BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pola penyakit mengalami perubahan yaitu dengan adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan kematian yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non- infeksi. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Kecenderungan perubahan ini juga telah terjadi di Indonesia sehingga menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan (Depkes, 2006).

  Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua pertiga di antaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan terkena kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (Internasional Union against Cancer/UICC, 2009).

  Di Indonesia, tiap tahun diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar 237.000 penderita baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari tahun ke tahun terus meningkat dan salah satu penyumbang angka tingginya kejadian kanker di Indonesia adalah kanker payudara.

  Di mana saat ini kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker serviks payudara meningkat sesuai bertambahnya usia. Akan tetapi, usia muda bukan menjadi jaminan aman dari kanker payudara.

  Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2011 jumlah wanita khususnya remaja penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000 di antaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia (Husada, 2012). Menurut Ranggiasanka (2010) kanker payudara ini mungkin disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta stres yang berkepanjangan. Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit kanker.

  Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena risiko kanker payudara.Pola makan dan makanan juga merupakan faktor penting yang dapat memicu terkena kanker payudara. Dalam hal ini budaya makan makanan di Indonesia sangat memengaruhi resiko remaja Indonesia terkena kanker payudara, misalnya saja: gorengan (semua jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan cepat saji seperti buger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak tidak hanya pada

  Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di Indonesia kanker payudara sudah lebih tinggi daripada kanker leher rahim, proporsi kanker payudara sebesar 28,7%, dan kanker leher rahim 12,8%. Sementara kedua setelah kanker leher rahim (Puskom Kes, 2013) Menurut WHO tahun 2008 wanita akan mengalami kanker payudara 8-9%.

  Hal ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18–30 bulan. Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan di berbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena kanker payudara (PCC, 2011).

  Berdasarkan data Globocan, (IARC) International Agency Research on

  

Cancer tahun 2008, dimana kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh

  kanker yang di derita oleh perempuan yakni incidence rate 38 per 100.000 perempuan dan kasus baru yang ditemukan 22,7 % dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.

  Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Kanker Dharmais 2010, saat ini kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. dari 10 kanker terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal,

  Data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2002 - 2008 diperoleh data 141 kasus kanker payudara paska masektomi dan kemoterapi stadium 2A sampai dengan stadium lanjut, dengan kelompok umur 46-55 tahun berjumlah 37 orang (33,9%) dan 36-45 tahun berjumlah 34 (31,2%) dan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 17 orang (15,6%) (Suratinojo, 2009).

  Menurut WHO satu-satunya cara yang efektif sampai saat ini hanya dengan melakukan deteksi sedini mungkin pada kemungkinan timbulnya penyakit ini, yaitu dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Hal ini juga dikarenakan penyebab terjadinya kanker payudara sampai saat ini belum diketahui.

  Pencegahan merupakan hal yang paling penting dari pada pengobatan. Pencegahan juga jauh lebih murah daripada pengobatan. Untuk mencegah kanker payudara, ada hal yang sangat mudah dan tanpa harus mengeluarkan biaya.

  Pencegahan tersebut adalah dengan melakukan SADARI secara rutin setiap bulan.Pada saat melakukan SADARI, jika ditemukan tanda-tanda kanker payudara, maka hendaknya langsung memeriksakan diri ke Rumah Sakit untuk melakukan

  Untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi diantaranya dengan thermography, mammography,

  

ductography , biopsi dan USG payudara. Disamping itu ada juga cara yang lebih

  dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009).

  SADARI yaitu pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan payudara lainnya.Tujuan utama SADARI adalah menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik, sayangnya wanita yang melakukan SADARI masih rendah.

  Masih minimnya wanita Indonesia, khususnya remaja dalam melakukan SADARI dilatarbelakangi oleh masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini.Selain daripada program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja.Bukan hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah

  Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia (Notoatmodjo, 2010)

  Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2010).

  Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan antara lain media leaflet dan media video/film. Media leaflet berisi kalimat singkat, padat dan mudah dimengerti beserta gambar-gambar yang dapat menarik minat untuk membacanya. Media audio

  

visual aids (AVA) dalam bentuk tayangan film pendek (short film). Film yang berisi

  gambar gerak dan suara dapat ditayangkan melalui media video compact disc (VCD), video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari obyek dan mekanisme kerja dalam topik tertentu (Santyasa, 2007).

  Penggunaan video untuk menyampaikan pesan mempunyai beberapa

  

features yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses penyampaian pesan.

  Salah satu features tersebut adalah slow motion dimana gerakan obyek atau peristiwa tertentu yang berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari. Slow berlangsung cepat (Santyasa, 2007).

