Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

Fuji Jaya Lesmana

PT Merck Tbk Jl. Tb. Simatupang Kav. 88, Pasar Minggu, Jakarta 12520

E-Mail: fujijayalesmana@yahoo.com

Ardi Gunardi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Jl. Tamansari No. 6-8, Bandung 40116

E-Mail: ardigunardi88@gmail.com ABSTRACT

This research aimed at knowing the companies’ inancial performance before and after acquisition (comparison study) of both the acquirer and acquired companies. The result showed that the inancial performance of the acquirer companies was not signiicantly improved. But after performing acquisition, their inancial performance showed an improvement - better than prior to the acquisition. The inancial performance of acquired companies was not signiicantly improved either. But, after being acquired their inancial performance showed an improvement - better than before being acquired.

Keywords: acquisition, current ratio, quick ratio, debt to total asset, debt to total equity, total asset turn over, net proit margin, return on investment, return on equity, earning per share, abnormal return.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja keuangan perusahaan sesudah akuisisi dibanding dengan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi dan diakuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang melakukan akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan yang signiikan, sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Kinerja keuangan pada perusahaan diakuisisi dinyatakan dengan tidak ada peningkatan yang signiikan, sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan diakuisisi.

Kata Kunci: akuisisi, current ratio, quick ratio, debt to total asset, debt to total equity, total asset turn over, net proit margin, return on investment, return on equity, earning per share, abnormal return.

PENDAHULUAN

Aktivitas merger dan akuisisi merupakan hal yang biasa terjadi di Amerika Serikat. Aktivitas ini

P erubahan yang signiikan dalam lingkungan telah terjadi kira-kira 55.000 kali pada tahun 1980-an, bisnis seperti globalisasi, kemajuan teknologi sehingga pada tahun 1980-an sering disebut sebagai

komputer dan telekomunikasi, serta fragmentasi dekade merger mania (Hitt, 2002). Selain Amerika, pasar telah menciptakan persaingan yang sangat ketat. tren yang sama juga terjadi di Eropa, Asia, dan Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu wilayah negara lain. Di Cina misalnya, antara tahun mengembangkan strategi perusahaan agar dapat 1985-1996 terjadi M&A dengan total nilai US $5,3 bertahan hidup, berkembang, dan berdaya saing. milyar (Milman, 1999). Salah satu cara agar perusahaan dapat bersaing dan

Aktivitas merger dan akuisisi mulai marak berusaha mengembangkan (membesarkan) perusahaan dilakukan di Indonesia seiring dengan majunya sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk pasar modal. Merger dan akuisisi di Indonesia mencapai tujuan jangka panjang perusahaan disebut didominasi oleh perusahaan yang telah go public strategi pertumbuhan atau ekspansi. Strategi ini dapat dengan target perusahaan yang belum go public, dilaksanakan melalui pertumbuhan internal atau dengan perbandingan lebih banyak perusahaan yang pertumbuhan eksternal (Muhammad, 2004).

melakukan akuisisi daripada merger. Perusahaan Pertumbuhan internal dilakukan dengan cara yang melakukan akuisisi memiliki alasan mengapa memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, akuisisi lebih dipilih daripada merger, karena misalnya dengan cara menambahkan kapasitas walaupun merger sama-sama bentuk penggabungan pabrik, menambah produk atau mencari pasar baru. usaha, tetapi prosesnya memakan waktu yang cukup Pertumbuhan eksternal dilakukan dengan melibatkan lama daripada akuisisi. Masing-masing pihak perlu unit-unit yang berada di luar organisasi perusahaan. melakukan negosiasi, baik terhadap aspek-aspek Unit-unit yang dilibatkan dapat berupa pesaing, permodalan maupun aspek manajemen, sumber daya pelanggan, perusahaan sejenis ataupun perusahaan manusia serta aspek hukum dari perusahaan yang yang tidak mempunyai hubungan operasional. baru tersebut. Hal itu menyebabkan penggabungan Pertumbuhan eksternal ini bisa dilakukan dengan usaha melalui akuisisi lebih banyak dilakukan cara melakukan penggabungan usaha.

oleh perusahaan-perusahaan yang ingin ekspansi. Penggabungan usaha dapat digolongkan ke dalam Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tiga bentuk, yaitu akuisisi, merger, dan konsolidasi. melakukan akuisisi di antaranya adalah PT Astra

Merger dan akuisisi merupakan bentuk penggabungan Otoparts yang mengakuisisi PT Anugrah, H. M. usaha paling yang banyak berkembang di Indonesia. Sampoerna diakuisisi PT Philip Morris Indonesia dan Merger dilakukan dengan menggabungkan dua

PT Telkom yang mengakuisisi PT Sigma. atau lebih perusahaan yang kemudian hanya

Perusahaan lebih tertarik memilih akuisisi sebagai ada perusahaan yang akan tetap hidup sebagai strateginya daripada merger dan pertumbuhan internal

badan hukum, sementara yang lain menghentikan adalah karena akuisisi dianggap jalan cepat untuk aktivitasnya. Akuisisi dilakukan dengan pembelian mewujudkan tujuan perusahaan di mana perusahaan seluruh atau sebagian kepemilikan suatu perusahaan. tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru.

Merger dan Akuisisi (M&A) merupakan fenomena Akuisisi dianggap dapat menciptakan sinergi atau bisnis paradoksal. Di satu sisi, intensitasnya terus nilai tambah, yaitu nilai keseluruhan perusahaaan meningkat, tetapi di sisi lain tingkat kegagalannya setelah akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan juga cukup tinggi (Sobirin, 2001). Sebagai gambaran, nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Schweiger et al. (1993) mengemukakan bahwa sejak Keputusan untuk akuisisi juga bukan sekedar tahun 1983 penggabungan usaha yang terjadi di menjadikan dua ditambah dua menjadi empat, tetapi Amerika, setiap tahunnya mencapai angka 2500 lebih. menjadikan dua ditambah dua sama dengan lima. Angka ini belum termasuk keterlibatan perusahaan Nilai tambah tersebut lebih bersifat jangka panjang Amerika dalam M&A antar negara yang jumlahnya dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja. juga meningkat drastis.

