BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503116661BAB 3 Arahan Kebijakan Prabumulih

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni d an

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan

dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Pro vinsi, dan

Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar

perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur

  Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan

ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat

pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional. Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu

umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing masing daerah,

sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang

Cipta Karya sangat diperlukan.

  Sumber : Direktorat Bina Program 2014

Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  a. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan , maupun menjaga

kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting

dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

  b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan

secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut,

ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tah un 2025 adalah “Indonesia yang

  Mandiri, Maju, Adil dan Makmur ”. Dalam penjabarannya RPJPN

mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang

Cipta Karya, yaitu: 1) Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuh an kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. 2) Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata d an berkeadilan

maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air

minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum

dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan

sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

3) Salah satu sasaran dalam mew ujudkan pembangunan yang lebih

merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. 4) Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pa da setiap tahapan RPJMN, yaitu:

  RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian  ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan

dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan

permukiman.

  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi  seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh

sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

   RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

A. Arahan Penataan Ruang Nasional (RTRWN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong

pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan

berdasarkan bebe rapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut: a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional

yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang

dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Tabel 3.1 Penetapan Kawasan Strateg is Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

  Nunukan) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Timur

  Kalimantan Barat

  12 Jasa (Kab.Sintang) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat 13 Nunukan (Kab.

  Nunukan) I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I

  Kalimantan Timur 14 Simanggaris (Kab.

  Nunukan) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Timur

  15 Long Bidang (Kab.

  16 Long Pahangai (Kab.

  11 Entikong (Kab.

  Kutai barat)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Kalimantan Timur 17 Long Nawan (Kab.

  Malinau)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Kalimantan Timur 18 Melanguane (Kab.

  Talaud I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Sulawesi Utara

  19 Tahuna (Ibukota Kep.

  Sanggau) I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I

  Kapuas Hulu) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  No Pusat Kegiatan Strategis Nasional Status Provinsi

  6 Kalabahi (Ibukota Kab.Alor)

  1 Kota Sabang I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Nangroe Aceh Darusalam

  2 Kota Dumai I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Riau

  3 Kota Batam I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Kepulauan Riau

  4 Ranai (Ibukota Kab.

  Natuna) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kepulauan Riau

  5 Atambua (Ibukota Kab. Belu) I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Nusa Tenggara Timur

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Nusa Tenggara Timur

  10 Nagabadau (Kab.

  7 Kefemananu (Ibukota Kab.Timor Tengah Utara) I/A/2 Pengembangan Baru

  Tahap I Nusa Tenggara Timur

  8 Paloh – Aruk (Kab.

  Sambas) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  9 Jagoybabang (Kab.

  Bengkayang) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  Sangihe I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kab.

  Maluku Tenggara Barat) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I

  Maluku

  21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Maluku 22 Dobo (Kab.

  Kepulauan Aru)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Maluku 23 Daruba (Kab.

  Morotai) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Maluku Utara

  24 Kota Jayapura I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Papua

  25 Tanah Merah (Ibukota Tanah Merah I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Papua

  26 Marauke (Ibukota Marauke) I/A/1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi/Tahap I Papua

  Arahan RTRW Kota Prabumulih B. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang 1.

  Tujuan penataan ruang kota Prabumulih ditetapkan sebagai berikut :

“Mewujudkan wilayah Kota Prabumulih yang produktif dan berwawasan

lingkungan”.

  Kebijakan penataan ruang Kota Prabumulih ditetapkan sebagai berikut : Penetapan sistem pusat-pusat pelayanan kota yang merata dan 1) berhirarki; Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan dari sistem pusat 2) pelayanan; Pengembangan dan peningkatan jangkauan pelayanan serta kualitas 3) jaringan prasarana kota; Pembagian pola ruang yang seimbang dan proporsional. 4)

  Strategi penataan ruang kota Prabumulih ditetapkan sebagai berikut :