  Pendidikan kesehatan yang diberikan melalui media leaflet dan media film dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja. Penelitian Sulastri (2012) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan penyuluhan kesehatan menggunakan video dalam SADARI terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri. Permatasari (2013) juga menyimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan siswi SMA Negeri 2 di Kecamatan Pontianak Barat. Hidayati (2013) juga menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tentang kanker payudara dan demonstrasi ketrampilan praktik SADARI berpengaruh terhadap pengetahuan siswi tentang kanker payudara dan ketrampilan praktik SADARI di SMA Futuhiyyah Kabupaten Demak.

  Menurut hasil penelitian Melina dkk, (2014) tentang Perbedaan media pembelajaran (leaflet dan video) terhadap keterampilan SADARI ditinjau dari motivasi menunjukkanada perbedaan pengaruh media pembelajaran leaflet dan video terhadap ketrampilan SADARI yang ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,021 dimana nilai rata-rata perlakuan media video lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata dengan perlakuan media leaflet.

  Menurut hasil penelitian Handayani dkk, (2012) menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa yaitu 33 responden (46,4%) sedangkan 38 responden (53,6%) pada kategori kurang.

  Kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI berpengaruh para perilaku remaja dalam melakukan SADARI.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiani (2013) bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta.

  Berdasarkan survey awal pendahuluan yang dilakukan dari data Rekam Medik di RSUD Tarutung tahun 2014 ditemukan 27 orang pasien kanker payudara, 17 orang (63%) menderita tumor jinak dan 10 orang (37%) menderita kanker ganas payudara. Dari 17 orang yang menderita kanker jinak, 11 orang (65%) dengan rentang usia 16- 30 tahun, dan diantaranya 3 orang adalah pelajar.

  Menurut Dalimartha (2004), ternyata 75-82% keganasan payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut Septiani (2012) dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%. Untuk itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat supaya masyarakat bisa melaksanakan SADARI secara rutin untuk mendeteksi secara dini kanker payudara. Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemkab Tapanuli Utara diwajibkan mengetahui tentang SADARI karena nantinya kesehatan. Mereka akan mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk merubah pengetahuan dan sikap masyarakat tentang SADARI sehingga melakukan SADARI secara rutin setiap bulan.

  Akademi Keperawatan Pemkab Tapanuli Utara mendapat materi kuliah tentang SADARI sesuai kurikulum. Materi tentang SADARI disampaikan dengan metode ceramah dan disampaikan melalui power point. Hasil capaian pengetahuan tentang SADARI masih kurang memuaskan. Untuk itu perlu diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan media video. Informasi lain yang diperoleh bahwa ada 2 orang mahasiswa pernah yang mengalami benjolan pada payudaranya dan telah dilakukan operasi. Hal ini mungkin dapat menambah motivasi mahasiswa untuk melakukan SADARI.

  1.2. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media leaflet dan media video terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi dalam deteksi dini kanker payudara di Akademi Keperawatan Pemkab Tapanuli Utara tahun 2015.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui pengaruh media leaflet dan media video terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi dalam deteksi dini kanker payudara di Akademi

  1.4. Hipotesis 1.

  Ada pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dalam deteksi dini kanker payudara di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

  2. Ada pengaruh media video terhadap pengetahuan dan sikap siswa sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dalam deteksi dini kanker payudara di Akademi Keperwatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

  3. Ada perbedaan efektifitas media leaflet dan media video terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswi sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dalam deteksi dini kanker payudara di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

  1.5. Manfaat Penelitian 1.

  Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi mahasiswi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara agar aktif dalam melakukan deteksi dini kanker payudara dengan melakukan SADARI dan diharapkan setelah selesai perkuliahan, dapat menerapkannya pada masyarakat.

  2. Bagi Dinas Kesehatan agar aktif untuk mensosialisasikan program pengendalian kanker payudara dengan SADARI pada seluruh wanita usia subur termasuk remaja.

  3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan pengetahuan tentang pengendalian kanker payudara dengan melakukan SADARI.

Dokumen yang terkait

B. PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN - Kedudukan Pulau Nipa Sebagai Pulau Terluar Untuk Penarikan Garis Pangkal Laut Terluar Indonesia Yang Berbatasan Dengan Singapura

0 0 8

PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Pulau Nipa Sebagai Pulau Terluar Untuk Penarikan Garis Pangkal Laut Terluar Indonesia Yang Berbatasan Dengan Singapura

0 0 14

Klasifikasi Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

0 0 15

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN - Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata Karyawan Pengguna Komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

1 3 7

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 1 22

Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai

0 2 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan - Studi Kualitatif Tentang Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal Terhadap Produktivitas Dan Mutu Ayam Pedaging

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap KPR di Kecamatan Medan Helvetia

0 1 11