Itu berarti ada tidaknya sinergi suatu akuisisi tidak

196 Trikonomika Fuji Jaya Lesmana Vol. 11 No. 2, Desember 2012

Ardi Gunardi Ardi Gunardi

melakukan akuisisi seperti untuk melaksanakan Akuisisi merupakan salah satu bentuk dari akuisisi sangat mahal dan hasilnya pun belum tentu ekspansi perusahaan, dimana ekspansi adalah sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan akuisisi perluasan modal, baik itu perluasan modal kerja saja juga memberikan pengaruh negatif terhadap posisi atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan keuangan dari acquiring company apabila pembiayaan secara tetap dan terus menerus di dalam perusahaan. dari akuisisi melibatkan cara pembayaran melalui kas Ekspansi dibagi dua apabila didasarkan akan dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah kebutuhan modalnya, yaitu ekspansi bertahap dan kemungkinan adanya corporate culture, sehingga ekspansi melonjak. Ekspansi bertahap merupakan berpengaruh pada sumber daya manusia yang akan ekspansi yang dilakukan pada perusahaan yang belum dipekerjakan. bekerja dalam kapasitas penuh. Kegiatan ekspansi ini

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah dilakukan dengan penggunaan kapasitas yang dulu perusahan melakukan akuisisi biasanya akan tampak masih menganggur tanpa adanya penambahan aktiva pada kinerja perusahaan dan penampilan inansialnya. tetap, sehingga hanya memerlukan tambahan modal Pasca akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan kerja saja. Ekspansi melonjak adalah ekspansi yang mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam dilakukan oleh perusahaan yang telah bekerja dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan kapasitas penuh, sehingga perlu menambah alat-alat akuisisi. produksi tahan lama atau aktiva tetap. Ekspansi ini

Keberhasilan akuisisi dapat dilihat dari kinerja tidak hanya modal kerjanya saja yang bertambah, perusahaan setelah melakukan akuisisi terutama kinerja tetapi juga modal tetapnya juga bertambah, sehingga keuangan, baik bagi perusahaan pengakuisisi maupun menyebabkan perubahan pada struktur modal perusahaan diakuisisi. Pengukuran berdasarkan perusahaan, karena menyangkut perubahan modal akuntansi menyatakan bahwa jika skala bertambah sendiri dan utang jangka panjang. Akuisisi secara besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari spesiik termasuk ke dalam ekspansi melonjak, karena gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka pada umumnya dilakukan oleh perusahaan yang ingin laba perusahaan juga semakin meningkat, sehingga menambah kapasitas produksi perusahaan yang sudah kinerja perusahaan pasca akuisisi seharusnya semakin mencapai kapasitas penuh, sehingga perusahaan dapat baik dibandingkan dengan sebelum akuisisi. terus tumbuh berkembang menjadi perusahaan yang

Perusahaan yang menjadi contoh keberhasilan lebih besar.

akuisisi, yaitu di antaranya akuisisi PT Astra Otoparts Aktivitas akuisisi dalam kajian keuangan dapat terhadap PT Anugerah Paramitra Motorpart (APM) dikatakan ekspansi, apabila perusahaan tersebut pada tahun 2006, di mana setelah akuisisi PT Astra melakukan peluasan modal, baik modal kerja saja Otoparts mengalami kenaikan kinerja keuangan dari atau modal kerja dan modal tetap, serta peluasan rasio likuiditas yang awalnya 1.71 menjadi 2.16, rasio tersebut menyebabkan perubahan struktur modal, leverage mengalami penurunan dari 0.38 menjadi tetapi akuisisi bisa menjadi capital split (pembagian

0.32 (penurunan rasio leverage merupakan cermin modal) apabila perusahaan tidak melakukan perluasan peningkatan kinerja, karena tingkat penggunaan utang modal, baik modal kerja dan modal tetap, dengan perusahaan menurun), rasio aktivitas meningkat dari kata lain perusahaan menggunakan dana yang ada

1.11 menjadi 1.22, rasio proitabiltas mengalami di dalam perusahaan seperti laba ditahan (retained peningkatan yang diwakili oleh net proit margin (dari

earning), sehingga tidak menyebabkan perubahan

0.07 menjadi 0.11), return on investment (dari 9.21 pada struktur modal.

menjadi 13.17), return on equity (dari 17.05 menjadi

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 197 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

20.15), dan earning per share (EPS) mengalami Praktik yang dilakukan oleh perusahaan publik peningkatan dari Rp 362 menjadi Rp 590 setelah banyak mendapatkan perhatian publik, karena melakukan akuisisi (ICMD, data yang diolah).

menyangkut kepentingan berbeda dari banyak pihak, PT United Tractors Tbk mengakuisisi PT di antaranya pemerintah, pemegang saham, calon Nusantara Citra Jaya Abadi (NCJA) pada tahun investor, kreditur, dan masyarakat umum. Masing- 2006, dari data keuangan PT United Tractors Tbk masing pihak dapat melihat manfaat akuisisi baik menunjukan adanya peningkatan kinerja keuangan dari segi ekonomi maupun non ekonomi. Pembatasan dari rasio proitabilitas, yaitu net proit margin masalah diperlukan agar penelitian menjadi lebih meningkat dari 0.07 menjadi 0.08, rasio leverage fokus dan tidak melebar, maka dalam penelitian ini mengalami penurunan dari 0.61 menjadi 0.55, rasio permasalahan dalam akuisisi dibatasi pada dampak aktivitas meningkat dari 1.25 menjadi 1.40, dan EPS akuisisi terhadap kinerja perusahaan yang merupakan mengalami peningkatan setelah akuisisi dari Rp 326 bagian dari aspek ekonomi saja. menjadi Rp 524. PT H M Sampoena Tbk diakuisisi

Aspek-aspek kinerja yang tidak diperhitungkan oleh PT Philip Morris Indonesia pada tahun 2006. dalam penelitian ini yang meliputi aspek ekonomi Kinerja keuangan PT H M Sampoena Tbk setelah dan non ekonomi, yaitu di antaranya dampak terhadap akuisisi mengalami peningkatan dari segi rasio teknologi, pajak, tenaga kerja, perluasan pasar, proitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan jaringan distribusi, kemampuan manajerial, kepuasan earning per share setelah diakuisisi oleh PT Philip pelanggan, dan sebagainya yang mungkin sangat Morris Indonesia (ICMD, data yang diolah).