  (1) Menetapkan 1 (satu) pusat pelayanan kota (PPK) dan 4 (empat) sub pusat pelayanan kota (Sub PPK) sesuai dengan hirarki dan skala layanan. Pusat pelayanan kota (PPK) terletak di Pusat Kota Prabumulih yang wilayahnya meliputi 16 (enam belas) kelurahan. Wilayah ini merupakan gabungan dari sebagian kelurahan di Kecamatan Prabumulih

Utara, Kecamatan Prabumulih Barat, Kecamatan Prabumulih Timur dan

Kecamatan Prabumulih Selatan. Dasar pemilihan wilayah pusat pelayanan kota di pusat Kota Prabumulih karena selain Pusat Kota Prabumulih telah terbentuk sebagai pusat pelayanan jasa, pusat

perdagangan dan juga sebagai pusat distribusi, pusat Kota Prabumulih

juga memiliki aspek lingkungan dan aksesibilatas serta daya saing lokasi. (2) Menetapkan wilayah Sub pusat pelayanan kota (Sub PPK) di Kota Prabumulih sebanyak 4 wilayah :

  Sub PPK A berpusat di Kelurahan Cambai yang meliputi Kelurahan  Cambai, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Sindur, Desa Pangkul, dan Desa Muara Sungai.

  Sub PPK B berpusat di Kelurahan Tanjung Rambang yang meliputi  Kelurahan Tanjung Rambang, Desa Karangan, Desa Talang Batu, Desa Karang Bindu, Desa Rambang Senuling, Desa Jungai, Tanjung Menang; dan Desa Sinar Rambang. Sub PPK C berpusat di Desa Kemang T anduk yang meliputi Desa 

Kemang Tanduk, Desa Karya Mulia; dan Kelurahan Patih Galung;

 Sub PPK D berpusat di Kelurahan Gunung Kemala yang meliputi

Kelurahan Gunung Kemala, Kelurahan Anak Petai, Desa Tanjung Telang, Kelurahan Payu Putat; dan Desa Sungai Medang;

  

(3) Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan dari sistem

pusat pelayanan kota meliputi program :

 Membangun pusat pelayanan kota dan meningkatkan kualitas skala

layanan sehingga mampu meningkatkan produktifitas pemanfaatan ruang wilayah kota.

  Membangun sub pusat pelayanan kota dan meningkatkan kualitas  skala layanan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan skala lokal dan kota.

  Mengelola sistem pusat pelayanan kota dan sub pusat kota secara  efektif dan efisien sesuai dengan daya dukung dan daya t ampung lingkungan.

  (4) Strategi pengembangan dan peningkatan jangkauan pelayanan serta kualitas jaringan prasarana kota dengan kegiatan meliputi : Mengembangkan jangkauan pelayanan prasarana kota untuk  meningkatkan produktifitas pemanfaatan ruang wilayah kota. Meningkatkan kualitas, dayaguna dan hasilguna jaringan prasarana  kota untuk memberikan layanan sesuai hirarki dan skala pelayanan untuk menunjang pertumbuhan wilayah belakang;

Menata pusat pelayanan kota dan sub pusat kota terutama pada

wilayah strategis kota mempertimbangkan aspek lingkungan hidup.

(5) Strategi pembagian pola ruang yang seimbang dan proporsional dengan

melakukan pemantapan kawasan lindung kota; penetapan kawasan

budidaya kota; dan Penetapan kawasan strategis kota. Pemantapan

kawasan lindun g di Kota Prabumulih untuk dapat mengakomodasi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dan kawasan rawan bencana alam banjir

di kota Prabumulih. Penetapan kawasan budidaya di Kota Prabumulih

dalam rangka penataan ruang untuk lebih meningkatkan produktivitas dan daya guna ruang wilayah di Kota Prabumulih. Penetapan kawasan strategis bertujuan untuk mempercepat penataan ruang di kawasan

strategis kota sehingga pemanfaatan ruang akan sesuai dengan tujuan

penataan ruang Kota Prabumulih.

