CONTOH AMDAL PELABUHAN ASASI MANUSI
AMDAL Pelabuhan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di
dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120
km2 dari Timur ke Barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km2 dari utara ke
selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas
perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km2. Indonesia mempunyai garis
pantai sepanjang 81.791km. Mengingat perairan pantai atau pesisir
merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya pantai
Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk
pembangunan ekonomi di negara ini.
Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah
didukung oleh pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir,
dengan melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assessment)
tentang kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan
yang terdapat di dalamnya menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan
kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya,
guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan secara
menyeluruh dan terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat
dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan
dengan masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti
dengan ketentuan seperti Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur
pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun pemanfaatan laut tidak
semakin kacau.
Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang
mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing,
dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU 22/1999) sehingga
pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan ke pemerintah daerah, bisa
menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih
baik. Sebaliknya tanpa persiapan dan pembangunan institusi, UU itu bisa
menjadi bencana karena akan terjadi eksploitasi yang memperparah
kerusakan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Peruntukan wilayah pesisir menjadi kawasan pelabuhan menjadikan
pelabuhan tersebut menjadi suatu kawasan yang multi fungsi dengan
beragam aktivitas di dalamnya membutuhkan adanya pengembangan
kawasan sehingga peningkatan aktivitas dan pengembangan kawasan
pelabuhan seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
di sekitarnya.
1.2.2. Laporan dari Bapedalda menunjukkan terdapat beberapa masalah
lingkungan yang terjadi di kawasan Pelabuhan. Kegiatan diperairan
berupa kegiatan kapal -kapal yang berlabuh di pelabuhan menghasilkan
1.3
1.4
1.5
2.1
2.2.
banyak limbah baik berupa buangan minyak, sampah dan limbah cair
lainnya setiap harinya. Aktivitas industri dalam proses produksinya juga
menghasilkan buangan baik cair maupun gas yang dapat menyebabkan
pencemaran kawasan di sekitarnya. Aktivitas darat lainnya berupa
pergudangan, docking atau perbaikan kapal, industri dan perkantoran
juga menghasilkan banyak limbah setiap harinya.
Tujuan Amdal Pelabuhan
a) Untuk mengetahui dampak cemaran dari aktivitas pelabuhan yang
semakin meningkat.
b) Untuk mengetahui prosedur ANDAL yang ada di pelabuhan.
c) Untuk mengetahui usaha untuk mengurangi dampak pencemaran di
pelabuhan
Sasaran Amdal Pelabuhan
Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan Terutama di daerah sekitar pelabuhan.
Manfaat Amdal Pelabuhan
Luaran Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan informasi
tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, sehingga meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di lapangan sehingga bisa
menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang lingkungan
sekitar pelabuhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pelabuhan
Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan Pemerintah RI no 69
Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, adalah: “ Tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas -batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun penumpang
dan/ atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”. Sedangkan
Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan
Fungsi pelabuhan
Fungsi Pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, serta tempat perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi. Bila ditinjau dari segi pengusahaanya
maka pelabuhan arti pelabuhan adalah :
a. Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang sengaja
diselenggarakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat dan kegiatan lainnya.Pelabuhan semacam ini tentu saja
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang untuk pemakaian oleh kapal
dan muatannya, dikenakan pembayaran-pembayaran tertentu
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan,
Pelabuhan yang tidak diusahakan yaitu pelabuhan yang sekedar
hanya merupakan tempat kapal/ perahu dan tanpa fasilitas-fasilitas yang
disediakan oleh pelabuhan. Sedangkan menurut UU No.21 Tahun 1992PP. No. 70 Tahun 1996- Km No. 26 Tahun 1998, Pengertian pelabuhan
lebih diperluas yaitu :
a. Pelabuhan Umum, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh bermacammacam kapal untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang
campuran juga penumpang dan hewan serta dikelola oleh instansi yang
ditunjuk oleh pemerintah seperti PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II,
sebagai contoh: Pelabuhan Teluk Bayur.
b. Pelabuhan Khusus, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh kapal kapal yang bermuatan tertentu untuk melakukan kegiatan bongkar muat
barang-barang tertentu atau khusus serta dikelola oleh instansi terkait,
sebagai contoh : Pelabuhan Teluk Kabung ( milik PERTAMINA )
c. Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas untuk dimasuki oleh
kapal -kapal yang berbendera negara asing. Jadi kalau sebuah kapal
asing hendak memasuki pelabuhan laut, dia boleh langsung masuk tanpa
perlu meminta izin terlebih dahulu, karena pelabuhan laut memang
disediakan untuk perdagangan internasional.
d. Pelabuhan Pantai, yaitu pelabuhan yang disediakan untuk
perdagangan dalam negeri dan luar negeri dan oleh karena itu tidak
terlalu bebas disinggahi oleh kapal yang berbendera asing. Kapal asing
tersebut masih dapat menyinggahi pelabuhan pantai, dengan cara
terlebih dahulu meminta izin kepihak pelabuhan terkait. Pengertian
lainnya adalah Menurut tujuan , adalah Kegiatan suatu pelabuhan dapat
dihubungkan dengan kepentingan ekonomi dan kepentingan pemerintah
serta kepentingan lainnya . Dari segi Peraturan Pemerintah yang berlaku
saat ini yaitu Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 tentang
Pembinaan Kepelabuhan Bab 1 Pasal 1 ayat (4) menyebutkan:
Pelabuhan adalah :
4. " Tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal serta kendaraan air
lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang , bongkar muat barang
dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi ".
Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah yang sama Bab 11 pasal 1 ayat (1)
disebutkan bahwa : “ Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan
kegiatan pemerintah me rupakan sarana untuk menyelenggarankan pelayanan
jasa kepelabuhan dalam menunjang penyelenggaraan angkutan laut “. Dalam
perkembangan selanjutnya , pengertian Pelabuhan itu mencakup pengertian
sebagai Prasarana dan sistem , yaitu Pelabuhan adalah Suatu lingkuan kerja
terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang
memungkinkan berlabuh dan bertambatnya kapal untuk terselenggaranya
bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu moda
transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya
(Ruskiwan, 2009). 2.2 Konsep Pembangunan Wilayah Pelabuhan Secara umum
perencanaan pelabuhan agak berbeda dengan perencanaan prasarana lainnya,
mengingat peran dan fungsi pelabuhan itu sendiri. Mengingat hal diatas,
perencanaan pelabuhan harus dapat memenuhi dan merefleksikan fungsi dan
perannya. Selain itu perencanaan pelabuhan harus dikaitkan pada aktifitas dan
prasarana lainnya yang menunjang keberlangsungan pelabuhan itu. Perencanaan
pelabuhan merupakan multi disiplin ilmu dan mempunyai kompleksitas yang
cukup besar, sehingga berbagai disiplin ilmu terkait pada perencanaan
pelabuhan ini. Seorang perencana pelabuhan (Port Planner) harus memimpin
dan mengkoordinasikan berbagai keterkaitan disiplin ilmu tersebut menj adi
suatu output perencanaan sesuai dengan tolok ukur/acuannya. Pembangunan di
suatu wilayah/daerah pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di
daerah lain, dan kebijakan ekonomi makro dari negara bersangkutan. Dengan
demikian, terdapat ketergantungan antar daerah, sehingga pertumbuhan produksi
perkapita di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh lokasi daerah dan aktivitas
di daerah yang bersangkutan, akan tetapi juga kondisi dan aktivitas yang ada di
daerah lain. Kondisi ketergantungan ini telah melahirkan paling tidak 2 (dua)
teori yang berkaitan dengan kerangka konseptual pembangunan daerah, yaitu :
1. Konsep Basis Ekonomi Teori ini beranggapan bahwa permintaan terhadap
“input” hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap “output”
yang diproduksi oleh parkir basis (ekspor) dan parkir non basis (local).
Permintaan terhadap produksi parkir local hanya dapat meningkat apabila
pendapatan local meningkat. Sementara disisi lain, peningkatan pendapatan iini
hanya akan terjadi apabi la parkir basis meningkat. Oleh karena itu, menurut
konsep ini ekspor daerah adalah merupakan faktor penentu dalam pembangunan
ekonomi. Disinilah peranan mempromosikan daerah dan subsidi langsung
kepada investor menjadi sangat penting.
5. 2. Konsep Perbedaan Tingkat Imbalan (Rate of Return) Pemahaman dalam
konsep perbedaan tingkat imbalan didasarkan pada pemikiran bahwa suatu
daerah terbelakang bukanlah disebabkan karena tidak beruntung atau kegagalan
pasar, akan tetapi disebabkan oleh produktivitasnya yang rendah. Oleh karena
itu, investasi dalam prasarana adalah penting sebagai sarana pembangunan
daerah. Kedua teori di atas nampaknya sangat relevan untuk dipergunakan
sebagai landasan didalam melihat proses pembangunan yang terjadi di suatu
daerah. Oleh karena itu, dalam suatu proses pembangunan ada 3 (tiga) program
yang dapt dikelompokkan sebagai program prioritas, tanpa meninggalkan
program-program penting lainnya. Ketiga program prioritas tersebut adalah : 1.
Pengembangan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas 2. Pembangunan Bidang
Infrastruktur Program ini dimaksudkan untuk memperlancar system transportasi
antar daerah sampai ke daerah-daerah yang masih terisolasi. Prioritas ini secara
lebih rinci dijabarkan melaluiprogram-program sebagai berikut, a) Prasarana
jalan dan jembatan b) Perhubungan darat, danau, sungai dan penyebrangan c)
Perhubungan laut d) Perhubungan udara e) Pos dan Telekomunikasi 3.
Pembangunan Perekonomian Dalam Arti Luas Program ini dimaksudkan untuk
mewujudkan suatu parkir, apakah industri, pertanian atau parkir lainnya, yang
akan dijadikan tulang punggung perekonomian daerah (Muis, 2011). 2.3 Konsep
Perencanaan Pelabuhan Secara umum perencanaan/pengembangan pelabuhan
dapat direfleksikan oleh sifat kelembagaannya, ada yang berorientasi bisnis
(bussiness oriented) dan ada yang berorientasi kepada kepentingan umum.
Pelabuhan yang berorientasi pada keuntungan, perencanaan pengembangan
dilakukan secara bertahap dan dikaitkan pada pengembangan yang memberikan
keuntungan langsung. Sebaliknya pelabuhan yang berorentasi pada kepentingan
umum, perencanaan pengembangan dilaksanakan dalam jangka panjang dan
komprehensif serta diarahkan pada pelabuhan sebagai prasarana umum yang
menunjang perkembangan sosial ekonomi daerah dan nasional, guna
memperoleh keuntungan menyeluruh.
6. Menurut (Anonim, 2010) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pelabuhan, diantaranya: • Kebutuhan akan ruang dan lahan •
Perkembangan ekonomi daerah hinterland pelabuhan • Perkembangan industri
yang terkait pada pelabuhan • Arus dan komposisi barang yang ada dan
diperkirakan • Jenis dan ukuran kapal • Hubungan transportasi darat dan
perairan dengan hinterland • Akses dari dan menuju laut • Potensi
pengembangan fisik • Aspek nautis dan hidraulik • Keamanan/keselamatan dan
dampak lingkungan • Analisis ekonomi dan finansial • Fasilitas dan struktur
yang ada. 2.4 Investasi dan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Keberhasilan
proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya akan tetapi lebih
dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang kelancaran dan
pertumbuhan arus barang dalam pola perdagangan maupun pertumbuhan
ekonomi regional maupun nasional (Muis, 2010). Secara umum investasi dapat
berupa aktifitas: Ekspansi/pengembangan, penilaian kelayakan atas perluasan
lini produk yang ada seperti investasi baru untuk dermaga, bangunan, gudang
dan modal kerja. Penghematan biaya, misalnya investasi di bidang teknologi
baru harus dinilai dari penghematan atau output yang lebih besar. Penggantian
(replacement), memutuskan perlu tidaknya dan waktunya penggantian peralatan
tua dengan peralatan baru, untuk menghemat biaya operasi dan meningkatkan
kualitas. Pilihan alternatif, memutuskan diantara alternatif investasi untuk
mencapai hasil yang sama, sedangkan rasio antara modal dengan biaya investasi
yang harus dikeluarkan berbeda. 2.5 Manajemen Sanitasi Pelabuhan
7. Penerapan manajemen pada usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)
pada umumnya dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Untuk melakukan
pendekatan aspek sosial diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang
kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,
komunikasi dan motivasi (Depkes RI, 1996). Menurut Suparlan (1988) dalam
Adriyani (2005) pendekatan aspek sosial membutuhkan berbagai pertimbangan
terhadap berbagai macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya faktor:
1. Pengertian Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta
manfaat suatu usaha kesehatan masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa
adanya pengertian ini segala sesuatunya akan berjalan tanpa arah. Pengertian
merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan untuk
bertindak secara aktif. 2. Pendekatan Pendekatan yang baik perlu dilakukan
terutama terhadap Pimpinan maupun karyawan perusahaan Tempat-Tempat
Umum (TTU), biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa bentuk
motivasi. Titik pangkal suksesnya usaha STTU banyak bergantung dari cara
pendekatan ini, ada 2 macam pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang
dapat ditempuh yaitu: a. Pendekatan formal Pendekatan formal yaitu suatu
pendekatan terhadap pimpinan secara resmi. b. Pendekatan informal Pendekatan
informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja
berada dan dilakukan di tempat kerjanya. Selain pendekatan di atas menurut
Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (1996), pendekatan yang biasa
digunakan pada aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan kepada
masyarakat umum dan masyarakat pengunjung TTU khususnya perlu diberi
pengertian dan kesadaran tentang usaha STTU. Dengan adanya pengertian dari
pengunjung bahwa TTU yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat
akan berusaha untuk senantiasa memelihara STTU. 3. Kesadaran Faktor
kesadaran terutama karyawan pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan
program, tanpa kesadaran makan pelaksanaan program STTU akan mengalami
hambatan dan kesulitan, karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya
serta manfaatnya baik bagi perusahaan maupun bagi pribadi karyawan yang
bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil pendekatan edukatif
melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. 4. Partisipasi
8. Faktor partisipasi dari karyawan Pelabuhan secara total sangat dibutuhkan
dalam rangka memelihara, membina dan mengembangkan usaha Sanitasi.
