Berdialog Dengan Filsafat Yunani Logos D

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Berdialog Dengan Filsafat Yunani : Logos Dalam Injil Yohanes,
Tantangan Atau Jawaban !!!
Oleh: Barda Kurniawan Herlambang

Latar Belakang
Kali ini kita akan memasuki satu bahasan apologetika pledoi – pembelaan iman)
yang menggunakan pendekatan filsafat. Dalam bahasa Yunani, Filsafat disebut dengan
Philosophia, dan secara etimologi terdiri dari dua bentuk suku kata: (1) philos atau philia:
yang berarti cinta ,
sophia yang berarti kebijaksanaan .1 Orang-orang yang mencintai
kebijaksanaan inilah yang disebut dengan Philosophos – Filsuf.2 Beberapa Teolog terkadang
juga genit dan bernada curiga untuk sedianya memakai penjelasan filosofis metafisik,
karena ada sikap prejudice terhadap semua yang berbau filsafat. Ini merupakan sikap tidak
yang fair memang, lantas bagaimana kita bisa memahami cerita yang tertuang dalam Kisah
Para Rasul 17:17-18 yang mencatat bagaimana Rasul Paulus (Arab: Bulûs ar-Rusûl) berdiskusi
dengan para ahli pikir Yun: Philosophos Filsuf dari golongan Epikuros dan Stoa?.
Maka untuk mengetahui bagaimanakah seputar diskusi Paulus dengan para ahli pikir

tersebut, kita akan sangat dibantu dengan buku-buku Filsafat Yunani tentang bagaimana
pandangan Filsafat aliran Epikuros dan Stoa. Hal ini bertujuan bukan kita memindahkan
pemikiran Filsafat pada tertib teologia Kristen, tetapi bertujuan agar kita lebih mengetahui
apa perbedaan yang mendasar antara pandangan filsafat dengan pandangan Alkitab itu
sendiri.
Dari eranya terdini ketika iman Kristen terlahir sudah ditantang menghadapi
pandangan-pandangan filsafat Yunani, dan berusaha meragikan pesan-pesan kabar baik
diantara dua pandangan dunia yang cukup berbeda itu. Disatu pihak kekristetan mengakar
pada mentalitas semitik yang menghendaki tanda-tanda (1 Kor. 1:22), tetapi berbarengan
dengan itu kekristenan ditantang untuk menjawab akal budi dari Yunani yang sophia
zetousin Kor. :
mengejar sophos – kebijaksanaan . Pemikiran Yunani inilah yang
berjalan melakukan safari kesana kemari yang secara leluasa dan tanpa bernada curiga
telah diterima dengan baik oleh kelompok heretik Gnostik-Docetisme-Arianisme.3
Pandangan Yunani ini selintas mirip dengan Perjanjian Baru (khususnya Philo), khususnya
Injil yang keempat – yaitu Injil Yohanes. Berangkat dari sini muncul pertanyaan dari
sementara pihak dan juga tuduhan sinis yang bernada khas polemik. Pertanyaan tersebut
berkutat kepada prolog Injil Yohanes, dimana Rasul Yahya bin Zabdi (Yohanes anak
Zebedeus) menggunakan kata Logos dalam prolog Injilnya. Para pihak yang skpetik
tersebut biasanya sambil lalu saja menyamakan makna Logos dalam Injil Yohanes dengan

Filsafat Hellenis Neo Platonisme. Masalahnya ialah, Rasul Yohanes menggunakan
terminologi kata Logos itu kepada Yesus untuk menggambarkan hakikat-Nya sebagai Logos
tou Theou (Firman Allah), dan hakikat Al-Masih sebagai Logos ini dipertanyakan oleh pihakpihak asing. Karena dalam kerangka berpikir Neo Platonis – Logos ialah ciptaan perdana
yang bersifat Ilahi, bukan merupakan Logos yang ber-Hypostasis, dan Logos dalam konsep
Neo Platonis adalah agen pembantu yang membantu Allah untuk menciptakan dunia ini.

1

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Benarkah demikian pada saat Sang Rasul menuliskan narasi Injilnya? Apakah yang
sebetulnya dimaksud oleh Yohanes? Apakah dalam kerangka berpikir Hellenis, atau dalam
kerangka berpikir yang monoteis?
Dipihak lain tulisan singkat ini cukup penting sekali, mengingat dalam kehidupan
iman Kristen dewasa ini terdapat sekte heretik yang menamakan dirinya Saksi Yehuwa
SY . SY ini merupakan aliran keagamaan yang berasal dari negeri Paman Sam – Amerika
Serikat. Dalam banyak hal mereka memproklamirkan kelompoknya sebagai pengikut
Kristus, namun anehnya SY tidak memahami Yesus sebagaimana iman yang orthodox

memahami Al-Masih. SY merupakan bentuk Arianisme baru di zaman modern, dimana baik
SY maupun Arius berpandangan bahwa Yesus adalah ciptaan perdana, yang diciptakan
oleh Allah (Sang Bapa) sebagai rekan sekerja Allah untuk menciptakan dunia ini. Benarkah
anggapan bidat SY ini? Apakah Yesus adalah semacam makhluk ilahi yang disebut
sebagai Logos yang membantu Allah (Sang Bapa) dalam mencipta dunia ini?.
Kendati itu tidak pernah saya tampik, bahwa tulisan yang ada di tangan saudarasaudara ini dibuat dalam nuansa In The Beginning was Gregetan , tetapi tetap dalam
kaidah keilmuan Teologi dan koridor yang akademis dalam menjawabnya. Tuhan
Memberkati kita !!! ~ Merdeka ~