terpengaruh akibat peristiwa akuisisi ini dilakukan. Pada kegiatan merger dan akuisisi ada dua hal yang

Uraian tersebut merupakan gambaran fenomena patut dipertimbangkan, yaitu nilai yang dihasilkan dan fakta-fakta mengenai akuisisi, berdasarkan dari kegiatan akuisisi dan siapakah pihak-pihak yang gambaran fenomena dan fakta-fakta tersebut, maka paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan peneliti tertarik untuk meneliti dampak akuisisi adanya akuisisi diharapkan akan menghasilkan terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sinergi, sehingga nilai perusahaan akan meningkat. dan yang diakuisisi, yaitu mengenai dampak akuisisi Akan tetapi jika menyangkut siapa pihak yang paling terhadap kinerja keuangan, baik dari rasio-rasio diuntungkan dari kegiatan merger tersebut, para keuangan, earning per share maupun return saham, peneliti belum saling sepakat. Ada sebagian yang yaitu dengan membandingkan kinerja keuangan dua berpendapat, pemegang saham perusahaan target tahun sebelum akuisisi dan dua tahun sesudah akuisisi selalu diuntungkan dan pemegang saham perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan akuisisi ( acquiring irm) selalu pada tahun 2005-2007 dengan menggunakan data dirugikan.

keuangan tahun 2003-2009. Perusahaan yang diteliti Keuntungan pemegang saham dapat diketahui bukan jenis industri perbankan dan keuangan lainnya melalui abnormal return yang mereka terima. Akan dengan alasan metode untuk menilai kinerja keuangan tetapi hasil tersebut hanya untuk jangka pendek di industri jenis perbankan dan keuangan lainnya harus mana biasanya abnormal return dihitung pada periode menggunakan metode lain. preakuisisi sampai saat tanggal tertentu setelah

tanggal pengumuman atau sebelum tanggal efektif. Kerangka Pemikiran

Sedangkan untuk pemegang saham acquiring irm Kinerja perusahaan akan menjadi barometer jangka panjang tidak selalu memperoleh return yang bagi investor, sehingga perusahaan akan tetap positif jika dibandingkan perusahaan lain yang tidak menjaga posisi keuangan yang terdapat dalam melakukan akuisisi (Sutrisno dan Sumarsih, 2004).

laporan keuangan perusahaan agar tetap dalam posisi Uraian tersebut merupakan sedikit gambaran aman. Posisi aman ini tercermin dalam analisis rasio fenomena mengenai kondisi pasar modal sesudah keuangan, biasanya dikelompokan ke dalam empat beberapa perusahaan yang go public melakukan kelompok rasio (Syamsudin, 2002) yaitu: 1) rasio akuisisi. Fenomena-fenomena tersebut perlu adanya likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan pembuktian, oleh karena itu studi ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek, untuk memperoleh bukti empiris mengenai perilaku

2) rasio leverage yang mengukur seberapa besar kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh akuisisi bagi perusahaan dibiayai dengan utang, 3) rasio aktivitas perusahaan yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia.

untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan

198 Trikonomika Fuji Jaya Lesmana Vol. 11 No. 2, Desember 2012

Ardi Gunardi Ardi Gunardi

satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi, Metode abnormal return digunakan untuk menunjukkan hasilnya bahwa akuisisi tidak memberi mengevaluasi pengaruh akuisisi terhadap ke- pengaruh pada return saham. makmuran pemegang saham. Teori keuangan

Jensen dan Ruback (1983), menemukan modern memberikan justiikasi bahwa cara yang adanya abnormal return yang negatif, karena paling realible dalam mengukur kinerja ekonomi ketidakkonsistenan eisiensi pasar dan adanya sugesti perusahaan adalah dengan melacak harga sahamnya. yang membuat perubahan harga pasar yang lebih Nilai yang diharapkan dari sebuah akuisisi akan tinggi, bahkan return yang negatif selama dua tahun diestimasi dengan menganalisis perubahan pasar setelah merger dan akuisisi adalah fakta yang tidak setelah pengumuman transaksi akuisisi. Pengujian dapat dipungkiri. seperti ini biasanya menggunakan abnormal return

Wibowo dan Pakereng (2001) menemukan bahwa yang merupakan metode untuk meneliti atau menguji perusahaan pengakuisisi memperoleh abnormal kandungan informasi terhadap reaksi pasar (Moin, return yang negatif di seputar pengumuman merger 2003).

dan akuisisi. Dari hasil penelitian ini ditentukan Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk juga bahwa pengumuman merger dan akuisisi menginvestigasi pengaruh akuisisi terhadap kinerja dapat menunjukkan adanya transfer informasi antar keuangan perusahaan, namun hasilnya tidak selalu perusahaan dalam sektor industri manufaktur. konsisten. Mulherin dan Boone (2000) menemukan

Agrawal et al. (1992) menemukan bahwa tender bahwa akuisisi berpengaruh positif terhadap offer akan diikuti abnormal return yang signiikan, pemegang saham kedua perusahaan, karena adanya tetapi untuk merger akan diikuti abnormal return yang sinergi dan perubahan kontrol perusahaan dan pangsa signiikan sebesar -10% setelah 5 tahun dari tanggal pasarnya.

efektif akuisisi, sedangkan untuk akuisisi/merger Penelitian Mantravadi dan Reddy (2008) konglomerat dan non konglomerat setelah 5 tahun yang melakukan pengujian empiris atas analisis juga memberikan hasil yang negatif. Hal tersebut perbandingan tingkat kinerja perusahaan sebelum tidak sesuai dengan pendapat umum yang menyatakan dan sesudah akuisisi, menyatakan bahwa akuisisi bahwa merger non konglomerat memberikan hasil berpengaruh secara positif terhadap proitabilitas yang lebih rendah dari merger konglomerat. operasi bank dan lembaga keuangan lainnya, yang

Ooghe et al. (2006) meneliti tentang apakah ditinjau dari rasio return on investment.

akuisisi dapat menyejahterakan perusahaan yang Penelitian mengenai pengaruh akuisisi terhadap melakukannya dan didapatkan kesimpulan bahwa kinerja keuangan di Indonesia di antaranya adalah rasio proitabilitas, solvabilitas, likuiditas tidak Payamta dan Setiawan (2004) yang hasil penelitiannya terdapat perbedaan yang signiikan selama 5 tahun menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum setelah akuisisi, dan untuk variabel gross added dan sesudah peristiwa akuisisi tidak mengalami value dan personal expenses per employee terdapat perubahan yang signiikan, sedangkan abnormal perbedaan, terjadinya peningkatan pada kedua return saham sebelum pengumuman akuisisi positif, variabel tersebut setelah akuisisi. namun setelah pengumuman akuisisi justru negatif.

