Latar Belakang Peran Aktif Jepang di Anti-Piracy Asia Tenggara dalam Perspektif Konstruktivisme

PENDAHULUAN

Suatu negara memiliki pertimbangan dalam institusi internasional. Salah satu bentuk kerja sama melakukan kerja sama internasional. Dalam hal ini, internasional adalah kerja sama antarnegara untuk memungkinkan

memutuskan menangani suatu isu yang berkembang secara regional melakukan kerja sama maupun tidak bergabung pada maupun global. Kerja sama antarnegara dilakukan suatu bentuk kerja sama dengan negara lain, baik karena pada beberapa isu, negara tidak dapat secara bilateral, multilateral, maupun di dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri, contohnya

negara

untuk

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

adalah penanganan kejahatan transnasional yang kejahatan-kejahatan yang mungkin terjadi di wilayah merupakan kejahatan lintas batas negara. Oleh karena maritim. Jalur laut yang semakin ramai dapat itu, dibutuhkan kerja sama antar negara untuk disalahgunakan oleh berbagai pihak untuk melakukan mengatasi kejahatan transnasional. Namun, pada kejahatan, bahkan kejahatan yang dilakukan memiliki akhirnya negara tetap memiliki alasan untuk dampak bagi negara lain. Kejahatan yang terjadi di bergabung dalam suatu kerja sama penanganan wilayah maritim dan memiliki dampak bagi lebih dari kejahatan transnasional.

satu negara dapat digolongkan sebagai kejahatan Artikel ini akan menjelaskan tentang transnasional. bagaimana Jepang melakukan kerja sama dalam

Perompakan yang merupakan kejahatan menangani kejahatan transnasional. Pada bagian awal transnasional sangat mempengaruhi jalur pelayaran menjelaskan tentang arti pentingnya wilayah maritim serta mengancam kehidupan pelaut dan pedagang dari dan kejahatan perompakan yang mengganggu seluruh dunia yang menggunakan laut sebagai akses kestabilan wilayah maritim. Selanjutnya, artikel ini utama. Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur menjelaskan tentang peran Jepang dalam kerja sama penting dalam perdagangan dunia tidak luput dari anti-piracy di wilayah Asia Tenggara. Analisis pada aksi perompakan. Mulai tahun 1990an aksi perompak artikel ini menjelaskan tentang alasan Jepang berperan di Selat Malaka menyebabkan kerugian terhadap aktif dalam kerja sama anti-piracy di Kawasan Asia kapal yang menjadi korban perompakan. Wilayah Tenggara. Pada akhirnya, artikel ini menunjukkan perairan yang luas membuat penanganan perompakan bahwa terdapat beberapa faktor yang membentuk harus melibatkan berbagai pihak dengan kerja sama identitas Jepang dan kemudian melatarbelakangi dan koordinasi secara bilateral maupun multilateral, peran aktif Jepang dalam kerja sama menangani baik dengan negara, organisasi-organisasi pemerintah, perompakan di wilayah Asia Tenggara.

dan organisasi-organisasi non pemerintah. Maritim merupakan wilayah yang vital untuk

Jepang sebagai negara kepulauan memberikan negara-negara di dunia. Wilayah laut memberikan perhatian terhadap isu perompakan dengan ikut sumber ekonomi bagi suatu negara, seperti berperan aktif dalam upaya anti-piracy. Pada awalnya, kandungan minyak dan mineral yang dapat Jepang memberikan perhatian terhadap isu meningkatkan perekonomian negara. Sumber perompakan di Laut China Timur mulai tahun 1990. makanan juga terdapat di wilayah laut, seperti Hal ini diakibatkan oleh serangan perompak terhadap ketersediaan ikan dan hewan lainnya yang dapat kapal Jepang di wilayah Laut China Timur pada awal dikonsumsi. Fungsi wilayah laut yang tergolong paling tahun 1990 (Hribernik, 2013). Selanjutnya, pada penting adalah untuk sarana transportasi, baik tahun 1998, Kapal Tenyu milik Jepang menjadi transportasi nasional maupun internasional. Jalur laut korban perompakan di wilayah Selat Malaka. Di juga menjadi pilihan transportasi yang digunakan samping itu, pada tahun 1999, Kapal Alondra dalam perdagangan nasional dan internasional. Rainbow milik Jepang juga diserang di Kuala Tanjong Seperti pada tahun 2006, 75% dari perdagangan Indonesia (Mofa Japan, 2001). Penyerangan terhadap global dilakukan melalui laut dengan armada kargo kapal milik Jepang tersebut yang mendorong Jepang (Mandryk, 2009).

terhadap penanganan Keamanan maritim menjadi isu global setelah perompakan. jalur pelayaran semakin ramai akibat perdagangan

memberikan perhatian

Jepang kemudian berperan aktif dalam global yang menggunakan akses laut. Negara-negara di penanganan terhadap perompakan sebagai akibat dari dunia pun memberikan perhatian khusus terhadap penyerangan kapal milik Jepang di Asia Tenggara. keamanan di jalur perdagangannya karena terdapat Peran aktif Jepang ini dapat dilihat dari keikutsertaan

184 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

Jepang dalam kerja sama anti-piracy di wilayah Asia. Coopertaion Agency (JICA) juga mengadakan “Maritime Disamping itu, Jepang juga berperan aktif untuk Law Enforcement Seminar ” sebagai technical assistance. menangani perompakan yang terjadi di Selat Malaka Pelatihan dan pertukaran pelajar ini sebagai upaya dengan melakukan kerja sama dengan negara-negara Jepang untuk meningkatkan kapabilitas negara-negara di Asia Tenggara. Jepang memiliki keinginan untuk di Asia Tenggara untuk memerangi perompakan ikut berperan dalam menjaga keamanan di Selat (Mofa Japan, 2001). Malaka yang merupakan salah satu jalur penting

Lebih lanjut, Jepang merupakan negara pelopor dalam perdagangan dunia.

pembentukan Regional Cooperation Agreement on Respon anti-piracy yang dilakukan Jepang pada Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia awalnya dapat dilihat dari patroli multilateral yang (ReCAAP) yang dicapai pada 11 November 2004 di dilakukan untuk menangani perompakan. Jepang juga Tokyo dan mulai berlaku pada 4 September 2006. Di membentuk coast guard regional di Asia Tenggara pada awal penandatanganan, ReCAAP memiliki 14 negara

tahun 1997. Coast guard dibentuk untuk anggota, yaitu Bangladesh, Brunei Darussalam, meningkatkan kapabilitas maritim di Asia Tenggara Kamboja, Cina, India, Jepang, Republik Korea, Laos, baik secara teknis maupun operasional. Selain itu, Myanmar, Filipina, Singapura, Srilanka, Thailand, Jepang bersama Indonesia dan Malaysia juga dan Vietnam. Dalam ReCAAP, Jepang juga melakukan patroli

penting yaitu pelopor Pembentukan coast guard tersebut menunjukkan awal pembentukan ReCAAP Information Sharing Centre perhatian Jepang terhadap keamanan maritim di Asia (ISC)

trilateral (Black,

2014). memegang

peranan

mendukung kinerja dalam Tenggara.