Seputar Tuduhan dan Tamasya Pemikiran Filsafat Neo Platonisme Yunani
Sudah disinggung dalam bagian sebelumnya bahwa tokoh-tokoh liberal, para
polemikus Islam, hingga Saksi Yehuwa mengasumsikan bahwa Logos sebagai hakikat azali
dari Al-Masih adalah ciptaan belaka. Disatu pihak tokoh-tokoh liberal, dan para polemikus
Islam menyalahpahami bahwa gagasan Logos yang dipakai Rasul Yohanes tersebut
meminjam dan memindahkan begitu saja alam berpikir Neo Platonisme, dan dipihak lain
Saksi Yehuwa yang katanya hendak memurnikan Tauhid Monoteisme itu, justru tanpa
disadari telah terjatuh dalam jerat filsafat kafir Neo Platonisme. Dimana Neo Platonisme ini
adalah salah satu paham Filsafat itu sendiri. Berikut ini kita akan melihat pandangan filsuffilsuf yang masih dalam gerbong yang sama tentang dualisme dunia yang berbeda.
PLATO (428-348 SM)
Plato adalah seorang murid dari Sokrates dan guru dari Aristoteles. Ajaran Plato

tentang dualisme dunia – dunia )de dan dunia Menjadi yang selalu kontra satu sama
lain. Telah nyata-nyata memantik beberapa philosophos
kemudian yang kembali mementaskan ulang pemikiran Plato,
tetapi dengan sedikit bumbu disana-sini. Tercatat mulai dari
Ammonius Zakas, Plotinus, Philo, Origenes, Arius, hingga Saksi
Yehuwa – telah terlihat dipicu oleh gagasan dari Plato. Plato
mendasarkan ajarannya pada hal yang disebut "Ide". "Ide" yang
dimaksud bukan ide seperti yang dikenal di zaman modern ini.
Dalam pengertian modern kata ide memiliki arti gagasan atau
tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran saja, dan
bersifat subyektif. "Ide" yang dimaksud oleh Plato adalah "ide"
yang bukan secara fisik – yang biasa tersaji dalam panca-indra,
► Plato – Pemikirannya
dan )de itu bersifat obyektif. Dalam pengertiannya, )de
tentang dua dunia, yaitu
dunia Ide dan dunia
adalah citra pokok (model -> Yun: Paradeigma), yang perdana –
Menjadi telah
sebagai dasar dari segala realitas, non material, dan abadi.
memantik beberapa filsuf

Sebagai contoh -> ketika orang menggambarkan lingkaran, maka
dikemudian hari untuk
mengembangkannya
lingkaran yang digambarkan tersebut hanya bagian partisipasi
kesempurnaan dari bentuk lingkaran yang asli itu – )de
2

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Lingkaran . Lingkaran tersebut bisa terhapus, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Ide
Lingkaran . Gambar lingkaran itu hanya sebagai "perwakilan" dari )de , sebab )de itu
mendasari dan menyebabkan benda jasmani, Singkat kata menurut Plato, segala yang
kelihatan di dunia ini tidaklah nyata, bersifat semu, dan terdapat perubahan, itulah yang
disebutnya sebagai Dunia Materi atau Dunia )ndrawi . Karena yang nyata, yang asli
berada di dalam dunia )de , yang tetap, dan tidak berubah. Dalam mencari hakikat dunia
jasmani atau dunia materi yang berubah ini, Plato berpikir bahwa terdapat sesuatu yang
tidak dapat mengalami perubahan dan mengatasi ruang dan waktu, yang menjadi realitas
tertinggi. Konsekwensi dari sesuatu yang selalu berubah ini adalah bersifat baru, dan setiap

yang baru mempunyai sebab yang menjadi penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas dari
sifat baru. Tuhan adalah Dzat yang Transenden dan merupakan realitas tertinggi, dan alam
merupakan partisipasi reflektif dari Dzat Yang Sempurna.4 Dan Plato menyebut Tuhan
sebagai Demiurgos yang merupakan Ide Tertinggi yang disebutnya sebagai Ide Yang Baik.5
Demiurgos-lah yang dikembangkan lebih lanjut di kemudian hari oleh Plotinus.
PLOTINUS (205-270 SM)
Plotinus (205-270 SM) adalah seorang filsuf (Yun: Philosophos) yang menggawangi
Neo Platonisme Ajaran Plato Baru . )a adalah murid dari Amonius Zakas, ia mempelajari
filsafat pertama kali dari ajaran filsafat Yunani, terutama sekali dari
ajaran Plato – dimana ajaran Plato mendapatkan tempat paling
istimewa selain beberapa filsuf yang lain.6 Plotinus mendasari
ajarannya dari pemikiran Plato, menurut Plotinus Allah itu
transenden (Ibrani: Ein Syof – Arab: Tanzih), dimana Allah mustahil
terlihat secara fisik, tidak terjangkau oleh akal, dan tidak terikat
oleh ruang dan waktu. Allah Yang Esa yang dalam istilah Plotinus
disebut dengan "To Hen (Yang Esa), dari To Hen itulah akhirnya
► Plotinus – Pendiri
terjadi suatu proses "emanasi". Meminjam penjelasan Michael
Neo Platonisme
Andrew, yaitu yang Secara gampang, "emanasi" adalah bentuk

