Fiskal Dan Moneter Islam Di Era Modern f

Fiskal Dan Moneter Islam Di Era Modern
SYELVI TIVANIE
Mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Email: SyelviTivanie@yahoo.com

Abstract:
Fiscal policy is an important component of public policy. Fiscal policy includes government policies in
revenue, spending and debt. The purpose of fiscal policy in achieving economic well-being secular is
defined as the maximum benefit for the individual in the life of human beings regardless of their spiritual
needs. While monetary policy is shown to be liquidity in the economy is the right amount so that it can
launch commercial transactions without creating inflationary pressures. To economic growth as well as
stability, Islam does not use interest rate instruments or monetary expansion via printing new money or
deficit budgets. Does is speed up the velocity of money and the real sector infrastructure development.

BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi Moneter merupakan salah satu instrumen penting dalam
perekonomian modern, dimana dalam perekonomian modern terdapat dua
kebijakan perekonomian yang dijadikan instrumen oleh pemerintah dalam
menstabilkan perekonomian suatu negara, yang pertama adalah Kebijakan

Fiskal, yaitu kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan
pendapatannya dalam merealisasi tujuan-tujuan ekonomi. Yang kedua adalah
kebijakan moneter. Kebijakan Moneter adalah langkah pemerintah untuk
mengatur penawaran uang dan tingkat bunga.
Kebijakan fiskal dan moneter adalah sebuah rangkaian yang ada
didalam sebuah pemerintahan. Tujuan kebijakan fiskal dalam perekonomian
sekuler adalah tercapainya kesejahteraan yang didefinisikan sebagai adanya
benefit maksimal bagi individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuan
spiritual manusia.
Bisa dikatakan, kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam
sistem ekonomi Islam bila dibandingkan kebijakan moneter. Adanya larangan
tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat menyiratkan tentang
pentingnya kedudukan kebijakan fiskal di bandingkan dengan kebijakan
moneter. Larangan bunga yang diberlakukan pada tahun Hijriah keempat telah
mengakibatkan sistem ekonomi Islam yang dilakukan oleh nabi terutama
bersandar pada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu, Negara Islam di bangun
oleh nabi tidak mewarisi harta sebagaimana layaknya dalam pendirian suatu
Negara. Oleh karena itu, kita akan mampu melihat bagaimana kebijakan fiskal
sangat memegang peranan penting dalam membangun Negara Islam tersebut.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki

keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Untuk
mengatasi krisis ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, disamping

harus menata sektor riil, yang tidak kalah penting adalah meluruskan kembali
sejumlah kekeliruan pandangan di seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis
ekonomi yang melanda Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya
dipicu oleh dua sebab utama, yang semuanya terkait dengan masalah uang.
a. Pertama, persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini
pasti terikat dengan mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar
AS), tidak pada dirinya sendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah
stabil karena bila nilai mata uang tertentu bergejolak, pasti akan
mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.
b. Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja,
tapi juga sebagai komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing)
dan ditarik keuntungan (interest) alias bunga atau riba dari setiap transaksi
peminjaman atau penyimpanan uang.
Persoalan kedua relatif bisa selesai andai saja semua bentuk transaksi
yang di dalamnya terdapat unsur riba dinyatakan dilarang. Lembaga keuangan
syariah, termasuk bank syariah, menjadi satu-satunya anak tunggal yang sah
beroperasi di negeri ini menggantikan bank-bank konvensional. Di dalam Islam

kebijakan moneter, yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang, dan
pembangunan infrastruktur sector rill. Faktor pendorong percepatan perputaran
uang adalah disebabkan oleh kelebihan likuiditas. Uang tidak boleh timbul dan
tidak boleh dipinjamkan dengan bunga.

BAB II
LANDASAN TEORI
Perekonomian terjalin menjadi sebuah sistem yang memiliki asas
tertentu. Sistem dalam lingkup ekonomi ini mengandung kaitan yang
terpolarisasi ke berbagai sektor kehidupan. Dengan dampak yang mampu
menjadi multiplier effect ke segala arah sehingga membuat ilmu pengetahuan
terkini tidak lepas dari sistem ekonomi itu sendiri.
Menurut para ekonom, ruang lingkup ekonomi mulai dari yang sempit,
hingga yang luas, dan diantaranya, yang kemudian sering ilmu ekonomi dibagi
menjadi 2 saja yaitu ekonomi makro yang cakupannya luas, dan ekonomi mikro
yang lebih sempit, walaupun dalam terminology kitab suci dikenal juga dengan
diantaranya, sehingga terdapat satu bagian lagi yaitu ekonomi tengah yang lebih
dekat pada ekonomi keluarga.
Kemajuan ilmu ekonomi terakhir sudah sampai pada tingkat paling
tinggi dalam peradaban manusia. Ketika semua ilmu ekonomi yang ada sudah

