Rangkuman Definisi Filsafat dan Ontologi

DEFINISI FILSAFAT DAN ONTOLOGI

Makalah

Ditujuankan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Filsafat

oleh:
Nina Eka Putri

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah swt. yang telah
memberiikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul Definisi Filsafat dan Ontologi tepat pada
waktunya. Selawat dan salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw.
dan juga kepada sahabat dan keluarga beliau.

Di dalam makalah ini akan dipaparkan rangkuman tentang apa itu filsafat
dan ontologi. Pemaparan tersebut dibatasi hanya pada konsep filsafat dan ontologi
serta ruang lingkupnya. Makalah ini ditujuankan untuk menambah wawasan
pembaca dan penulis sendiri tentang definisi dan batasan filsafat dan ontologi.
Kemudian, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.
Bahrun, M.Pd. selaku pengajar Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang telah membantu
memberiikan gambaran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terakhir, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan
penulisan makalah ke depannya. semoga makalah ini bermanfaat.

Penulis,

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Filsafat...................................................................................................3
2.1.1 Konsep Filsafat..................................................................................3
2.1.2 Faktor Munculnya Filsafat.................................................................5
2.1.3 Sejarah Filsafat...................................................................................7
2.2 Ontologi................................................................................................10
2.2.1 Konsep Ontologi................................................................................10
2.2.2 Ruang Lingkup Ontologi...................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................15
3.1 Simpulan...............................................................................................15
3.2 Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

ii

BAB I PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kehidupan adalah sesuatu yang dijalani oleh manusia. Manusia dalam
prosesnya mengalami beberapa tahap perkembangan. Perkembangan tersebut juga
mempengaruhi pola pikir akan kehidupan. Ketika manusia mulai mengamati
lingkungan sekitar, ketika amatan tersebut memunculkan pertanyaan, manusia
mulai mencari jawaban-jawaban dari sekitar. Dari mana manusia berasal,
bagaimana bentuk bumi ini, apakah bumi ini bulat, dan apa yang harus kita
lakukan dalam hidup merupakan sebagian pertanyaan yang muncul dalam pikiran
manusia. Manusia dipenuhi rasa ingin tahu akan sekitar dan juga rasa ingin tahu
akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan. Rasa ingin tahu
tersebutlah yang mendasari asal mula adanya filsafat.
Filsafat dapat dikatakan sesuatu yang dihasilkan dari rasa ingin tahu
manusia untuk mendapatkan jawaban yang berupa kebenaran. Namun, kebenaran
yang dimunculkan bukanlah kebenaran hakiki, melainkan kebenaran relatif.
Artinya, kebenaran tersebut hanya berlaku pada saat tertentu dan pada konteks
tertentu. Misalnya, dulu manusia berasumsi bahwa bumi itu datar. Namun, setelah
dilakukan penelitian lebih mendalam didapatilah kemudian bahwa bumi bukanlah
datar melainkan berbentuk bulat sehingga asumsi awal tentang bentuk bumi
terpatahkan.


1

2

Di samping itu, dalam kaitannya dengan filsafat ada yang namanya ontologi.
Menurut Sudibyo (2014:46), ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani ataupun abstrak. Dalam ontologi, semua pertanyaan berkisar
tentang apa yang ada. Ontologi juga dapat dikatakan filsafat tentang apa yang ada.
Dalam hal ini, filsafat dan ontologi sangatlah berkaitan erat. Namun, filsafat
dan ontologi juga mempunyai batasan-batasan tersendiri. Oleh karena itu, untuk
memahami dasar tentang apa itu filsafat dan dan ontologi, penulis menuliskan
makalah yang berjudul “Definisi Filsafat dan Ontologi”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan rumusan masalahnya adalah
apa itu filsafat dan ontologi dan apa perbedaan keduanya.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan definisi filsafat

dan ontologi serta konsep dan perbedaan keduanya.

1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca
tentang definisi, ruang lingkup, konsep, serta perbedaan antara filsafat dan
ontologi.