Partisipasi penuh dari karyawan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan cara
memberikan pengertian serta motivasi tentang pentingnya Hygiene dan STTU
dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis operasional. 5. Kerja
sama Usaha kesehatan masyarakat khususnya usaha Hygiene dan STTU
dibutuhkan adanya kerjasama dalam tim. Tanpa kerja sama yang baik maka
usaha ini tidak akan berjalan dengan baik. 6. Keuangan Dimana terdapat suatu
usaha terutama dalam usaha Hygiene dan STTU khususnya yang berhubungan
dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi
biaya, tanpa ditunjang biaya yang memadai ini maka kegiatan ini tidak akan
berjalan semestinya. Kegiatan ini sangat membutuhkan adanya anggaran khusus
terutama guna pelaksanaan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan sanitasi di
lingkungan pelabuhan hendaknya menjadi komitmen bagi seluruh pekerja di
pelabuhan. Tentu saja hal ini diikuti dengan manajemen pemeliharaan sanitasi
yang baik antara lain berupa kecukupan personil kebersihan, alokasi dana yang
mencukupi dari pihak pengelola pelabuhan. 2.6 Undang-Undang No.23 Tahun
1997 Tentang Lingkungan Hidup setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak atas imformasi lingkungan
hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan ataukegiatan
dilarang melanggar baku-mutu dan kreteria baku kerusakan lingkungan hidup,
setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang kemungkinannya dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup *wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.* Setiap usaha dan atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dalammenerbitkan izin
melakukan usaha dan atau kegiatan wajib diperhatikanrencana tata ruang,
pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang
dan berkaitan dengan usaha atau kegiatan tersebut. *Pelanggaran terhadap
proses itu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha *dalam rangka
peningkatan kinerja usaha dan atau kegiatan,pemerintahmendorong penanggung
jawab usaha atau kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup. Masyarakat
berhak mengajukan gugatan perwakilan kepengadilan dan atau melaporkan ke
penegak hukum terhadap berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan
pri kehidupan masyarakat//bahkan Undang-undang pun meng-amanahkan sanksi
pidana terhadap pelanggaran dampak lingkungan hidup dimaksud. Permasalahan
dan kendala penerapan AMDAL dalam pengelolaan
9. lingkungan hidup serta pra kondisi penerbitan berbagai perizinan suatu
kegiatan usaha akhirnya menjadi pertanyaan besar (Buana, 2010). BAB III
PEMBAHASAN 3.1 Proyeksi lalu lintas pelabuhan Secara umum kebutuhan
suatu rencana pengembangan pelabuhan laut dipengaruhi oleh berbagai
perkembangan social-ekonomi dan daerah layanannya, baik daerah layanan
belakang (hinterland) maupun daerah layanan depan (foreland). Yang menjadi
daerah layanan belakang dari pelabuhan yang direncanakan paling tidak
mencakup wilayah satu Kabupaten atau bahkan bias juga satu propinsi,
sedangkan daerah layanan depannya adalah daerah-daerah lain di seluruh
Indonesia yang menjadi asal dan tujuan para penumpang/barang angkutan laut.
Potensi pengguna dari pelabuhan yang direncanakan terutama berkaitan dengan
fungsi pelabuhan ini apakah akan berfungsi sebagai pelabuhan Internasional,
pelabuhan regional, atau pelabuhan local. Perkiraan arus bongkar muat barang di
Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan lalulintas barang yang
ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. Perkiraan pertumbyhanarus
bongkar muat barang ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan : 1. Metode
Gravitasi (Bangkitan-tarikan). Proyeksi pertumbuhan bongkar muat barang
dengan metode Gravitasi didasarkan pada teori bahwa adanya aktivitas dalam
suatu zona (daerah) akan menyebabkan timbulnya kebutuhan perjalanan baik
dalam zona itu sendiri atau perjalanan ke zonalain. Berdasarkan besarnya
bangkitan dan tarikan perjalanan dari dan ke suatu zona, dapat dilakukan
peramalan volume perjalanan beberapa tahun mendatang dengan menggunakan
model estimasi distribusi perjalanan (trip distribution). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi bangkitan dan tarikan perjalanan, miasalnya jumlah penduduk,
PDRB, jumlah rumah tangga, jumlah industri, dan jumlah kendaraan bermotor.
Penentuan model terbaik dilakukan dengan meninjau parameter-parameter
berikut ini : Memiliki koefisien korelasi (r2) terbesar, yang menunjukkan
kedekatan hubungan antara model dengan data real. Memiliki konstanta
persamaan / intercept yang terkecil yang menunjukkan faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan / faktor “pemaaf”. Makin kecil konstanta persamaan, berarti
pengaruhdari faktor-faktor yang tidak diperhitungkan semakin kecil. Kesesuaian
ekspektasi antara dugaan dan real. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pertumbuhan PDRB ini digunakan sebagai parameter pertumbuhan arus bongkar
muat barang yang patut dipertimbangkan. Angka pertumbuhan jumlah
10. bongkar muat barang di pelabuhan diasumsikan sesuai dengan rata-rata
pertumbuhan PDRB di daerah yang bersangkutan. Angka pertumbuhan PDRB
ini diambildari rata-rata pertumbuhan PDRB beberapa tahun terakhir. 3.