mendekati puncaknya, ternyata terjadi kevakuman atau kemandegan atau
kebimbangan untuk menentukan ilmu ekonomi yang akan menjadi kebenaran
secara universal yang dinyatakan dalam pertanyaan: Apa epistemology dari
ilmu ekonomi yang berkembang pesat tersebut ?
Seluruh ilmu ekonomi yang ada yang dikembangkan oleh ilmuwan dan
cendekiawan sedang mencari dasar pijakan baru sebagai titik aman untuk
kembali melakukan lompatan-lompatan ilmu pengetahuan.
Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab pertanyaan
di atas berupa permasalahan perlunya suatu epistemology baru yang mampu

menjembatani keinginan manusia untuk mencapai puncak ilmu pengetahuan
dengan ketersediaan data dan informasi yang ada.
Kemudian dikerucutkan permasalahan tersebut dalam suatu pertanyaan:
Apakah Islam mampu menjelaskan kompleksitas puncak ilmu pengetahuan
terkini ?
Deskripsi dimulai dari filosofi secara umum bahwa Islam merupakan
suatu sistem, sehingga Islam berikutnya dapat menjadi sebuah fungsi tertentu
dalam suatu rangkaian persamaan atau rumus. Landasan utama bahwa Islam
merupakan sistem adalah dari Al-Quran yang menyatakan bahwa ‘dyn (sistem)
di sisi Allah adalah Islam’.

Theory Of Sinlammim
Sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, kata Islam berasal dari kata dasar 3
huruf konsonan: sin lam mim

,, kemudian mendapat awalan 1 huruf

konsonan alif (I), sehingga terbentuk kata dasar alif sin lam mim

(I).

Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf) tersebut
menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam. Kemudian bentukan
kata dasar ini akan dituliskan dalam persamaan sederhana yaitu: Islam adalah
alif sinlammim.
Fungsi 1
Islam = Alif (Sin, Lam, Mim)
Dimana, Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L, Mim=M.
Rumus:
I


=

A

…………………………………………………………… (1)

(S,L,M)

Dari pernyataan di sisi Allah adalah Islam, diperoleh persamaan yang
dituliskan secara sederhana, tetapi sebenarnya bukan persis mutlak sama,
bahwa

pendekatan

persamaan

hanya

memberikan


kemudahan

dalam

pembacaan rumus, seperti Allah = Islam, yang dibaca sebagai di sisi Allah
adalah Islam. Analogi persamaan tersebut dibuat garis minus tiga yang
menyatakan tidak persis sama, karena hanya untuk memudahkan pembacaan
persamaan, yang sebenanrnya harus dituliskan lengkap bahwa ‘Dyn Di Sisi
Allah = Islam’.
Fungsi pertama di atas dapat dituliskan juga dalam persamaan latin atau
dalam Greek Alphabet.
Fungsi 2
I = A (S,L,M)




Iota = Alpha (Sigma, Lambda, Mu)
Dimana,


Iota,

Alpha,

Sigma,

Lambda,

Mu.
Kemudian satu diantara model persamaan di atas adalah dalam bentuk
bilangan. Berdasarkan pendekatan Sinlammim, diperoleh beberapa tolok ukur
antara huruf dengan bilangan seperti 3, 1, 9, dan 7,
sehingga terdapat persamaan bilangan I=7(3,1,9), yang bila dijumlahkan angka
dalam kurung tersebut akan membentuk angka digit 1 yaitu 4, yang merupakan
akar bilangan dari 3+1+9=13. Kemudian 13 dijumlahkan menjadi 1+3=4,
sehingga terbentuk pola bilangan 7(4).