Rachmawati dan Tendelilin (2001) juga Penelitian lain menyebutkan bahwa tidak terdapat melakukan penelitian terhadap pengumuman perbedaan yang signiikan rata-rata abnormal return merger dan akuisisi terhadap return saham yang saham sebelum dan setelah merger (Nurussobakh, diukur dengan besarnya abnormal return. Jumlah 2009). Penelitian Widjanarko (2006) menunjukkan perusahaan yang masuk sampel sebanyak 36, dengan tidak ada perubahan yang signiikan dari kinerja menggunakan teknik event study dan event period, keuangan perusahaan dua tahun sebelum dan sesudah yaitu 81 hari bursa (40 hari sebelum dan 40 hari akuisisi.

sesudah pengumuman merger dan akusisi). Hasil

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 199 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 199 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

signiikan, kemudian dengan menggunakan regresi Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin (1996) berganda ditemukan berhubungan positif dengan bertujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan besarnya abnormal return. sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go

Gurendrawati dan Sudibyo (1999) melakukan public di Indonesia, dari 55 perusahaan yang masuk pengujian terhadap volume perdagangan saham

kriteria, yaitu sebanyak 40 perusahaan, perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman M&A, ternyata melakukan akuisisi dari tahun 1989 sampai 1992. hasilnya menunjukan tidak ada perbedaan yang Teknik sampling yang digunakan adalah purposive signiikan. sampling dan uji statistiknya menggunakan t-test

King et al. (2004) meneliti kinerja pasca akuisisi sebelum dan setelah akuisisi. Hasil dari penelitian kinerja dan menggunakan teknik meta analisis untuk tersebut adalah terdapat perbedaan antara kinerja menilai dampak dari variabel dibahas dalam pada perusahaan yang digambarkan oleh rasio keuangan, kinerja perusahaan yang telah melakukan merger. yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio Studi menyimpulkan bahwa M&A tidak menyebabkan solvabilitas, dan rasio tingkat pengembalian atas total kinerja keuangan yang superior. Hal ini dapat aktiva yang semakin membaik setelah akuisisi dalam dikatakan bahwa M&A memiliki efek negatif dalam jangka waktu tiga tahun.

jangka panjang pada kinerja keuangan perusahaan. Prasetyo (2007) meneliti mengenai dampak

Cabanda dan Pajara-Pascual (2007) meneliti merger dan akuisisi terhadap cash low operasi pada dampak merger pada kinerja keuangan dan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi operasional perusahaan pelayaran Filipina. Hasil selama tahun 1998-2000. Dengan sampel penelitian empiris diperoleh hasil yang beragam pra dan pasca sebanyak 16 populasi dengan periode 3 tahun sebelum merger. Beberapa ukuran kinerja perusahaan seperti dan 3 tahun setelah merger dan akuisisi. Penelitian acid test ratio, total asset turnover, dan net revenues ini menyimpulkan tidak ada perbedaan kinerja secara statistik menunjukkan keuntungan yang perusahaan disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja signiikan dalam jangka panjang. Variabel kinerja perusahaan yang diukur dari operational cash low lain seperti net income, return on asset, return on untuk tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi, sales, return on equity, net proit margin, capital kecuali untuk satu tahun sebelum dan tiga tahun expenditure, capital expenditure/sales, dan capital setelah merger dan akuisisi yang memberikan indikasi expenditure/total asset menunjukkan hasil yang tidak adanya perbedaan yang signiikan, namun perbedaan signiikan setelah merger dalam jangka pendek. Studi tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten.

menyimpulkan bahwa merger di industri pelayaran Hasil negatif dikemukakan oleh Payamta dan Filipina tidak mengarah pada perbaikan kinerja, baik Sholikah (2001) yang menganalisis pengaruh merger jangka pendek dan jangka panjang. dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia

Ismail et al. (2010) meneliti kinerja operasi terhadap 87 bank dari tahun 1990 sampai 1995 dan dengan sampel perusahaan di Mesir yang terlibat yang masuk sampel adalah 9 bank, metode yang dalam merger dan akuisisi (M&A) pada periode digunakan adalah purposive sampling. Kinerja 1996-2003 di sektor konstruksi dan teknologi. Hasil bank dianalisis menggunakan CAMEL (aspek empiris menunjukkan bahwa beberapa ukuran kinerja permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas, perusahaan, seperti proitabilitas, menunjukkan dan likuiditas), dengan hasil penelitian tidak adanya keuntungan yang signiikan secara statistik setelah perbedaan yang signiikan pada tingkat kinerja bank M&A terutama di sektor konstruksi. Ukuran kinerja yang diukur dengan rasio CAMEL untuk 1 tahun lainnya seperti eisiensi, likuiditas, solvabilitas, dan sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi.

posisi arus kas tidak menunjukkan perbaikan yang Suryawijaya (1998), penelitian ini mengambil signiikan setelah merger dalam jangka pendek di kasus di sektor perbankan Amerika Serikat bertujuan kedua sektor.

200 Trikonomika Fuji Jaya Lesmana Vol. 11 No. 2, Desember 2012

Ardi Gunardi

METODE HASIL

Metode penelitian yang digunakan adalah Kondisi Likuiditas Sebelum dan Sesudah Akuisisi

metode deskriptif dengan pendekatan komparatif.

1) Perusahaan Pengakuisisi

Variabel-variabel penelitian yang digunakan sesuai Kondisi current ratio perusahaan pengakuisisi dengan konsep sebelumnya, yaitu kinerja keuangan sebelum akuisisi adalah 1.3008, sedangkan kondisi sebelum dan sesudah akuisisi, earning per share, dan current ratio perusahaan sesudah akuisisi adalah return saham.