2. Rencana Struktur Ruang

a. Rencana Sistem Perkotaan

  

Wilayah Kota Prabumulih seluas 43.450 Ha direncanakan terdiri dari 1

(satu) Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan 4 (empat) Sub Pusat Pelayanan

Kota (Sub PPK).

Tabel 3.2. Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK)

  No Cakupan Wilayah Pelayanan Titik Lokasi Pusat

  1 Kota Prabumulih (PPK) Pusat Kota

  2 Sub PPK A Kel. Cambai

  3 Sub PPK B Kel. Tanjung Rambang

  4 Sub PPK C Desa Kemang Tanduk

  5 Sub PPK D Kel. Gunung Kemala Dari rencana penetapan Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK), maka rencana peruntukan lahan untuk setiap

PPK dan Sub PPK dengan fungsi pengembangannya adalah sebagai berikut:

a) Pusat Pelayanan Kota (PPK)

  Wilayah Pusat Pelayanan Kota (PPK) terletak di Pusat Kota Prabumulih yang mencakup 16 ( enam belas) kelurahan, yaitu: Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Gunung Ibul Barat, Kelurahan Gunung Ibul, Kelurahan

Prabu Jaya, Kelurahan Mangga Besar, Kelurah an Pasar I, Kelurahan Pasar

  II, Kelurahan Wonosari, Kelurahan Tugu Kecil, Kelurahan Karang Raja, Kelurahan Muara Dua, Kelurahan Tanjung Raman, Kelurahan Majasari, Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Prabumulih.

  b) Sub Pusat Pelayanan Kota A (Sub PPK A)

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) A berpusat di Kelurahan

Cambai dengan wilayah meliputi 3 (tiga) kelurahan dan 2 (dua) desa, yaitu:

  

Kelurahan Cambai, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Sindur, Desa Pangkul

dan Desa Muara Sungai. Letak Sub PPK ini berada di tim ur laut wilayah

administrasi Kota Prabumulih. Kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan Mapolres Kota Prabumulih berada di Sub PPK A.

  c) Sub Pusat Pelayanan Kota B (Sub PPK B)

  Sub PPK B berpusat di Kelurahan Tanjung Rambang dengan wilayah meliputi 1 (satu) ke lurahan dan 6 (enam) desa, yaitu: Kelurahan Tanjung

Rambang, Desa Tanjung Menang, Desa Karangan, Desa Talang Batu, Desa

Jungai, Desa Karang Bindu dan Desa Rambang Senuling. Sub PPK ini

terletak di tenggara dari wilayah administrasi Kota Prabumulih.

  d) Sub Pusat Pelayanan Kota C (Sub PPK C)

Sub PPK C berpusat di Desa Kemang Tanduk yang wilayahnya

meliputi 2 (dua) kelurahan dan 3 (tiga) desa, diantaranya adalah : Kelurahan

  

Patih Galung, Kelurahan Muntang Tapus, Desa Kemang Tanduk, Desa Sinar

Rambang dan Desa Karya Mulia.

  e) Sub Pusat Pelayanan Kota D (Sub PPK D) Sub PPK D berpusat di Kelurahan Gunung Kemala yang wilayahnya

meliputi 3 (tiga) kelurahan dan 2 (dua) desa, diantaranya adalah : Kelurahan

  

Anak Petai, Kelurahan Gunung Kemala, Kelurahan Payu Putat, Desa Sungai

Medang, dan Desa Tanjung Telang.

  b. Rencana Sistem Prasarana di Wilayah Kota Prabumulih Rencana Sistem jaringan jalan terdiri dari sebagai berikut.