untuk

menanggulangi perompakan yang didirikan di Mulai akhir tahun 1999, Jepang semakin Singapura pada 29 November 2006. Selain itu, menunjukkan perhatiannya dalam menangani Yoshiako Ito dari Jepang terpilih menjadi Executive perompakan yang terjadi di Asia Tenggara dengan Director pertama dalam ReCAAP ISC. Takanori melakukan konferensi-konferensi membahas anti- Matsumoto, seorang mantan Japan Coast Guard, piracy . Jepang melihat perompakan dapat mengganggu menjadi asisten Executive Director yang bertanggung stabilitas ekonomi di kawasan, sehingga Jepang jawab atas program ISC (Mofa Japan, 2006). menekankan perlunya kerja sama untuk menangani

Selain melakukan upaya-upaya yang telah perompakan dan hal tersebut disampaikan oleh disebutkan di atas, Jepang juga melakukan dialog- Perdana Menteri Jepang Keizo Obuchi di ASEAN + dialog, capacity building, dan memberikan bantuan Konferensi Tingkat Tinggi Jepang pada November finansial kepada negara-negara di Asia Tenggara untuk 1999. Sebagai aksi nyata, pada November 2000 Japan upaya anti-piracy. Dialog dilakukan oleh Jepang Coast Guard berkunjung ke India dan Malaysia untuk dengan Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina melakukan latihan bersama dalam upaya memerangi pada tahun 2006, 2011, dan 2013 untuk membahas perompakan (Mofa Japan, 2001).

penguatan kerja sama anti-piracy. Seminar capacity Jepang juga mengambil peran dalam building dalam keamanan maritim dilakukan Jepang

peningkatan kapabilitas negara-negara di Asia pada tahun 2014 dan 2015 terhadap negara-negara Tenggara dalam upaya anti-piracy. Dalam pelatihan ASEAN juga sebagai upaya anti-piracy. Jepang juga dan pertukaran sumber daya manusia, The Japan Coast memberikan bantuan finansial sebesar 1,921 juta yen Guard Academy menerima pelajar dari lima negara kepada Indonesia untuk pembuatan kapal patroli dan Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, Indonesia, 12,96 juta yen untuk operasional ISC pada tahun Malaysia dan Vietnam. Selain itu, pada Oktober 2001 2006 (Mofa Japan, 2006). Japan Coast Guard bersama Japan International

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

Jepang telah melakukan upaya-upaya untuk ancaman bagi Jepang, seperti yang dijelaskan oleh Liss memerangi perompakan di Asia Tenggara meskipun (2013) dan Bradford (2008). Kemudian, Bradford Jepang tidak termasuk dalam kawasan tersebut, (2008) menyebutkan perompakan sebagai ancaman tepatnya di wilayah Selat Malaka. Meskipun secara bagi comprehensive security. Hal ini didukung oleh Koga geografis letak Jepang tidak termasuk dalam Asia (2016) bahwa Jepang menekankan comprehensive Tenggara dan tidak bersinggungan langsung dengan cooperation bersama negara-negara ASEAN. Selat Malaka, Jepang tetap berperan aktif dalam

Pada kelompok kedua, studi terdahulu memberikan respon terkait ancaman keamanan menjelaskan terkait representasi Jepang dalam politik maritim di wilayah Asia Tenggara. Jepang juga aktif internasional dengan aktif melakukan kerja sama

melakukan kerja sama anti-piracy untuk menangani menangani perompakan. Christoffersen (2009), ancaman perompakan di wilayah Asia Tenggara Manicom (2010), dan Shimodaira (2014) menjelaskan khususnya perompakan yang terjadi di Selat Malaka. bahwa peran Jepang dalam menangani perompakan Bantuan finansial, capacity building, dan konferensi- merupakan representasi dari image Jepang sebagai konferensi dilakukan Jepang untuk negara-negara di reactive , proactive, dan responsible state. Sehingga, Jepang Asia Tenggara dalam upaya anti-piracy. Hal ini memperluas perannya ke luar wilayah regional, seperti menimbulkan pertanyaan mengapa serta faktor apa yang dijelaskan oleh Koolaee & Tishehyar (2009) dan yang mendasari Jepang berperan aktif dalam upaya Lee (2016). Koolaee & Tishehyar (2009) menjelaskan anti-piracy di Asia Tenggara.

perluasan peran Jepang ini dengan memperkuat pengaruh terhadap politik internasional. Sedangkan,

KERANGKA PEMIKIRAN

Lee (2016) menjelaskan perluasan Jepang sebagai Para ahli dan akademisi sebelumnya

bentuk perlawanan terhadap China. menjelaskan alasan Jepang berperan aktif dalam kerja

Kelompok tulisan pertama telah dapat sama maritim dan khususnya dalam menangani menjelaskan faktor materiil yang mendorong Jepang

perompakan di kawasan Asia Tenggara. Alasan Jepang melakukan kerja sama dalam menangani perompakan berperan aktif dalam menangani perompakan di

di Asia Tenggara. Namun, kelompok pertama ini Wilayah Asia Tenggara di antaranya adalah adanya

belum dapat menjelaskan faktor non materiil yang kepentingan ekonomi dan perdagangan Jepang,

dapat mendorong Jepang melakukan kerja sama di mengatasi ancaman terhadap keamanan maritim,

luar regional. Kelompok tulisan kedua telah dapat pembentukan image Jepang, dan sebagai perluasan menjelaskan faktor non materiil yang mempengaruhi

peran Jepang ke regional lain. peran aktif Jepang dalam kerja sama anti-piracy di Asia

Secara singkat, penulis membagi studi Tenggara adalah image Jepang. Namun, kelompok ini

terdahulu yang telah membahas peran Jepang di Asia belum membahas tentang faktor non materiil lain

Tenggara menjadi dua kelompok. Pada kelompok yang dengan kuat mempengaruhi perilaku negara,

pertama, studi terdahulu membahas bahwa

yaitu identitas.

perompakan merupakan ancaman yang dapat Identitas suatu negara merupakan hal yang

mengganggu kepentingan

Jepang.