3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filsafat
2.1.1 Konsep Filsafat
Suatu pandangan dunia dan umumnya suatu pandangan teoretis tidak
pernah melayang-layang di udara. Setiap pemikiran teoretis mempunyai hubungan
erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan. Hal itu benar juga bagi
permulaan pemikiran teoretis, yaitu lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6
sebelum Masehi. Supaya jangan ada salah paham denan segera harus ditambah di
sini bahwa bagi seorang Yunani, filsafat tidak merupakan suatu ilmu di samping
ilmu-ilmu lain, melainkan meliputi segala pengetahuan ilmiah. Tanah Yunani
adalah tempat persemaian dimana pemikiran ilmiah mullahi bertumbuh. Kiranya

suda jelas bahwa lahirnya filsafat dan ilmu pengethauan di Yunani tidak dapat
dimengerti tanpa sekadar mengetahui sedikit kebudayaan Yunani. (Bertens,
1999:17)
Menurut Poedjawijatna (dalam Muharto, 2016:26), filsafat berasal dari
kata Arab yang berhubungan erat dengan kata Yunani, yaitu Philosophia yang
terdiri atas philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, ingin dan
karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu. Sophia artinya
kebijaksanaan yang artinya pandai pengertian yang medlaam. Jadi menurut
namanya saja filsafat dapat diartikan ingin mencapai pandai atau cerita cinta pada
kebijakan . Aristoteles mendefiniskan filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika ekonomi,
politik dan estetika (tafsir dalam ). Alfarabi filsuf muslim terbesar sebelum ibnu

4

sina mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan
bertujuan
Hal yang sama juga sama dipaparkan oleh Rapar (1996:14). Secara
etimologis, istilah “filsafat” yang meruoakan padanan kata falsafah (bahasa Arab)
dan philoshopy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata

philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan sophia.
Adapun kata philos artinya kekasih atau sahabat, sedangkan kata sophia artinya
kebijaksanaan atau kearifan. Jadi, secara harfiah philosophia artinya yang
mencintai kebijaksanaan. (Rapar,1996:14)
Bertens (1999:17) juga mengatakan hal yang sama bahwa nama “filsafat”
dan “filsuf” berasal dari kata-kata Yunani philosophia dan philosophos. Menurut
bentuk kata, seorang philo-sophos adalah seorang ‘pencinta kebijaksaan”. Ada
tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama “filsuf” (philosophos) untuk pertama
kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM). Tetapi,
kesaksian sejarah tentang kehidupan dan aktivitas Pythagoras demikian tercampur
dengan legenda-legenda sehingga sering kali kebenaran tidak dapat dibedakan
dari reka-rekaan saja. Demikian halnya juga dengan hikayat yang mengisahkan
bahwa nama “filsuf” ditemukan oleh Pythagoras. Yang pasti adalah bahawa dalam
kalangan Sokrates dan Plato (abad ke-5 SM) nama “filsafat” dan “filsuf” sudah
lazim dipakai. Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros, misalnya kita
membaca: “Nama ‘orang bijaksana’ terlalu luhur untuk memanggil seorang
manusia dan lebih cocok untuk seorang dewa. Lebih baik ia memanggil

5


philosophos, pecinta kebijaksaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk
insani.” (Bertens, 1999:17)
Perkataan Plato tadi serentak juga menunjukkan suatu aspek penting dari
istilah philospohia. Menurut pandangan Yunani, seorang yang mempunyai
kebijaksanaan sebagai milik definitive sudah melampaui kemampuan insani.
Orang sedemikian itu telah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk
nasibnya sebagai manusia. Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai suatu status
adimanusiawi. Itu sama saja denngan hybris, rasa sombong, yang selalu ditakuti
dan dihindari orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku
bagi status insaninya. Karena dia manusia dan bukan seorang dewa, ia harus puas
dengan mengasihi kebijaksanaan. Itu berarti mencari kebijaksanaan itu serta
mengejarnya. Tetapi tugas itu tidak pernah akan selesai. Kebijaksanaan tidak
pernah akan menjadi miliknya secara komplit dan definitive. Karena alasanalasan itu orang Yunani memilih nama filsafat dan filsuf. (Bertens, 1999:17)