"ndlewer" (Jawa), "overflow" (Inggris) dari Yang Esa kepada "materia"(dunia).7 Emanasi
adalah suatu "pancaran", laksana Matahari yang memancarkan sinarnya ke dunia ini
sehingga kita dapat merasakan panas dari Matahari itu. Kemudian dari Yang Esa itu

3

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

akhirnya memancar kepada "penerima" pertama, yang disebut sebagai "nous" (akal budi
atau dunia pikiran). Dari situ akhirnya diteruskan kepada "pysche" (jiwa). Terakhir, sampai
pada "materia", yakni dunia. Plotinus beranggapan bahwa manusia adalah percampuran
antara "materia" dan "pysche" karena adanya perantara yang disebut sebagai "nous" itu
tadi. Dan "nous" itu disebutnya dengan nama "Demiurgos". Jikalau Plato mengganggap
bahwa Demiurgos adalah satu-satunya Allah, maka lain halnya dengan Plotinus. Plotinus
berpendapat bahwa dunia yang ada ini tidaklah baik dan tidak bisa bersatu dengan Yang
Esa To Hen , karena Yang Esa itu mutlak baik. Maka diperlukan Demiurgos sebagai
"makhluk perantara" antara dunia Ideal dan dunia Fenomenal. Plotinus juga tidak mengenal
konsep penciptaan dari tidak ada menjadi ada Creatio ex Nihilo seperti dalam ajaran

Yahudi-Kristen.
PHILO (20 SM-50 M)
Philo adalah seorang Filsuf dari Alexandria dan merupakan seorang Yahudi
Diaspora, dimana pemikiran-pemikirannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Plato, Stoa,
dan Monoteisme Yahudi. Dalam alur berpikirnya – Philo juga
memakai landasan dualisme dalam filsafat Neo Platonisme
yang dikembangkan oleh Plotinus, dimana ia membedakan
antara dua dunia. Jikalau Plato menyebut Dunia Ide sebagai
dunia yang tidak berubah, maka Philo menyebutnya dengan
Dunia )deal disana dan akan datang, yang menjadi pattern
dari Dunia Fenomenal disini dan kini. Oleh karena terdapat
jurang tak terselami antara Tuhan yang ada dalam Dunia
)deal dengan manusia yang ada dalam Dunia Fenomenal ,
maka Logos dipandangnya sebagai instrumen untuk
► Philo dari Alexandria,
Tokoh Yahudi diaspora yang
menciptakan dunia dan sebagai mediator antara Allah yang
menjadi corong pemikiran di
Transenden )deal )brani : Ein Syof ; Arab : Tanzih) dengan
zamannya, dan hidup

dunia materi Fenomenal . Dalam gagasan-gagasannya, Philo
sezaman dengan Yesus dan
para murid-Nya
banyak menggunakan kata Logos (Ilmu, Pikiran, Sabda Allah).
Philo menggunakan kata ini lebih dari 1400 kali dalam
berbagai tulisan-tulisannya. Pemikiran Philo tentang Logos telah dijumpai banyak
kemiripan, tetapi perbedaannya juga sangat besar dengan Kitab Suci. Inilah yang membuat
beberapa teolog memandang bahwa gagasan Logos dari Injil Yohanes meminjam
pemikiran dari Philo. )a mengatakan bahwa, Logos adalah Anak Sulung Allah, yang sulung
dari antara para Malaikat ... De Confusione Linguarum, 146), ia juga mengatakan bahwa
Logos adalah, Firman yang sama, yang melaluinya Ia menciptakan alam semesta De
Saccrificis Abelis et Caini, 8), Logos juga disebut sebagai Hakim dan perantara
(Questionare et Salutiones in Exodus II,13), Sebab, sebagaimana telah nyata, ada dua Bait
Allah. Satu diantaranya adalah alam semesta ini., yang di dalamnya juga ada imam besar,
yaitu Logos Ilahi, Yang Sulung, sedangkan lainnya adalah jiwa rasional, dan yang menjadi
imamnya adalah insan sejati (Opicio Mundi, I: 215), Jemaah kudus ini dituntunnya sesuai
dengan kebenaran dan hukum, memperhadapkan dengan Logos sejati, yaitu Anak Sulung
yang akan memegang pemerintahan sebagai seorang raja muda dari seorang maharajá,
sebab seperti dikatakan dalam ayat tertentu: Lihatlah, AKU ADA telah mengutus malaikatKu di hadapanmu untuk melindungimu pada jalan itu (Quod Deus Immutabilis Sit, 51).
Sebab tidak ada sesuatu yang dapat binasa, yang dibuat menurut Rupa Dia yang Maha

Tinggi dan Bapa alam semesta, tetapi hanya dari Allah kedua (theos deuteros) yang adalah
Logos-Nya sendiri (Questiones et Salutiones in Genesis II, 62).
Dari sini terlihat usaha Philo untuk mendamaikan pemikiran Monoteisme Yahudi
dengan Hellenisme Yunani. Philo menyamakan Logos dengan Anak Sulung Allah, tetapi
4