Perkiraan kompromi, yaitu laju pertumbuhan rata-rata dari proyeksi
menggunakan model matematis dengan proyeksi berdasarkan pertumbuhan
PDRB. Skenario ini kita sebut Skenario Moderat. 3.2 Sistematika Pelabuhan
Kinerja pelabuhan dapat ditunjukkan oleh kualitas pelayanan terhadap kapal
maupun barang di suatu pelabuhan. Variabel yang dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan atau kinerja operasional pelabuhan antara lain produktifitas bongkar
muat yang antara lain diukur melalui variabel ship output, sedangkan kinerja
operasional antara lain terdiri atas waiting time, berthing time, turn round time.
Ship output (TSHP) sendiri merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur besarnya produktifitas bongkar muat kapal. Peralatan bongkar
muat sangat mempengaruhi lamanya kapal di dermaga, apabila alat bongkar
muat kurang memadai maka produktifitas bongkar muat rendah, sebaliknya
peralatan bongkar muat memadai serta SDM yang profesional maka
produktifitas bongkar muat akan tinggi, dengan sendirinya kapal akan cepat
meninggalkan dermaga atau berthing time dapat diperkecil. Peranan Pelabuhan
sebagai salah satu pelabuhan tujuan bagi pelayaran domestik dan pelayaran
rakyat yang akan melakukan aktivitas bongkar muat berjenis barang keperluan
rumah tangga dan bangunan dari berbagai daerah di seluruh pelosok nusantara,
dan juga sekali merupakan tempat kegiatan ekonomi bagi suatu negara, oleh
sebab itu dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kepelabuhan. 3.3 Pelabuhan dan Fasilitas Utamanya
Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk
menunjang kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk
melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat
berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri. Fasilitas
pokok pelabuhan terdiri dari : • Alur pelayaran • Kolam pelabuhan • Penahan
gelombang (breakwater) • Dermaga Alur pelayaran: Alur pelayaran dalam istilah
kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa daerah yang dilalui kapal sebelum
masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah pelabuhan sendiri dibatasi
oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua pelabuhan yang
diusahakan ada aturan bahwa
11. setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayaran harus membayar Jasa
Labuh (biaya berlabuh di wilayah pelabuhan). Kolam Pelabuhan: Kolam
pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang digunakan untuk
bersandarnya kapal. Penahan Gelombang: Penahan gelombang (breakwater)
merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang dibangun dengan bahan batu kali
dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan yang berbentuk tertentu seperti
tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding tegak (caison). Dermaga:
Sarana-sarana tambahan adalah sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk
memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan
penumpang-penumpang. Yang dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga
(quaywalls), pelampung tambatan (mooring piles), piled piers, ponton-ponton,
dermaga-dermaga ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel (slipways). 3.4
Persyaratan Sanitasi di Pelabuhan Persyaratan sanitasi standar yang harus
dimiliki oleh sebuah pelabuhan antara lain: a. Bagian luar 1) Tempat parkir
Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air. 2)
Tempat sampah Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup
dan kedap air serta dalam jumlah yang cukup. 3) Pencahayaan Penerangan harus
cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar
tempat parkir. b. Bagian dalam 1) Ruang tunggu a) Ruangan harus bersih. b)
Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk. c) Pencahayaan harus
cukup dan tidak menyilaukan mata (minimal 10 fc) sehingga dapat digunakan
untuk membaca.
12. d) Penghawaan harus cukup, minimal 10% dari luas lantai. e) Lantai tidak
licin, kedap air, dan mudah dibersihkan. f) Tersedia tempat penampungan
sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup. 2)
Pembuangan kotoran manusia a) Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe
leher angsa) minimal 1 jamban untuk 100 pengunjung, atau minimal 2 buah
jamban. b)Tersedia peturasan (urinoir) yang baik, minimal 1 peturasan untuk
200 orang pengunjung dan tersedia pasokan air yang mencukupi. c) Harus ada
tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dengan jamban wanita.
d) Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau. 3)
Pembuangan sampah a) Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara
yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup. b) Pengangkutan
sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah yang menumpuk. 4)
Pembuangan air limbah Air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran
tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke saluran air kotor perkotaan. 5)
Tempat cuci tangan Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu,
dilengkapi dengan sabun dan kain serbet. Lain-lain 1) Tersedia alat
perlengkapan untuk P3K. 2) Terdapat alat pemadam kebakaran. 3) Bar atau
restoran atau rumah makan yang ada ahrus memenuhi syarat higiene dan sanitasi
makanan dan minuman (Chandra, 2006). BAB IV
13. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. kegiatan masuknya
ikan impor sesuai peraturan AMDAL nomor 23 Thn 2007 sebenarnya harus
memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) guna mencegah
terjadinya pencemaran maupun dampak Lingkungan lainnya baik itu di wilayah
Pelabuhan maupun di lokasi lainnya. b. Sarana-sarana tambahan adalah sarana
dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk
mengangkut dan menurunkan penumpang-penumpang. c. fasilitas pelabuhan
ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan. d. Perkiraan arus
bongkar muat barang di Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan
lalulintas barang yang ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. e.
Keberhasilan proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya
akan tetapi lebih dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang
kelancaran dan pertumbuhan arus barang dalam pola perdagangan maupun
pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. 4.2 Saran a. Lokasi pelabuhan
hendaknya dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga
dapat meningkatkan pelayanan kepelabuhan. b. Lokasi pelabuhan harus
memiliki sarana sanitasi. Daftar Pustaka Adriyani, Retno. 2005. Manajemen
Sanitasi Pelabuhan Domestik di Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan. (Online),
Vol.
1,
No.
2:
130-141.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf, diakses 12 Juli
2009.
Anonim,
2010.
Konsep
Perencanan
Pelabuhan.
http://muislife.com/367.html . diakses tanggal 12 Juli 2009. Buana, 2010.
Kegiatan Ikan Impor Harus Memiliki AMDAL. http://www.sanggahbuana.com/
archives/1390. diakses tanggal 12 Juli 2009.
14. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Depkes RI. 1996. Buku Pedoman Sanitasi
Tempat-Tempat Umum. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Muis, 2010. Investasi dan Pembangunan Fasilitas
Pelabuhan.
http://muislife.com/investasi
-dan-pembangunanfasilitaspelabuhan.html. diakses tanggal 12 Juli 2009. Muis, 2011. Konsep
pembangunan wilayah pelabuhan. http://muislife.com/konsep-pembangunansuatu- wilayah.html. diakses tanggal 12 Juli 2009. Ruskiwan, 2009. Pengetian
Pelabuhan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di
dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120
km2 dari Timur ke Barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km2 dari utara ke
selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas
perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km2. Indonesia mempunyai garis
pantai sepanjang 81.791km. Mengingat perairan pantai atau pesisir
merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya pantai
Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk
pembangunan ekonomi di negara ini.
Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah
didukung oleh pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir,
dengan melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assessment)
tentang kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan
yang terdapat di dalamnya menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan
kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya,
guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan secara
menyeluruh dan terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat
dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan
dengan masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti
dengan ketentuan seperti Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur
pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun pemanfaatan laut tidak
semakin kacau.
Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang
mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing,
dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU 22/1999) sehingga
pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan ke pemerintah daerah, bisa
menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih
baik. Sebaliknya tanpa persiapan dan pembangunan institusi, UU itu bisa
menjadi bencana karena akan terjadi eksploitasi yang memperparah
kerusakan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Peruntukan wilayah pesisir menjadi kawasan pelabuhan menjadikan
pelabuhan tersebut menjadi suatu kawasan yang multi fungsi dengan
beragam aktivitas di dalamnya membutuhkan adanya pengembangan
kawasan sehingga peningkatan aktivitas dan pengembangan kawasan
pelabuhan seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
di sekitarnya.
1.2.2. Laporan dari Bapedalda menunjukkan terdapat beberapa masalah
lingkungan yang terjadi di kawasan Pelabuhan. Kegiatan diperairan
berupa kegiatan kapal -kapal yang berlabuh di pelabuhan menghasilkan
1.3
1.4
1.5
2.1
2.2.
banyak limbah baik berupa buangan minyak, sampah dan limbah cair
lainnya setiap harinya. Aktivitas industri dalam proses produksinya juga
menghasilkan buangan baik cair maupun gas yang dapat menyebabkan
pencemaran kawasan di sekitarnya. Aktivitas darat lainnya berupa
pergudangan, docking atau perbaikan kapal, industri dan perkantoran
juga menghasilkan banyak limbah setiap harinya.
Tujuan Amdal Pelabuhan
a) Untuk mengetahui dampak cemaran dari aktivitas pelabuhan yang
semakin meningkat.
b) Untuk mengetahui prosedur ANDAL yang ada di pelabuhan.
c) Untuk mengetahui usaha untuk mengurangi dampak pencemaran di
pelabuhan
Sasaran Amdal Pelabuhan
Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan Terutama di daerah sekitar pelabuhan.
Manfaat Amdal Pelabuhan
Luaran Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan informasi
tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, sehingga meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di lapangan sehingga bisa
menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang lingkungan
sekitar pelabuhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pelabuhan
Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan Pemerintah RI no 69
Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, adalah: “ Tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas -batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun penumpang
dan/ atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”. Sedangkan
Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan
Fungsi pelabuhan
Fungsi Pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, serta tempat perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi. Bila ditinjau dari segi pengusahaanya
maka pelabuhan arti pelabuhan adalah :
a. Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang sengaja
diselenggarakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat dan kegiatan lainnya.Pelabuhan semacam ini tentu saja
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang untuk pemakaian oleh kapal
dan muatannya, dikenakan pembayaran-pembayaran tertentu
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan,
Pelabuhan yang tidak diusahakan yaitu pelabuhan yang sekedar
hanya merupakan tempat kapal/ perahu dan tanpa fasilitas-fasilitas yang
disediakan oleh pelabuhan. Sedangkan menurut UU No.21 Tahun 1992PP. No. 70 Tahun 1996- Km No. 26 Tahun 1998, Pengertian pelabuhan
lebih diperluas yaitu :
a. Pelabuhan Umum, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh bermacammacam kapal untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang
campuran juga penumpang dan hewan serta dikelola oleh instansi yang
ditunjuk oleh pemerintah seperti PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II,
sebagai contoh: Pelabuhan Teluk Bayur.
b. Pelabuhan Khusus, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh kapal kapal yang bermuatan tertentu untuk melakukan kegiatan bongkar muat
barang-barang tertentu atau khusus serta dikelola oleh instansi terkait,
sebagai contoh : Pelabuhan Teluk Kabung ( milik PERTAMINA )
c. Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas untuk dimasuki oleh
kapal -kapal yang berbendera negara asing. Jadi kalau sebuah kapal
asing hendak memasuki pelabuhan laut, dia boleh langsung masuk tanpa
perlu meminta izin terlebih dahulu, karena pelabuhan laut memang
disediakan untuk perdagangan internasional.
d. Pelabuhan Pantai, yaitu pelabuhan yang disediakan untuk
perdagangan dalam negeri dan luar negeri dan oleh karena itu tidak
terlalu bebas disinggahi oleh kapal yang berbendera asing. Kapal asing
tersebut masih dapat menyinggahi pelabuhan pantai, dengan cara
terlebih dahulu meminta izin kepihak pelabuhan terkait. Pengertian
lainnya adalah Menurut tujuan , adalah Kegiatan suatu pelabuhan dapat
dihubungkan dengan kepentingan ekonomi dan kepentingan pemerintah
serta kepentingan lainnya . Dari segi Peraturan Pemerintah yang berlaku
saat ini yaitu Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 tentang
Pembinaan Kepelabuhan Bab 1 Pasal 1 ayat (4) menyebutkan:
Pelabuhan adalah :
4. " Tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal serta kendaraan air
lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang , bongkar muat barang
dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi ".
Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah yang sama Bab 11 pasal 1 ayat (1)
disebutkan bahwa : “ Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan
kegiatan pemerintah me rupakan sarana untuk menyelenggarankan pelayanan
jasa kepelabuhan dalam menunjang penyelenggaraan angkutan laut “. Dalam
perkembangan selanjutnya , pengertian Pelabuhan itu mencakup pengertian
sebagai Prasarana dan sistem , yaitu Pelabuhan adalah Suatu lingkuan kerja
terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang
memungkinkan berlabuh dan bertambatnya kapal untuk terselenggaranya
bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu moda
transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya
(Ruskiwan, 2009). 2.2 Konsep Pembangunan Wilayah Pelabuhan Secara umum
perencanaan pelabuhan agak berbeda dengan perencanaan prasarana lainnya,
mengingat peran dan fungsi pelabuhan itu sendiri. Mengingat hal diatas,
perencanaan pelabuhan harus dapat memenuhi dan merefleksikan fungsi dan
perannya. Selain itu perencanaan pelabuhan harus dikaitkan pada aktifitas dan
prasarana lainnya yang menunjang keberlangsungan pelabuhan itu. Perencanaan
pelabuhan merupakan multi disiplin ilmu dan mempunyai kompleksitas yang
cukup besar, sehingga berbagai disiplin ilmu terkait pada perencanaan
pelabuhan ini. Seorang perencana pelabuhan (Port Planner) harus memimpin
dan mengkoordinasikan berbagai keterkaitan disiplin ilmu tersebut menj adi
suatu output perencanaan sesuai dengan tolok ukur/acuannya. Pembangunan di
suatu wilayah/daerah pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di
daerah lain, dan kebijakan ekonomi makro dari negara bersangkutan. Dengan
demikian, terdapat ketergantungan antar daerah, sehingga pertumbuhan produksi
perkapita di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh lokasi daerah dan aktivitas
di daerah yang bersangkutan, akan tetapi juga kondisi dan aktivitas yang ada di
daerah lain. Kondisi ketergantungan ini telah melahirkan paling tidak 2 (dua)
teori yang berkaitan dengan kerangka konseptual pembangunan daerah, yaitu :
1. Konsep Basis Ekonomi Teori ini beranggapan bahwa permintaan terhadap
“input” hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap “output”
yang diproduksi oleh parkir basis (ekspor) dan parkir non basis (local).
Permintaan terhadap produksi parkir local hanya dapat meningkat apabila
pendapatan local meningkat. Sementara disisi lain, peningkatan pendapatan iini
hanya akan terjadi apabi la parkir basis meningkat. Oleh karena itu, menurut
konsep ini ekspor daerah adalah merupakan faktor penentu dalam pembangunan
ekonomi. Disinilah peranan mempromosikan daerah dan subsidi langsung
kepada investor menjadi sangat penting.
5. 2. Konsep Perbedaan Tingkat Imbalan (Rate of Return) Pemahaman dalam
konsep perbedaan tingkat imbalan didasarkan pada pemikiran bahwa suatu
daerah terbelakang bukanlah disebabkan karena tidak beruntung atau kegagalan
pasar, akan tetapi disebabkan oleh produktivitasnya yang rendah. Oleh karena
itu, investasi dalam prasarana adalah penting sebagai sarana pembangunan
daerah. Kedua teori di atas nampaknya sangat relevan untuk dipergunakan
sebagai landasan didalam melihat proses pembangunan yang terjadi di suatu
daerah. Oleh karena itu, dalam suatu proses pembangunan ada 3 (tiga) program
yang dapt dikelompokkan sebagai program prioritas, tanpa meninggalkan
program-program penting lainnya. Ketiga program prioritas tersebut adalah : 1.
Pengembangan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas 2. Pembangunan Bidang
Infrastruktur Program ini dimaksudkan untuk memperlancar system transportasi
antar daerah sampai ke daerah-daerah yang masih terisolasi. Prioritas ini secara
lebih rinci dijabarkan melaluiprogram-program sebagai berikut, a) Prasarana
jalan dan jembatan b) Perhubungan darat, danau, sungai dan penyebrangan c)
Perhubungan laut d) Perhubungan udara e) Pos dan Telekomunikasi 3.
Pembangunan Perekonomian Dalam Arti Luas Program ini dimaksudkan untuk
mewujudkan suatu parkir, apakah industri, pertanian atau parkir lainnya, yang
akan dijadikan tulang punggung perekonomian daerah (Muis, 2011). 2.3 Konsep
Perencanaan Pelabuhan Secara umum perencanaan/pengembangan pelabuhan
dapat direfleksikan oleh sifat kelembagaannya, ada yang berorientasi bisnis
(bussiness oriented) dan ada yang berorientasi kepada kepentingan umum.
Pelabuhan yang berorientasi pada keuntungan, perencanaan pengembangan
dilakukan secara bertahap dan dikaitkan pada pengembangan yang memberikan
keuntungan langsung. Sebaliknya pelabuhan yang berorentasi pada kepentingan
umum, perencanaan pengembangan dilaksanakan dalam jangka panjang dan
komprehensif serta diarahkan pada pelabuhan sebagai prasarana umum yang
menunjang perkembangan sosial ekonomi daerah dan nasional, guna
memperoleh keuntungan menyeluruh.
6. Menurut (Anonim, 2010) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pelabuhan, diantaranya: • Kebutuhan akan ruang dan lahan •
Perkembangan ekonomi daerah hinterland pelabuhan • Perkembangan industri
yang terkait pada pelabuhan • Arus dan komposisi barang yang ada dan
diperkirakan • Jenis dan ukuran kapal • Hubungan transportasi darat dan
perairan dengan hinterland • Akses dari dan menuju laut • Potensi
pengembangan fisik • Aspek nautis dan hidraulik • Keamanan/keselamatan dan
dampak lingkungan • Analisis ekonomi dan finansial • Fasilitas dan struktur
yang ada. 2.4 Investasi dan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Keberhasilan
proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya akan tetapi lebih
dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang kelancaran dan
pertumbuhan arus barang dalam pola perdagangan maupun pertumbuhan
ekonomi regional maupun nasional (Muis, 2010). Secara umum investasi dapat
berupa aktifitas: Ekspansi/pengembangan, penilaian kelayakan atas perluasan
lini produk yang ada seperti investasi baru untuk dermaga, bangunan, gudang
dan modal kerja. Penghematan biaya, misalnya investasi di bidang teknologi
baru harus dinilai dari penghematan atau output yang lebih besar. Penggantian
(replacement), memutuskan perlu tidaknya dan waktunya penggantian peralatan
tua dengan peralatan baru, untuk menghemat biaya operasi dan meningkatkan
kualitas. Pilihan alternatif, memutuskan diantara alternatif investasi untuk
mencapai hasil yang sama, sedangkan rasio antara modal dengan biaya investasi
yang harus dikeluarkan berbeda. 2.5 Manajemen Sanitasi Pelabuhan
7. Penerapan manajemen pada usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)
pada umumnya dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Untuk melakukan
pendekatan aspek sosial diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang
kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,
komunikasi dan motivasi (Depkes RI, 1996). Menurut Suparlan (1988) dalam
Adriyani (2005) pendekatan aspek sosial membutuhkan berbagai pertimbangan
terhadap berbagai macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya faktor:
1. Pengertian Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta
manfaat suatu usaha kesehatan masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa
adanya pengertian ini segala sesuatunya akan berjalan tanpa arah. Pengertian
merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan untuk
bertindak secara aktif. 2. Pendekatan Pendekatan yang baik perlu dilakukan
terutama terhadap Pimpinan maupun karyawan perusahaan Tempat-Tempat
Umum (TTU), biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa bentuk
motivasi. Titik pangkal suksesnya usaha STTU banyak bergantung dari cara
pendekatan ini, ada 2 macam pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang
dapat ditempuh yaitu: a. Pendekatan formal Pendekatan formal yaitu suatu
pendekatan terhadap pimpinan secara resmi. b. Pendekatan informal Pendekatan
informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja
berada dan dilakukan di tempat kerjanya. Selain pendekatan di atas menurut
Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (1996), pendekatan yang biasa
digunakan pada aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan kepada
masyarakat umum dan masyarakat pengunjung TTU khususnya perlu diberi
pengertian dan kesadaran tentang usaha STTU. Dengan adanya pengertian dari
pengunjung bahwa TTU yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat
akan berusaha untuk senantiasa memelihara STTU. 3. Kesadaran Faktor
kesadaran terutama karyawan pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan
program, tanpa kesadaran makan pelaksanaan program STTU akan mengalami
hambatan dan kesulitan, karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya
serta manfaatnya baik bagi perusahaan maupun bagi pribadi karyawan yang
bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil pendekatan edukatif
melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. 4. Partisipasi
8. Faktor partisipasi dari karyawan Pelabuhan secara total sangat dibutuhkan
dalam rangka memelihara, membina dan mengembangkan usaha Sanitasi.