2.1.2 Faktor-Faktor Munculnya Filsafat
Timbulnya filsafat di Yunani pada saat itu memang dapat disebut suatu
peristiwa ajaib karena tidak mungkin memberii alasan-alasan

yang akan


menerangkan kejadian itu secara memuaskan. Namun demikian, ada beberapa
faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat
di Yunani, terutama tiga faktor berikut.
1. Pertama-tama, pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa
sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi itu dianggap

6

sebagai perintis yang mendahului filsafat karena mitos-mitos sudah memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. Dari
mana dunia kita? Dari mana kejadian-kejadian daam alam? Apa sebab
matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mitos-mitos, manusia mencari
keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mitos macam pertama yang mencari keterangan
tentang asal-usul alam semesta sendiri biasanya disebut mitos kosmogonis,
sedangkan mitos macam kedua yang mencari keterangan tentang asal usul
serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta disebut mitos kosmologis.
Yang khhusus pada bangsa Yunani ialah bahwa mereka mengadakan
bbeberapa usaha untuk menyusun mitos-mitos yang diceritakan oleh rakyat
menjad suatu keseluuhan yang sistematis. Dalam usaha-usaha itu tampaklah

sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseuluruhan yang
sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan
mitos-mitos satu sama lain dan menyingkirkan mitos yang tidak dapat
diocokan dengan mitos lain. Salah satu

usaha serupa itu adalah syair

Hesiodos yang berjudul Theogonia (kejadian dewa-dewa) ca. tahun 750 SM).
2. Faktor berikut yang boleh dianggap sebagai persiapan yang mempengaruhi
timbulnya filsafat adalah kesusastraan Yunani, asal saja kita memmakai kata
itu dalam arti seluas-luasnya sehingga juga meliputi amsal-amsal, teka-teki,
dongeng-dongeng dan lain sebagainya.
3. Faktor ketiga karena adanya pengaruh ilkmu pengetahuan yang pada waktu itu
sudah terdapat di Timur kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada

7

bangsa lain dalam menerima beberaapa unsure ilmu pengetahuan dari mereka.
Demikianlah ilmu hitung dan ilmu ukur berasal dari mesir dan babylonia pasti
ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani.

Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahhuan
Yunani tidak oleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsureunsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa mesir dan
babylonia. Baru bangsa pada bangsa Yunani ilmu penetahuan mendapat corak
yang sungguh-sungguh ilmiah.
Seperti kata filsuf berkebangsaan Prancis, Gilles Deleuze (1925-1995),
manfaat filsafat yang paling besar adalah untuk penciptaan konsep, bukan untuk
pembangunan teori, tapi demi konsep itu sendiri. Karena itu, filsafat sebenarnya
adalah kegiatan bermain, permainan berpikir bebas. Versi filsafat ini jelas
merupakan suatu perbaikan terhadap definisi filsafat yang diberikan oleh para
teknorat dan filistin. Walaupun demikian, kita mungkin bisa mengambil maksud
yang lebih serius dari pendapat Deleuze. Mengajari orang bersfilsafat sama
dengan mengajarai mereka seni penciptaan konsep-cara berpikir tentang diri kita
sendiri dan dunia yang menyenangkan dan mendidik. Bila filsafat bisa mengajari
orang membangun konsep, maka filsafat juga bisa menajari mereka untuk
menciptakan kembali sebuah dunia bagi diri mereka sendiri.

