EFEKTIVITAS RAMBU - RAMBU NOMOR KLASIFIKASI TERHADAP TEMU KEMBALI INFORMASI PADA LAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
EFEKTIVITAS RAMBU - RAMBU NOMOR KLASIFIKASI
TERHADAP TEMU KEMBALI INFORMASI
PADA LAYANAN SIRKULASI
DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh:
MIRA SETIA UTAMI
NIM. A2D009021
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang paling efektif bagi pemustaka untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan. Berbagai ilmu pengetahuan dan informasi dikelola berdasarkan subyek-subyek menurut sistem klasifikasi. Tujuan utama dalam penyelenggaraan perpustakaan yaitu sebagai pusat sumber daya informasi. Perpustakaan mengelompokkan ilmu pengetahuan dan informasi berdasarkan subyek-subyek agar pustakawan dan pemustaka dapat menemukan dan mengetahui koleksi bahan pustaka dengan mudah, cepat dan tepat.
Perpustakaan mempunyai peran penting untuk mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh suatu instansi. Setiap instansi memiliki perpustakaan yang berbeda koleksinya. Koleksi tersebut disesuaikan oleh instansi yang terkait. Perpustakaan instansi dapat membantu segala aktivitas yang terkait erat dengan aspek pekerjaannya namun, perpustakaan instansi sering diabaikkan keberadannya karena letak ruangan yang kurang strategis. Menurut kalangan Amerika (Brown, 2002) ada lima indikator Perpustakaan berkualitas, yaitu : Service and
collections, accesability, variety of literary offerings, comfort of
availability of reading / studying spaces, and user satisfaction . Salah satu
indikator perpustakaan yang berkualitas adalah comfort of avvailabality of
reading / studying spaces. Dalam hal ini, perpustakaan dapat memberikan
tempat atau ruang yang nyaman untuk membaca dan belajar. Kenyamanan tempat belajar dan membaca sangat mendukung untuk kegiatan perpustakaan. Seperti pada layanan sirkulasi dan layanan refrensi, kenyamanan tempat atau ruangan tersebut dapat terlihat dari desain interior perpustakaan.
Desain interior tersebut salah satunya dapat dilihat melalui rambu- rambu yang tersedia. Rambu-rambu di perpustakaan sangat berperan penting demi terwujudnya situasi yang kondusif dan maksimal. Rambu- rambu di perpustakaan dapat membantu pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan.
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, telah dilengkapi dengan beberapa jenis rambu perpustakaan. Jenis rambu tersebut antara lain: 1) rambu yang terdapat pada rak bahan pustaka. 2) rambu pada dinding perpustakaan mengenai slogan dan larangan. 3) rambu pada layanan sirkulasi, jam buka perpustakaan dan mekanisme pendaftaran.
Dari berbagai jenis rambu yang tersedia di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, rambu-rambu nomor klasifikasi merupakan hal yang pokok pada layanan sirkulasi, karena rambu-rambu nomor klasifikasi dapat membantu pemustaka dalam menemukkan kembali koleksi yang dibutuhkan. Proses temu kembali tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan nomor klasifikasi yang ada pada rak.
Berdasarkan observasi sementara, pemustaka dalam menemukan kembali informasi mengacu kepada nomor klasifikasi yang ada pada rak. namun, bahan pustaka yang mereka butuhkan belum sesuai dengan nomor klasifikasi tersebut sehingga pemustaka sering kebingungan dalam menemukan kembali koleksi yang dibutuhkan. Nomor klasifikasi yang ada pada rak bahan pustaka di perpustakaan tersebut hanya berupa angka dan tidak menampilkan subyeknya.
Dalam penempatan rambu tersebut, letak penempatannya kurang strategis dan kurang jelas karena tidak terlihat langsung oleh mereka.
Menurut Aa Kosasih dalam artikel Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri Malang November 2009 menyebutkan bahwa :
“Didalam penempatan rambu-rambu perpustakaan, biasanya menggunakan metode digantung diplafon, diantara rak, ditempel di dinding atau perabot, ditempatkan berdiri diatas lantai atau di perabot perpustakaan
“. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengkaji mengenai “Efektivitas Rambu-rambu Nomor Klasifikasi Terhadap Temu Kembali Informasi Pada Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah “.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: Seberapa efektifkah rambu-rambu nomor klasifikasi dalam membantu pemustaka dalam menemukan kembali informasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah ?