Partisipasi penuh dari karyawan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan cara
memberikan pengertian serta motivasi tentang pentingnya Hygiene dan STTU
dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis operasional. 5. Kerja
sama Usaha kesehatan masyarakat khususnya usaha Hygiene dan STTU
dibutuhkan adanya kerjasama dalam tim. Tanpa kerja sama yang baik maka
usaha ini tidak akan berjalan dengan baik. 6. Keuangan Dimana terdapat suatu
usaha terutama dalam usaha Hygiene dan STTU khususnya yang berhubungan
dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi
biaya, tanpa ditunjang biaya yang memadai ini maka kegiatan ini tidak akan
berjalan semestinya. Kegiatan ini sangat membutuhkan adanya anggaran khusus
terutama guna pelaksanaan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan sanitasi di
lingkungan pelabuhan hendaknya menjadi komitmen bagi seluruh pekerja di
pelabuhan. Tentu saja hal ini diikuti dengan manajemen pemeliharaan sanitasi
yang baik antara lain berupa kecukupan personil kebersihan, alokasi dana yang
mencukupi dari pihak pengelola pelabuhan. 2.6 Undang-Undang No.23 Tahun
1997 Tentang Lingkungan Hidup setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak atas imformasi lingkungan
hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan ataukegiatan
dilarang melanggar baku-mutu dan kreteria baku kerusakan lingkungan hidup,
setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang kemungkinannya dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup *wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.* Setiap usaha dan atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dalammenerbitkan izin
melakukan usaha dan atau kegiatan wajib diperhatikanrencana tata ruang,
pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang
dan berkaitan dengan usaha atau kegiatan tersebut. *Pelanggaran terhadap
proses itu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha *dalam rangka
peningkatan kinerja usaha dan atau kegiatan,pemerintahmendorong penanggung
jawab usaha atau kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup. Masyarakat
berhak mengajukan gugatan perwakilan kepengadilan dan atau melaporkan ke
penegak hukum terhadap berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan
pri kehidupan masyarakat//bahkan Undang-undang pun meng-amanahkan sanksi
pidana terhadap pelanggaran dampak lingkungan hidup dimaksud. Permasalahan
dan kendala penerapan AMDAL dalam pengelolaan
9. lingkungan hidup serta pra kondisi penerbitan berbagai perizinan suatu
kegiatan usaha akhirnya menjadi pertanyaan besar (Buana, 2010). BAB III
PEMBAHASAN 3.1 Proyeksi lalu lintas pelabuhan Secara umum kebutuhan
suatu rencana pengembangan pelabuhan laut dipengaruhi oleh berbagai
perkembangan social-ekonomi dan daerah layanannya, baik daerah layanan
belakang (hinterland) maupun daerah layanan depan (foreland). Yang menjadi
daerah layanan belakang dari pelabuhan yang direncanakan paling tidak
mencakup wilayah satu Kabupaten atau bahkan bias juga satu propinsi,
sedangkan daerah layanan depannya adalah daerah-daerah lain di seluruh
Indonesia yang menjadi asal dan tujuan para penumpang/barang angkutan laut.
Potensi pengguna dari pelabuhan yang direncanakan terutama berkaitan dengan
fungsi pelabuhan ini apakah akan berfungsi sebagai pelabuhan Internasional,
pelabuhan regional, atau pelabuhan local. Perkiraan arus bongkar muat barang di
Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan lalulintas barang yang
ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. Perkiraan pertumbyhanarus
bongkar muat barang ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan : 1. Metode
Gravitasi (Bangkitan-tarikan). Proyeksi pertumbuhan bongkar muat barang
dengan metode Gravitasi didasarkan pada teori bahwa adanya aktivitas dalam
suatu zona (daerah) akan menyebabkan timbulnya kebutuhan perjalanan baik
dalam zona itu sendiri atau perjalanan ke zonalain. Berdasarkan besarnya
bangkitan dan tarikan perjalanan dari dan ke suatu zona, dapat dilakukan
peramalan volume perjalanan beberapa tahun mendatang dengan menggunakan
model estimasi distribusi perjalanan (trip distribution). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi bangkitan dan tarikan perjalanan, miasalnya jumlah penduduk,
PDRB, jumlah rumah tangga, jumlah industri, dan jumlah kendaraan bermotor.
Penentuan model terbaik dilakukan dengan meninjau parameter-parameter
berikut ini : Memiliki koefisien korelasi (r2) terbesar, yang menunjukkan
kedekatan hubungan antara model dengan data real. Memiliki konstanta
persamaan / intercept yang terkecil yang menunjukkan faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan / faktor “pemaaf”. Makin kecil konstanta persamaan, berarti
pengaruhdari faktor-faktor yang tidak diperhitungkan semakin kecil. Kesesuaian
ekspektasi antara dugaan dan real. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pertumbuhan PDRB ini digunakan sebagai parameter pertumbuhan arus bongkar
muat barang yang patut dipertimbangkan. Angka pertumbuhan jumlah
10. bongkar muat barang di pelabuhan diasumsikan sesuai dengan rata-rata
pertumbuhan PDRB di daerah yang bersangkutan. Angka pertumbuhan PDRB
ini diambildari rata-rata pertumbuhan PDRB beberapa tahun terakhir. 3.