Adanya

perlu diperhatikan untuk menganalisis perilaku kepentingan Jepang untuk menangani perompakan di

negara, termasuk perilaku dalam melakukan kerja Asia Tenggara dijelaskan oleh Storey (2013) dan

sama bilateral, maupun multilateral. Identitas ini Hribernik (2017) yang menyebutkan adanya

perlu diperhatikan karena merupakan suatu nilai yang kepentingan Jepang dalam bidang perdagangannya

melekat pada negara, sehingga nilai ini juga yang melalui perairan Asia Tenggara. Lebih lanjut,

mempengaruhi negara dalam berperilaku pada ranah perompakan di Asia Tenggara ini dilihat sebagai

hubungan internasional, termasuk melakukan kerja

186 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

sama dengan negara lain. Selain itu, identitas yang identitas ini adalah label yang telah melekat pada dijelaskan melalui paradigma konstruktivis dapat aktor. Identitas ini biasanya berasal dari interaksi- melihat faktor non materiil yang melekat pada negara. interaksi dan hubungan yang dijalin oleh aktor Berbeda dengan realis yang memiliki fokus terhadap dengan aktor lain. Dengan kata lain, interaksi yang power dan liberalis yang terbatas pada kerja sama, di dilakukan oleh aktor dapat mempengaruhi dalam mana dalam keterlibatan Jepang ini tidak hanya pembentukan identitas. Faktor lingkungan seperti berkaitan dengan power dan kerja sama saja.

budaya dan institusi juga dapat mempengaruhi dalam

Oleh karena itu, penulis menyoroti identitas pembentukan suatu identitas (Ashizawa, 2008). Jepang sebagai faktor Jepang dalam melakukan kerja

Seperti halnya identitas individu, identitas sama di luar regional terkait penanganan negara juga mengacu pada image yang secara khusus perompakan. Penulis menggunakan pendekatan ditonjolkan oleh suatu negara sebagai bagian dari konstruktivisme yang dapat melihat identitas Jepang aktor internasional. Dengan kata lain, identitas negara dan faktor lain yang membentuk serta memperkuat adalah suatu konsepsi “what the country is and what it identitas Jepang. Dengan tulisan ini, penulis melihat represents ”. Identitas negara biasanya dibentuk dan suatu kerja sama juga dapat dilihat melalui dimodifikasi sejalan dengan hubungan dan pendekatan konstruktivisme yang menjembatani kerja interaksinya dengan negara lain maupun aktor sama dan power dengan adanya identitas suatu negara.

internasional lain. Di samping itu, cultural and institutional elements negara baik dari lingkungan

TEORI IDENTITAS NEGARA (STATE IDENTITY internal maupun eksternal juga mempengaruhi

THEORY) pembentukan identitas negara. Identitas negara tidak

State identity

theory dapat membantu

hanya deskripsi dari karakter suatu negara, tetapi menjelaskan alasan keterlibatan Jepang dilihat dari

mengacu pada bagaimana eksistensi negara tersebut identitas negara. Suatu perilaku negara tidak terlepas

dalam lingkungan internasional dan bagaimana dari identitas yang dimilikinya. State identity theory ini negara lain melihat eksistensi suatu negara tersebut

memiliki beberapa variabel yang menentukan

(Ashizawa, 2008).

identitas negara dan variabel-variabel ini dapat Identitas negara secara umum dilihat sebagai membantu menjelaskan identitas yang dimiliki

bagian dari culture, baik yang berasal dari domestik negara. Identitas negara ini pada akhirnya yang

maupun internasional. Beberapa tokoh konstruktivis mendorong suatu negara akan mengambil atau tidak

melihat bahwa domestic culture sebagai sumber dari mengambil suatu tindakan. Di samping itu, state identitas negara. Sedangkan, Alexander Wendt

identity theory ini juga menjelaskan tentang melihat bahwa culture of interstate community sebagai

kepentingan negara yang dapat mempengaruhi hal utama yang menentukan identitas negara. Istilah tindakannya. Sehingga, teori ini lebih dapat culture ini menurut Wendt adalah “socially shared menjelaskan penyebab tindakan suatu negara karena

knowledge ” di mana “knowledge” didefinisikan sebagai tidak

hanya fokus

terhadap

norma-norma

“any belief an actor takes to be true”. Wendt memiliki internasional maupun domestik, tetapi juga

asumsi bahwa negara sebagai unitary actor sehingga memperhatikan kepentingan suatu negara baik secara

Wendt percaya bahwa culture dapat disebarkan antara materiil maupun ide. negara-negara bukan secara individual (Alexandrov, Identitas mengacu pada image atau gambaran

yang secara khusus ditunjukkan dan ditonjolkan oleh Cultural atau institutional elements negara, baik aktor. Identitas tidak hanya karakter atau dalam lingkungan global maupun domestik, disebut pendeskripsian karakter dari seorang aktor, tetapi dengan norma di mana norma ini membentuk

MAYORA BUNGA SWASTIKA

187

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

identitas negara (Katzenstein 1996). Dalam hal ini, dimaksud adalah bagaimana negara lain melihat power culture dan norma internasional penting untuk yang dimiliki oleh negara sebagai identitasnya. Pada membentuk identitas negara. Suatu norma sistem internasional, seperti halnya politik domestik, internasional tidak selalu memiliki dampak yang sama aturan yang sukses biasanya tergantung dengan pada setiap negara. Bagaimana pemerintah melihat elemen otoritas. Dalam hal ini, terdapat negara yang norma internasional ini yang pada akhirnya diberi label sebagai negara yang mampu menjaga mempengaruhi domestik dan identitas negara (Sato & perdamaian dan aturan internasional. Sehingga, dapat Hirata, 2008: 213). Sehingga, norma bersifat dinamis dikatakan bahwa pandangan negara lain terhadap dan dapat mengalami perubahan. Hal tersebut juga suatu negara juga dapat mempengaruhi identitas yang membuat identitas negara menyesuaikan norma negara (Alexandrov, 2003). yang ada.

