pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Dengan demikian, tradisi
keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran
agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup
dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan bagian
dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya.
4 Jaluddin. Psikologi Agama.ِ (Jakartaِ :ِ Rajawaliِ Persِ 2005)ِ hal.ِ 201-203

7

Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berpikir, cita rasa, ataupun
penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, tradisi
keagamaan dalam pandangan Robert C. Monk memiliki dua fungsi utama yang
mempunyai peran ganda. Yaitu bagi masyarakat maupun individu. Fungsi yang
pertama adalah sebagai kekuatan yang mampu membuat kestabilan dan
keterpaduan masyarakat maupun individu. Sedangkan fungsi yang kedua yaitu
tradisi keagamaan berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau diri
individu, bahkan dalam situasi terjadinya konfilik sekalipun.5[4]

Sikap dan keberagamaan seseorang atau sekelompok orang bisa berubah
dan berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dimana agama itu hidup
dan berkembang. Demikian pula budaya mengalami perkembangan dan
tranformasi. Transformasi budaya merupakan perubahan yang menyangkut nilainilai dan struktural sosial. Proses perubahan sturuktur sosial akan menyangkut
masalah-masalah disiplin sosial, solidaritas sosial, keadilan sosial, system sosial,
mobilitas sosial dan tindakan-tindakan keagamaan. Tranformasi budaya yang
tidak berakar pada nilai budya bangsa yang beragam akan mengendorkan disiplin
sosial dan solidaritas sosial, dan pada gilirannya unsur keadilan sosial akan sukar
diwujudkan.

D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan
ِ

Era ِ global ِ umumnya ِ digambarkan ِ sebagai ِ kehidupan

masyarakat ِ dunia ِ yang ِ menyatu ِ . ِ karena ِ kemajuan ِ teknologi,
manusiaِ antarِ negaraِ menjadiِ mudahِ berhubunganِ baikِ melalui
kunjungan ِ secara ِ fisik, ِ karena ِ lat ِ tranportasi ِ sudah ِ bukan
merupakan ِ penghambat ِ bagi ِ manusia ِ untuk ِ melewat ِ di
5Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM Yang
Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
8

berbagai ِ tempat ِ di ِ seantero ِ bumi ِ ini ِ ِ ataupun ِ melalui
pemamfaatanِ perangkatِ komunikasiِ .

Era ِ global ِ ditopang ِ oleh ِ kemajuan ِ dan ِ kecanggihan
teknologi ِ menjadikan ِ manusia ِ seakan ِ hidup ِ dalam ِ satu ِ kota,
kota ِ dunia. ِ Batas ِ kota ِ sudah ِ tidak ِ menjadi ِ penghalang ِ bagi
manusia ِ untuk ِ saling ِ berhubungan. ِ Kehidupan ِ mansia ِ di ِ era
globalِ saling ِ pengaruh ِ memengaruhi, ِ sehingga ِ segala ِ sesuatu
yangِ sebelumnyaِ dianggapِ sebagaiِ milikِ suatuِ bangsaِ tertentu
akanِ terangkatِ menjadiِ miikِ bersama.

Dalam ِ kaitannya ِ dengan ِ jiwa ِ keagamaan, ِ barang ِ kali
dampak ِ globalisasi ِ itu ِ dapat ِ dilihat ِ melalui ِ hubungannya
denganِ perubahanِ sikap.ِ Menurutِ teoriِ yangِ dikemukakanِ oleh
Osgood ِ dan ِ Tannenbaum, ِ perubahan ِ sikap ِ akan ِ terjadi ِ jika
terjadiِ persamaanِ persepsiِ padaِ diriِ seseorangِ atauِ masyarakat
terhadap ِ sesuatu. ِ Hal ِ ini ِ berarti ِ bahwa ِ apabila ِ pengaruh
globalisasiِ denganِ segalaِ muatannyaِ diِ nilaiِ baikِ olehِ individu
maupunِ masyarakat,ِ makaِ merekaِ akanِ menerimanya.ِ

Secara ِ fenomena, ِ kebudayaan ِ dalam ِ era ِ global ِ mengarah
kepada ِ nilai-nilai ِ sekuler ِ yang ِ besar ِ pengaruhnya ِ terhadap
perkembangan ِ jiwa ِ keagamaan. ِ Meskipun ِ dalam ِ sisi-sisi
tertentuِ kehidupanِ tradisiِ keagamaanِ tampakِ meningkatِ dalam
kesemarakannya. ِ Namun ِ dalam ِ kehidupan ِ masyarakat ِ global
yang ِ cenderung ِ sekuler ِ barangkali ِ akan ِ ada ِ pengaruhnya
terhadapِ pertumbunganِ jiwaِ keagamaannya.