1.3418. itu berarti terdapat peningkatan sebesar 0.041 Rasio keuangan yang digunakan meliputi rasio: (3.15%) dan kondisi tersebut mencerminkan terjadinya current ratio, quick ratio, total asset turnover, debt peningkatan kemampuan perusahaan untuk memenuhi to total asset, debt to equity ratio, net proit margin, kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang return on equity, dan return on investment.

dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kondisi quick Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ratio perusahaan sebelum akuisisi adalah 0.8664, perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek sedangkan sesudah akuisisi adalah sebesar 0.88842 Indonesia dengan rentang waktu antara tahun 2005- mengalami peningkatan sebesar 0.01785 (2.06%). 2007 dengan menggunakan data keuangan tahun Kondisi ini mencerminkan terjadinya peningkatan 2003-2009. Sampel dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi.

pendek dengan aktiva lancar yang benar-benar liquid Sampel dari penelitian ini terdiri dari 7 perusahaan (lancar). pengakuisisi dan 5 perusahaan diakuisisi:

Tabel 1. Daftar Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi Tahun 2005-2007

No. Kode Saham Perusahaan Pengakuisisi

Mengakuisisi

Bulan Efektif/ Pengumuman Akuisisi

Daftar Perusahaan Pengakuisisi Tahun 2005-2007

Februari 2006 2. AUTO

1. UNTR PT United Tractors Tbk

PT Nusantara Citra Jaya Abadi (NCJA)

Maret 2006 3. CPIN

PT Astra Otoparts Tbk

PT Anugerah Paramitra Motorpart (APM)

PT Charoen Pokphand

Desember 2006 Indonesia Tbk

PT Multi sarana Pakanindo

4. AKRA PT AKR Corporindo Tbk

Juni 2006 5. AALI

Transhipment Co Ltd

PT Astra Agro Lestari Tbk PT Borneo Indah Marjaya, PT Gelora Dinamika Oktober 2006 Abadi dan PT Perkebunan Lembah Bhakti

6. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia PT Sigma Cipta Caraka Januari 2007 Tbk

7. TRST PT Trias Sentosa Tbk

Tianjin Sunshine Plastics Co. Ltd

Juli 2007

Daftar Perusahaan diakuisisi Tahun 2005-2007

No. Kode Saham Perusahaan Pengakuisisi

Mengakuisisi

Bulan Efektif/ Pengumuman Akuisisi

1. MEDC PT Medco Energy

Februari 2005 Internasional Tbk

Encore Ltd

2. HMSP

Mei 2005 3. LSIP

H M Sampoena Tbk

PT Philip Morris Indonesia

PT Perusahaan Perkebunan

Mei 2007 London Sumatra Tbk

Indofood Agri Resources Ltd

4. FPNI PT Fatrapolindo Nusa

November 2007 Industri Tbk

Titan Chemicals Corp

5. ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry &

September 2007 Trading Company Tbk

PT Unilever Indonesia Tbk (Unilever)

Sumber : Indoinandz, detik.com, situs resmi emiten

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 201 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

2) Perusahaan Diakuisisi

2) Perusahaan Diakuisisi

Kondisi current ratio perusahaan diakuisisi Perhitungan debt to total asset ratio perusahaan sebelum akuisisi adalah 1.5984, sedangkan kondisi sebelum akuisisi adalah 0.5545, sedangkan sebelum

current ratio perusahaan sesudah akuisisi adalah akuisisi adalah sebesar 0.4692 mengalami penurunan 1.6159. itu berarti terdapat peningkatan sebesar sebesar 0.08525 (15.37%). Perhitungan debt to

0.0175 (1.1%) dan kondisi tersebut mencerminkan total equity perusahaan sebelum akuisisi adalah terjadinya peningkatan kemampuan perusahaan 1.8949, sedangkan sesudah akuisisi adalah 1.1512 untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan mengalami penurunan sebesar 0.7437 (39.24%). aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kondisi demikian mencerminkan penggunaan utang Kondisi quick ratio perusahaan sebelum akuisisi perusahaan semakin kecil bila dibandingkan dengan adalah 0.9798, sedangkan sesudah akuisisi adalah seluruh aktiva perusahaan dan modal sendiri yang sebesar 1.0297 mengalami peningkatan sebesar dimiliki perusahaan. Hal tersebut memberi sinyal 0.0499 (5.1%). Kondisi ini mencerminkan terjadinya positif terhadap kinerja perusahaan karena beban peningkatan kemampuan perusahaan memenuhi perusahaan mengalami penurunan. kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang benar-benar liquid (lancar).

Kondisi Proitabilitas Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Aktivitas Sebelum dan Sesudah Akuisisi

1) Perusahaan Pengakuisisi

1) Perusahaan Pengakuisisi Perhitungan net proit margin perusahaan Perhitungan total asset turnover perusahaan sebelum akuisisi adalah 0.0931, sedangkan net proit pengakuisisi sebelum akuisisi adalah 1.1608, margin sesudah akuisisi sebesar 0.1332 mengalami sedangkan sesudah akuisisi adalah sebesar 1.3565 peningkatan sebesar 0.0401 (43.07%). Kondisi return mengalami peningkatan sebesar 0.1957 (16.86%). on investment perusahaan sebelum akuisisi adalah Kondisi tersebut mencerminkan terjadinya peningkatan 0.1291, sedangkan sesudah akuisisi adalah sebesar kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva yang 0.2304 mengalami peningkatan sebesar 0.1013 dimiliki untuk menghasilkan penjualan.

(78.46%). Kondisi return on equity perusahaan

2) Perusahaan Diakuisisi sebelum akuisisi sebesar 0.2539, sedangkan sesudah Perhitungan total asset turnover perusahaan akuisisi adalah sebesar 0.4265 mengalami peningkatan diakuisisi sebelum akuisisi adalah 0.7825, sedangkan 0.1726 (67.97%). Kondisi tersebut mencerminkan sesudah akuisisi adalah sebesar 1.0742 mengalami bahwa proitabilitas atau kemampuan perusahaan peningkatan sebesar 0.2917 (37.28%). Kondisi menciptakan laba yang dinilai dari eisiensi penjualan, tersebut mencerminkan terjadinya peningkatan penggunaan aktiva dan modal sendiri yang dimiliki kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva perusahaan sesudah akuisisi secara keseluruhan yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.

menunjukan peningkatan kinerja dibanding dengan sebelum akuisisi.