Menurut konstruktivis, kepentingan negara Identitas negara dapat dipengaruhi oleh internal dibentuk berdasarkan identitas yang dimiliki oleh dimension (domestik)

dimension negara. Kemudian, identitas negara dan kepentingan (internasional).

dan external

Internal dimension merupakan negara tersebut yang menentukan perilaku negara representasi dari elit dan publik di dalam negara dalam melakukan interaksi. Untuk mengetahui alasan sendiri, sedangkan external dimension merupakan perilaku suatu negara perlu mengidentifikasi identitas representasi suatu negara terhadap elit dan publik di negara. Wendt memberikan pandangan bahwa untuk negara lain. Di dalam internal dimension terdapat state mengetahui identitas negara dapat dilihat dari identity politics yang merupakan representasi dari aktor perilaku negara dalam dunia internasional. Wendt politik dalam suatu negara. Domestic politics ini juga memberikan argumen bahwa semua kepentingan kemudian dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri negara berasal dari identitasnya (Alexandrov, 2003). suatu negara atau hubungannya dengan negara lain. Katzenstein (1996) menjelaskan bahwa aktor tidak Dengan kata lain, state identity politics dapat dapat menentukan kepentingan mereka sebelum mempengaruhi identitas negara (Alexandrov, 2003).

mengetahui “what they are representing” dan “who they Suatu negara membuat kebijakan juga are ”. Dengan kata lain, kepentingan berasal dari dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam dunia identitas dan kepentingan akhirnya mempengaruhi

internasional. Menurut Campbell, identitas negara perilaku negara. merupakan hasil dari identitas keamanan. Dalam hal

Penjelasan di atas dapat ditranslasikan secara ini, terdapat istilah “inside” yang mendapatkan singkat seperti pada Bagan 1 berikut ini. Norma anti-

ancaman dari “outside”. Pada akhirnya, identitas piracy , image dari negara lain, dan politik domestik negara dipengaruhi oleh ancaman yang berasal dari Jepang dapat mempengaruhi identitas Jepang sebagai luar dan kebijakan luar negeri berdasarkan “the image negara maritim. Ketiga aspek tersebut mempengaruhi of dangerous ” (Alexandrov, 2003). Katzenstein (1996) identitas Jepang sebagai negara maritim yang kuat. juga menyebutkan bahwa pola internasional amity and Identitas yang terbentuk ini kemudian mempengaruhi enmity merupakan hal penting dalam cultural dimension kepentingan Jepang, baik kepentingan secara material yang pada akhirnya mempengaruhi identitas negara. maupun ide. Pada akhirnya, kepentingan berdasarkan Hal ini menunjukkan bahwa ketika negara identitas ini yang kemudian mempengaruhi peran

mendapatkan ancaman dari “outside” maka terdapat aktif Jepang untuk upaya anti-piracy di wilayah Asia pilihan negara melakukan kerja sama untuk Tenggara. memerangi ancaman tersebut.

Dalam teori ini, power juga memiliki peran dalam mempengaruhi identitas negara. Power yang

188 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

Bagan 1. Model Analisa

Norma Internasional terkait Anti- Piracy

Image Jepang

Jepang aktif dalam di negara-

Identitas Jepang

Kepentingan

kerjasama anti- negara Asia

sebagai Negara

Jepang (material

piracy di Asia Tenggara

Maritim

dan ide)

Tenggara

Politik Domestik Jepang tentang Anti-Piracy

PEMBAHASAN Norma Internasional terkait Anti-Piracy

KETERLIBATAN JEPANG DILIHAT DARI Terdapat beberapa peraturan yang menjelaskan PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

terkait perompakan di mana peraturan tersebut telah Perilaku Jepang yang berperan aktif dalam kerja dikenal di dunia internasional sebagai acuan untuk sama anti-piracy di Asia Tenggara dipengaruhi oleh menangani perompakan. United Nations Convention, kepentingan negaranya di mana kepentingan berasal Geneva Convention , dan pengadilan internasional dari identitas negara. Untuk mengidentifikasi memberikan definisi tentang perompakan dan upaya identitas yang dimiliki oleh Jepang terdapat variabel- untuk menanganinya. Berdasarkan konvensi-konvensi variabel yang mempengaruhi identitas Jepang. ini kemudian mendorong munculnya kerja sama Variabel-variabel yang mempengaruhi identitas Jepang regional maupun internasional dalam menangani adalah international norms, domestic politic, dan perompakan.

internasional juga pandangan dari negara lain. Terkait dengan identitas kemudian muncul untuk memberikan aturan terkait Jepang, dapat dipengaruhi oleh international norms di penanggulangan terhadap aksi perompakan. mana perompakan merupakan kejahatan yang harus

Rezim-rezim

Menurut Pasal 101 dalam United Nations ditumpas oleh semua negara. Dalam ranah domestik Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, Jepang, terdapat aktor yang mengkonstruksi bahwa perompakan merupakan tindakan ilegal berupa perompakan merupakan ancaman dan harus kekerasan, penahanan, penyusutan yang dilakukan ditangani. Pandangan dari negara-negara di Asia untuk tujuan pribadi oleh awak atau penumpang dari Tenggara membentuk image building Jepang dan pada kapal swasta yang terjadi di laut lepas. Serangan akhirnya mempengaruhi identitas Jepang yang tersebut ditujukan terhadap kapal lain atau orang atau kemudian membuat Jepang dapat berperan aktif properti di atas kapal itu. Selain menggunakan senjata dalam kerja sama anti-piracy. Hal-hal tersebut yang dalam

melakukan aksinya, perompak juga menentukan identitas dan kepentingan Jepang dan menggunakan kekerasan terhadap awak maupun kemudian menghasilkan tindakan Jepang aktif dalam penumpang kapal yang disandera. Lebih lanjut, pada kerja sama anti-piracy di Asia Tenggara.

Pasal 100 UNCLOS menyebutkan bahwa semua

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

negara harus melakukan kerja sama dan memiliki penyebaran norma. Oleh karena itu, penyebaran wewenang untuk menangani perompakan yang terjadi norma ini memiliki kaitan terhadap politik domestik di laut lepas.

suatu negara. Selain itu, organisasi internasional juga Selain United Nations Convention, Geneva memiliki peran dalam penyebaran norma bahwa Convention dan pengadilan internasional juga perompakan merupakan suatu ancaman. Hal ini memberikan

penanggulangan dapat dilihat dari penginisiasian kerja sama perompakan. Pada pasal 14 Geneva Convention menangani perompakan dari IMO. menyebutkan bahwa semua negara harus bekerja sama

aturan

terkait

Negara-negara di dunia termasuk Jepang untuk

Pengadilan melihat bahwa perompakan merupakan ancaman internasional di Britain memberikan definisi bahwa seperti yang disosialisasikan oleh norma internasional perompakan merupakan hostis humani generis yaitu terkait perompakan. Akibat dari norma yang merupakan ancaman bagi semua negara. Perompakan berkembang dalam dunia internasional bahwa didefinisikan sebagai “any armed violence at sea which is perompakan merupakan ancaman bagi semua negara, not a lawful act of war .” Pada definisi ini, “robbery at maka perlu ada aksi untuk menanganinya. Norma sea ” termasuk dalam tindakan perompakan. Kerugian yang berkembang bahwa untuk menangani dapat dialami oleh negara yang menjadi korban aksi perompakan diperlukan suatu kerja sama juga perompakan, sehingga kejahatan yang merupakan mempengaruhi Jepang untuk akhirnya mengikuti hostis humani generis diperlukan tindakan untuk kerja sama dalam menangani perompakan yang terjadi menanggulanginya oleh semua negara (Halberstam, di kawasan. Di samping itu, perompakan sebagai hostis 1988).