Dalam ِ situasi ِ seperti ِ itu, ِ bisa ِ saja ِ terjadi ِ berbagai
kemungkinan. ِ Pertama, ِ mereka ِ yang ِ tidak ِ ikut ِ larut ِ dalam
pengagumanِ yangِ berlebihanِ terhadapِ rekayasa ِ teknologiِ dan

9

tetap ِ berpegang ِ teguh ِ pada ِ nilai ِ – ِ nilai ِ keagamaan,
kemungkinan ِ akan ِ lebih ِ meyakini ِ kebenaran ِ agama. ِ Kedua,
golongan ِ yang ِ longgar ِ dari ِ nilai-nilai ِ ajaran ِ agama ِ akan
mengalami ِ kekosongan ِ jiwa, ِ golongan ِ ini ِ sulit ِ menentukan
pilihanِ gunaِ menentramkanِ gejolakِ dalamِ jiwanya.ِ

Era ِ global ِ diperkirakan ِ memunculkan ِ tiga ِ kecendrungan
utama ِ dalam ِ kesadaran ِ agama ِ dan ِ pengalaman ِ agama.
Kecendrungan ِ pertama, ِ berupa ِ arus ِ kembali ِ ke ِ tradisi
keagamaan ِ yang ِ liberal. ِ Kedua, ِ kecendrungan ِ ke ِ tradisi
keagamaanِ padaِ aspekِ mistis.ِ Sedangkan,ِ kecendrunganِ ketiga,
adalah ِ munculnya ِ gerakan ِ sempalan ِ yang ِ mengatasnamakan
agama.6

1. Agama Budaya Dan Budaya Agama

Pakarِ antropologiِ budaya,ِ Edwardِ B.ِ Taylorِ mendefenisikan
agama ِ sebagai ِ belive ِ in ِ supernaural ِ being ِ (percaya ِ kepada
wujudِ yangِ adikodrati).ِ Sedangkanِ Stanleyِ Hallِ menilaiِ agama
bersumber ِ dari ِ tradisi ِ otemisme. ِ Para ِ agamawan ِ terkesan
sepakat ِ dengan ِ pembagian ِ agama ِ menjadi ِ agama ِ samawi
(agama ِ langit) ِ dan ِ agama ِ budaya. ِ Agama ِ samawi ِ bersumber
dari ِ kitab ِ suci ِ yang ِ ajarannya ِ disamaaikan ِ oleh ِ para ِ rasul
(utusan ِ tuhan). ِ Yang ِ dimaksud ِ dengan ِ agama ِ budaya ِ adalah
agama ِ yang ِ lahir ِ dari ِ pemukiran ِ atau ِ perkembangan ِ budaya
manusia. ِ Kepercayaan ِ kepada ِ “sesuatu ِ “ ِ yang ِ melahirkan
sistemِ kepercayaanِ yangِ secaraِ umumِ disebutِ dengan”ِ agama
“ ِ yang ِ sejauh ِ ini ِ sebgaian ِ besar ِ pengalaman ِ manusia, ِ ebih
banyakِ berdasarkanِ atauِ berpusakanِ legendaِ danِ mitologi.