Pola bilangan 7(4) tersebut mendekati jumlah huruf hijiyah yang ada
pada kata Allah (Alif Lam Lam Ha) yang terdiri dari Alif=1, Lam=23, Lam=23,
Ha 27. Dan jumlah total huruf-huruf hijaiyah tersebut adalah 1+23+23+27=74,

atau secara analogis dibentuk seperti 7(4), yang berarti sama dengan pola
sebelumnya yang I=7(4).
Ada model persamaan dari I=A(SLM) yang juga termaktub dalam ayat
Al-Quran yang menyatakan bahwa Allah member 7 yang diulang dan bacaan
yang panjang. Kutipan tersebut disederhanakan menjadi suatu persamaan, yaitu:
I = 7 (3,1,9)
Dimana, 7 adalah 7 yang diulang, dan (3,1,9) adalah bacaan yang
panjang. Kemudian dari pendekatan ini, ternyata menyerupai persamaan Fungsi
1 dan Fungsi 2, yaitu:
I=A(S,L,M) atau

Dimana, =Islam, =Alpha/Alif, =Sigma/Sin, =Lambda/Lam,
=Mu/Mim. Sehingga inti dari ‘Theory Of Sinlammim’ adalah sebuah rumus
dari kata Islam yang dibuat persamaan (I=A(SLM)).
Melanjutkan penjabaran dari makna ‘7 yang diulang dan bacaan yang
panjang’, yaitu dengan mengintepretasikan bahwa 7 yang diulang merupakan
Alpha, dan ‘bacaan yang panjang’ diintepretasi pada deret hitung yang tidak
berhingga yang direpresentasikan oleh akar bilangan (1,3,6,1,6,3,1,9,9,… dam
seterusnya). Kemudian deret angka digit 1 ini diwakilkan oleh angka (3,1,9).
Sehingga persamaannya menjadi:

I = 7 (1,3,6,1,6,3,1,9,9,…)
Atau disederhanakan menjadi:

I = 7 (3,1,9).
Bilangan 7(3,1,9) ini juga dapat dirujuk ke al-Quran yang menyatakan
bahwa ‘menempuh jalan kepada Tuhannya’. Jadi, sebagai ijtihad dari ilmu
ekonomi Islam untuk menjadi pondasi bagi pendirian bangunan keilmuan
selanjutnya, rumus tersebut bisa dipegang sebagai satu diantara rumus yang
berasal dari Islam, atau bisa disebutkan bahwa rumus yang berdasarkan AlQuran adalah I=A(SLM).
Melihat perkembangan ilmu ekonomi, muai banyak integrasi antara
bidang keilmuan, seperti yang sudah terjadi pada penggunaan rumus. Untuk
penghitungan obligasi telah diadopsi rumus ilmu biologi berupa penambahan
jumlah sel yang berlipat dua yaitu meningkat secara eksponensial. Kemudian
rumus ini diakomodir untuk menghitung

nilai dasar obligasi yaitu:

Pt=Po(1+n)^r.
Jadi, ada interaksi antara ekonomi dan biologi, atau dalam pelajaran di
perguruan tinggi juga telah diberikan mata kuliah Matematika Ekonomi. Untuk

beberapa penelitian program doctoral juga sudah ada beberapa penggabungan
pendekatan, misalnya fisika ekonomi.
Berikut deskripsi pendahuluan bahaimana teori dari Islam di-tap ke
dalam ilmu fisika yang kemudian akan dimanfaatkan ke dalam ilmu ekonomi.
Satu diantara model yang akan di-tap merupakan postulat yang sudah menjadi
dasar dari perkembangan ilmu fisika, yaitu tentang gaya. Para ilmuwan sepakat
bahwa dalam kehidupan makro kosmos, dan mikro kosmos, terdapat 4 gaya
yang akan selalu ada setiap sistem maupun sub sistem kehidupan. Keempat
gaya tersebut antara lain:
1.

Gaya Elektromagnetik

2.

Gaya Nuklir Lemah

3.

Gaya Nuklir Kuat

4.

Gaya Gravitasi.

Hukum alam yang bernilai universal sejatinya sejalan dengan nilai universalitas
ketuhanan, karena alam semesta diciptakan oleh Tuhan Yang Satu. Dari rumus
yang ada dalam ‘theory Of Sinlammim’ akan dapat dimodelkan pada keempat
gaya yang ada tersebut, seperti terurai di bawah ini:
Theory Of Sinlammim
I = A (S,L,M)

Empat Gaya
4G= E (L,K,G)
Disandingkan kedua fungsi tersebut menjadi:
E (L,K,G)
Sehingga untuk penyederhanaan terlihat masing-masing variable akan
memiliki kembarannya di sisi yang lain, yaitu:

Alpha

merupakan

gaya

elektromagnetik, sigma merupakan gaya nuklir lemah, lambda merupakan gaya
nuklir kuat, dan mu merupakan gaya gravitasi, seperti tersusun di bawah ini:
= E = gaya elektromagnetik
= L = gaya nuklir lemah
= K = gaya nuklir kuat
= G = gaya gravitasi
Pemodelan ini baru merupakan tabulasi sederhana untuk menjelaskan
pertanyaan permasalahan apakah islam dapat menjembatani puncak ilmu
pengetahuan yang akan dicapai manusia. Sehingga tujuan dari penelitian ini

adalah untuk memberikan sebuah landasan teori berupa fungsi yang dapat
dijadikan titik temu bagi kompleksitas ilmu pengetahuan terkini. Dengan tetap
mengacu pada kitab suci serta nilai universal yang diberikan oleh Allah SWT.
BAB III
PEMBAHASAN
Di dalam sejarah Islam, keuangan publik berkembang bersamaan
dengan pengembangan masyarakat muslim dan pembentukan negara Islam oleh
Rasulullah SAW, kemudian di teruskan oleh para sahabat (Khulafaur Rassyidin
). Sehubungan dengan hal tersebut, maka akan di bahas aspek-aspek yang
terkait dengan manajemen kebijakan fiskal, yang terjadi pada masa : 1.
Pemerintahan Rasulullah SAW 2.Pemerintahan Khulafaur Rassyidin 3. Awal
pemerintahan Islam dan Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam .
3.1 Kebijakan Fiskal Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Munculnya Islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan
manusia. Kelahiran Nabi Muhammad adalah suatu peristiwa yang tidak ada
bandingan nya. Beliau adalah utusan Allah sebagai rahmatan lil alamin. Selama
tiga belas tahun di Mekkah, maka beliau berhijrah ke Madina. Pada saat hijrah
di Madina, kota ini masih dalam keadaan kacau, belum memiliki pemimpin
ataupun raja yg berdaulat. Suasana kota ini sering terjadi pertikaian antar
kelompok. Kelompok yang terkuat dan kaya adalah yahudi, namun ekonominya
masih lemah dan hanya di topang dari hasil pertanian. Oleh karena itu tidak
ada hukum dan aturan, maka sistem pajak dan fiskal tidak berlaku.
(Muhammad, 2002, hal : 180)
(Adiwarman Azwar Karim, 2001: hal 20 ) menjelaskan bahwa setelah
Rasulullah di Madina, maka Madina dalam waktu singkat mengalami kemajuan
yang cepat. Sebagai negara yang baru terbentuk, ada beberapa hal yang segera
mendapat perhatian beliau, seperti :

a. Membangun masjid sebagai Islamic Center.
b. Menjalin ukhuwwah Islamiyyah antara kaum Muhajirin dan
kaum Ansar.
c. Menjalin kedamaian dalam negara.
d. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya.
e. Membuat konstitusi negara.
f. Meletakan dasar-dasar sistem keuangan negara.
g. Menyusun sistem pertahanan di Madinah
Dua hal penting yang telah dijalani dan diubah oleh Rasulullah pada
waktu itu adalah : pertama, adanya fenomena unik yaitu bahwa Islam telah
membuang sebagian besar tradisi, ritual, norma-norma, nilai-nilai, tanda-tanda,
dan patung-patung dari masa lampau dan memulai yang baru dengan negara
yang bersih. Semua peraturan dan Deregulasi disusun berdasarkan Al-Quran,
dengan memasukan karakteristik dasar dari Islam, seperti persaudaraa,
persamaan, kebebasan dan keadilan. Kedua, negara baru dibentuk tanpa
menggunakan sumber keuangan atau moneter, karena negara yang baru
terbentuk ini sama sekali tidak diwariskan harta, dana , ataupun persediaan dari
masalalu. Sementara sumber keuangan pun belum ada.
 Sistem Ekonomi
Setelah menyelesaikan masalah politik dan konstitusional, Rasulullah SAW
merubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Alquran. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al-Quran adalah
sebagai berikut :
a) Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh
alam semesta. Seperti dalam surat QS Al-Araf : 10
          
 

b) Manusia hanyalah khalifah Allah Swt di muka bumi, bukan pemilik
yang sebenarnya. Seperti dalam surat QS Al-Baqarah : 201
          
   
c) Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah Swt.
Oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas
sebagian kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.
d) Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun. Seperti dalam surat
QS Al-Humazah :1-3
           