Perkiraan kompromi, yaitu laju pertumbuhan rata-rata dari proyeksi
menggunakan model matematis dengan proyeksi berdasarkan pertumbuhan
PDRB. Skenario ini kita sebut Skenario Moderat. 3.2 Sistematika Pelabuhan
Kinerja pelabuhan dapat ditunjukkan oleh kualitas pelayanan terhadap kapal
maupun barang di suatu pelabuhan. Variabel yang dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan atau kinerja operasional pelabuhan antara lain produktifitas bongkar
muat yang antara lain diukur melalui variabel ship output, sedangkan kinerja
operasional antara lain terdiri atas waiting time, berthing time, turn round time.
Ship output (TSHP) sendiri merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur besarnya produktifitas bongkar muat kapal. Peralatan bongkar
muat sangat mempengaruhi lamanya kapal di dermaga, apabila alat bongkar
muat kurang memadai maka produktifitas bongkar muat rendah, sebaliknya
peralatan bongkar muat memadai serta SDM yang profesional maka
produktifitas bongkar muat akan tinggi, dengan sendirinya kapal akan cepat
meninggalkan dermaga atau berthing time dapat diperkecil. Peranan Pelabuhan
sebagai salah satu pelabuhan tujuan bagi pelayaran domestik dan pelayaran
rakyat yang akan melakukan aktivitas bongkar muat berjenis barang keperluan
rumah tangga dan bangunan dari berbagai daerah di seluruh pelosok nusantara,
dan juga sekali merupakan tempat kegiatan ekonomi bagi suatu negara, oleh
sebab itu dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kepelabuhan. 3.3 Pelabuhan dan Fasilitas Utamanya
Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk
menunjang kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk
melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat
berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri. Fasilitas
pokok pelabuhan terdiri dari : • Alur pelayaran • Kolam pelabuhan • Penahan
gelombang (breakwater) • Dermaga Alur pelayaran: Alur pelayaran dalam istilah
kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa daerah yang dilalui kapal sebelum
masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah pelabuhan sendiri dibatasi
oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua pelabuhan yang
diusahakan ada aturan bahwa
11. setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayaran harus membayar Jasa
Labuh (biaya berlabuh di wilayah pelabuhan). Kolam Pelabuhan: Kolam
pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang digunakan untuk
bersandarnya kapal. Penahan Gelombang: Penahan gelombang (breakwater)
merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang dibangun dengan bahan batu kali
dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan yang berbentuk tertentu seperti
tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding tegak (caison). Dermaga:
Sarana-sarana tambahan adalah sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk
memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan
penumpang-penumpang. Yang dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga
(quaywalls), pelampung tambatan (mooring piles), piled piers, ponton-ponton,
dermaga-dermaga ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel (slipways). 3.4
Persyaratan Sanitasi di Pelabuhan Persyaratan sanitasi standar yang harus
dimiliki oleh sebuah pelabuhan antara lain: a. Bagian luar 1) Tempat parkir
Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air. 2)
Tempat sampah Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup
dan kedap air serta dalam jumlah yang cukup. 3) Pencahayaan Penerangan harus
cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar
tempat parkir. b. Bagian dalam 1) Ruang tunggu a) Ruangan harus bersih. b)
Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk. c) Pencahayaan harus
cukup dan tidak menyilaukan mata (minimal 10 fc) sehingga dapat digunakan
untuk membaca.
12. d) Penghawaan harus cukup, minimal 10% dari luas lantai. e) Lantai tidak
licin, kedap air, dan mudah dibersihkan. f) Tersedia tempat penampungan
sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup. 2)
Pembuangan kotoran manusia a) Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe
leher angsa) minimal 1 jamban untuk 100 pengunjung, atau minimal 2 buah
jamban. b)Tersedia peturasan (urinoir) yang baik, minimal 1 peturasan untuk
200 orang pengunjung dan tersedia pasokan air yang mencukupi. c) Harus ada
tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dengan jamban wanita.
d) Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau. 3)
Pembuangan sampah a) Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara
yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup. b) Pengangkutan
sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah yang menumpuk. 4)
Pembuangan air limbah Air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran
tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke saluran air kotor perkotaan. 5)
Tempat cuci tangan Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu,
dilengkapi dengan sabun dan kain serbet. Lain-lain 1) Tersedia alat
perlengkapan untuk P3K. 2) Terdapat alat pemadam kebakaran. 3) Bar atau
restoran atau rumah makan yang ada ahrus memenuhi syarat higiene dan sanitasi
makanan dan minuman (Chandra, 2006). BAB IV
13. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. kegiatan masuknya
ikan impor sesuai peraturan AMDAL nomor 23 Thn 2007 sebenarnya harus
memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) guna mencegah
terjadinya pencemaran maupun dampak Lingkungan lainnya baik itu di wilayah
Pelabuhan maupun di lokasi lainnya. b. Sarana-sarana tambahan adalah sarana
dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk
mengangkut dan menurunkan penumpang-penumpang. c. fasilitas pelabuhan
ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan. d. Perkiraan arus
bongkar muat barang di Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan
lalulintas barang yang ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. e.
Keberhasilan proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya
akan tetapi lebih dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang
kelancaran dan pertumbuhan arus barang dalam pola perdagangan maupun
pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. 4.2 Saran a. Lokasi pelabuhan
hendaknya dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga
dapat meningkatkan pelayanan kepelabuhan. b. Lokasi pelabuhan harus
memiliki sarana sanitasi. Daftar Pustaka Adriyani, Retno. 2005. Manajemen
Sanitasi Pelabuhan Domestik di Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan. (Online),
Vol.
1,
No.
2:
130-141.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf, diakses 12 Juli
2009.
Anonim,
2010.
Konsep
Perencanan
Pelabuhan.
http://muislife.com/367.html . diakses tanggal 12 Juli 2009. Buana, 2010.
Kegiatan Ikan Impor Harus Memiliki AMDAL. http://www.sanggahbuana.com/
archives/1390. diakses tanggal 12 Juli 2009.
14. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Depkes RI. 1996. Buku Pedoman Sanitasi
Tempat-Tempat Umum. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Muis, 2010. Investasi dan Pembangunan Fasilitas
Pelabuhan.
http://muislife.com/investasi
-dan-pembangunanfasilitaspelabuhan.html. diakses tanggal 12 Juli 2009. Muis, 2011. Konsep
pembangunan wilayah pelabuhan. http://muislife.com/konsep-pembangunansuatu- wilayah.html. diakses tanggal 12 Juli 2009. Ruskiwan, 2009. Pengetian
Pelabuhan