PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOLNANOSERAT SELULOSA YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOLCELLULOSE NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT

  Dwi Indria Cherlina Pembuatan Nanokomposit

  Kimia FMIPA Unmul

PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL/NANOSERAT SELULOSA

YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT (ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP

  

THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOL/CELLULOSE

NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT PALM OIL (ELAEIS

GUINEENSIS JACK) WITH STEAM EXPLOSION

  The manufacture of nanocomposites polyvinyl alcohol/cellulose nanofiber isolated from empty bunch

fruit palm oil has been done. The isolation process was carried out in two stages : α-cellulose from EBFPO

which followed by isolation of CN from α-cellulose using steam explosion method. The process of α-

cellulose hydrolysis was done using H 2 C 2 O 4 11%. Nanocomposites PVA/CN was characterized by

morphological, thermal, and mechanical analysis. FT-IR spectra show aC-O-C stretch of cellulose nanofiber

at 1059,99 cm -1 , which indicated that there is glycoside bonding in compound structure . The peaks near 2900,94 cm
  • -1 and 3348,42 cm -1

  are representative of the C-H and OH groups. The result of transmission

electron microscopy (TEM) image shows that diameter of cellulose nanofibre around 44,6 nm.

PVA/CNnanocomposites at the optimum ratio of (80:20)% showed the thermal stability around 263,48 o C

and tensile strength around 17,41 Mpa and Young’s Modulus 0,9 Gpa, and surface area was smooth and

homogen

Keywords: Empty Bunch Fruit Palm Oil, α-Cellulose, Cellulose Nanofiber, Nanocomposites, Polyvinyl

  Alcohol PENDAHULUAN

  Pemanfaatan serat alam sebagai bahan pengisi dalam pembuatan biokomposit telah menarik perhatian selama beberapa dekade terakhir, antara lain pemanfaatan selulosa berbasis serat alam seperti pisang, kapas, rami, sisal, dan serat-serat kayu yang digunakan untuk memperkuat plastik karena kekuatan serta kekakuan yang relatif tinggi dan densitas yang rendah

  

Submit : 10 April 2017 Accepted : 26 Mei 2017

ABSTRACT

  . Residu tanaman pertanian dapat menjadi sumber serat alami berharga karena ketersediannya sepanjang tahun dan ramah lingkungan. Biokomposit memiliki aplikasi komersial di masa depan yang akan membuka potensi bahan terbarukan yang kurang dimanfaatkan dan memberikan pasar berbasis industri pertanian non-makanan

  [5]

  . Namun, sifat plastik dengan serat alami yang lebih mudah terurai memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan plastik sintesis. Oleh sebab itu, kemajuan teknologi untuk menghasilkan serat alam dengan ukuran pori hingga nanometer sangat menarik untuk digunakan dan memberikan pengaruh yang baik

  [6,7,8,9]

  . Selulosa merupakan biopolimer yang berlimpah di alam yang bersifat dapat diperbaharui, mudah terurai, tidak beracun, dan juga merupakan polimer karbohidrat yang tersusun atas β-D glukopiranosa dan terdiri dari tiga gugus hidroksi per anhidro glukosa menjadikan selulosa memiliki derajat fumgsionalitas yang tinggi. Selulosa menjadi salah satu bahan utama yang sangat popular digunakan dalam ilmu kesehatan, biomaterial, produksi kertas dan bahan makanan

  [10] .

  Beberapa metode digunakan untuk mengekstraksi mikroserat dengan kemurnian tinggi dari dinding sel tumbuhan, umumnya didasarkan pada perlakuan kimia dan mekanik secara berurut.Metode ledak uap merupakan salah satu metode yang baik dan berkualitas dalam pembuatan serat alam . Bahan biomassa lignoselulosa dapat difraksinasi ke dalam konstituen biopolimer melalui teknik ledak uap. Beberapa biomassa dengan metode ledak uap

  

Dwi Indria Cherlina* , Saharman Gea, Hamonangan Nainggolan

Departemen Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara

Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus Usu Medan, Medan, Indonesia

  • *

    Corresponding Author:

  [1,2,.3,4]

  

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

Kimia FMIPA Unmul

E-ISSN 2476-9258

  telah dilakukan

  1,75%, dan dipanaskan pada suhu 80

  o

  C selama 2 jam dan didinginkan.