  

e) Menerapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan.
Seperti dalam surat QS Al-Baqarah : 180
         
       
f) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus
dihilangkan. Seperti dalam surat QS Al-Rum : 39
          
          
 
g) Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang
miskin. Seperti dalam surat QS Al-Baqarah : 245
           
     
a. Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam

Kebijakan fiskal adalah komponen penting kebijakan publik. Kebijakan
fiskal

meliputi

kebijakan-kebijakan

pemerintahan

dalam

penerimaan,

pengeluaran dan utang. (Muhammad, 2002, : hal 196) menjelaskan bahwa
peranan kebijakan fiskal dalam suatu ekonomi ditentukan oleh keterlibatan
pemerintah dalam aktivitas ekonomi. Pada sistem sosialis sektor publik
semuanya dikuasai oleh pemerintah. Pada sistem kapitalis peranan sektor publik
relatif kecil tapi sangat penting. Pada sistem ekonomi Islam hak pemilikan
swasta diakui, pemerintah bertanggung jawab menjamin kelayakan hidup warga
negaranya. Hal ini merupakan komitmen yang bukan hanya untuk mencapai
keberlangsungan ekonomi untuk masyarakat yang paling besar jumlahnya,
tetapi juga membantu meningkatkan spiritual dan menyebarkan pesan dan
ajaran Islam seluas mungkin. Beberapa hal penting ekonomi Islam yang
berimplikasi bagi penentuan kebijakan fiskal adalah sebagai berikut :
a. Mengabaikan keadaan ekonomi dalam ekonomi Islam, pemerintah
muslim harus menjamin bahwa Zakat dikumpulkan dari orang-orang
muslim yang memiliki harta melebihi nilai minimum dan yang
digunakan untuk maksud yang dikhususkan dalam kitab suci AlQuran
b. Tingkat bunga tidak berperan dalam sistem ekonomi Islam.
Perubahan ini secara alamiah tidak hanya pada kebijakan moneter
tetapi juga pada kebijakan fiskal.
c. Ketika semua pinjaman dalam Islam adalah bebas bunga,
pengeluaran pemerintah akan dibiayai dari pengumpulan pajak atau
dari bagi hasil. Oleh karena itu, ukuran publick debt menjadi lebih
kecil.
d. Ekonomi Islam merupakan upaya untuk membantu atau mendukung
ekonomi masyarakat muslim yang terbelakang dan menyebarkan
pesan-pesan ajaran Islam.

e. Negara Islam merupakan negara yang sejahterah, di mana
kesejahteraan memiliki makna yang luas daripada konsep barat.
Kesejahteraan meliputi aspek material dan aspek spiritual dengan
lebih besar menekankan pada sisi spiritual. Negara Islam
bertanggung jawab untuk melindungi agama warga negara,
kehidupan, keturunan, dan harta milik. Jadi, segala sesuatu itu secara
tidak langsung meningkatkan barang-barang itu.
f. Pada saat perang, Islam berahap orang-orang itu memberikan tidak
hanya kehidupannya, tetapi juga pada harta bendanya untuk menjaga
agama.
b. Implikasi Pembangunan dari Kebijakan Fiskal
Ekonomi islam memiliki semua jenis alat fiskal yang ada dalam ekonomi
kontemporer, walaupun penerapannya berbeda. Selanjutnya dalam hal sumber
penerimaan

digunakan

alat

kebijakan

fiskal,

dalam

ekonomi

Islam

menggunakan sumber lain, yaitu zakat. Secara umum di jelaskan instrumen
fiskal ekonomi Islam adalah : pajak, pengeluaran pemerintah, dan zakat.
Pembangunan ekonomi mempersyaratkan efisiensi alokasi yang merupakan
suatu dimensi unik dalam ekonomi Islam. Kecukupannya kondisi marginal
tidak dapat menjamin efisiensi dalam pengalokasian sumber daya, sebab
divergensi antara keuntungan swasta dan pioritasi sosial akan menunjang
terwujudnya kesejahteraan publik dan akibatnya terhadap pembangunan
ekonomi dari perpektif Islam. Walaupun instrumen fiskal berupa pajak tampak
sama dengan yang berlaku dalam sistem ekonomi kontemporer, namun pada
hakikatnya adalah berbeda, sebab dalam ekonomi Islam memiliki karakteristik
yang unik. (Muhammad, 2002, : hal 211)
c. Kebijakan Fiskal dan Pengaruh Terhadap Perekonomian
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan
negara dan pengeluaran negara. Di samping pengaruh dari selisih antara