6 Jalaludin.ِ Psikologi Agama.ِ (Jakarta:ِ PT.ِ Rajaِ Grafindoِ Persadaِ 2005.)ِ hal.ِ
251

10

2. Sentimen Keagamaan

secara ِ etimologis, ِ sentimen ِ diartikan ِ sebagai ِ semacam
pendapat ِ atau ِ pandangan ِ yang ِ berdasarkan ِ perasaan ِ ya
berlebih-lebihan ِ terhadap ِ sesuatu ِ yang ِ bertentangan ِ dengan
pertimbangan ِ pikiran. ِ Sebagai ِ gejala ِ psikologis, ِ sentimen
menggambarkan ِ luapan ِ perasaan ِ tidak ِ puas ِ atau ِ benci
terhadap ِ sesuatu ِ yang ِ dianggap ِ menyalahi ِ ataupun
bertentangnan ِ dengan ِ kondisi ِ yang ِ ada. ِ Ataupun ِ dianggap
melecehkan ِ sisitem ِ nilai ِ yang ِ oleh ِ pendukungnya ِ dianggap
sebagaisesuatuِ yangِ benarِ danِ perluِ dipertahankan.ِ Sentimen
berpengaruh ِ dalam ِ menimbulkan ِ luapan ِ perasaan ِ yang ِ pada
tingkatِ tertetuِ dapatِ menimbulkanِ reaksi.

3. Kegersangan Spiritual

Eksisensi ِ manusia ِ hanya ِ akan ِ dirasakan ِ bila ِ manusia
berada ِ di ِ ingkungnnya. ِ Merasa ِ diterima ِ sebagai ِ anggota.
Namun ِ kegersangan ِ spiritual ِ mencabut ِ manusia ِ dari ِ nilai-nilai
kemanusiannya ِ yang ِ hakiki. ِ Menyebabkan ِ manusia ِ kehilangan
harkat ِ dan ِ martabatnya. ِ Seiring ِ dengan ِ itu ِ maka ِ jati ِ drinya
melenyapkan.ِ Iaِ bagaikanِ dalamِ ruangِ waktuِ yangِ “kosong”ِ .
kegersanganِ spiritualِ dapatِ menimbulkanِ cacatِ “nurani”.ِ Nilainilai ِ kemanusiaan ِ terabaikan ِ sama ِ sekali. ِ Mampu ِ mengubah
perilaku ِ manusia ِ menjadi ِ kejam. ِ Ingin ِ menunjukkan ِ eksistensi
dirinyaِ melaluiِ perbuatanِ yangِ tercela.

a. Megalomania

Rangkaian ِ kemenangan ِ yang ِ diperoleh ِ menjadikan
manusia ِ lupa ِ diri. ِ Merasa ِ serba ِ perkasa. ِ Semuanya ِ kemudian

11

terendap ِ ke ِ alam ِ tak ِ sadar. ِ Memupuk ِ dan ِ merunag ِ dalam
bentukِ narsisiِ kekuasaan.ِ Secaraِ takِ sadarِ munculِ dalamِ sikap
megalomania. ِ Gila ِ kekuasaan. ِ Sejarah ِ mencatat ِ sosok
megalomania,ِ antaraِ lainِ adolfِ hilter,ِ idiِ amin,ِ Saddamِ Husein,
maupunِ Georgeِ Walkerِ Bush.ِ Michaelِ Bigentِ mengatakanِ bahwa
kemajuan, ِ telah ِ menghianati ِ amanat ِ yang ِ telah ِ diberikan
kepadanya. ِ Ilmu ِ pengetahuan ِ yang ِ semula ِ diperkirakan ِ akan
menawarkanِ prospekِ baruِ untukِ usahaِ perbaikanِ hidupِ manusia
malah ِ justru ِ memproduksi ِ alat-alat ِ yang ِ mengerikan ِ untuk
menghacurkannya. ِ Dibalik ِ itu ِ pula ِ berdiri ِ pengidap
megalomania.7

b. Keserakahan

Produk ِ iptek ِ menawakan ِ kemewahan ِ materi. ِ Kekayaan
materiِ dijadikanِ indikatorِ statusِ sosial.ِ Manusiaِ semakainِ haus.
Tak ِ pernah ِ merasa ِ puas, ِ masing-masing ِ saling ِ berebut ِ untuk
memiliki ِ sebanyak-banyaknya ِ yang ِ mampu ِ diusahakan.
Memperkaya ِ didi ِ dengan ِ cara ِ apapun, ِ sementara ِ nilai-nilai
moral ِ diabaikan. ِ Manusia ِ menjadi ِ serakah. ِ Gejolak ِ resesi
ekonomiِ duniaِ takِ dapatِ dilepaskanِ dariِ sifatِ serakahِ ini.ِ Demi
mengejarِ kekayaanِ manusiaِ kehilanganِ akalِ sehat.