  Penyiapan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

  Tandan kosong kelapa sawit direndam dan dibersihkan dengan air kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering.Dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender.Diayak dengan saringan berukuran 80 mesh.

  Isolasi α-Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit

  Sebanyak 75 g serbuk TKKS yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 1 L larutan NaOH 2%.Dimasukkan ke dalam autoklaf dan diatur tekanan sebesar 130 kPa dan temperatur 130

  o

  C selama

  1 jam.Dihilangkan tekanan secara mendadak dan dikeluarkan serat TKKS dari autoklaf dan dicuci dengan air sampai pH netral. Selanjutnya diputihkan dengan menggunakan 1 L campuran larutan yang terdiri dari 200 mL NaOH 17,5%, 200 mL CH

  3 COOH 17,5%, 600 mL NaOCl

  o

  Pembuatan Larutan PVA 10%

  C. Disaring dan dicuci filtrat sampai pH netral.Dikeringkan α- selulosa yang dihasilkan di dalam oven pada suhu

  60

  o C dan kemudian ditimbang.

  Isolasi Nanoserat Selulosa dari α-Selulosa

  Sebanyak 10 g α-selulosa dihidrolisis dengan 250 mL H

  2 C

  2 O 4 11% di dalam autoklaf dengan

  tekanan 130 kPa, suhu 130

  o

  C, dan waktu selama 15 menit. Dihilangkan tekanan secara mendadak.

  Sebanyak 25 g serbuk PVA dilarutkan dalam aquadest sebanyak 250 mL dan campuran dipanaskan pada suhu 80

  2 O 4 , PVA.

  [11,12]

  o

  . PVA memiliki berat molekul antara 26.300-30.000, titik leleh 180-190

  o

  C, derajat hidrolisis 86,5-89%, dan dapat terdegradasi secara alami. Hal ini menyebabkan PVA banyak digunakan sebagai bahan kemasan alternatif yang menjanjikan karena sifatnya yang sangat baik dalam pembentukan kemasan, tahan terhadap minyak dan lemak, memiliki kekuatan tarik, dan fleksibilitas tinggi. Akan tetapi sifat ini sangat bergantung pada kelembaban dimana semakin tinggi kelembaban maka akan semakin banyak air yang diserap dari lingkungan sekitar Sehingga menyebabkan film PVA.mengalami penurunan kekuatan tarik, kekuatan sobek dan mengalami kenaikan perpanjangan. Menurut

  [13]

  .PVA memiliki kompatibilitas yang baik jika ditambahkan pengisi berupa nanoserat selulosa (NSS) sehingga dapat menghasilkan produk nanokomposit yang ramah lingkungan. Dengan demikian penambahan NSS pada film berbasis PVA diharapkan mampu meningkatkan dan memperbaiki sifat mekanik film PVA yang dihasilkan. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pembuatan nanokomposit serat nenas menggunakan metode ledak uap

  [14]

  . Adapun tahapan isolasi selulosa dari serat nenas tersebut antara lain meliputi proses alkali, pemutihan, dan proses hidrolisis. Proses ledak uap menggunakan tekanan 130 kPa yang dikuti tahapan hidrolisis dengan penambahan H

  2 C

  2 O 4 11% menghasilkan nanoserat selulosa dengan diameter 5-15 nm.

  Penelitian mengenai sifat mekanik, morfologi, dan sifat barrier dari nanokomposit berbasis PVA dan NSS yang diisolasi dari ampas tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokomposit dengan variasi berat NSS 7,5% menunjukkan hasil paling maksimal yakni memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 60 MPa ketika diberikan beban sebesar 100 kgf dan suhu terdekomposisi pada 260

  C

  Kimia FMIPA Unmul

  [15]

  . Akan tetapi pada sintesis nanoselulosa dari serat nenas dan aplikasinya sebagai pengisi berukuran nano pada film berbasis PVA, variasi berat selulosa 40% menunjukkan hasil yang paling maksimal yakni memiliki kekuatan tarik sebesar 80 MPa ketika diberikan beban sebesar 500 kgf

  [16] .

  Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengisolasi NSS yang berasal dari TKKS dengan menggunakan metode ledak uap yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan pengisi pada pembuatan nanokomposit.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan TKKS dari produksi CPO sebagai sumber selulosa yang berperan untuk pemanfaatan limbah.Nanokomposit yang dihasilkan kemudian diuji sifat mekanik, morfologi, dan termalnya.

  METODE PENELITIAN Alat-alat

  Alat-alat gelas, Neraca Analitis, Termometer, Hot

  plate, Oven, Magnetic Stirer, Seperangkat alat

  TGA, Seperangkat alat SEM, Seperangkat alat TEM, pH universal, Alat uji tarik, Seperangkat alat FTIR, Autoklaf, High shear homogenizer.

  Bahan-bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tandan kosong kelapa sawit, Aquadest, NaOCl (p), NaOH, CH

  3 COOH, H

  2 C

  homogenization. Dari 10 g α-selulosa yang

  digunakan, dihasilkan 7 g nanoserat selulosa (sekitar 70% dari berat awal α-selulosa).

  Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR

  Spektrum FT-IR dari NSS, PVA, dan nanokomposit PVA/NSS terletak pada kisaran panjang gelombang 4000-500 cm

  • 1

  dapat dilihat pada Gambar 1.Rentang energi getaran untuk molekul organik bersesuaian dengan radiasi infra merah dengan bilangan gelombang antara 1200- 4000 cm

  • 1

  • 1
  • 1

  

Gambar 1.Spektrum FTIR dari NSS, PVA, dan Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (80:20)%

Analisa Morfologi dengan TEM

  Bilangan Gelom bang (1/cm ) NSS PVA PVA/NSS (80:20)%

  4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 1095.57 2939.52 3402.43 1095.57 2939.52 3340.71 894.97 1056.99 1635.64 2900.94 3348.42 % T

  meningkat dengan adanya penambahan nanoserat selulosa pada matrik PVA dikarenakan kontribusi dari ikatan C-O-C cincin piranosa yang berasal dari komponen selulosa yang mana menunjukkan sebuat pita yang melebar. Pita ini menunjukkan kemungkinan adanya interaksi PVA dengan nanoserat selulosa.

  Hasil analisa morfologi NSS dengan menggunakan TEM dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar dapat dilihat partikel-partikel nanoserat selulosa yang saling berpisah satu sama lain dan dapat diketahui ukuran dari partikel NSS yang dihasilkan dengan menggunakan software

  , dan 2931,80 cm -1.

  , 2900,94 cm

  dan 3340,71 cm

  , 3348,42 cm

  .Bagian tersebut berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam senyawa organik. Untuk pita serapan OH stretching dari PVA, NSS, dan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% masing-masing terletak pada bilangan gelombang 3402,43 cm

  • 1. Puncak serapan yang disebabkan oleh C-H stretching dari grup alkil pada PVA, NSS, dan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% masing-masing diserap pada bilangan gelombang 2993,52 cm
    • 1
    • 1
    • 1

      imagej, dimana NSS yang dihasilkan tidak

      . Intensitas puncak pada daerah 1095,57cm

      α-selulosa yang diperoleh dari tahap sebelumnya kemudian dihidrolisis menggunakan H

      di dalam autoklaf dan dilanjutkan dengan proses homogenisasi menggunakan high shear

      [14] .

      Dwi Indria Cherlina Pembuatan Nanokomposit

      Kimia FMIPA Unmul

      122

      Kimia FMIPA Unmul

      Diatur kembali tekanan sebesar 130 kPa selama 15 menit dan diulangi proses hidrolisis selama 8 kali. Didinginkan, disaring, dan dicuci residu sampai pH netral. Dihomogenkan dengan menggunakan high shear homogenizer dengan kecepatan putaran sebesar 8.000 rpm selama 4 jam. Dikeringkan suspensi di dalam oven pada temperatur 60

      o

      C

      Pembuatan Nanokomposit PVA/Nanoserat Selulosa

      2 O 4 11%

      Sebanyak 28,5 g PVA 10% dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan NSS ke dalamnya dengan variasi berat 5, 10, 15, 20, dan 25 berat (b/b) PVA 10%. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan stirer selama 2 jam. Kemudian dicetak menggunakan teflon dengan diameter 120 mm dan dikeringkan di dalam oven pada suhu

      60

      o

      C sampai diperoleh berat konstan [15].

      HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi α-Selulosa dari TKKS

      Melalui serangkaian proses ledakan uap dan pemutihan maka diperoleh α-selulosa yang berwarna putih. Pada tahap isolasi α-selulosa digunakan 75 g serat TKKS dan pada akhir proses dihasilkan α-selulosa murni sekitar 30 g (sebanyak 40% dari berat awal serat TKKS).

      Produksi Nanoserat Selulosa dari α-Selulosa

    2 C

      

    Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

    Kimia FMIPA Unmul

    E-ISSN 2476-9258

      memiliki ukuran yang homogen dan berdasarkan dapat ditarik kesimpulan bahwa NSS telah data yang diperoleh NSS memiliki ukuran berhasil diisolasi dari α-selulosa yang berasal dari diameter rata-rata sekitar 44,6 nm. Dari hasil serat TKKS.

      

    Gambar 2.Hasil Analisa Morfologi NSS dengan TEM Pada Skala 200 nm

    Analisa Sifat Mekanik Nanokomposit Dari hasil kekuatan tarik terlihat bahwa

      variasi berat PVA/NSS (80:20) (b/b) merupakan

    PVA/NSS

      variasi berat yang paling baik karena dapat Pada penelitian ini pengujian sifat mekanik dari meningkatkan kekuatan tarik dan modulus film polivinil alkohol tanpa bahan pengisi NSS

      Young’s dari nanokomposit yang dihasilkan dan film nanokomposit dengan beberapa variasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. berat nanoserat selulosa diuji melalui analisa uji

      Peningkatan kekuatan tarik dari nanokomposit tarik pada temperatur kamar menggunakan beban yang dihasilkan mungkin disebabkan oleh sebesar 2000 kgf dengan kecepatan 5 mm/menit. kekakuan rantai yang melekat pada nanoserat

      Ketebalan rata-rata dari film nanokomposit yang selulosa (disebabkan kekuatan ikatan hidrogen dihasilkan adalah 0,1-0,2 mm. Kekuatan tarik dari inter dan –intra molekular pada selulosa itu film PVA dan nanokomposit PVA/NSS dapat sendiri) dan distribusi homogen dari nanoserat dilihat dari Tabel 1 selulosa pada polimer dan kompatibilitas yang tinggi antara serat dan matriks yang lebih dibantu

      Tabel 1. Data Pengujian Sifat Mekanik dari Film oleh area permukaan interfasial yang tinggi.

      PVA dan Nanokomposit PVA/NSS

      Ikatan hidrogen diantara nanoserat selulosa dan

      Komposisi

      matriks PVA menyebabkan peningkatan kekuatan

      Kekuatan Modulus Nanokomposit tarik dari nanokomposit yang dihasilkan.Akan Tarik Young’s

      tetapi peningkatan penambahan berat nanoserat

      PVA/Nanoserat (MPa) (GPa)

      selulosa sebesar 25% memberikan efek penurunan

      Selulosa (b/b)%

      nilai uji tarik dan modulus Young’s. Hal ini

      PVA + NSS 5,68 0,4

      mungkin disebabkan karena efek dilusi atau

      (10:0)

      kecenderungan aglomerasi dari partikel berukuran

      PVA + NSS 8,09 0,6 [15] nanometer yang sangat aktif .

      (95:5) PVA + NSS 10,88 0,7 Analisa Degradasi Termal dengan TGA

      (90:10)

      TGA yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

      PVA + NSS 14,51 0,8

      stabilitas termal dari NSS, PVA, dan

      (85:15) nanokomposit PVA/NSS yang dihasilkan.