1.2.2. Batasan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut peneliti akan membatasi masalah hanya pada rambu- rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak bahan pustaka di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Penulis, untuk mengembangkan ilmu dan wawasan khususnya rambu- rambu perpustakaan
2. Bagi Perpustakaan, diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan pelayanan dengan mengoptimalkan rambu-rambu yang tersedia.
3. Bagi Pemustaka, diharapkan menjadi wacana untuk dapat memanfaatkan rambu-rambu dalam menemukan kembali informasi.
4. Bagi Ilmu Perpustakaan, sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sekitar bulan Maret-Agustus 2013, bertempat di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, JL.Sriwijaya Semarang.
1.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Rambu rambu nomor klasifikasi tidak berpengaruh terhadap temu kembali informasi Hi : Rambu rambu nomor klasifikasi mempengaruhi dalam temu kembali informasi
1.7 Kerangka Pikir
Temu kembali informasi Rambu rambu nomor klasifikasi
1. Tampilan angka
2. Ketepatan letak rambu rambu
3. Kesesuaian nomor rambu klasifikasi dan subyek koleksi pada rak
4. Desain yang menarik
5. Kecepatan pemakai dalam menemukan kembali Keefektifan pemanfaatan
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 Perpustakaan Umum
Menurut Sutarno (2003:32) Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.
2.2 Pengertian Efektivitas
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:285) efektivitas adalah ada efeknya, kiatnya, pengaruhnya, kesannya, yang dapat membawa hasil, hasil guna (hasil dan tindakkan). Menurut Indrawijaya (2001:33), efektivitas adalah pemanfaatan sumber sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.. Sedangkan menurut Abdurahmat (2003:92) efektivitas adalah pemampatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Menurut Emerson (2000:25) adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sondang. P. Siagian (2001:24) adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan.
Dari bermacam macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas menekankan pada aspek tujuan, jika pekerjaan telah berhasil, mencapai tujuan yang dikehendaki, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian, bahwa hakikatnya efektivitas berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah dikehendaki sebelumnya. Sebagai contoh sebuah pelayanan. Pelayanan adalah kunci keberhasilan, dalam berbagai kegiatan yang bersifat jasa dalam memberikan pelayanan.
Menurut Drucker dalam Moenir (2001:166), arti efektivitas adalah mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas adalah dengan memperhatikan secara serentak tiga buah konsep yang saling berhubungan, yaitu:
1. Paham tentang optimalisasi tujuan yaitu efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
2. Perspektif sistematika yaitu tujuan mengikuti daur ulang organisasi.
Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi: bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi.
Kesimpulan, efektivitas merupakan suatu tingkat dimana tindakan yang dilakukan dapat berhasil guna untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan perseorangan, maupun tujuan sebuah lembaga yang telah diukur sesuai dengan kemampuan yang ada.
Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan . hasil yang makin mendekati sasaran berarti semakin tinggi efektivitasnya. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 : 12)
2.3 Pengertian Rambu-Rambu Perpustakaan
Menurut Sri Purwati (2007: 55) rambu-rambu dalam perpustakaan dapat memperindah ruangan dan juga membantu pemustaka menemukan dan memanfaatkan koleksi dan fasilitas perpustakaan secara maksimal. Rambu- rambu dibuat dalam bentuk tulisan, symbol, ataupun gambar . Contoh rambu didalam perpustakaan seperti symbol atau tulisan “Meja Informasi“,“ Penitipan Barang“,“Harap Tenang“, atau “Dilarang merokok“. Dalam mendesain rambu-rambu di perpustakaan perlu untuk memperhatikkan huruf, huruf hendaknya yang sederhana, mudah dibaca dari jauh dengan ukuran yang proporsional, kata kata yang digunakan juga harus yang singkat, lugas, dan tegas,informasi secukupnya, dan konsisten.
Sign / rambu harus memenuhi fungsinya untuk membuat area area di
Perpustakaan jelas dan nyaman buat pemustaka dan harus mempercantik ruangan atau area tertentu bukan malah sebaliknya. (Brown, 2002).