menangani

perompakan.

humani generis membuat negara-negara termasuk Norma yang berkembang bahwa perompakan Jepang ikut menangani perompakan yang terjadi di

merupakan ancaman bagi semua negara kemudian kawasan di mana ada aksi perompakan. mendorong respon negara untuk menanganinya.

Setelah adanya konvensi-konvensi yang menyebutkan Politik Domestik Jepang tentang Anti-Piracy

bahwa perlu adanya kerja sama untuk menangani Jika menurut UNCLOS 1982 perompakan perompakan, maka kemudian muncul kerjasama- merupakan kejahatan yang terjadi di luar wilayah

kerjasama anti-piracy. Bentuk kerja sama anti-piracy teritorial negara manapun, Jepang memberikan dapat berupa kerja sama bilateral maupun definisi perompakan lebih dari itu. Menurut Jepang, multilateral, kerja sama di bawah organisasi serangan yang terjadi di wilayah perairan nasional internasional

Maritime suatu negara juga termasuk dalam perompakan Organization (IMO), dan terbentuknya rezim anti- (Bradford, 2004). Dalam hal ini, semua bentuk piracy . Keadaan seperti ini yang mendorong negara- perompakan baik di laut lepas maupun laut teritorial negara melakukan kerja sama untuk menangani dikonstruksikan oleh Jepang sebagai suatu ancaman perompakan.

seperti

International

bagi semua negara. Pada akhirnya, hal tersebut Norma terkait perompakan ini kemudian membuat Jepang juga memiliki perhatian terhadap

mempengaruhi negara-negara termasuk Jepang untuk perompakan yang terjadi di wilayah teritorial negara- negara Asia Tenggara, seperti Selat Malaka dan Selat

melakukan kerja sama anti-piracy. Dalam hal ini, aktor dalam negara memiliki peran dalam penyebaran ide Singapura, tidak hanya di wilayah teritorial negaranya. atau norma bahwa perompakan merupakan ancaman.

The National Institute for Defence Studies (NIDS) Aktor yang berperan ini dapat merupakan pemimpin dan the Japan Defence Agency (JDA) memberikan istilah

atau kepala negara, pembuat kebijakan dalam negara, “modern piracy ” untuk menjelaskan tentang maupun pihak yang berkepentingan dalam perompakan. “Modern piracy” ini merupakan konsep

190 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

perompakan termasuk aksi perampokan, perampasan Pada masa Perdana Menteri Yoshiro Mori kargo, dan perampasan kapal yang terjadi di tahun 2000 dan Perdana Menteri Junichiro Koizumi pelabuhan, perairan teritorial, perairan zona ekonomi tahun 2001-2006 di mana keduanya juga dari LDP eksklusif, dan laut lepas (Bradford, 2004). Istilah mengonstruksikan bahwa perompakan merupakan “modern piracy” ini merupakan konstruksi Jepang yang ancaman bagi Jepang. Lebih lanjut, perompakan tidak kemudian melandasi Jepang dapat ikut menangani hanya ancaman bagi Jepang, tetapi juga ancaman perompakan baik di laut lepas maupun wilayah regional, sehingga kerja sama regional dibutuhkan teritorial suatu negara. Konsep yang dibuat oleh untuk memerangi perompakan. Hal tersebut Jepang ini berdasarkan dari norma bahwa menunjukkan bahwa perluasan peran Jepang terkait perompakan merupakan hostis humani generis di mana anti-piracy di mulai ketika LDP berkuasa. Pada semua negara memiliki hak untuk menangani aksi akhirnya, identitas Jepang dipengaruhi oleh aktor di perompakan.

dalam negara yang mengonstruksikan bahwa

Beberapa kelompok di negara Jepang ikut perompakan merupakan ancaman bagi Jepang. mempengaruhi pembuatan kebijakan terkait anti-

Politik domestik ini memiliki kaitan dengan piracy , seperti Japan Coast Guard (JCG), Japan Maritime norma internasional yang berkembang. Norma Self-Defense Force (JMSDF), dan grup politik yang internasional

berkembang menjadikan menginginkan perluasan peran Jepang dalam perompakan sebagai ancaman. Dalam hal ini, terdapat

yang

keamanan maritim. JCG memiliki motivasi aktor dalam negara yang tidak hanya mempengaruhi mempromosikan keamanan maritim dan melindungi politik domestik, tetapi juga menyebarkan bahwa pelaut Jepang, sehingga JCG membuat inisiatif perompakan merupakan suatu ancaman bagi negara- memerangi perompakan di Asia Tenggara. JMSDF negara dan dibutuhkan kerja sama. Perdana Menteri bersama dengan JDA memiliki misi untuk melindungi Jepang, Obuchi, merupakan aktor yang menyebarkan jalur laut penting sejak tahun 1970an, termasuk jalur ide bahwa perlu adanya kerja sama untuk menangani laut di Wilayah Asia Tenggara. Sedangkan grup perompakan di Asia Tenggara. Selain itu, Perdana politik di Jepang menggunakan isu perompakan Menteri Koizumi

menegaskan bahwa untuk memperluas peran Jepang dalam keamanan perompakan merupakan ancaman. Sehingga, Perdana maritim di Asia Tenggara (Bradford, 2004).

juga

Menteri Jepang ini mempengaruhi persepsi ancaman Grup politik seperti Liberal Democratic Party perompakan dalam pemerintahannya yang kemudian (LDP) juga mempromosikan upaya anti-piracy yang disebarkan juga ke luar wilayah Jepang melalui JMSDF ditunjukkan melalui tokoh-tokohnya yang menjadi dan JCG. Perdana Menteri Jepang. Pada masa kepemimpinan