    PVA + NSS 17,41 0,9 Pada Gambar 4terlihat bahwa

      nanokomposit PVA/NSS dengan variasi berat

      (80:20)

      80:20 (b/b) memiliki stabilitas termal yang baik

      PVA + NSS 15,83 0,8

      dibandingkan dengan variasi berat nanokomposit

      (75:25 Kimia FMIPA Unmul

      Dwi Indria Cherlina Pembuatan Nanokomposit

      C dengan massa residu sebesar 38,68%, dan hamir semua mengalami proses pirolisis pada suhu 984,941

      Hasil analisa SEM nanokomposit PVA/NSS dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan permukaan dari nanokomposit PVA/NSS.Pada Gambar 5a terlihat permukaan dari film PVA yang rata tanpa kehadiran nanoserat selulosa. Gambar 5b dan 5c terlihat permukaan nanokomposit PVA/NSS dengan perbandingan variasi berat (80:20)% dan (75:25)%. Pada Gambar 5b dengan perbandingan PVA/NSS (80:20)% terlihat bahwa distribusi nanoserat selulosa pada film nanokomposit yang dihasilkan lebih merata dan homogen dibandingkan dengan nanokompositPVA/NSS dengan perbandingan (75:25)% yang memperlihatkan permukaan yang tidak merata atau tidak homogen dan terlihat kasar. Hal ini sesuai dengan analisa kekuatan mekanik yang dihasilkan dimana perbandingan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% memiliki nilai kekuatan uji tarik dan modulus Young’s yang terbaik.

      

    Gambar 4. Analisa TGA dari NSS, PVA,dan Nanokomposit PVA/NSS

    Analisa Morfologi dengan SEM

      

    Gambar 3. Grafik Tegangan-Regangan dariPVAdan Nanokomposit PVA/NSS

    Ke 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 hi la ng an M as sa (% ) S u h u ( o C ) P V A / N S S ( 9 5 : 5 ) % P V A / N S S ( 9 0 : 1 0 ) % P V A / N S S ( 8 5 : 1 5 ) % P V A / N S S ( 8 0 : 2 0 ) % P V A / N S S ( 8 5 : 2 5 ) % N S S P V A

      R egangan (-) P V A P V A /N S S (95:5)% P V A /N S S (90:10)% P V A /N S S (85:15)% P V A /N S S (80:20)% P V A /N S S (85:25)%

      0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 5 10 15 20 Te ga ng an (M Pa )

      C dengan massa residu sebesar 11,80%. Sedangkan ketahanan termal pada perbandingan dengan berat nanoserat selulosa 5, 10, 15, dan 25 % berada dibawah nanokomposit dengan variasi berat nanoserat selulosa 20%.

      o

      o

      Kimia FMIPA Unmul

      334,15

      C dengan penurunan massa sebesar 13% dari massa awal. Penurunan ini disebabkan oleh penguapan air dan senyawa yang memiliki berat molekul yang rendah. Dekomposisi maksimum dari PVA/NSS (80:20)% terjadi pada suhu

      o

      C sampai 267,23

      o

      yang lainnya. Dekomposisi awal PVA/NSS (80:20)% terjadi pada suhu 45,64

      Kimia FMIPA Unmul

      124

      Sedangkan perbandingan nanokomposit PVA/NSS dengan perbandingan berat (75:25)% mengalami penurunan nilai kekuatan tarik.

      

    Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616

    Kimia FMIPA Unmul

    E-ISSN 2476-9258

      

    Gambar 5a.Hasil Analisa SEM dari Film PVA

    Gambar 5b. Hasil Analisa SEM dari Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (80:20)%

      

    Gambar 5c. Hasil Analisa SEM dari Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (75:25)%

    KESIMPULAN

      3. Analisa sifat mekanik, morfologi, dan Dari penelitian dan analisa yang dilakukan maka ketahanan termal dari nanokomposit PVA/NSS diperoleh: menunjukkan bahwa variasi berat NSS sebesar

      1. α-selulosa telah berhasil diisolasi dari serat 20% memberikan hasil yang terbaik dengan TKKS dengan menggunakan metode ledak uap. nilai uji tarik sebesar 17,41 MPa dan modulus

      o

      α-selulosa yang diperoleh berwarna putih dan Young’S 0,9 GPa, suhu dekomposisi 267,23 C dari 75 g TKKS diperoleh 30 g α-selulosa dengan massa residu sebesar 11,80% dan (40% dari berat awal serat TKKS). permukaan yang lebih rata dan homogen.