Kondisi Leverage Sebelum dan Sesudah Akuisisi

2) Perusahaan Diakuisisi

1) Perusahaan Pengakuisisi Perhitungan net proit margin perusahaan Perhitungan debt to total asset ratio perusahaan sebelum akuisisi adalah 0.0427, sedangkan net proit sebelum akuisisi adalah 0.4903, sedangkan sebelum margin sesudah akuisisi sebesar 0.1213 mengalami akuisisi adalah sebesar 0.4781 mengalami penurunan peningkatan sebesar 0.0786 (184.1%). Kondisi sebesar 0.01225 (2.5%). Perhitungan debt to return on investment perusahaan sebelum akuisisi total equity perusahaan sebelum akuisisi adalah adalah 0.0418, sedangkan sesudah akuisisi adalah 1.2926, sedangkan sesudah akuisisi adalah 1.2753 sebesar 0.1446 mengalami peningkatan sebesar mengalami penurunan sebesar 0.01737 (1.34%). 0.1028 (246%). Kondisi return on equity perusahaan Kondisi demikian mencerminkan penggunaan hutang sebelum akuisisi sebesar -0.036, sedangkan sesudah perusahaan semakin kecil bila dibandingkan dengan akuisisi adalah sebesar 0.2949 mengalami peningkatan seluruh aktiva perusahaan dan modal sendiri yang 0.3309 (919%). Kondisi tersebut mencerminkan dimiliki perusahaan. Hal tersebut memberi sinyal bahwa proitabilitas atau kemampuan perusahaan positif terhadap kinerja perusahaan, karena beban menciptakan laba yang dinilai dari eisiensi penjualan, perusahaan mengalami penurunan.

penggunaan aktiva dan modal sendiri yang dimiliki

202 Trikonomika Fuji Jaya Lesmana Vol. 11 No. 2, Desember 2012

Ardi Gunardi Ardi Gunardi

2) Perusahaan Diakuisisi

menunjukan peningkatan kinerja dibanding dengan Perhitungan abnormal return perusahaan sebelum sebelum akuisisi.

akuisisi adalah sebesar -0.00725, sedangkan sesudah akuisisi adalah sebesar -0.0179 mengalami penurunan

Kondisi Earning per Share Sebelum dan Sesudah sebesar 0.0106 (146.2%). Hal ini menunjukan harga

Akuisisi

saham sesudah akuisisi secara rata-rata mengalami

1) Perusahaan Pengakuisisi

penurunan.

Kondisi earning per share perusahaan sebelum

akuisisi adalah sebesar 225.86, sedangkan sesudah Evaluasi Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah akuisisi sebesar 546.37 mengalami peningkatan sebesar Akusisi pada Perusahaan yang Melakukan 320.51 (142%). Kondisi tersebut mencerminkan Akuisisi

adanya peningkatan laba dari tiap lembar saham yang Semua variabel penelitian yang meliputi current beredar dan hal ini memberikan sinyal positif kepada ratio, quick ratio, total asset turn over, debt to to total investor.

asset, debt to total equity, net proit margin, ROI,

2) Perusahaan Diakuisisi ROE, earning per share, dan abnormal return pada Kondisi earning per share perusahaan sebelum perusahaan pengakuisisi sesudah akuisisi menunjukan akuisisi adalah sebesar 151.68, sedangkan sesudah kinerja yang lebih tinggi dibanding sebelum akuisisi, akuisisi sebesar 364.05 mengalami peningkatan dan pada perusahaan diakuisisi indikator kinerja

sebesar 153.17 (140.01%). Kondisi tersebut keuangan yang meliputi current ratio, quick ratio, mencerminkan adanya peningkatan laba dari tiap total asset turn over, debt to to total asset, debt to lembar saham yang beredar dan hal ini memberikan total equity, net proit margin, ROI, ROE, dan earning sinyal positif kepada investor.

per share sesudah akuisisi menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dibanding sebelum akuisisi, sedangkan

Kondisi Abnormal Return Sebelum dan Sesudah abnormal return perusahaan diakuisisi mengalami

Akuisisi

penurunan setelah dilakukan akuisisi.

1) Perusahaan Pengakuisisi Perhitungan abnormal return perusahaan

PEMBAHASAN

sebelum akuisisi adalah sebesar -0.00465, sedangkan

sesudah akuisisi adalah sebesar -0.0032 mengalami Perusahaan Pengakuisisi

peningkatan sebesar 0.00145 (31.2%). Hal ini Pengujian uji beda diperoleh gambaran tentang menunjukan terjadinya lonjakan saham atau harga kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang saham sesudah akuisisi secara rata-rata mengalami melakukan akuisisi pada periode tahun 2005-2007 kenaikan.

dapat dilihat pada Tabel 2..

Tabel 2. Hasil Uji Penelitian Statistik Sepuluh Variabel Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi

No. Variabel

t-hitung t-tabel Tingkat Signiikansi

Kriteria Uji Kesimpulan

1. Current ratio

t hitung < t tabel H 0 diterima 2. Quick ratio

t hitung < t tabel H 0 diterima 3. Total asset turn over

t hitung > t tabel H 0 ditolak 4. Debt to total asset ratio

t hitung < t tabel H 0 diterima 5. Debt to total equity ratio

t hitung < t tabel H 0 diterima 6. Net proit margin

t hitung > t tabel H 0 ditolak 7. Return on investment

t hitung > t tabel H 0 ditolak 8. Return on equity

t hitung > t tabel H 0 ditolak 9. Earning per share

t hitung > t tabel H 0 ditolak 10. Abnormal return

t hitung < t tabel H 0 diterima Sumber : data yang diolah

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 203 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