2.1.3 Sejarah Filsafat
Dunia prafilsafat adalah dunia di mana orang melihat diri mereka tidak
terpisahkan dari alam sekitar. Orang prafilsafat percaya, mereka dapat

8

menggunakan kekuatan alam dengan membuat reprensentasi imitatif berupa
sektsa dan patung. Salah satu filsuf pertama adalah Thales “sang bijak” (620-555
SM). Dia menganggap dunia sekitar sebagai suatu kosmos yang teratur. Dunia
menjadi sesuatu untuk dihargai dan ditafsirkan. (Neil, 2005:36)
Pertanyaan filosofis yang pertama kali ditanyakan tampaknya adalah
pertanyaan metafisika, “apa itu?”, “itu” yaitu kosmos, dimengerti sebagai bagian
dari kemanusiaan. Untuk pertama kalinya ia menjadi objek pertanyaan dan
mengabkibatkan rasa ingin tahu. Bagi thales, kosmos pada dasarnya seperti suatu
zat air. Dugaan ini tidaklah sekonyol kedengarannya. Air sangat penting bagi
kelangsungan kehidupan. Jadi, untuk orang yang tinggal di dekat laut, dugaan
awal sifat kosmos tersebut cukup cerdas. (Neil, 2005:36)
Kita bisa melihat dengan jelas ketegangan antara para rasionalis dan para
pemercaya sihir di masa prasocrates pada tulisan-tulisan filsuf terhebat lonia,
Heraklitus dari Efesus (meninggal tahun 460 SM). Perhatiannya seperti
pendahulu-pendahulunya dari lonia, yaitu pada sifat dasar kosmos. Namun, bagi
heraklitus spekulasi-spekulasi ini jadi mendalam. Yang membuat dia tertarik
adalah arti dari kosmos atau logosnya. (Neil, 2005:38)
Pada waktu yang kurang lebih sama (500 SM) pada bagian paling Barat
dunia yang berbahasa Yunani, suatu mazhab filsafat saingan didirikan oleh
Parmenides di kota Elea di Itallia Selatan. Bagi Parmenindes, kosmos walaupun
penampilannya demikian, tidak pernah bergerak atau berubah. Ia adalah orang
pertama yang mencoba membuktkan kesimpulan yang agak bertentangan dengan

9

intuisi ini dengan bukti logis. Dengan Parmenides lah filsafat mulai
mengandalkan argumen untuk membenarkan spekulasiny. (Neil, 2005:39)
Seperti filsuf prasocrates lainnya, filsafat Parmenides diungkapkan
melalui puisi. Ini menunjukkan bahwa bagi para filsuf awal, pertanyaan filosofis
timbul dari sikap artistik, bukan sikap ilmiah. Kita perlu membaca teks mereka
secara metaforis bukan secara harfiah. Karena alasan ini, filsafat parmenides,
seperti filsuf prasocrates tidak bisa dibandingkan dengan filsafat modern yang
berakar pada budaya teknologi yang lebih harfiah. (Neil, 2005:40)
Filsafat parmenides adalah suau catatn mimpi. Bagi parmenides jalan
kehidupan manusia merupakan pilihan antara ada atau tidak aa. Sampai batasan ii,
parmenides sama dnegan filsuf modern, soren kierkegaard (1813-55) dan para
pengikut eksistensialisnya. Menurut filsafat ini, seseorang harus memilih jalan
tertentu atau jalan yang lainnya dalam kehidupan. Saat memilih adalah saat di
mana hidup kita sebenarnya mulai. Sebelum memilih, kamu sebenarnya tidak ada.
(Neil, 2005:41)
Pengaruh filsafat Parmenides sangat penting sehingga sulit sekali
mengadilinya. Para filsuf memujinya karena telah membuka pertanyaan tentang
sifat dari keberadaan manusia. Dia bisa dianggap sebagai filsuf moral awal yang
mengajukan pertanyaan etis mendalam dan tulus, seperti “bagaimana kita
sebaiknya hidup?’ menurutnya pertanyaan ini harus dijawab dengan terlebih
dahulu menjawab pertanyaan mengenai arti keberadaan manusia. (Neil, 2005:41)
Walaupun menganggap gaya filsafat parmenides tidak jelas dang
menggangu, para filsuf teknokratis menghargai usahanya untuk melihat di balik

10

dunia palsu opini serta memastikan struktur sejati dari sesuatu itu sendiri. Secara
umum, dia dipandang oleh filsuf-filsuf inis ebagai penemu monisme metafisi,
gagasan bahwa segala hal terbuat dari satu zat. . (Neil, 2005:41)