Rambu-rambu / sign terbagi menjadi empat kategori , yaitu :
1. Oriental Sign yaitu rambu yang dapat membantu pemustaka dalam menemukan area di perpustakaan secara mandiri
2. Iregulatory Sign merupakan petunjuk peraturan di perpustakaan
3. Identification Sign yaitu menunjukkan identitas atau label sebuah ruangan atau area koleksi
4. Informational Sign merupakan Informasi dasar yang diperlukan pengguna, misal : Jam buka Didalam penempatan rambu-rambu perpustakaan biasanya menggunakan metode digantung diplafon, diantara rak, ditempel di dinding atau perabot, ditempatkan berdiri diatas lantai atau perabot Perpustakaan . (Aa Kosasih. 2009. Perencanaan dan Desain Perpustakaan.
Diakses 25 Juli 2013
2.4 Pengertian Nomor Klasifikasi
Klasifikasi menurut Rowley (1992:485) adalah skema untuk susunan bahan pustaka di perpustakaan didalam urutan sistematis, menurut subyeknya dan tingkatan yang diinginkan oleh perpustakaan. Terdapat tiga skema klasifikasi yang umum digunakan yaitu, :
1. Skema Library Of Congress Classification
2. Skema Universal Decimal Classification
3. Skema Dewey Decimal Classification
Dewey DC (selanjutnya disebut DDC) adalah skema klasifikasi yang
sangat penting dalam klasifikasi bibiliografi. Yang dimaksud bibliografi disini menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary adalah (1) sejarah, (2) Identifikasi, (3) atau deskripsi dari tulisan tulisan atau publikasi publikasi. Didalam perpustakaan, dapat diartikan juga sebagai bahan pustaka.
Didalam DDC, mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat secara sistematis dan teratur. Ilmu pengetahuan dibagi secara decimal persepuluh yang menunjukkan struktur ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Sistem DDC didasarkan pada disiplin ilmu membagi kelasnya menjadi sepuuh klas utama.(Rowley 1992:202). Klas utama tersebut adalah :
000
- – Karya umum 100
- – Filsafat dan Psikologi
200
- – Agama 300
- – Imu Sosial 400
- – Bahasa 500
- – Ilmu Murni dan Matematika 600
- – Teknologi (Ilmu Terapan) 700
- – Seni 800
- – Kesusastraan dan retorika
- – Geografi dan Sejarah
2.5 Temu Kembali Informasi
Sistem temu kembali informasi berasal dari kata Information Retrieval
System (IRS). Temu kembali informasi adalah sebuah media layanan bagi
pengguna untuk memperoleh informasi atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem temu kembali informasi merupakan sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Sistem temu kembali informasi berfungsi sebagai perantara kebutuhan informasi pengguna dengan sumber informasi yang tersedia. Hasugian (2006:2)
Definisi lain menurut Stubiz yang dikutip oleh Barasa (2009:8) sistem temu kembali informasi merupakan ilmu pengetahuan yang berfungsi dalam penempatan sejumlah dokumen dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Pengertian yang sama mengenai sistem temu kembali informasi menurut Sulistyo-Basuki (2006: 39) adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemustaka sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemustaka. Dapat dinyatakan bahwa sistem temu kembali informasi memilliki fungsi dalam menyediakan kebutuhan informasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pemustakanya.
Definisi lain yang mengemukakan bahwa: “Sistem temu kembali informasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menemukan dokumen yang dapat memberikan kepuasan bagi pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya’. Tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya, dan sasaran
- – akhir dari sistem temu kembali informasi adalah kepuasan pemustaka. Taque Sutcliffe Lubis (2007:5)
Sistem temu kembali informasi merupakan ilmu pengetahan yang berfungsi dalam penempatan sejumlah dokumen dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Menurut Hasugian (2006:3) dasar dari sistem temu balik informasi adalah proses untuk mengidentifikasi kecocokan diantara permintaan dengan representasi atau indeks dokumen, kemudian mengambil dokumen dari suatu simpanan sebagai jawaban atas pemintaan tersebut. Sistem temu kembali informasi pada prinsipnya bekerja berdasarkan ukuran antara istilah query dengan istilah yang menjadi representasi dokumen.