      2. Nanoserat Selulosa telah berhasil diperoleh melalui hidrolisis α-selulosa menggunakan UCAPAN TERIMA KASIH H

    2 C

      2 O 4 11% dan metode ledak uap. Dari 10 g Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak

      α-selulosa diperoleh 7 g NSS (70% dari berat Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) awal α-selulosa). Hasil analisa TEM yang telah bersedia membantu membiayai menunjukkan NSS memiliki diameter rata-rata penyelesaian tesis ini hingga dapat terlaksanakan 44,6 nm. dengan sebaik-baiknya.

      Kimia FMIPA Unmul

      Dwi Indria Cherlina Pembuatan Nanokomposit

      Kimia FMIPA Unmul

    DAFTAR PUSTAKA

      Kimia FMIPA Unmul

      [11] Kaushik, A and Singh, M.(2011). Isolation

      Research. 346: 75-85 .

      Volume 12, No 1: 11-19.Carbohydrate

      [16] Irani, E.S. (2015). Sintesis Nanoselulosa Dari Serat Nenas Dan Aplikasinya Sebagai Nanofiller pada Film Berbasis Polivinil Alkohol.Jurnal penelitian pascapanen.

      Industrial and Engineering Chemistry

      Poly(vinyl Alcohol) and Nanocellulose from Sugarcane Bagasse. Journal of

      Studies on the Mechanical, Thermal, Morphological and Barrier Properties of Nanocomposites Based on

      [15] Mandal, A., and Chakrabarty, D. (2013).

      Cellulose Nanocomposites with Nanofibres Isolated from Pineapple Leaf Fibers for Medical Applications. Journalof Carbohydrate Polymers,86, 1790-1798.

      [14] Cherian, B.M., Leaou,A.L., Souza, S.F., Costa, L.M.M., Olyveira, G.M., Kottaisamy, M., Nagarajan, E.R., Thomas,S. (2011).

      (2008). Cellulose Whiskers Reinforced Polyvinyl Alcohol Copolymer Nanocomposites. European Polymer Journal. 44, 2489-2498.

      [13] Roohani, M., Habibi, Y., Belgacem, Y.M., Ebrahim, G., Karimi, A.N., Dufresne, A.

      (2011).Structure, Morphology and Thermal Characteristics of Banana Nano Fibers Obtained by Steam Explosion.Journal of Bioresource Technology. 102,1988-1997.

      [12] Deepa, B., Abraham, E., Cherian, B.M., Bismarck, A., Blaker, J.J., Pothan, L.A., Leao, A.L., Souza, S.F., Kottaisamy, M.

      and Characterization of Cellulose Nanofibrils from wheat Straw Using Steam Explosion Coupled with High Shear Homogenization.

      1995. Cellulose and Cellulose Derivates. New York.

      [1] Alves, C., Ferrão, P.M.C., Silva, A.J., Reis, L.G., Freitas, M., Rodrigues, L.B.

      Biofibres and Biocomposites.Journal of Carbohydrate Polymers. 71, 343–364. [6] Jacob,M., Jose,S., Varughese,K.T., and

      (2010). Ecodesign of Automotive Components Making Use of Natural Jute Fiber Composites. Journal of Cleaner Production. 18, 313–327.

      [2] Arib, R.M.N., Sapuan, S.M., Ahmad, M.M.H.M., Paridah, M.T., and Zaman, H.M.D.K. (2006). Mechanical Properties of Pineapple Leaf Fibre Reinforced Polypropylene Composites.Journalof Materials & Design. 27, 391–396.

      [3] Jacob, M., Varughese, K.T., and Thomas, S. (2006). Dielectric Characteristics of Sisal–Oil Palm Hybrid Biofibre Reinforced Natural Rubber Biocomposites. Journal of Materials Science. 41, 5538–5547.

      [4] John, M.J., Anandjiwala, R.D., Pothan, L.A., and Thomas, S. (2009). Cellulosic Fibre Reinforced Green Composites.