Filsafat Yunani mencapai puncaknya dalam abad iv SM dalam sistemsistem plato dan aristoteles. Filsafat kedua tokoh ini mempengaruhi seluruh
sejarah filsafat sampai zaman kini. Pada akhir abad iv aleksander agung menyerbu
polis-polis negeri Yunani, kemudian juga semua negara tetangga. Akhirnya
kerjaannya meluputi negeri Yunani, mesir dan seluruh kawasan timur tengah
sampai sungai indus. Melalui tetarannya aleksander menanamkan dan
menyebarkan kebudayan Yunani di negara-negara yan telah direbutnya. Sesudah
kematiaany pada tahun 323 SM pengaruh kebudayaan yuunani dipertahnakan oleh
pemimpi-pemimpin kerajaan-kerajaan yang didirikannya. Dengan demikian
selama abad iv dan iii SM kebudayaan Yunani disebarluaskan dimana-mana
sehingga menjadi kebudayaan dunia. Oleh karen aitu zaman sesuadah aleksander
disebut zaman hellenisme (hellas=Yunani). (Hulbers, 1982:18)

2.2 Ontologi
2.2.1 Konsep Ontologi
Menurut Watloly (2001:35), ontologi (dari bahasa Yunani on, ontos ‘ada,
keberadaan’ dan logos ‘studi, ilmu’) adalah cabang filsafat yang menggeluti tata
dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin. Ontologi dalam hal ini
menggunaka kategori-kategori seperti:ada-menjadi, aktualitas-potensialitas, nyata-

11

tampak, perubahan, eksistensi-oneksistensi, esensi, kenicayaan yang ada sebagai
yang ada. Pertanyaan mendasar yang digumuli di dalam ontologi adalah “apa itu
ada-dalam-dirinya-sendiri? Apa hakikat ada sebagai ada?
Istilah ontologi muncul sekitar abad ke-17 yang dikenal dengan ungkapan
“filsafat mengenai yang ada” (philosophia entis). Martin Heidegger (1889-1976)
memahami ontologi sebagai analisis eksistensi dan yang memungkinkan adanya
eksistensi. Dan yang memungkinkan adanya eksistensi. Para eksistensialis
menunjukkan bahwa pengetahuan apapun yang dikembangkan haruslah
dikembalikan pada eksistensi dan koeksistensi manusia sebagai “Ada” yang
mengadakan atau pengada aktual” (cause efficiens). (Watloly, 2001:35)

Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani ataupun
abstrak. Jadi, Ontologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang ada.
Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan
manusia secara rasional dan yang bisa diamatai melalui pancaindera manusia.
Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia.
Sementara kajian objek penelaan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti
penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi
ontologi dari pegetahuan lainnya di luar ilmu. (Sudibyo, 2014:46)

Ontologi: pertanyaan mengenai sifat realita. Pertanyaan-pertanyaan ontologis
berfokus pada sifat dari realtas dan hal yang harus kta kaji. Kesepaktan para

12

ilmuwan mengenai ontolog memmebntuk latar belakang bagi cara mereka
berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada dan tidka ada atau
dengan kata lain mempelajari nengenai realitas. Kata ontologi berasal dari kata
Yunani yang berarti ilmu mengenai sesuatu yang ada atau proisnisp umum
menenai sesuatu yang ada. (West, 2008:55)
Situs

web

what

is

ontology

(www.formalontology.it/section.4.htm)