Ingwersen dalam Hasugian (2006:3) Pengertian lain yang menyatakan bahwa Sistem temu kembali informasi adalah proses yang berhubungan dengan representasi, penyimpanan, pencarian, dan pemanggilan informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi yang diinginkan pemustaka. Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam Sistem Temu Kembali Informasi terkandung sejumlah kegiatan yang meliputi proses identifikasi kecocokan, representasi, penyimpanan, pengambilan, serta pencarian atau penelusuran dokumen yang relevan atau sesuai, dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem temu kembali informasi merupakan sebuah sistem yang berguna dalam memanggil dan menempatkan dokumen dari/dalam basis data sesuai dengan permintaan pemustaka. Sistem temu kembali informasi memiliki tujuan akhir, yaitu memberikan kepuasan informasi bagi pengguna sistem. Jadi, temu kembali informasi merujuk pada keseluruhan kegiatan yang meliputi pembuatan wakil informasi( representation), penyimpanan (storage), pengaturan (organization), sampai kepada pengambilan (acsess). Tague-Sutcliffe dalam Hasugian (2006:3)
Terdapat dua metode popular yang sering digunakan seseorang dalam mencari informasi adalah mencari (searching) berarti pengguna mencari langsung ke kata / kalimat / koleksi yang diinginkan secara terstruktur dan menerawang (browsing) berarti pemustaka melakukan eksplorasi secara acak (tidak terstruktur) terhadap sebuah informasi. Ketika seseorang kurang begitu tahu koleksi mana yang cocok untuk kebutuhannya, dengan mengetahui kode subyek dari koleksi yang diinginkannya, ia bisa langsung menuju ke rak subyek dan melakukan browsing menurut Pendit (2007:18).
2.4 Keberhasilan Pencarian Informasi
Belkin et al dalam Pendit (2003:33) menyatakan bahwa upaya menemukan informasi selalu berkaitan dengan tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam pekerjaannya. Sementara Ingwarsen dalam Pendit (2003 : 33) bahwa proses penemuan kembali informasi harus didasarkan peda pemahaman yang cukup tentang tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam pekerjaannya.
Pendit (2003:33) menyatakan bahwa proses pencarian informasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi sebagai sesuatu yang kemudian diasimilasikan kedalam struktur pengetahuan seseorang.
Menurut Johnson, kesuksesan sebuah sistem temu kembali informasi menurut pemustaka dipengaruhi oleh beberapa factor lain secara recall (perolehan), dan precision (ketepatan), factor tersebut ialah kemampuan sistem dalam memfasilitasi dan memaksimalkan proses pencarian oleh pemustaka.
24 Juli 2013).
2.5 Pemustaka
Istilah pengguna peprustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul Menurut Sutarno NS
.
dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan pemakai perpustakaan dalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan perpustakaan. (2008:150).
Setelah Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka. Menurut Wiji Suwarno (2009:80) pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku. .
2.6 Layanan Sirkulasi
2.6.1 Pengertian layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi menurut Rahayuningsih (2007:95) merupakan layanan pengguna yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian,dan perpanjangan koleksi
Pelayanan sirkulasi
2.6.2 Menurut Qalyubi dkk (2003 : 222 -223) bahwa pelayanan di perpustakaan lazimnya menggunakandua sistem yaitu sistem terbuka (Open
Access ) dan sistem tertutup (closed acsess) keuntungan sistem terbuka adalah membebaskan pengunjung ketempat koleksi perpustakaan dijajakan. Mereka dapat melakukan browsing atau membuka buka, melihat lihat buku, mengambil sendiri. Ketika bahan tidak cocok, mereka dapat memilih bahan lain yang hampir sama atau bahkan yang berbeda.
Sistem tertutup (closed acsess) pengunjung tidak diperkenankan masuk kedalam rak rak buku untuk membaca ataupun mengambil sendiri koleksinya. Pengunjung hanya dapat membaca atau meminjam melalui petugas yang bertugas.
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menurut Sulistyo-Basuki (2006:93) adalah cara yang
teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Oleh karena itu, metode penelitian menjelaskan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian.
3.1 Desain dan Jenis penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif yang memusatkan perhatian pada hal yang lebih nyata yang dapat diukur dengan angka atau istilahnya
Quantifiabel , yaitu berupa memahami hal yang diteliti dalam melakukan
pengukuran dalam bentuk,misalnya frekuensi dan intensitas variabel ( Sulistyo-Basuki, 2006:72).