Politik domestik Jepang ini kemudian Keizo Obuchi tahun 1998-2000, Jepang menekankan memperkuat identitas Jepang sebagai negara maritim perlunya kerja sama untuk menangani perompakan yang mampu menjaga keamanan maritim. Perdana

dengan perluasan peran JMSDF ke wilayah terjadinya Menteri Jepang yang menyebarkan ide kerja sama perompakan. Selain itu, pada November 2000 Japan dalam menangani perompakan dapat memperkuat Coast Guard berkunjung ke India dan Malaysia untuk identitas Jepang sebagai negara maritim yang mampu melakukan latihan bersama dalam upaya memerangi mengakomodasi kerja sama maritim. Perluasan peran perompakan di Wilayah Asia Tenggara (Mofa Japan, JMSDF dan JCG setelah Perdana Menteri Jepang 2001). Hal ini menunjukkan bahwa pada masa menyebutkan

sebagai ancaman kepemimpinan Obuchi, Jepang mulai memberikan merupakan suatu bentuk penguatan identitas Jepang

perompakan

perhatian untuk menangani perompakan di Wilayah sebagai negara maritim. Dengan perluasan peran Asia Tenggara.

JMSDF dan JCG ke wilayah Asia Tenggara ini, maka

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

Jepang memperkuat identitasnya sebagai negara

72 maritim yang mampu melindungi wilayah di regional

lain dari ancaman perompakan. 72

Image Jepang sebagai Negara Maritim

39 Identitas suatu negara juga dipengaruhi oleh

Vietnam

17 pandangan negara lain terhadap negara tersebut.

6 Dalam hal ini, pandangan negara-negara di Asia

Brunei

- Tenggara mempengaruhi identitas Jepang dan pada

Laos

Sumber:

akhirnya membuat Jepang dapat bergabung dalam The International Institute for Strategic Studies, kerja sama anti-piracy meskipun Jepang bukan

Military Balance, 2007. Selain jumlah personel angkatan laut dan

termasuk negara yang terletak di Asia Tenggara. Peran jumlah kapal patroli yang lebih banyak di antara

yang dilakukan Jepang dalam kerja sama anti-piracy di negara-negara Asia Tenggara, Jepang juga memiliki

Asia Tenggara kemudian juga membuat negara-negara teknologi yang baik di bidang maritim. Jepang

di Asia Tenggara membutuhkan kontribusi Jepang memiliki kapal dan pesawat patroli laut dengan

karena dianggap mampu mengakomodasi kerja sama teknologi canggih. Tulisan

Samuels (2008) anti-piracy . menjelaskan teknologi khusus peralatan yang dimiliki Jepang memiliki kapabilitas di bidang maritim

oleh Jepang untuk melakukan patroli laut, yaitu: yang kuat, baik dilihat dari sisi jumlah personil dan

1. Memiliki kapal dan pesawat patroli dengan peralatan maupun dari sisi teknologi. Tabel 1 di radar yang kuat untuk melakukan deteksi bawah ini menunjukkan kapabilitas yang dimiliki oleh hingga jarak 320 kilometer. Jepang dan negara-negara Asia Tenggara. Tabel di

bawah juga menunjukkan bahwa kapabilitas Jepang Memiliki kapal patroli dengan kecepatan tinggi,

memiliki daya tahan lama, dan persenjataan dalam bidang maritim memiliki keunggulan

yang memadai.

dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Jepang memiliki Maritime Self-Defense Force dan Coast Memiliki kapal patroli dengan kemampuan real-

time ship identification , fire control system, dan Guards yang bertugas untuk menjaga keamanan

night-vision capabilities .

maritim, baik di dalam negaranya maupun di luar Kapabilitas yang dimiliki oleh Jepang di bidang

kawasan. Dapat dilihat bahwa personel dalam bidang keamanan maritim pada akhirnya membentuk image

maritim yang dimiliki oleh Jepang lebih banyak Jepang yang mampu berpartisipasi dalam kerja sama

dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. Selain itu, Jepang juga memiliki peralatan yang anti-piracy di Asia Tenggara. Hal ini berarti bahwa

negara-negara di Asia Tenggara menerima ide yang digunakan untuk patroli laut (patrol and coastal

dibangun dan disebarkan oleh Jepang bahwa combatants ) paling banyak di antara negara-negara Asia

perompakan merupakan ancaman, sehingga perlu Tenggara.

adanya kerja sama dalam menanganinya. Selain itu,

Jepang juga dapat menunjukkan bahwa Jepang Tabel 1. Kapabilitas Jepang dan Negara-Negara

di Asia Tenggara di Bidang Maritim memiliki kapabilitas untuk mewadahi kerja sama tersebut. Sehingga, negara-negara di Asia Tenggara

Jumlah

menerima kerja sama dengan Jepang meskipun negara

Negara Jumlah Angkatan Laut

Kapal Patroli

ini berasal dari kawasan Asia Timur. Maritime Self-Defense Force : 44.500

Jepang Coast Guards

192 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

Penerimaan oleh negara-negara di Asia Image dari negara-negara di Asia Tenggara Tenggara dengan melakukan kerja sama dengan dalam melihat Jepang juga mempengaruhi penguatan Jepang ini merupakan bentuk image baik Jepang di identitas Jepang sebagai negara maritim. Jepang negara-negara Asia Tenggara. Meskipun terdapat mampu menunjukkan bahwa memiliki kapabilitas kemungkinan suatu ide atau norma luar ditolak oleh untuk berperan dalam menangani perompakan ke suatu negara. Jika ide dari Jepang ini ditolak oleh luar regional Jepang. Selain itu, dengan image Jepang negara-negara Asia Tenggara, maka Jepang tidak dapat sebagai negara maritim yang kuat, negara-negara di berperan aktif dalam kerja sama anti-piracy. Hal ini Asia Tenggara juga memiliki kepercayaan untuk juga menunjukkan bahwa negara-negara di Asia melakukan kerja sama dengan Jepang. Hal ini Tenggara memberikan kepercayaan kepada Jepang menunjukkan bahwa identitas Jepang sebagai negara terkait perannya dalam kerja sama anti-piracy di Asia maritim yang kuat diterima oleh negara-negara di Asia Tenggara.

Tenggara.