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

bukan seperti pemahaman Perjanjian Baru, melainkan sebagai Malaikat Allah. Dalam
pemikiran Yahudi, setinggi apapun kedudukan Malaikat mereka adalah ciptaan belaka, yang
harinya diawali oleh waktu, dan bersifat baru. Padahal dalam pemikiran Yunani Logos adalah
Hukum abadi yang bersifat Ilahi, perantara antara Allah dan Manusia. Karena dalam
pemikiran Yunani Logos adalah hukum universal yang menguasai segala-galanya. Logos itu
bersifat ilahi, tetapi bukan Allah yang personal dalam pemahaman Yahudi-Kristen.8 Karena
Logos itu Ilahi, tetapi Philo menyamakannya saja dengan Malaikat Allah, konsekwensinya
Philo gagal mempertahankan Monoteisme Yahudi. Dilain pihak Philo juga menyamakan
begitu saja bahwa Logos adalah Theos Deutros – Allah kedua .
Dalam pemikiran Philo, hanya melalui Logos-lah Allah dapat memasuki Dunia

Fenomenal yang berada dalam jangkauan persepsi manusia. Gagasan ini jelas-jelas
dilatarbelakangi oleh pemikiran Plato, bahwa Allah (Theos berada dalam Dunia )de yang
tunggal dan tetap, tidak mungkin menyentuh Dunia Manusia yang majemuk dan
berubah-ubah. Itulah sebabnya diperlukan Logos untuk menjembatani antara keduanya.
ARIUS & SAKSI YEHUWA : Lagu Lama – Lakon Baru
Pemikiran Plato seperti dipaparkan sebelumnya, memberitahu kita bahwa gaung
pemikirannya tentang dualisme dunia telah berhasil memantik beberapa pihak. Dan pihakpihak yang berhasil dipicu oleh bibit Platonis ini ialah -> Neoplatonisme (Ajaran Plato Baru),
yang merupakan suatu usaha untuk men-Transendensi-kan Allah. Namun usaha tersebut
justru menuai kejangggalan.
Kala itu pada tahun
M di Alexandria Mesir dihelat pertemuan akbar Konsili
yang dihadiri oleh segenap Oikumene (Dunia Yang Beradab), dan dihadiri oleh 318 Episkop.
Konsili ini diadakan, karena pada waktu itu dijumpai ajaran sumbang dari seorang Presbyter
yang bernama Arius. Arius mengajarkan ajaran yang asing bagi Kehidupan Gereja yang
sudah dihidupi ratusan tahun setelah kenaikan Sayyidina Al-Masih ke Sorga. Pandangan
Arianisme ini bertolak dari asumsi bahwa Isa Al-Masih sebagai Logos adalah ciptaan
perdana yang diciptakan oleh Allah, yang merupakan pengantara antara Allah dengan
manusia, dan Isa Al-Masih yang menurut kodrat-Nya sebagai Logos tou Theos adalah
demiurgos (an intermediary being) yang membantu Theos (Allah) untuk menciptakan
seisi dunia ini – demikianlah ungkapan Arius kala itu: Kana waqtun lam yakun fihi – Ada
waktu dimana Dia (Firman Allah, pen belum ada , qabla an yulada lam yakun – sebelum
dilahirkan Sang Putra tidak ada , innahu makhlûqun – firman itu diciptakan , qad
khûliqa min al- adam – )a telah diciptakan dari tidak ada . 9 Pemikiran Arius ini
sebenarnya hanya meneruskan Filsafat Hellenis Yunani saja, yang pada waktu itu sangatlah
mendominasi.
Itulah Arius yang kala itu di anthema oleh Gereja Tuhan kala itu dalam Muktamar
Nikea 325 M. Tetapi di zaman modern ini, gaung Arianisme itu kembali dipentaskan kembali
oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Saksi Yehuwa . Setali tiga uang dengan
Arius, SY singkatan Saksi Yehuwa mengatakan:
Yesus Kristus adalah Putra Tunggal Allah, satu-satunya yang diciptakan langsung oleh
Allah sendiri... yang pertama dari cipta-an Allah.10

5

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Anaknya yang sulung adalah cipta-an Allah yang pertama. Kemudian dengan dia (Yesus,
pen) sebagai agen aktif Allah menciptakan segala sesuatu yang telah dijadikan. Ia (Yesus,
pen) adalah permulaan ciptaan Allah dan diciptakan oleh Allah... .11

Melihat argumentasi SY seperti kutipan di bagian ini, sungguh-sungguh laksana
sebuah komedi saja, ya sebuah Komedi tentang Ketuhanan. Bagaimana tidak !!! SY
memandang Yesus yang menurut kodrat-Nya sebagai Firman Allah (Yoh 1:1) hanya
dianggap oleh Sekte Koboi Amerika ini sekedar sebagai Agen Pembantu Allah untuk
menciptakan dunia ini. Itulah beberapa pandangan beberapa Philosophos tentang dualistik
dunia. Lantas, apakah ide-ide diatas sama dengan gagasan Logos dalam prolog Injil
Yohanes? Apakah Yesus sebagai Logos Allah adalah ciptaan belaka, dan menjadi rekan
sekerja Allah untuk menciptakan segala sesuatu? Untuk itulah kita akan menjawabnya.