      Journal of Composite Interfaces. 14, 733– 751.

      [5] John, M.J., and Thomas, S. (2008).

      Thomas,S. (2010). Viscoelastic and Thermal Properties of Woven-Sisal-Fabric- Reinforced Natural-Rubber Biocomposites.Journal of Applied Polymer Science. 117, 614-621.

      Science & Processing. 80, 155-159 [10] Coffey, D.G., Bell, D.A., and Handerson.

      [7] Chakrabarty, A., Sain, M., & Kortschot, M.

      (2006). Cellulose Microfibers as Reinforcing Agents for Structural Materials. In K. Oksman, & M. Sain (Eds.), Cellulose

      Nanocomposites: Processing, Characterization, and Properties.ACS Symposium Series.169–186 [8] Dufresne, A and Vigno, M. (1998).

      Improvement of Starch Film Performances Using Cellulose Microfibrils. Journal of Macromolecules. 31, 2693-2696.

      [9] Nakagaito,A.N., and Yano,H. (2005).

      126

      Novel High-Strength Biocomposites Based on Microfibrillated Cellulose Having Nano- Order-Unit Web-Like Network Structure.Applied Physics A: Materials

Dokumen yang terkait

View of PENURUNAN KADAR CR+3 [KROMIUM(III)] DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA LIMBAH CAIR LABORATORIUM DENGAN PENGGUNAAN METODE PRESIPITASI

0 0 6

OPTIMASI SUHU REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA MINYAK JERAMI PADI (Oryza sativa L.) MENJADI BIODIESEL DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS CaO DARI KULIT TELUR AYAM TEMPERATURE OPTIMIZATION OF TRANSESTERIFICATION REACTION OF STRAW RICE OIL (Oryza sativa L.) TO FORM BI

0 0 5

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI n-HEKSAN DAN ETIL ASETAT TERHADAP EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale var. amarum.) PHYTOCHEMICAL, TOXICITY AND ACTIVITY ANTIOXIDANT FRACTION n- HEXANE AND ETHYL ACETATE EXTRACT OF RED GINGER

0 0 5

View of UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI DAUN SINTRONG (Crassocephalum Crepidioides) DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH)

0 0 6

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-HEKSAN BATANG BENALU TANAMAN JERUK (Dendrophtoe pentandra (L.)Miq.) ISOLATION AND IDENTIFICATION OF CHEMICAL COMPOUND FROM n-HEXANE EXTRACT OF ORANGE STEM PARASITE (Dendrophtoe pentandra (L.)Miq.)

1 1 6

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT-PVC DARI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK ADSORPSI LOGAM TEMBAGA (II) SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF CELLULOSE ACETATE MEMBRANE- PVC FROM WATER HYACINTH (Eichhornia crassipes) FOR COPPER (II)

0 0 7

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH) THE PHYTOVHEMICAL TEST, BRINE SHRIMP LETHALITY TEST, AND ACTIVITY

0 1 7

ANALISIS SIFAT TERMAL DAN UJI KELARUTAN DARI KARET ALAM SIKLIS DAN KARET ALAM CAIR SIKLIS ANALYSIS OF THERMAL PROPERTIES AND SOLUBILITY TEST OF CYCLIC NATURAL RUBBER AND CYCLIC LIQUID NATURAL RUBBER

0 0 5

SINTESIS DIALDEHID ALGINAT MELALUI REAKSI OKSIDASI NATRIUM ALGINAT DENGAN NATRIUM METAPERIODAT SYNTHESIS OF DIALDEHYDE ALGINATE BY OXIDATION REACTON SODIUM ALGINATE WITH SODIUM METAPERIODATE

0 0 5

KORELASI KADAR TOTAL LOGAM Pb TERHADAP KADAR PROTEIN PADA UDANG PUTIH (Penaeus marguiensis) YANG DIAMBIL DI PESISIR PULAU BUNYU KALIMANTAN UTARA CORRELATION LEVEL OF TOTAL METAL Pb CONTENT OF PROTEIN ON WHITE SHRIMP (Penaeus marguiensis) TAKEN IN COASTAL

0 1 7