Peneliti akan berusaha menggambarkan situasi yang terjadi pada saat sekarang melalui angka angka statistik yang kemudian diinterpretasikkan kedalam suatu uraian atau yang disebut dengan deskriptif kuantitatif. Menurut Hasan (2002:13-14), penelitian deskriptif mempelajari situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan- pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dan berkaitan dengan masalah penelitian (Ridwan, 2003:8). Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung perpustakaan yang memanfaatkan layanan sirkulasi remaja selama tiga bulan terakhir yaitu sejumlah 836 pengunjung.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti, karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. (Ridwan, 2003: 10).
Sistem pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin yaitu, n = , , dengan N = Populasi, d = galat pendugaan kesalahan sebesar 5%.
Dengan menggunakan rumus tersebut, ditemukan sampel sejumlah 271 pengunjung, dengan perhitungan sebagai berikut : dibulatkan menjadi 271 pengunjung.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang beralamat di jalan Sriwijaya No.29A Semarang, dengan jangka waktu penelitian selama 5 bulan terhitung mulai dari bulan Maret – Agustus 2013.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari aslinya. Data primer dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi dan kuesioner .
a) Metode observasi yaitu Penulis akan menggunakan observasi participant . Keraf ( 1980 : 162 ) menerangkan bahwa observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti. sedangkan menurut Usman dan Akbar( 2008:54 ) observasi partisipasi adalah jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.
b) Kuesioner Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kuesioner tertutup. Menurut Arikunto (2006 : 140), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui. Sedangkan kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah tersedia jawabannya, sehingga responden tinggal memilih (Arikunto , 2006 : 141). Penggunaan kuesioner didasari oleh suatu keyakinan bahwa responden adalah orang yang paling mengetahui dirinya sendiri. Apa yang dinyatakan oleh responden dianggap benar dan dapat dipercaya.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka dan dokumentasi.
a) Studi Pustaka Studi Pustaka digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan topik penelitian dengan cara membaca dan belajar dari buku buku ilmu pengetahuan, catatan, dokumen tertulis, literatur dan majalah. b) Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan adalah gambar dan statistik jumlah pengunjung perpustakaan tersebut.
3.5 Skala data
Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pengukuran peringkat skala tersebut dengan menggunakan nilai: A= Sangat setuju , poin 5 B= Setuju, poin 4 C= Ragu ragu, poin 3 D= Tidak setuju, poin 2 E= Sangat tidak setuju, poin 1
3.5 Variabel dan Indikator
Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai (Sudjarwo,2009:169) . Adapun variabel dalam penelitian skripsi ini adalah : a) Variabel independen atau bebas, yaitu variabel yang diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan variabel lain. Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini adalah keefektifan rambu rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada di rak.
b) dependen atau terikat, yaitu variabel yang variasinya Variabel disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan pencarian informasi oleh pemustaka.
Indikator pencarian informasi yang dimaksud meliputi 3 dimensi yaitu Efektif adalah dokumen yang diperlukan relevan sesuai dengan yang dibutuhkan, Efisien adalah mudah dan cepat dalam penggunaannya dan Interactive adalah kemudahan pemustaka dalam mencari .
3.6 Pengolahan Data
Metode pengolahan data Penelitian ini akan menggunakan metode pengolahan data yaitu
1. Editing Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan
(kuesioner) ataupun wawancara dibaca kembali untuk melihat apakah ada hal yang masih meragukan dari jawaban responden. Editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan data.
2. Koding setelah tahap editing selesai, data yang berupa jawaban responden diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisis data. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan kompter.
Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
3. Tabulasi data Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data kedalam tabel.
4. Interpretasi data Setelah seluruh data terkumpul, maka hasil teknik statistiknya diinterpretasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca.
3.7 Analisis data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana . Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen secara individual dengan menggunakan SPSS versi 22.0 for Windows dengan rumus :
Y= a+bX, Keterangan : Y = variabel terikat (Dependen) X = variabel bebas (Independen) a = Harga Y dan X = 0 (konstanta) b : koefisien arah regresi (kemiringan) Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif deskriptif, yaitu suatu metode analisis data dengan menggunakan teknik telaah logika untuk menyimpulkan data yang bersifat kuantitatif yang dipergunakan untuk data yang sulit diukur dengan angka. Analisa data kuantitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari metode kuesioner. Untuk mengukur efektivitas rambu-rambu nomor klasifikasi dilihat dari rata-rata jawaban dari masing masing responden dengan menggunakan rumus x100%,
P = Angka rata-rata dalam prosentase F = Frekuensi jumlah jawaban responden N = jumlah responden
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
4.1 Sejarah Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada awalnya merupakan Perpustakaan Negara Semarang yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1951 berdasarkan surat keputusan menteri P.P dan K RI nomor 18165/ keb tertanggal 23 Juli 1951. Perpustakaan ini merupakan Perpustakaan Negara yang kedua di Indonesia setelah Perpustakaan Negara Yogyakarta. Pada awal berdirinya menempati bekas gedung Openbare Lesszaai Bibloithek di JL.Bojong ( JL.Pemuda No 147 Semarang ).