Pemikiran Yunani
Pada bagian sebelumnya sudah disinggung jalur pemikiran Platonis-Neo Platonis itu
muncul. Secara umum, ruang berpikir Yunani sangat berciri Monisme-Pantheistik, dimana
selalu memandang bahwa segala realitas ini adalah satu. Dari mulai Plato hingga Arius tidak
pernah dijumpai penciptaan dari tidak ada menjadi ada creatio ex-nihilo , karena
Kosmos – alam semesta ini memancar – Ndlewer – Overflow dari To Hen (Yang Esa).
Karena semua realitas ini mengalir dari Allah, maka terdapat persamaan dzat diantara
keduanya. Mahzab Stoa mengatakan bahwa Logos ialah emanasi pertama dari Allah, yang
oleh Plotinus disebut sebagai Nous.12 Logos itu dalam istilah Philo disebut sebagai theos
deutros – )lah Kedua , yang disebut Demiurgos dalam istilah Plotinus, dimana merupakan
an intermediary being – makhluk pengantara antara Allah dan manusia sebagaimana
teori Plato yang mengemukakan bahwa Allah tidak mungkin menyapa manusia – karena
Allah berada dalam Dunia )de tidak berubah, tidak terbagi, dan jauh, dan manusia berada
dalam Dunia Menjadi – satu dunia empiris, yang berubah, dan terbagi, yakni dunia yang
kita diami ini.13

Pemikiran Alkitab
Alam berpikir Ibrani mengakar dalam jantung Monoteisme yang sangat ketat, yakni
satu sikap yang meng-Esakan Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya (Mrk. 12:29&32).14
Dengan demikian meyakini bahwa Allah jualah sebagai Pencipta segala yang ada, yang
kekal, tiada berawal dan tiada berakhir, yang pertama dari segala sesuatu. Oleh karena itu
segala sesuatu diluar diri Allah itu bersifat baru, dan selalu diawali oleh permulaan waktu,
dimana dahulu pernah tidak ada – kemudian menjadi ada. Maka sangat bisa dibedakan
antara Ada nya Allah dan ada nya makhluk. Allah adalah Satu keber Ada an dimana
ke Ada an-Nya tidak di ada kan oleh satu keber ada -an yang lain, sedangkan diluar diri

6

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Allah adalah satu keber ada an yang di ada kan oleh keber Ada an yang lain, yaitu Allah
sebagai penyebab segala yang ada. Dan dalam meng ada kan segala sesuatu itu kesaksian
Kitab Suci telah nyata dan gamblang memberitahukan kepada kita bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan Roh-Nya (Kej. 1:3 – Mzm. 33:6 – Yoh
1:2). Penciptaan ini benar-benar terjadi dari tidak ada menjadi ada Creatio ex Nihilo , dan
sungguh terdapat perbedaan yang tajam antara Sang Pencipta dengan yang diciptakanNya, dengan demikian tidak ada persamaan diantara keduanya.

Menjawab Akal Budi Yunani
Melacak Logos dari Targum Yahudi : Perbedaannya dengan Filsafat Yunani
Banyak pihak telah salah menyangka bahwa Logos dalam narasi Injil Yohanes
meminjam atau bahkan memindahkan begitu saja konsep Filsafat Hellenis kedalam jantung
Teologi Gereja. Hal ini tentu saya maklumi, karena memang dijumpai terminologi kata yang
sama yaitu Logos . Namun pemakluman ini tentu tidak bisa terus menerus didiamkan,
karena sebagai seorang Kristiani pembiaran
sangkaan demi sangkaan itu jika dibiarkan terus
menerus akan menyebar dan melebar, sehingga
memunculkan salah tuduhan terhadap obyek
tertuduh – dalam hal ini Iman Kristen. Sekalipun
prolog Injil Yohanes memakai istilah yang sama yaitu
Logos , namun patut diperhatikan bukanlah dalam
kerangka berpikir Logos a la Neo Platonisme,
melainkan berdasarkan atas Targum15 Yahudi yang
dalam bahasa )brani disebut sebagai Davar – Aram:
► Kaligrafi Arab - Injil Yohanes 1:1
Memra yang berati Firman Allah, seperti yang
sudah disinggung diawal. Untuk itu pemakaian istilah yang sama belum tentu
menghasilkan konsep yang sama. Misalnya: dalam Kristen dan Islam dikenal istilah yang
sama, yaitu: Surga . Kata Surga merupakan kata serapan bahasa )ndonesia dari bahasa
Sansekerta Svarga yang secara etimologi berasal dari dua
suku kata – Svar berarti
cahaya dan ga berarti pergi . Dan di dalam agama (indu Surga merupakan jalan
menuju cahaya yang merupakan tempat singgah sebelum mencapai tujuan tertinggi
yaitu Moksha . Lalu apakah kesamaan terminologi kata Surga antara Kristen-Islam
dengan Hindu, menandaskan kesamaan konsep diantara keduanya tentu tidak !!!.
Justru gagasan Logos yang dikumandangkan oleh Alkitab telah nyata-nyata
menghantam habis gagasan an intermediary being dalam Filsafat tersebut !!!. Perlu
diketahui oleh para pembaca, bahwa Perjanjian Lama (TANAKH) sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani oleh komunitas Yahudi yang berada di Alexandria Mesir, kira-kira