Norma internasional, politik domestik, dan

Identitas Jepang sebagai Negara Maritim

image dari negara lain pada akhirnya dapat Jepang memiliki identitas sebagai negara

mempengaruhi identitas suatu negara. Dalam hal ini, maritim yang dapat diperkuat dengan adanya norma ketiga faktor tersebut mempengaruhi identitas Jepang.

internasional, politik domestik, dan image dari negara Adanya norma bahwa perompakan merupakan lain. Pada norma internasional, perompakan ancaman bagi semua negara dan aktor-aktor dalam merupakan suatu ancaman bagi negara-negara. Jepang negara yang mengonstruksikan isu perompakan sebagai negara maritim kemudian ikut menyebarkan sebagai ancaman bagi Jepang mempengaruhi identitas ide bahwa perompakan merupakan suatu ancaman Jepang sebagai negara maritim. Kapabilitas yang melalui Perdana Menteri Jepang. Penyebaran ide dimiliki oleh Jepang dalam bidang maritim membuat bahwa perlu adanya kerja sama ini dilakukan oleh image Jepang sebagai negara maritim juga makin kuat Jepang sebagai

negara maritim. Hal ini di negara-negara Asia Tenggara. Dalam hal ini, ketiga memperlihatkan bahwa Jepang sebagai negara maritim faktor tersebut mempengaruhi Jepang sebagai negara memiliki perhatian yang besar terhadap ancaman maritim bertindak untuk menangani perompakan. wilayah perairan. Penyebaran ide perompakan sebagai

Identitas Jepang sebagai negara maritim ancaman dan perlu adanya kerja sama ini kemudian

mengalami perubahan pada masa kepemimpinan dapat memperkuat identitas Jepang sebagai negara Obuchi. Sebelumnya, Jepang hanya memiliki

maritim yang juga memberikan perhatian besar perhatian terhadap keamanan maritim di wilayah terhadap penanganan perompakan.

perairan Jepang. Kemudian berkembanglah kejahatan Setelah adanya norma internasional yang

perompakan dan muncul norma terkait anti-piracy berkembang, politik domestik juga memperkuat

yang membuat Jepang memperkuat identitasnya Jepang sebagai negara maritim. Dengan pernyataan sebagai negara maritim. Pada masa Perdana Menteri

Perdana Menteri Jepang bahwa perompakan Obuchi, Jepang melakukan perluasan peran dalam merupakan ancaman, Jepang kemudian memperluas

menjaga keamanan maritim ke wilayah Asia Tenggara perannya dalam menangani perompakan melalui

dengan mengirim JMSDF dan JCG untuk bekerja JMSDF dan JCG yang sebelumnya hanya berperan

dengan negara-negara Asia Tenggara dalam lingkup domestik. Hal ini dilakukan Jepang

sama

menanggulangi perompakan di perairan Asia untuk memperkuat identitas Jepang sebagai negara Tenggara.

maritim yang pada akhirnya dapat memperluas Identitas Jepang sebagai negara maritim

perannya ke luar regional. semakin kuat dengan adanya tiga faktor yang

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

mempengaruhinya. Jepang sebagai negara maritim perdagangan dunia. Gambar 1 menunjukkan diharapkan dapat menangani ancaman atau kejahatan distribusi minyak mentah melalui Selat Malaka yang terjadi di laut. Perompakan sebagai ancaman menuju Jepang. semua negara serta aktor-aktor dalam negeri Jepang yang kemudian mempromosikan untuk memerangi

Gambar 1. Jalur Pendistribusian Minyak Dunia perompakan membuat identitas Jepang sebagai negara

maritim pada akhirnya mengambil tindakan untuk memerangi perompakan. Identitas Jepang sebagai negara maritim juga membuat Jepang memiliki kapabilitas di bidang maritim yang kuat. Pada akhirnya, image building yang dibangun Jepang mampu membuatnya ikut berperan dalam kerjasama anti-piracy

di kawasan Asia Tenggara.

Sumber:

Energy Information Administration, 2012.

Kepentingan Jepang

Identitas Jepang sebagai negara maritim Perompakan yang terjadi di wilayah Asia membentuk kepentingan Jepang baik secara materiil Tenggara dan Selat Malaka mengakibatkan kerugian

maupun secara ide. Pada aspek materiil, keamanan dan merupakan ancaman bagi kepentingan Jepang. jalur maritim merupakan hal penting bagi Jepang. Beberapa kapal milik Jepang menjadi korban National

Defense Program Guidelines Jepang perompakan yang terjadi di Asia Tenggara. Pada menyebutkan bahwa sebagai negara maritim, Jepang September 1998, M/V Tenyu menjadi korban akan meningkatkan “Open and Stable Seas” serta perompak ketika dalam perjalanan menuju Incheon, mengamankan keselamatan maritim dan lalu lintas Korea dari Kuala Tanjong, Indonesia dan kehilangan udara yang merupakan dasar dari perdamaian dan sekitar 3.000 ton aluminium. Pada Oktober 1999, kemakmuran Jepang (Liberal Democratic Party of M/V Alondra Rainbow diserang setelah berangkat Japan, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa dari Kuala Tanjong menuju Pelabuhan Miike Jepang kepentingan Jepang adalah untuk perdamaian dan dan kemudian bagian kargo sekitar 7.000 aluminium kemakmuran Jepang, sehingga Jepang meningkatkan ditemukan di Manila. Februari 2000, M/V Global keselamatan maritim. Jepang sebagai negara maritim Mars diserang di Phuket Thailand setelah berangkat akan memerangi ancaman bagi keamanan maritim dari Malaysia (Mofa Japan, 2001). Pada Maret 2005, untuk melindungi kepentingannya, yaitu menjaga M/V Idaten dirompak oleh kelompok orang dari perdamaian dan kemakmuran Jepang.

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Selat Malaka Perompakan

merupakan ancaman bagi (Black, 2014:132). kepentingan Jepang sebagai negara maritim, di mana

Selain memiliki kepentingan materiil, Jepang perdagangan internasional dilakukan melalui jalur juga memiliki kepentingan untuk menyebarkan ide

laut termasuk untuk akses ekspor maupun impor. bahwa perompakan merupakan suatu ancaman bagi Letak geografis Jepang memungkinkan perdagangan semua negara. Hal ini didasari oleh identitas Jepang dilakukan melalui jalur laut untuk mencapai wilayah sebagai negara maritim di mana jalur laut memiliki Asia, Afrika, maupun Eropa. Pada Gambar 1 berikut arti penting bagi Jepang, maka Jepang memiliki menunjukkan jalur distribusi minyak mentah dari keinginan bahwa semua negara harus ikut dalam Timur Tengah ke seluruh dunia. Jalur tersebut tidak upaya memberikan keamanan jalur laut. Jepang hanya untuk distribusi minyak melainkan juga jalur mengonstruksikan bahwa perompakan merupakan