Meningkatnya peran perpustakaan sebagai sumber belajar seumur hidup, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0950/1978 tgl. 23 Juni 1978, dimana perpustakaan Negara menjadi Perpustakaan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah sebagai Perpustakaan Wilayah tipe A.
Sejalan pembangunan nasional, perkembangan IPTEK dan semakin meningkatnya minat baca masyarakat Jawa Tengah, gedung di JL.
Pemuda no. 147 Semarang tidak dapat menampung semua kegiatan penyelenggaraan perpustakaan, maka dibangunlah gedung perpustakaan baru yang lebih representatif di JL. Sriwijaya NO. 29A Semarang, yang diresmikan penggunannya tanggal 20 Maret 1987 oleh Menteri Dalam Negeri Bapak Sopardjo Roestam.
Dengan keputusan Presiden RI NO. 11 tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional, Perpustakan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditingkatkan statusnya menjadi Perpustakaan Daerah dan merupakan satuan organisasi Perpustakaan Nasional Provinsi yang bertanggungjawab langsung kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI.
Dengan adanya UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka dikeluarkanlah Pemerintah Daerah no.9 tahun 2001 tanggal 20 Juni 2001, tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi kantor di lingkungan Pemerintah Daerah maka Perpustakaan Nasional Provinsi Jawa Tengah diubah menjadi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai kantor yang mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang perpustakaan.
Dan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2007 tentang 4 tahun 2008 tanggal 6 Juni 2008 tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah maka Kantor Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah digabung dengan Badan Arsip Daerah Provinsi Jawa Tengah menjadi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Disamping itu, berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah noor 54 tahun 2008 tanggal 20 Juni 2008 tentang pembentukan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai unit pelayanan teknis Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.
4.2 Visi dan Misi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
1. Visi : Terwujudnya masyarakat membaca dan belajar menuju masyarakat madani yang sadar informasi
2. Misi
a. Menciptakan dan mengembangkan kebiasaan membaca masyarakat
b. Pemerataan memperoleh informasi bagi seluruh lapisan masyarakat Jawa Tengah
c. Mengembangkan kemitraan dibidang perpustakaan dokumentasi dan informasi d. Mengembangkan jaringan informasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi e. Tersimpan dan tersebar luaskannya terbitan hasil karya masyarakat
Jawa Tengah dan tentang Jawa Tengah
4.3 Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
1. Tugas pokok Tugas pokok Perpustakaan Daerah Jawa Tengah adalah melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang badan dibidang perpustakaan
2. Fungsi Perpustakaan
a. Penyusunan rencana teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala
4.4 Struktur Organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan aturan Gubernur Jawa Tengah nomor 54 tahun 2008 tanggal 20 Juni 2008, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan unit pelaksana teknis badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan seluruh tugas dan fungsi perpustakaan maka, struktur organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yaitu :
Bagan struktur organisasi Perpustakaan Daerah Jawa Tengah : KEPALA PERPUSTAKAAN DAERAH JJA
Subbag Tata Usaha
Seksi Deposit Kelompok Jabatan
Seksi Jasa Teknis Fungsional
Perpustakaan ( pustakawan )
Gambar 1. Sumber : Data Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Adapun pembagian tugas dari masing- masing bagian tersebut antara lain :
a) Kepala Perpustakaan Daerah Berdasarkan pasal 7 mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan dalam pasal 5. Pasal 4 yaitu Perpustakaan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang badan di bidang perpustakaan. pasal 5 yaitu untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 , Perpustakaan Daerah menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit
2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional jasa teknis perpustakaan deposit
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan jasa teknis perpustakaan dan deposit
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya b) Sub Bagian Tata Usaha, berdasarkan pasal 8 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan.
c) Seksi Jasa Teknis Perpustakaan Berdasarkan pasal 9 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan jasa teknis perpustakaan.
d) Seksi Deposit Berdasarkan pasal 10 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan deposit di bidang perpustakaan e) Kelompok Jabatan Fungsional Berdasarkan pasal 11 mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh kepala seksi dan secara administratif dikoordinasikan oleh Kepala Subbag Tata Usaha.