7

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Abad III SM – yang dikenal dengan LXX – Septuaginta.16 Dan perlu diperhatikan sebagai
catatan awal, bahwa kata Ibrani Davar Firman Y(W( juga diterjemahkan menjadi
Logos ογος – misalnya: ῷ όγῳ οῦ ρ ο οἱ οὐρα ο ἐσ ερεώ σα – To logo tou
Kuriou oi ouranoi estereothesan... Artinya: Oleh Firman Tuhan (Logos ογος langit telah
dijadikan... (Mazmur 33:6).17 Pemahaman bahwa jagad raya ini diciptakan oleh Allah melalui
Firman-Nya (Davar, Memra, atau Logos) jelas sekali berasal dari teologi Yudaisme sendiri.
Contoh: Barukh Atta Adonai Eloheinu Melek ha Olam, Hakkol nihyah bi-Dabro – Artinya:
Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allah yang kami sembah, Raja semesta alam, yang
menciptakan segala sesuatu melalui firman-Nya.18
Logos dalam )njil Yohanes bukan merupakan suatu perantara – an intermediary
being antara Allah dan manusia, karena Logos itu ialah Allah itu sendiri. Inilah yang cukup
membedakan Iman Kristiani dengan Filsafat Yunani. Allah di dalam Alkitab adalah Allah
yang Kasih, Ia adalah Allah yang aktif dan bukan merupakan Allah yang pasif dan apatis
seperti teori dari Aristoteles tentang Aktus Murni nya Allah sebagai Penggerak Yang Tak
Bergerak. Allah sangat mencintai manusia, lebih-lebih dalam KeMahatahuan-Nya Allah tahu
bahwa manusia akan jatuh ke dalam dosa, sehingga puncak paripurna kasih-Nya, Allah
(Sang Bapa) mengutus Firman-Nya sendiri ke dunia. Dan pada saat Nuzul-Nya Sang Sabda
itu menjadi manusia – Yesus Kristus sebagai Firman Allah – Logos tou Theos itu menyatakan
siapakah Allah itu.
Logos dalam Mukadimah Injil Yohanes ini ditulis berdasarkan Targum Perjanjian
Lama yang ditulis dalam bahasa Aramaik, dimana kedatangan Mesias itu diidentikan
dengan Memra atau Sabda Allah sendiri. Di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Logos adalah
penyataan diri Allah sendiri, yang artinya bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui FirmanNya. Kitab Suci berkata bahwa Allah itu Roh Pneuma ho Theos Yoh. : , Allah itu kekal
(1 Tim. 1:17), Allah tidak mungkin bisa dilihat (Yoh. 1:18), Allah sudah ada sebelum segala
zaman (Yesaya 44:6;46:9), Allah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, tidak
seorang pun pernah melihat-Nya (1 Tim. 3:16). Maka berdasarkan Targum sendiri, sangat
jelas menyatakan, bahwa sejauh Allah menyatakan diri-Nya dari yang tidak bisa dilihat, yang
tak mungkin dijumpai secara fisik, kini menjadi dekat dengan ciptaan-Nya, maka YHWH

8

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Elohim TU(AN Allah selalu diterjemahkan dengan Memra Alaha . Sebagai contoh:
Ketika Yakub diberi perintah oleh TUHAN untuk kembali pulang dengan menyertai Yakub:
We Ehyeh imeka Terjemahan harfiah dari teks )brani: Dan Aku Ada akan beserta
denganmu – Sefer Bereshit/Kejadian 31:2). Coba renungkan, bagaimana mungkin Allah
yang kata orang jawa tan kena kinaya ngapa dapat menyertai Yakub? Apakah Yakub
disertai secara fisik, seperti seorang manusia menyertai manusia yang lain ??? Tentu tidak
!!!. Maka dari itu Targum Onqelos dengan gamblang menerjemahkan ayat ini dalam
bahasa Aram/Suryani: We yehi Memrei besa ideka – Artinya: Dan Memra-Ku (Firman-Ku)
akan menyertaimu (Yakub, pen ,19 juga seperti dikisahkan pada ayat ini: Pada waktu
malam datanglah Allah dalam mimpi kepada Laban... Kejadian : , bagaimana caranya
Allah menemui dan berjumpa dengan Laban? Dan Targum Onqelos menyebutkan: Wa
ata Memra min qedem Alaha lwat Laban... – Dan datanglah Memra yang bersama-sama
dengan Allah itu menemui Laban .20 Dan juga seperti kisah Nabi Musa dalam Kitab Torah
Taurat dikisahkan: Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk
menjumpai Allah (le qerat ha Elohim ... Sefer Shemot/Keluaran 19:17). Bagaimanakah
mungkin manusia yang adalah ciptaan yang terbatas, mampu berjumpa dengan Allah yang
adalah Roh secara fisik/kasat mata? Maka Targum Onqelos menerjemahkannya dengan
baik: We Afeiq Moshe yat amma le qadmut Memra de Alaha – Artinya: Lalu Musa
membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Memra Alaha (Firman
Allah – Arab: Kalimatullah .21 Dengan Memra-Nya, Allah yang nun jauh disana berkenan
dikenal oleh umat-Nya, maka dari itulah dikatakan dalam Injil Yohanes :
Tidak ada
seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal (monogenes - ο ογε ὴς)22
yang ada di pangkuan Bapa, Dia-lah yang menyatakan-Nya , dan Dia tak dapat dilihat secar
fisik – secara kasat mata, Dia ...bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia 1 Tim
6:16. Hal ini rupanya diwariskan kepada Ireneaus, murid dari Polycarpus, dan Polycarpus
murid Rasul Yohanes – )reneaus berkata dalam bukunya Adversus Hareases Melawan
Bidat-bidat , buku )), pasal : tentang Keilahian Yesus bahwa Allah: ... yang oleh FirmanNya, yaitu putra-Nya, telah menyatakan diri-Nya sendiri di atas segala sesuatu, sehingga
kita mengenal Allah hanya melalui Firman itu. Firman Allah secara kekal ada bersama Sang