194 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL

VOL. 6, NO. 2, Oktober 2017-Maret 2018

ancaman bagi jalur perdagangan, sehingga perlu Peran aktif Jepang untuk menjaga keamanan adanya kerja sama oleh semua negara untuk maritim dan mempertahankan eksistensinya sebagai memeranginya dan mengamankan jalur perdagangan. negara maritim yang kuat terlihat melalui perannya Konstruksi Jepang ini dapat dilihat dari upaya yang dalam kerja sama anti-piracy di wilayah Asia Tenggara. dilakukan Jepang melalui dialog-dialog bersama Jepang

konferensi-konferensi negara lain dengan sosialisasi.

memprakarsai

membahas penanganan perompakan bersama negara- negara Asia Tenggara. Jepang meningkatkan

Perilaku atau Kebijakan Luar Negeri Jepang

kapabilitas personel maritim, memimpin pelatihan Kepentingan yang dimiliki Jepang pada

personil maritim di negara-negara Asia Tenggara serta akhirnya membuat Jepang merumuskan kebijakan

memberikan bantuan dana untuk peningkatan luar negerinya untuk melakukan kerja sama dalam

kapabilitas maritim untuk negara-negara di Asia menangani perompakan. Jepang memiliki keinginan

Tenggara. Peran aktif Jepang di Asia Tenggara ini menjaga keamanan jalur perdagangan untuk didasari oleh kepentingan yang dimiliki Jepang

melindungi kepentingan negaranya, sehingga Jepang sebagai negara maritim di mana keamanan jalur

melakukan upaya untuk mengurangi ancaman akibat maritim merupakan hal penting untuk transportasi

perompakan di Asia Tenggara. Kepentingan Jepang perdagangan dan untuk mempertahankan image

berdasar identitasnya sebagai negara maritim Jepang sebagai negara maritim yang kuat.

membuatnya melakukan kerja sama untuk menangani

perompakan yang terjadi di Asia Tenggara. Di

KESIMPULAN

samping itu, beberapa kapal Jepang telah menjadi Kesimpulan dari tulisan ini adalah adanya

korban perompakan di wilayah Asia Tenggara, identitas yang dimiliki oleh Jepang sebagai negara

sehingga keinginan Jepang untuk memerangi maritim membuat Jepang terlibat dalam kerja sama

perompakan dilakukan dengan melakukan kerja sama anti-piracy di Asia Tenggara. Identitas Jepang sebagai

dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Jepang memiliki Kebijakan yang dilakukan Jepang untuk

negara maritim membuat

kepentingan untuk mengamankan jalur laut, sehingga menjamin keamanan maritim tertulis dalam Japan’s Jepang berperan aktif dalam kerja sama anti-piracy di Security Policy . Jepang memiliki strategi yang dilakukan

Faktor-faktor lain dapat untuk melindungi kepentingannya. Strategi yang

Asia

Tenggara.

Jepang, seperti dilakukan Jepang adalah

mempengaruhi

identitas

memperkuat dan

berkembangnya norma internasional, aktor-aktor memperluas peran Jepang dalam menjamin keamanan

dalam politik domestik, dan image yang diberikan oleh maritim. Strategi Jepang ini menunjukkan bahwa negara lain. Berkembangnya

norma bahwa Jepang akan memperluas perannya untuk menjaga perompakan merupakan ancaman bagi semua negara keamanan maritim. Perluasan peran Jepang membuat identitas Jepang sebagai negara maritim ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam kerja sama

memiliki keinginan untuk memerangi perompakan. anti-piracy di Asia Tenggara. Meskipun secara geografis

Selain itu, aktor dalam negeri dan kepercayaan dari Jepang terletak di Asia Timur, Jepang memiliki

negara-negara Asia Tenggara terhadap Jepang juga kepentingan terkait keamanan maritim dan image

akhirnya mempengaruhi identitas Jepang sebagai building sebagai negara maritim yang kuat bagi negara- negara maritim untuk melindungi keamanan maritim.

negara di Wilayah Asia Tenggara. Jepang ingin Teori yang digunakan, yaitu state identity dari

melindungi jalur perdagangan yang berasal maupun Alexander Wendt, dapat membantu menjawab

menuju Jepang dengan mengikuti kerja sama menjaga rumusan masalah dalam makalah ini. Variabel-

keamanan maritim di Wilayah Asia Tenggara. variabel “sebab” yang terdapat di dalam teori seperti

MAYORA BUNGA SWASTIKA

LATAR BELAKANG PERAN AKTIF JEPANG DI ANTI-PIRACY ASIA TENGGARA

norma internasional, politik domestik, image of other, International Maritime Organization. Annual Report. (Online), identitas negara, dan kepentingan negara dapat

(http://www.imo.org, diakses 12 Desember 2017). membantu mengantarkan kepada “akibat” yaitu Katzenstein, P. J. 1996. The Culture of National Security: Norms and Identity in World Politics. New York: perilaku negara. Dengan menjelaskan variabel-variabel

Columbia University Press.

dan memasukkannya dalam isu kerja sama anti-piracy Koga, Kei. 2016. Japan’s “Strategic Coordination” in 2015 ASEAN, Southeast Asia, and Abe’s Diplomatic Agenda.

oleh Jepang ini pada akhirnya dapat menjawab

Southeast Asian Affairs.

rumusan masalah dan mencapai tujuan dari makalah Koolaee, Elaheh & Mandana, Tishehyar. 2009. China and ini. State identity dari Alexander Wendt ini dapat

Japan’s Energy Security Approaches in the Central menjawab alasan Jepang berperan aktif dalam kerja

Asia: A Comparative Study. China Report, Vol.45, No.5.

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai

0 2 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan - Studi Kualitatif Tentang Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia

0 1 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

0 1 10

Analisis Strategi Marketing Public Relations PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk dalam Meningkatkan Pengguna Kartu Brizzi

0 2 9

Penerapan Metode Clustering dengan Algoritma K-Means pada Pengelompokkan Data Calon Mahasiswa Baru di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Studi Kasus: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

0 1 5

Pengaturan Lalulintas Kereta Api di Stasiun Cicalengka untuk Mendukung Pengoperasian Jalur Ganda Kereta Api Bandung-Cibatu

0 3 9

Risiko Kestabilan Lereng Akibat Gempabumi (Studi Area di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul)

0 0 13

ISIS Menuju Asia Tenggara: Ancaman dan Kerja Sama Keamanan Kawasan dalam Menghadapi Peningkatan Ekspansi ISIS

0 0 14

Tata Kelola Remitansi Buruh Migran Indonesia oleh Pemangku Kepentingan di Tingkat Nasional dan Akar Rumput: Praktik Baik, Peluang dan Tantangan

0 0 12