4.5 Pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Keadaan pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang bekerja saat ini dapat dibedakan dan dijelaskan sebagai berikut :
1. Status Pegawai Berdasarkan status pegawai, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dibedakan menjadi :
a) Pegawai tetap, adalah pegawai yang bekerja tetap di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
b) Pegawai kontrak, adalah pegawai kontrak di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah yang diangkat berdasarkan keputusan Gubernur nomor 2 tahun 2007 tanggal 14 Januari 2007 tentang pedoman penatausahaan pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2007.
2. Jumlah Pegawai Pada saat ini menurut data tahun 2013, Perpustakaan Daerah
Provinsi Jawa Tengah memiliki pegawai sejumlah 71 orang, dengan rincian : 1) Jabatan fungsional khusus Arsiparis : 1 orang 2) Jabatan fungsional khusus Pustakawan : 19 orang 3) Jabatan fungsional umum : 51 orang
4.6 Jenis Layanan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa jenis layanan perpustakaan antara lain layanan keanggotaan, layanan anak, layanan sirkulasi remaja dan anak, layanan sirkulasi dewasa, layanan refrensi, layanan warintek, layanan terbitan berkala, layanan audiovisual, layanan deposit, dan layanan perpustakaan keliling.
1. Layanan keanggotaan Layanan keanggotaan (registrasi) terletak dilantai 1. Layanan ini dibuka setiap hari Senin
- – Jumat pukul 07.00 sampai 15.00 WIB. Layanan keanggotaan melayani masyarakat umum yang ingin menjadi anggota perpustakaan.
2. Layanan anak Layanan anak terletak dilantai 1. Ruang layanan anak ini disebut juga sebagai ruang anak Coca Cola Foundation karena layanan ini pada awalnya berdiri pertama kali atas kerjasama perpustakaan dengan
Coca Cola Foundation untuk mendirikan perpustakaan sebagai rumah
modern. Pada layanan anak berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu story telling, pemutaran film, tempat bermain anak.
3. Layanan Refrensi Layanan refrensi juga berada pada lantai 1. Layanan ini menggunakan sistem terbuka. Namun, koleksi yang ada tidak dipinjamkan melainkan hanya boleh dibaca ditempat.
4. Layanan Sirkulasi Anak, Remaja Layanan sirkulasi anak dan remaja berada dilantai 2. Layanan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh anak dan remaja saja, namun layanan ini juga dapat dimanfaatkan oleh umum untuk memperoleh koleksi fiksi sebagai salah satu bahan rekreasi.
5. Layanan sirkulasi dewasa Layanan sirkulasi dewasa berada pada lantai 2. Layanan sirkulasi dewasa banyak dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pemustaka dari anak anak hingga umum untuk memperoleh koleksi umum / non fiksi. Layanan ini saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas hotspot dimana pemustaka yang datang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut secara gratis untuk mengakses informasi secara online.
Sistem yang digunakan pada layanan ini adalah dengan sistem terbuka yaitu pemustaka memilih langsung bahan pustaka yang diinginkan langsung ke rak yang dituju.
6. Layanan Warintek Layanan Warintek merupakan layanan internet yang dapat dimanfaatkan pemustaka yang ingin memperoleh informasi melalui internet. Selain layanan internet, layanan warintek ini juga melayani scanner dan burning bagi pemustaka yang membutuhkannya.
7. Layanan Terbitan Berkala Layanan ini merupakan layanan yang menyimpan koleksi terbitan secara periodik. Layanan menggunakan sistem terbuka.
8. Layanan Audio Visual Layanan Audio Visual menggunakan sistem terbuka sehingga pemustaka bisa langsung menggunakan koleksi yang diinginkan dengan menggunakan delapan unit komputer yang sudah disediakkan.
9. Layanan Perpustakaan Keliling Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang bergerak yang berfungsi melayani masyarakat dan berpindah pindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
10. Koleksi layanan deposit Koleksi deposit adalah koleksi yang terdiri dari bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah provinsi dan bahan pustaka yang berisi informasi tentang berbagai aspek dan mengenai wilayah propinsi yang diterbitkan di luar wilayah propoinsi
4.7 Sarana dan Prasarana Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua barang, perlengkapan dan perabot ataupun inventaris yang harus disediakkan di perpustakaan. (Sutarno NS, 2006:83).