9

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

Bapa (eternally coexisting with The Father), yang terdahulu, dan yang tidak diawali oleh
: : Allah tidak
waktu.23 Juga menulis dalam Adversus Hareases , buku ), pasal
bergantung dengan sesuatu apapun, tetapi oleh Firman dan Roh-Nya, Allah telah
menjadikan, mengatur dan memerintahkan segala sesuatu, dan menitahkan segala sesuatu
menjadi ada. Allah menciptakan dengan Firman-Nya.24 Dipihak lain hal senada juga
diungkapkan oleh Patriakh Mesir dari Gereja Orthodox Coptic Baba Shenouda III –
pengganti ke-117 tahta suci Markus di Alexandria, Kita melihat Allah. Tidak seorangpun
melihat Allah dalam wujud ilahi-Nya yang kekal, tetapi dengan turunnya Firman Allah, kita
mengenal pewahyuan diri-Nya di dalam daging – Allahu lam yarahu ahadun qathu fi
laahutihi, wa lakinnahu lamma tajjasad, lamma thahara bi al-jasad .25
Begitu menderunya rupa-rupa pengajaran miring kala itu menyerbu Iman Kristiani,
satu pengajaran yang dihembuskan oleh Ahl al-Bid ah Arius di Alexandria. Dimana Arius
mengatakan bahwa Logos yang adalah Al-Masih adalah ciptaan belaka. Athanasius alIskandariyah (Athanasius dari Alexandria) seorang Patriakh penerus tahta Markus di
Alexandriah-Mesir berkata tentang Arius: Inna hadzihi al-harathiqât akharu al-harathiqat
qa sâbaqât li al-Masîh ad-Dajjal – )nilah bidat terakhir dari semua bidat dan pendahulu
datangnya Dajjal (Antikristus, pen . 26
Lebih lanjut pada sidang Konsili Ekumenis (Arab: al-majma al-maskûniyyat) di Nikea
tahun 325 M, ditegaskan bahwa Firman Allah (Logos tou Theos) bukanlah ciptaan (gayhr almakhluq – non vactum). Sebab jikalau dikatakan bahwa Firman itu tercipta, maka Allah
menciptakan dunia ini bergantung kepada ciptaan-Nya, berarti Allah tidak Maha Kuasa,
karena Allah membutuhkan ciptaan-Nya untuk menciptakan segala sesuatu, dan tentu hal
ini akan menciderai keesaan Allah. Juga berarti ada satu waktu dimana Allah ada, FirmanNya belum ada – hal ini berarti Allah pernah tidak mempunyai Firman, pernah bisu, pernah
irasional tanpa akal, pernah tidak Mahakuasa, karena Allah pernah tidak bisa mencipta.
Bukankah dikatakan oleh kitab suci bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Firman (Kristen:
Yehi [or] wa yehi [or] Sefer Bereshit : – Islam: Kun faya kun) dari tidak ada menjadi ada
creatio ex nihilo Yoh 1:3), lalu dengan Firman yang mana lagi Allah menciptakan Firman?
Bagaimana mungkin seorang ciptaan yang diawali oleh waktu yang pernah tidak ada ,
dapat turut andil dalam penciptaan untuk mengadakan dari tidak ada menjadi ada?
sungguh hal ini adalah sesuatu kejanggalan dan kelucuan belaka, dan ajaran ganjil ini
merekah dari logika yang tidak waras, karena sulit dipertanggungjawabkan di depan kritik
sejarah – dimana ajaran-ajaran lurus (orthodoxi) tersebut tanpa putus dijaga dari mulai para
rasul, murid-murid para rasul, generasi bapa gereja.27 Selain itu, alam pikiran Yunani