Tabel 3.3. Rencana Pengembangan Jalan dan status kewenangan Jalan di Kota Prabumulih tahun 2019

  

No Kecamatan Panjang Jalan (Km) Jumlah (Km)

Negara Propinsi Kota

  1. Prabumulih Barat

  32.60 10.50 117.29 160.39

  2. Prabumulih Timur

  7.40 15.00 167.16 189.56

  5.20

  • 3. Prabumulih Utara

  44.50

  49.70

  4. Prabumulih Selatan -

  16.90

  66.32

  72.22

  13.20 126.22 139.42

  • 5. Cambai
  • 6. RKT

  25.50 95.03 120.53

  7. Jumlah (Km)

  58.40 67.90 616.52 742.82 Sumber : RTRW Kota Parbumulih Tabel 3. 4. Rencana Pengembangan Jalan dan status kewenangan Jalan di Kota Prabumulih tahun 2029 No Kecamatan Panjang Jalan (Km) Jumlah

  (Km) Negara Propinsi Kota

  5. Cambai 13.20 - 156.22 169.42

  Untuk Fasilitas (Ltr/Hari) 1 2010 142.965 21.444.675 6.433.403

  Kebutuhan Penduduk (Ltr/Hari) Kebutuhan

  No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Tabel 3.5 Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Prabumulih Tahun 2010 – 2029

  Penyediaan air bersih di Kota Prabumulih sudah sangat perlu

diperhatikan pengembangannya. Saat ini pelayanan air bersih dilak ukan

oleh pihak PDAM Tirta Prabu, akan tetapi kebutuhan penduduk Kota Prabumulih akan air bersih belum terlayani semuanya, mengingat bahwa

pemasangan jaringan pipa-pipa air ke rumah penduduk memerlukan biaya

yang cukup besar, oleh sebab itu diperlukan pere ncanaan yang bertahap

sesuai dengan karakteristik Kota Prabumulih.

  7. Jumlah (Km) 58.40 122.90 765.52 946.82 Sumber : RTRW Kota Parbumulih Rencana prasarana air minum

  6. RKT - 35.50 120.03 155.53

  4. Prabumulih Selatan - 36.90 100.32 137.22

  1. Prabumulih Barat

  74.70

  64.50

  5.00

  5.20

  3. Prabumulih Utara

  7.40 25.00 187.16 219.56

  2. Prabumulih Timur

  32.60 20.50 137.29 190.39

  2 2029 226.506 33.975.840 10.192.753 Sumber : RTRW Kota Parbumulih Rencana pengembangan prasarana air bersih adalah sebagai berikut : Mengendalikan debit air limpasan pada musim hujan dan penggunaan air 1)

tanah. Langkah untuk mengendalikan debit air limpasan pada musim

hujan yaitu dengan tetap mempertahankan daerah-daerah tangkapan air,

hal ini merupakan langkah yang cukup penting untuk mencapai dua

tujuan, yaitu pengendalian banjir dan penyediaan air pada musim kemarau. Penggu naan air tanah secara liar, baik untuk keperluan

  

domestik maupun industri, menyebabkan penggunaan air tanah secara

tidak terkendali. Bila hal ini tidak dikendalikan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu penggunaan air tanah perlu dikendalikan. 2) Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh wilayah Kota

  Prabumulih. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan

dilaksanakan secara bertahap, hingg a akhirnya tahun perencanaan

(2029) seluruh wilayah Kota Prabumulih sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperhatikan kecukupan kuantitas dan persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula

dilakukan dengan bekerjasa ma dengan pihak swasta dan masyarakat.

Peningkatan cakupan pelayana ini harus diiringi pula dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih. Salah satunya adalah dengan

membangun unit instalasi intake air bersih dan dengan memperluas

jaringan air bersih terutama ke wilayah-wilayah pengembangan kota.

3) Menurunkan tingkat kebocoran air sampai dengan 20% pada tahun 2019

dan 10 % pada tahun 2029. Pada saat ini tingkat kebocoran air di Kota

  

Prabumulih masih cukup tinggi. Tingkat kebocoran yang cukup tinggi

mengurangi kuantitas air yang diterima oleh pelanggan dalam jumlah

yang cukup signifikan. Untuk itulah penurunan tingkat kebocoran air ini

merupakan langkah yang cukup penting dalam rangka mengefisienkan

pelayanan sistem publik.

4) Penyediaan hidran umum atau tang ki penampungan bagi penduduk yang kurang mampu, namun membutuhkan ketersediaan air bersih.