memberiikan definis ontologi sebagai berikut: “ilu atau studi mengenai sesuatu
yang ada, sistem khusus yang idgunkan untuk menyelidiki amsalah-masalah dan
sfat dari sesutau yang ada, filsafat pertama.” Definisi ini menenkankan ide bahwa
ontologi memberiikan kita suatu cara pandang terhadap dunia dan pada apa yang
membentuk karakteristik –karakteristik pentingnya. Pntolgi disebut filsafat
pertama karena tidak mugkin berfilsafat hingga sifat dari realitas ditentukan.
Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada
logka semata-mata. Dalam persolaan ontologi kita menghadap persolaan
bagaimankah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pembahasan tentang
ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa dan merupakan ilmu
mengenai esensi suatu benda. Ontologi merupakan cabang dari filsafat yang
mengemban tugas melahirkan seperangkat konsep tentang definisi berkenaan
dengan suatu hal
2.2.2 Ruang Lingkup Ontologi
Pada dasarnya ontologi merupakan ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada. Hakikat yang ada di dalam duna ini yang dipelajari dalam konsep ontologi
meliputi (Sudibyo, 2014:46):

13

1. Monoisme: pandangan ini telah menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
2. Idealisme/spritualisme: sumber dari roh krn roh lebh tinggi kedudukannya.
3. Dualisme: ada hakikat materi ada hakikat rohani, jasad dan spririt.
4. Pluralisme: semua yang ada adalah nyata, tidak tersusun dari satu atau dua
tetapi dari banyak unsur.
5. Nihilisme. Ada tiga proposisi tentang realitas yaitu: pertama, tidak ada sesuatu
pun yang eksis. Realita itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bia sesuatu
penginderaan itu tidak dapat dipercaya. Penginderaan itu sumber ilusi. Akal
juga tidak mampu menyakinkan kita tentang bahan lam semesta ini karena kita
telah diikat oleh dilema subjektif kita berpiki sesuai kemauan, ide kita, yang
kitaterapkan pada fenomena. Ketiga seklipun realitas itu dapat kita ketahui ia
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
6. Agnostisisme. Paham ini mengingkari kesangupan manusai untuk mengetahui
hakikat benda, baik hakitkat materi maupun hakikat rohani.

14

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Yang menyelidiki tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling
dari segala sesuatu yang ada. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan kenyataan yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani ataupun abstrak

3.2 Saran

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke aristoteles. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius

(Turbull

Neil.

2005.Bengkel

ilmu

Filsafat.Jakarta:

Penerbit

Erlanggahttps://books.google.co.id/books?
id=poDnAf4PJx4C&pg=PA41&dq=definisi+filsafat&hl bengkel ilmu

) hlm 18. Theo Huibers. 1982.Filsafat hukum dalam lintasan sejarah. Penerbit
kanisius.

yogyakartahttps://books.google.co.id/books?

id=lkfas0j2f9YC&pg=PA35&dq=definisi+filsafat&hl
lintasan sejarah

filsfat

hukum

dalam

15

https://books.google.co.id/books?
id=HP8wLkTH9TUC&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false
Hamesma, Harrry. 2008. Pintu masuk ke dunia filsafat. Kanisius.yogyakarta
(

Aholiab Watloly. 2001. Tanggung jawab penegtahuan mempertimbangkan
epistemologi

secara

kultural.

Yogyakarta:

kanisius.

https://books.google.co.id/books?
id=C2ww4UEzeOoC&pg=PA55&dq=definisi+ontologi&hl

Sudibyo,

Lies,

dkk.

2014.

Filsafat

Ilmu.

Yogyakarta:

deepublish.

https://books.google.co.id/books?
id=VDI8DAAAQBAJ&dq=definisi+ontologi&source=gbs_navlinks_s

Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar teori komunikasi
diterjemahkan oleh Maria Natalia Damayanti Maer dari Introducing
Communication Theory : Anaysis and apllication. Jakarta: Salemba
Humanika.. Hlm 55.

https://books.google.co.id/books?

id=VDI8DAAAQBAJ&pg=PA43&dq=definisi+ontologi

Rapar,

Jan

Hendrik.

1996.

Pengantar

Filsafat.

Kanisius.

Yogyakarta.

https://books.google.co.id/books?
id=IwqeudWz7ykC&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false

16

(poedjawijatna hlm 26 dalam Muharto. 2016. Fitrahlogi: pendekatan
terpadu menembus akar perdamaian dan konflik sosial. Yogyakarta. Deepublish.