10

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

berpandangan bahwa alam materi itu jahat, dan tak pernah terbayangkan sama sekali
bahwa Logos dapat menjadi manusia.28
Yesus Kristus orang Nazareth itu dalam kodrat Ilahi-Nya homoousious dengan
Sang Bapa (Sehakikat dengan Dzat-Nya – Arab: musâwin li al-Ab – Sehakikat dengan Bapa),
karena Firman Allah itu satu
bersama Dzat-Nya (al-wâhidi ma a al-Abi fi al-Dzat), maka
Firman itu sama kekal dengan Allah – karena berdiam secara kekal dan sejak kekal di dalam
Dzat-Nya, sehingga Firman Allah itu dilahirkan, tidak tercipta al-maulûdu ghayr almakhlûq . )tulah frasa demi frasa kontra Arian yang telah ditetapkan, dan sikap gereja
yang satu, kudus, universal, dan rasuli Arab: kanîsah al-wâhidah, al-muqaddasah, aljâmi ah, wa ar-rasûliyyah)29 terhadap Ahl Al-Bid ah (kaum bid ah) itu dalam bagian akhir dari
Qanun Al-)man itu diakhiri dengan Anathema :
Inna alladzina yaqûlûna: Kâna waqtun lam yakun fihi, wa qabla an yûlada lam yakun, wa qad
khuliqa min al- adam, aw yujâhirûna bi anna ibna l-lâhi huwa mindzâtin ukhrâ, aw min
jawharin akhirin, aw annahu makhlûqun, aw qâbila li at-taghîri wa al-fasâd, fainna al-kanîsat
al-khatuliqyyat wa ar-rasuliyyata tahramuhum
Artinya: Sesungguhnya kepada mereka yang berkata: Pernah ada waktu dimana Firman
belum ada, dan sebelum Dia dilahirkan, Ia tidak ada, atau Firman Allah itu diciptakan dari
tidak ada, juga mereka yang menyangka bahwa Putra Allah mempunyai dzat lain, atau
jauhar (pokok, asal) lain selain Allah, dapat menerima perubahan dan kerusakan, maka
sesungguhnya gereja yang khatolik/universal dan rasuli, dengan ini menyatakan anathema
(mentahrimkan atau mengharamkan) ajaran-ajaran mereka . 30

Jadi dengan jelas kodrat Ilahi Yesus sebagai Logos tou Theou – Firman Allah
bukanlah ciptaan, dan bersifat baru. Karena sekali lagi Alkitab dengan tandas mengatakan
bahwa segala sesuatu diciptakan dari tidak ada menjadi ada creatio ex nihilo melalui
Firman-Nya. Demiurgos dalam konsepsi Plotinus memang menciptakan dunia,
menciptakan isinya pula, tapi apakah Demiurgos adalah bagian dari Yang Esa itu? Tidak
ada rekam jejak yang memuaskan tentang hal itu dan Demiurgos bukanlah "firman" atau
"kata-kata" dari Yang Esa itu sendiri. Sekali lagi berdasarkan fakta Kitab Suci, Yesus Kristus

11

Christian Apologetic

Barda Kurniawan Herlambang

adalah Firman Allah yang sejak kekal berdiam dalam Diri Allah. Jikalau Allah ada tanpa
Firman-Nya, itu berarti ada satu waktu dimana Allah sempat menjadi bisu? Tentunya hal ini
tidak ditemukan dalam ajaran Plotinus tentang Demiurgos itu. Demiurgos hanyalah sebatas
"intermediary being", "makhluk pengantara", yang bukan Allah dan bukan manusia.
Wusana kata dari kesemuanya ini, sudah barang tentu pemikiran Alkitabiah yang
berangkat dari monoteisme Yahudi jelas berbeda dengan konsepsi dari dunia Hellenis
Yunani yang menerima begitu saja pandangan tentang adanya demiurgosnya tersebut.
Maka dari itu semua umat Tuhan dituntut agar mewaspadai ajaran-ajaran yang tidak rasuli
dan Alkitabiah, dan tidak bisa dibuktikan di depan kritik sejarah – dimana iman Kristen
tentang Keilahian dan Ketuhanan Yesus, Tritunggal Mahakudus bukanlah rekayasa teologis
dari orang-orang pasca mihrab-Nya Yesus ke sorga. Saya mendamba dalam kalbu – seperti
kata Amsal 15:30 semoga risalah apologetika dalam segenggam ini laksana sorotan mata
yang berbinar, yang menyukakan hati, dan kabar baik yang menyegarkan lelahnya jiwa.
Al-Majdu li al-Āb wa al-Ibn wa al-Rûh Al-Quddus. Āl-Āna wa kullu awânin wa ila dahri al-dâhirîn.
Āmîn – Segala kemuliaan bagi Bapa dan Putera dan Roh Kudus, sekarang dan senantiasa,
serta sepanjang segala abad. Amin .31

Biara Cinta Kasih, Surabaya – Medio Juni 2015

Barda Kurniawan Herlambang

12

Dokumen yang terkait

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tembakau Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT Mangli Djaya Raya

3 126 8

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145

Pembangunan Sistem Informasi di PT Fijayatex Bersaudara Dengan Menggunakan Pendekatan Supply Chain Management

5 51 1

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pengahsilan (SPT PPn) Dengan Menggunakan Elektronik Surat Pemberitahuan (E-SPT PPn 1111) Pada PT. INTI (Persero) Bandung

7 57 61

Pembangunan Aplikasi Augmented reality Sistem Eksresi Pada Manusia Dengan Menggunakan Leap Motion

28 114 73

Sistem Pemasaran Dan Pemesanan Barang Dengan Metode Customer Relationship Management Berbasis Web Pada PT.Yoshindo Indoensia Technology Jakarta

11 68 215

Oksidasi Baja Karbon Rendah AISI 1020 Pada Temperatur 700 °C Yang Dilapisi Aluminium Dengan Metode Celup Panas (Hot Dipping)

3 33 84