  

5) Penduduk yang sama sekali belum terlayani kebutuhan air bersih melalui

PDAM tetap menggunakan sumur gali atau sumur pompa disamping

memanfaatkan sumber air lainnya, namun dalam penggunaannya perlu pengawasan dan pengendalian. Jika kondisi ini kurang memenuhi

persyaratan air bersih, dapat disarankan agar membuat pengolahan air

sederhana seperti aerasi (kontak udara) dan filtrasi (penyaringan).

  

6) Perlindungan sumber-sumber air baku dan daerah tangkapan air denga

penentuan kawasan resapan air yang berfunsi lindung walaupun peruntukannya bukan merupkn kawasan lindung.

  Rencana pengelolaan air limbah Rencana pengolahan limbah di Kota Prabumulih adalah sebagai berikut :  Menambahan fasilitas septic tank dan cubluk yang memenuhi standar sanitasi sebagai sarana penyaluran air buangan konvensional. Pengadaan proyek perintis instalasi pengolahan limbah rumah tangga  secara komunal khususnya pada wilayah padat penduduk, misalnya kolam oksidasi, agar kualitas air tanah dapat terjaga.

  Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan adanya sistem  pengolahan dan penyaluran air limbah yang relatif aman serta tertutup.

 Meningkatkan taraf pendidikan dan gaya hidup masyarakat terhadap

sanitasi lingkungan agar pencemaran sungai dapat dihindari sejak dini.

  Adapun sistem pengolahan air limbah dilaksanakan melalui cara :

 Pengolahan limbah setempat ( on site sanitation disposal system ), yaitu

terdiri dari sistem individual yang diterapkan pada kawasan dengan pertumbuhan penduduk relatif sedang.

 Pengolahan limbah terpusat ( off site sanitation disposal system ), yang

bersifat cost-covery. Diperuntukan bagi wilayah permukiman padat dan industri. Sistem ini harus mulai dirintis khususnya untuk kawasan industri.

Toilet umum yang juga merupakan sub sistem pengolahan limbah, perlu

juga mendapatkan perhatian yang serius. Toilet umum ini ditempatkan

pada kawasan umum yang padat, misalnya terminal, stasiun dan pasar.

  Rencana sistem persampahan Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut :

  Meningkatkan pelayanan sampah melalui program perbaikan lingkungan  dan megupayakan koordinasi antara insatansi yang berwenang dan peran serta masyarakat.

  

Rehabilitasi dan penanganan sarana angkutan sampah dalam upaya

 peningkatan pelayanan. Penerapan secara tepat dan benar teknik pemusnahan sampah pada  TPA agar dicapai efisiensi dan efektifitas.

  Pembangunan TPA baru denga n teknologi yang lebih baik daripada TPA  eksisting yang masih menggunakan sistem open dumping dan berada dekat dengan permukiman. Namun patut dipertimbangkan agar biayanya tetap terjangkau dengan kemampuan keuangan daerah.

  Rencana sistem persampahan terdiri dari :

  a) Rencana Sistem Pengangkutan Sampah

Dalam pengelohan sampah secara menyeluruh diperlukan sistem

pengangkutan yang baik dari rumah tangga atau fasilitas pelayanan

umum sampah hingga menuju lokasi pembuangan akhir yaitu sebagai berikut : Masyarakat mengumpulkan sampah di depan rumah dengan tong  atau kantong plastik sampah tertutup

Dari tempat tersebut kemudian diangkut menuju tempat

   pembuangan sementara (TPS) Dari TPS kemudian diangkut ke tempat pembuangan terakhir  (TPA) di utara kota, tepatnya Kelurahan Prabu Jaya. Sarana-sarana yang menunjang dalam pengolahan sampah ini meliputi : Sarana angkutan sampah (gerobak) dengan volume kurang lebih 1  m

  3 dapat dijalankan dua hari sekali.