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan perpustakaan yang menempati gedung tersendiri dengan luas tanah 3.031 m2 dan bangunan gedung 4.277 m2 serta memiliki sarana dan prasarana dalam kondisi baik.
Sarana dan prasarana yang dimiliki Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah antara lain lemari, rak, filling kabinet, meja, kursi, mesin barcode, AC, kamera CCTV, komputer, laptop, telepon, dan lain sebagainya yang mendukung kegiatan perpustakaan
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang diperoleh berkaitan dengan Efektivitas Rambu-Rambu Nomor Klasifikasi Terhadap Temu Kembali Informasi
pada Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 271 kuesioner, yang disebarkan seluruhnya dan diisi oleh responden, yakni pemustaka layanan sirkulasi dewasa di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran kuesioner dimulai pada bulan Agustus 2013 .
5.1 Analisis Data Responden
5.1.1 Analisis Data responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1.1 Tabel Jenis kelaminNo Kategori Frekuensi Prosentase ( % )
1 Perempuan 142 52,40
2 Laki laki 129 47,60
Jumlah 271 100
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 142 orang atau 52,40%, dan laki laki berjumlah 129 orang atau 47,60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengguna layanan sirkulasi cenderung didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki laki.
5.1.2 Analisis Data Responden berdasarkan Usia
Tabel 5.1.2 Tabel UsiaNo Kategori Frekuensi Prosentase (%)
1 Kurang dari 21 tahun 35 12,91
2 21 111 40,96
- – 25 tahun 3 26 - 30 tahun
72 26,57
4
31 41 15,13
- – 40 tahun
5 Diatas 40 tahun 12 4,43
Jumlah 271 100
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berusia kurang dari 21 tahun sebanyak 35 responden atau 12,91%, berusia 21
- – 25 tahun sebanyak 111 responden atau 40,96%, berusia 26-30 tahun sebanyak 72 responden atau 26,57%, berusia 31-40 tahun sebanyak 41 responden atau 15,13 %, dan usia diatas 40 tahun sebanyak 12 responden atau 4,43%.
5.1.3 Analisis Data Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.1.3 Tabel PekerjaanNo Kategori Frekuensi Prosentase (%)
1 Pelajar 12 4,43
2 Mahasiswa dan Mahasiswi 83 30,63
3 Karyawan dan Karyawati 61 22,51
4 Swasta dan Wiraswasta 72 26,57
5 Tenaga pengajar 43 15,87 Jumlah 271 100
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berlatar belakang sebagai pelajar sebanyak 12 responden atau 4,43%, berlatarbelakang sebagai mahasiswa dan mahasiswi sebanyak 83 responden atau 30,63%, berlatarbelakang sebagai karyawan dan karyawati sebanyak 61 responden atau 22,51%, berlatarbelakang sebagai swasta dan wiraswasta sebanyak 72 responden atau 26,57%, sedangkan berlatarbelakang sebagai tenaga pengajar sebanyak 43 responden atau 15,87%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengguna layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah yang berlatarbelakang sebagai mahasiswa dan mahasiswi.
5.2 Data Penelitian
Untuk mempermudah dalam melakukan analisa data, maka hasil penelitian akan dijabarkan dan dijelaskan menurut aspek aspek efektivitas rambu- rambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
1 Dimensi Rambu-Rambu Nomor Klasifikasi
a) Ukuran angka nomor klasifikasi pada rak sudah sesuai dengan kondisi gedung perpustakaan yang ada
Tabel 5.1 No Kategori Frekuensi Prosentasi
(% )
1 Sangat Setuju 80 29,5
2 Setuju 144 53,1
3 Ragu Ragu 16 5,9
4 Tidak Setuju 31 11,4
5 Sangat Tidak Setuju
Jumlah 271 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 80 responden atau 29,5% menjawab sangat setuju, 144 responden atau 53,1% menjawab setuju, 16 responden atau 5,9% menyatakan ragu ragu, dan 31 responden atau 11,4% menyatakan tidak setuju. Sedangkan sangat tidak setuju tidak memperoleh nilai.