Pengujian hipotesis variabel keuangan current Pengujian hipotesis variabel keuangan debt to ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya current total asset ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya ratio sesudah akuisisi lebih rendah atau sama dengan debt to total asset sesudah akuisisi lebih tinggi atau current ratio sebelum akuisisi pada perusahaan sama dengan debt to total asset sebelum akuisisi

pengakuisisi. Hal ini kemungkinan disebabkan pada perusahaan pengakuisisi. Hal ini kemungkinan karena peningkatan currrent ratio sesudah akuisisi disebabkan karena kenaikan total utang perusahaan tidak begitu besar dibanding dengan sebelum lebih tinggi dan tidak diimbangi oleh kenaikan akuisisi, walaupun secara keseluruhan atau rata-rata total aktiva perusahaan, sehingga menyebabkan current ratio setelah akuisisi meningkat, tetapi jika penurunan debt to total asset tidak terlalu besar dan dilihat masing-masing perusahaan, ada perusahaan menyebabkan beberapa perusahaan debt to total yang mengalami penurunan current ratio, yaitu asset-nya lebih tinggi dibanding sebelum akuisisi. United Tractor . Peningkatan yang tidak signiikan Hal itu menunjukkan penurunan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sesudah akuisisi ini menjadi karena pada instrumen ini rasio yang lebih kecil lebih indikasi bahwa sinergi akuisisi dalam jangka waktu menunjukkan penggunaan utang perusahaan semakin dua tahun belumlah cukup untuk meningkatkan menurun. Kesimpulannya terjadi penurunan debt aset lancar perusahaan guna mengimbangi atau to total asset pada perusahaan pengakuisisi paska melebihi kenaikan kewajiban lancar perusahaan. akuisisi, tetapi tidak penurunannya signiikan secara Kesimpulannya walaupun rata-rata current ratio statistik. perusahaan pengakuisisi mengalami peningkatan

Pengujian hipotesis variabel keuangan debt to setelah akuisisi tetapi tidak signiikan secara total equity ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya statistik.

debt to total equity sesudah akuisisi lebih tinggi atau Pengujian hipotesis variabel keuangan quick sama dengan debt to total equity sebelum akuisisi ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya quick pada perusahaan pengakuisisi. Hal ini kemungkinan ratio sesudah akuisisi lebih rendah atau sama disebabkan karena kenaikan total utang perusahaan dengan quick ratio sebelum akuisisi pada perusahaan lebih tinggi dan tidak dimbangi oleh kenaikan total

pengakuisisi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena modal sendiri perusahaan, sehingga menyebabkan kenaikan inventory tidak dimbangi oleh kenaikan penurunan debt to total equity tidak terlalu besar dan aktiva lancar, sehingga sebagian besar perusahaan, juga menyebabkan beberapa perusahaan debt to total peningkatan quick ratio-nya tidak terlalu besar dan equity-nya lebih tinggi dibanding sebelum akuisisi. juga menyebabkan ada perusahaan yang mengalami Hal itu menunjukkan penurunan kinerja keuangan penurunan quick ratio. Kesimpulannya walaupun rata- karena pada instrumen ini rasio yang lebih kecil lebih rata quick ratio perusahaan pengakuisisi mengalami menunjukkan penggunaan utang perusahaan semakin peningkatan setelah akuisisi, tetapi tidak signiikan menurun. Kesimpulannya terjadi penurunan debt secara statistik.

to total equity pada perusahaan pengakuisisi paska Pengujian hipotesis variabel keuangan total asset akuisisi, tetapi penurunannya tidak signiikan secara

turnover menyatakan H 0 ditolak yang artinya total asset statistik.

turnover sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan Pengujian hipotesis variabel keuangan net proit dengan total asset turnover sebelum akuisisi pada margin menyatakan H 0 ditolak yang artinya net proit perusahaan pengakuisisi. Hal ini disebabkan karena margin sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan terjadinya peningkatan yang signiikan pada angka dengan net proit margin sebelum akuisisi pada penjualan perusahaan pengakuisisi pasca akuisisi. perusahaan pengakuisisi. Hal ini disebakan karena Peningkatan penjualan ini diduga sebagai efek meningkatkannya penjualan seluruh perusahaan sinergi akuisisi, yaitu peningkatan pangsa pasar dan pengakuisisi pasca akuisisi. Peningkatan tersebut peningkatan produksi perusahaan yang melakukan menyebabkan terjadinya peningkatan laba bersih akuisisi, sehingga penjulan perusahaan dapat perusahaan setelah pajak, hal tersebut menunjukan terdorong meningkat dengan adanya efek simbiosis bahwa setelah akuisisi kemampuan perusahaan mutualisme antara perusahaan pengakuisisi dan menciptakan laba dibanding dengan penjualannya diakuisisi. Kesimpulannya terjadi peningkatan total meningkat. Peningkatan net proit margin tersebut asset turnover pada perusahaan pengakuisisi dan merupakan indikasi bahwa tujuan akuisisi untuk peningkatannya signiikan secara statistik.

memperbesar volume penjulan dan laba telah terbukti.

204 Trikonomika Fuji Jaya Lesmana Vol. 11 No. 2, Desember 2012

Ardi Gunardi

Kesimpulanya terjadi peningkatan net proit margin abnormal return sesudah akuisisi lebih rendah atau pada perusahaan pengakuisisi dan peningkatannya sama dengan abnormal return sebelum akuisisi signiikan secara statistik.

pada perusahaan pengakuisisi. Hal ini disebabkan Pengujian hipotesis variabel keuangan return karena peningkatan harga saham sesudah akuisisi on invesment menyatakan H 0 ditolak yang artinya tidak cukup tinggi dibanding dengan harga sebelum return on invesment sesudah akuisisi lebih tinggi akuisisi. Ini terjadi karena bebarapa perusahaan dibandingkan dengan return on invesment sebelum melakukan beberapa kali stock split pada periode akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal ini setelah akuisisi, sehingga terjadi penurunan yang disebabkan karena peningkatan laba perusahaan signiikan terhadap harga saham sesudah akuisisi yang signiikan dari satu hingga dua tahun setelah dengan sebelum akuisisi. Kesimpulannya walaupun akuisisi dan peningkatan laba tersebut melebihi

rata-rata abnormal return perusahaan pengakuisisi peningkatan total aktiva perusahaan. Ini berarti mengalami peningkatan setelah akuisisi tetapi tidak kemapuan perusahaan untuk menciptakan laba signiikan secara statistik. dari sejumlah aktiva semakin besar dan ciri bahwa

Pengujian hipotesis di atas dapat diambil perusahaan tersebut sangat efektif dalam penggunaan kesimpulan bahwa kinerja keuangan perusahaan aktivanya. Kesimpulannya terjadi peningkatan return pengakuisisi yang melakukan akuisisi pada tahun on investment pada perusahaan pengakuisisi dan 2005 dan 2007 dengan menggunakan variabel peningkatannya signiikan secara statistik.