  Truk-truk sampah (volume atau kapasitas kurang lebih 10 m 3)

  )  dapat dioperasikan secara terus menerus untuk menghindari penumpukan sampah pada tempat buangan.

b) Rencana Sistem Pengolahan Sampah

  Pengolahan sampah akhir di Kota Prabumulih direncanakan menggunakan sistem sanitary landfill atau controlled landfill. Siste m ini cenderung memanfaatkan daerah yang rendah atau cekung dan harus

tersedianya tanah untuk penimbunan. Sebelumnya sampah-sampah

tersebut disortir, sampah yang dapat didaur ulang dan yang berbaur

dengan tanah kemudian ditimbun. Kondisi permukaan tanah di Kota Prabumulih sangat memungkinkan karena masih tersedia lahan-lahan kosong yang bisa dimanfaatkan. Mengenai sistem yang direncanakan,

tidak tertutup juga bila nantinya ditemukan sebuah sistem yang lebih

baik dan efisien.

  Rencana sistem drainase kota Rencana Sistem Drainase Makro Kota Prabumulih

  a) Penataan pola sub – catchment area merupakan dasar penetapan yang penting dalam mengarahkan rencana saluran drainase yang baik.

Ukuran sub catchment sebaiknya dibuat sekecil mungkin, lebih-lebih

bilamana disekitar saluran induk telah banyak perumahan yang padat.

  Sub Catchment Area bagian Pusat Kota 1.

  Terletak di pusat kota dimana kawasan ini sudah merupakan kawasan padat, karena banyak kegiatan atau aktivitas yang berkembang di kawasan ini, tata drainase eksisting terpusat

pada saluran tepi jalan yang dibuat oleh pemerintah, dan

membuang langsung ke Sungai Kelekar.

  Sub Catchmen Area Prabumulih bagian utara 2.

  Bagian utara Sub Catchment ini melayani kawasan sekitar dan wilayah utara Kota Prabumulih yang kemudian meli mpaskan alirannya ke Sungai Lematang.

  Sub Catchment Area Rambang Kapak Tengah 3.

  Bagian Selatan Sub Catchment ini melayani sebaian besar wilayah Rambang Kapak Tengah (selatan Prabumulih) yang

kemudian melimpaskan alirannya ke Sungai Rambang.

Rencana Sistem Drainase Mikro Kota Prabumulih

  b)

  Prinsip dasar dari sistem drainase mikro adalah mengalirkan air secepat-cepatnya sehingga tidak akan terjadi genangan air sebagai

akibat adanya air limpasan dari daerah tangkapan tertentu ( cathment

area) pada saat terjadi huj an. Sistem drainase mikro pada daerah

dengan curah hujan tinggi tidak dapat digabungkan dengan sistem

penyaluran air limbah. Pada daerah dimana memiliki curah hujan tingkat

tinggi, sistem penyaluran limbah domestik dapat digabung dengan sistem

penyaluran air hujan (drainase mikro).

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 14, yaitu sebagai berikut:

  

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

  

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

  

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapoli tan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

a. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

  Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas)

tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

  Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang d iidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk

mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi

atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK

yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

  

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap

KPI c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di masing-masing KPI d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

  

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011

tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 dipaparkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

  No Koridor KPI

  1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera Sei Mengekei Tapanuli Selatan Dairi Dumai

  Tanjung Api-api -Tanjung Carat Muara Enim - Pendopo Palembang Prabumulih

  Bangka Barat, Babel Batam Bandar Lampung Lampung Timur

  Besi Baja, Cilegon

  2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten DKI Jakarta Karawang Bekasi

  Purwakarta Cialcap Gersik Surabaya

  Lamongan Pasuruan

  3 Koridor Ekonomi (KE) Bali Nusa Tenggara Badung Buleleng

  Lombok Tengah Kupang Sumbawa Barat Aegel

  Nusa Penida Sumbawa

  4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan Kutai Kertanegara Kutai Timur Rapak dan Ganal Kota Baru

  Ketapang Kotawaringin Barat Kapuas Pontianak

  Bontang Tanah Bumbu Sanggau Penajam Paser Utara

  5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawaesi Makassar Polopo Memuja-Mamasa Parepare