Ditengah-tengah ِ persaingan ِ kemewahan, ِ tanpa ِ memiliki
kekayaan, ِ manusia ِ merasa ِ kehilangan ِ harga ِ diri, ِ perasaan ِ ini
yangِ mendorogِ seseorangِ menjadiِ serakah.ِ Hidupِ dalamِ kendali
hawaِ nafsuِ yangِ lepasِ dariِ kekanganِ nilai-niaiِ moral.

c.

Manusia Robot

7 Jalaludin.ِ Psikologi Agama.ِ (Jakarta:ِ PT.ِ Rajaِ Grafindoِ Persadaِ 2005.)ِ hal.ِ
251

12

Kegersangan ِ spiritual ِ menyebakan ِ manusia ِ ke ِ perilaku
robotis. ِ Bentuk ِ perilaku ِ yang ِ robotis. ِ Bentuk ِ perilaku ِ yang
terkendali ِ secara ِ mekanisme. ِ Membeo ِ dalam ِ kata, ِ meniru
perilaku. ِ Mengidentifikasi ِ diri ِ di ِ popularias ِ sosok
idoa.”terhipnotis” ِ jadi ِ sosok ِ “ ِ pak ِ turut” ِ berlomab-lomba, ِ dan
tak ِ mau ِ ketinggalan ِ dalam ِ kegiatan ِ bersepeda ِ santai, ِ hanya
karena ِ pejabat ِ setenpat ِ melakukannya. ِ Meniru ِ dandanan
perilakuِ paraِ artisِ aauِ aktorِ kondang.ِ Perilakuِ jiplakanِ sepertiِ ini
tak ِ lepas ِ dari ِ pengaruh ِ sikap ِ latah. ِ Menempat ِ diri ِ sebagai
robot,ِ manusiaِ yangِ sudahِ kehilanganِ jatiِ diri.

d. Euforia Massal

Kegersangan ِ spiritual ِ menyebabkan ِ manusia ِ merassa
dirinya ِ terasing, ِ merasa ِ kesepian ِ ditengah ِ keramaian.
Masyarakatِ manusiaِ sudahِ berubahِ jadiِ masyaakatِ massa(ِ mass
society) ِ masyarakat ِ yang ِ kehilangan ِ solidaritas. ِ Berubah
menjadiِ masyarakatِ peguyubanِ keِ patemban.ِ Masyarakatِ yang
mengkedepankanِ kepentinganِ individu,”ِ lu-lu,ِ gue-gue.”ِ

Sebagai ِ makhluk ِ sosial, ِ perasaan ِ terasig ِ merupakan
“derita”ِ batinِ bagiِ manusia.ِ Untukِ mengenyahkanِ perasaanِ ini.
Mendorong ِ manusia ِ menemukan ِ teman ِ senasib. ِ Membentuk
peerِ groupِ denganِ latarِ belakngِ prfesi.ِ Membauruِ didiِ bersama
temanِ senasibِ sepenanggungan,ِ menyatِ dalamِ euforiaِ massal.
Apaun ِ kegiatannya ِ bukan ِ masalah. ِ Yang ِ penting ِ dapat
mengobati ِ kegundahan ِ batin. ِ Tak ِ heran ِ berbagai ِ club
bermunculan, ِ teruama ِ dikota-kota ِ yang ِ sudah ِ terlanda
peradabanِ modern.8

8 Jalaludin.ِ Psikologi Agama.ِ (Jakarta:ِ PT.ِ Rajaِ Grafindoِ Persadaِ 2005.)ِ hal.ِ
251

13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia yang di dalamnya terdapat
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat sebagai aspek dari kebudayaan
itu sendiri. Kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat karena
kebudayaan merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh
masyarakat.

Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan
kesadaran agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang
yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Secara fenomena, kebudayaan dalam era global mengarah kepada nilainilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan.
Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan dampak globalisasi dapat dilihat melalui
hubungan dengan perubahan sikap, seperti hilangnya pegangan hidup yang
bersumber dari tradisi masyarakat dan bersumber dari ajaran agama.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama
penulismengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM
Yang Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Jaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

15

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2007

16