current ratio, quick ratio, debt to total asset, debt to Pengujian hipotesis variabel keuangan return on total equity, dan abnormal return dinyatakan dengan

equity menyatakan H 0 ditolak yang artinya return on H 0 diterima yang artinya bahwa kinerja keuangan equity sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan sesudah akuisisi lebih rendah atau sama dengan dengan return on equity sebelum akuisisi pada kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan perusahaan pengakuisisi. Hal ini disebabkan karena pengakuisisi. Hasil pembahasan dan penelitian ini peningkatan laba perusahaan yang signiikan dari satu menguatkan penelitian yang sudah dilakukan oleh hingga dua tahun setelah akuisisi dan peningkatan laba Widjanarko (2006) yang menyatakan bahwa tidak tersebut melebihi peningkatan total modal sendiri ada perubahan yang signiikan dari kinerja keuangan perusahaan. Ini berarti kemapuan perusahaan untuk perusahaan yang diproyeksikan dari rasio-rasio menciptakan laba dari modal yang dimiliki semakin keuangan dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah besar dan ciri bahwa perusahaan tersebut sangat akuisisi. efektif dalam penggunaan modalnya. Kesimpulannya

Ooghe et al. (2006) meneliti tentang apakah terjadi peningkatan return on equity pada perusahaan akuisisi dapat menyejahterakan perusahaan yang pengakuisisi dan peningkatannya itu signiikan secara melakukannya dan didapatkan kesimpulan bahwa

statistik. rasio, solvabilitas dan likuiditas tidak terdapat Pengujian hipotesis variabel keuangan earning perbedaan yang signiikan selama 5 tahun setelah

per share menyatakan H 0 ditolak yang artinya akuisisi.

earning per share sesudah akuisisi lebih tinggi Jensen dan Ruback (1983), menemukan dibandingkan dengan earning per share sebelum adanya abnormal return yang negatif, karena akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Earning per ketidakkonsistenan eisiensi pasar dan adanya sugesti share merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan yang membuat perubahan harga pasar yang lebih jumlah saham yang beredar. Peningkatan earning tinggi, bahkan return yang negatif selama dua tahun per share tersebut kemungkinan disebabkan oleh setelah merger dan akuisisi adalah fakta yang tidak karena peningkatan laba perusahaan yang signiikan dapat dipungkiri. dari satu hingga dua tahun setelah akuisisi sehingga

Wibowo dan Pakereng (2001) menemukan bahwa keuntungan per lembar saham pun meningkat. perusahaan pengakuisisi memperoleh abnormal Kesimpulannya terjadi peningkatan Earning per share return yang negatif di seputar pengumuman merger pada perusahaan pengakuisisi dan peningkatannya itu dan akuisisi. Dari hasil penelitian ini ditentukan signiikan secara statistik.

juga bahwa pengumuman merger dan akuisisi Pengujian hipotesis variabel keuangan abnormal dapat menunjukkan adanya transfer informasi antar return menyatakan H 0 diterima yang artinya perusahaan dalam sektor industri manufaktur.

Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return 205 Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI

Rachmawati dan Tendelilin (2001) hasil Pengujian hipotesis variabel keuangan current penelitiannya juga dengan menggunakan uji beda ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya current dua rata-rata pada periode sebelum dan sesudah ratio sesudah akuisisi lebih rendah atau sama dengan pengumuman merger dan akuisisi menunjukan secara current ratio sebelum akuisisi pada perusahaan statistik tidak terdapat perbedaan yang signiikan diakuisisi. Hal itu disebabkan karena peningkatan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah aktiva lancar perusahaan diakuisisi tidak bisa pengumuman M&A.

mengimbangi peningkatan keawajiban lancarnya Pengujian hipotesis variabel keuangan lainnya sehingga menyebabkan rata-rata peningkatan current seperti total asset turn over, net proit margin, ratio perusahaan diakuisisi tidak terlalu besar, return on investment, return on equity, dan earning juga beberapa perusahaan seperti Medco Energi

per share menyatakan bahwa H 0 ditolak, artinya International dan HM Sampoerna kinerja current ratio bahwa kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih sebelum akuisisi lebih besar dibanding sesudah akuisisi, tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan ini juga menjadi faktor current ratio perusahaan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. diakuisisi tidak meningkat secara signiikan. Keadaan Hasil pembahasan dan penelitian ini menguatkan ini mencerminkan bahwa akuisisi dalam jangka waktu

penelitian yang sudah dilakukan oleh Mulherin dan 1 hingga 2 tahun tidak bisa mendatangkan sinergi Boone (2000) di mana penelitian tersebut menyatakan yang signiikan terhadap penambahan aktiva lancar akuisisi dapat berdampak positif dan meningkatkan perusahaan diakuisisi. Kesimpulannya rata-rata kinerja kemakmuran pemegang saham kedua perusahaan. current ratio sesudah akuisisi mengalami peningkatan Efek kemakmuran tersebut disebabkan karena adanya tetapi tidak signiikan. sinergi antara perusahaan yang melakukan akuisisi.

Pengujian hipotesis variabel keuangan quick Hasil dari penelitian Nurdin (1996) menyatakan ratio menyatakan H 0 diterima yang artinya quick ratio terdapat perbedaan antara kinerja perusahaan yang sesudah akuisisi lebih rendah atau sama dengan quick digambarkan oleh rasio keuangan, yaitu rasio ratio sebelum akuisisi pada perusahaan diakuisisi. Hal rentabilitas dan rasio tingkat pengembalian atas total ini kemungkinan disebabkan karena kenaikan inventory aktiva yang semakin membaik setelah akuisisi dalam tidak dimbangi oleh kenaikan aktiva lancar sehingga jangka waktu tiga tahun.

sebagian besar perusahaan, peningkatan quick ratio- nya tidak terlalu besar dan juga menyebabkan ada

Perusahaan Diakuisisi

perusahaan yang mengalami penurunan quick ratio, Pengujian uji beda diperoleh gambaran tentang yaitu di antranya Medco Energi International, HM kinerja keuangan perusahaan diakuisisi yang Sampoerna, dan PP London Sumatra. Kesimpulannya melakukan akuisisi pada periode tahun 2005-2007 rata-rata kinerja quick ratio sesudah akuisisi mengalami dapat dilihat pada Tabel 3..

peningkatan, tetapi tidak signiikan.