  Kolaka Kenari Kolaka Utara Morowali

  Parigi Moutang Bangai Bitung

  6 Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku Marauke Timika

  Halmahera Teluk Bintuni Morotai Ambon

  Manokwari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) b. Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor,

logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi

lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha

yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepa da Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun

perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

  

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung; b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan; c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan

internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di

  Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; d. mempunyai batas yang jelas. Adapun KEK berdasar kan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada

Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

3.1.4. Arahan RPJMD Kota Prabumulih

  

Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2018 tentang RPJMD Kota Prabumulih

2013-2018, disebutkan Visi dan Misi pembangunan kota Prabumulih periode

2013-2018 sebagai berikut: Visi: “TERWUJUDNYA KOTA PRABUMULIH SEBAGAI KOTA PRIMA DAN BERKUALITAS” Misi

1) Mewujudkan Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Aparatur dalam

Tata Pemerintahan yang baik,Demokratis, Inovatif, Enterpreneurship,

  Berprestasi, Transparan dan Akuntabel.

2) Mewujudkan Peningkatan kualitas Masyarakat Kota Prabumulih yang

Madani (Produktif, Sehat, Cerdas, Mandiri, Religius, Bermoral,

  Beretika, Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan).

3) Mewujudkan Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kota Prabumulih yang Handal dan Merata melalui Perdagangan dan Jasa.

  4) Mewujudkan Peningkatan Kualit as Insfrastruktur Wilayah guna Memperlancar Aktivitas Perekonomian masyarakat

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1. Visi

  Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019 yaitu menjadi Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis untuk mendukung perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada periode tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana terdapat 2 (dua) misi yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah sebagai berikut:

  Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan 1) rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’; dan Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan 2) perumahan rakyat secara terpadu dari peinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.

Gambar 3.3. Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019

  St s/ a ke h o ld er s

  Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

  Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:

  Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1) masyarakat. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian 2) dan permukiman yang layak. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3) masyarakat.

  Berdasarkan visi, misi dan indi kator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:

  “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.” L ea rn in g & G ro w th In te rn a l P ro ce ss

  Misi 3.2.2.

  Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan ya ng ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:

  Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam 1) bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman 2) serta penataan bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan 3) perdesaan dalam rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong 4) kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM 5) yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

  Tujuan 3.2.3.

  Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu menyelenggarakan infras truktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.

  Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung oleh setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam pencapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip“infrastruktur untuk semua”.

  Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah: Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip“infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.

3.2.4. Sasaran Strategis

  Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan in frastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan kebutuhan dana yang sangat besar.

  Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1) masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum; Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan 2) permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan; Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3) masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.

Tabel 3.8. Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

  INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

  1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100

  2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak Persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaa n %

  

8

  6

  4

  2

  3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi %

  64

  72

  85 92 100 100

  Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.

  Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada kawasan- kawasan permukiman kumuh di kawasan strategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang akan ditangani secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

  Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan pendekatan entitas yang diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah- daerah rawan air/sanitasi. Dalam bi dang penataan bangunan, program perlu difokuskan pada upaya pengaturan untuk menjamin keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau. Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan infr astruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan.

3.2.5. Arah Kebijakan Dan Strategi

  Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang mel iputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah meny elenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangansistempengelolaanairlimbahdandrainaselingkungansertaper sampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

  1) perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengem bangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

Dokumen yang terkait

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.1.1. Arahan Pembangunan Berdasarkan Per tentang RPJMN 2015 - DOCRPIJM 07ef8277a0 BAB IIIBAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS AK

0 1 64

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

0 0 69

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

0 0 23

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.2 Arahan Penataan Ruang B. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 104ba7184f BAB III3. Bab III DK

0 0 16

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1478169664Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

0 0 207

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 1501225466Bab 3 Kota Cirebon

0 2 184

Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1502699398BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

0 0 29

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R

0 0 53

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang

0 3 82

BAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504175285BAB 3 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

0 0 72