penerimaan dan pengeluaran (defisit atau surplus), perekonomian juga di
pengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang
dibiayai pengeluaran negara. Di dalam perhitungan defisit atau surplus
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis
penerimaan yang dapat di kategorikan sebagai penerimaan negara, dan jenisjenis pengeluaran yang dapat di kategorikan sebagai pengeluaran negara. Pada
dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah pajak-pajak dan
berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam negeri,
yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Sedangkan yang dimaksud
pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan
pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan usaha milik
negara. Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan
diperoleh besarnya surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus
dalam APBN, hal ini akan menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian
yang besarnya tergantung kepada besarnya surplus tersebut. Pada umumnya
surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai cadangan atau untuk membayar
utang pemerintah (prepayment). (Heru Subiyantoro, 2004 : hal 90)
d. Intrumen Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah
yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif
pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan
maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara
umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian.
Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya
lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus
dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama
besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya
kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
3.2 Kebijakan Moneter Pada Masa Rasulullah
Sejak nilai tukar rupiah merosot terus, Bank Indonesia menerapkan
kebijakan suku bunga tinggi. Dari sisi kemampuan SBI menyedot rupiah,
hasilnya mulai tampak. Akan tetapi,besarnya makro lainnya dan industri
perbankan malah sebaliknya. The Asian Banker Journal, 8 mei 1998, dalam
editorialnya menampilkan perkiraan para bankir bahwa tingkat kredit
bermasalah di Indonesia tahun 1998 ini mencapai 20%, bahkan para analis
memperkirakan 5-55%.
Kebijakan moneter sebenernya bukan hanya mengutak-atik suku bunga.
Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW dan

Khulafaur Rasyidin kebijakan

moneter dilaksanakan tanpa menggunakan intrumen bunga sama sekali.
Perekonomian Jazirah Arab ketika jaman Rasulullah merupakan
ekonomi dagang, bukan ekonomi yang berbasis sumber daya alam. Minyak
bumi belum di temukan dan sumber daya lainnya masih terbatas. Lalu lintas

perdagangan antara Romawi dan India yang melalui Arab di kenal jalur dagang
selatan. Sedangkan antara Romawi dan Persia di sebut jalur dagang utara.
Antara Syam dan Yaman di sebut jalur dagang utara selatan. (Adiwarman
Azwar Karim, 2001 : hal 28 )
Perekonomian Arab di jaman Rasulullah SAW, bukanlah ekonomi
terbelakang yang mengenal barter, bahkan jauh dari gambaran seperti itu.
Menurut Muhammad, 2002 , hal: 142) Pada masa itu telah terjadi :
 Valuta asing dari Persia dan Romawi yang di kenal oleh seluruh lapisan
masyarakat Arab, bahkan menjadi alat bayar resminya adalah Dinar dan
Dirham.
 Sistem devisa bebas ditetapkan, tidak ada halangan sedikitpun untuk
mengimpor dinar atau dirham.
 Transaksi tidak tunai diterima luas di kalangan pedagang.
 Cek dan promissory note lazim digunakan, misalnya Umar Bin Khtab
r.a menggunakan instrumen ini ketika melakukan impor barang-barang
yang baru dari Mesir ke Madinah.
 Instrumen Factory (Anjak Piutang) yang baru populer pada tahun 1980an telah dikenal dengan nama al-hiwalah, tetapi tentunya bebas dari
unsur bunga.
Pada masa itu, bila penerimaan akan uang meningkat, maka dinar dan dirham
diimpor. Sebaliknya, bila penerimaan uang turun, barang impor nilai emas dan
perak yang terkandug dalam dinar dan dirham sama dengan nominalnya.
Sehingga dapat dikatakan penawaran uang elastis. Kelebihan penawaran uang
dapat diubah menjadi perhiasaan emas atau perak. Tidak terjadi kelebihan atau
permintaan akan uang, sehingga nilai uang stabil. Menurut Adiwarman A
Karim, (2001 : 29) untuk menjaga kestabilan ini, beberapa hal berikut dilarang.
a. Permintaan yang tidak riil, permintaan uang adalah hanya untuk
keperluan transaksi dan berjaga-jaga.

b. Penimbunan mata uang (at-Taubah: 34-35) sebagaimana dilarangnya
penimbunan barang.
c. Transaksi talaqqi rukban, yaitu mencegat penjual dari kampung di luar
kota untuk mendapat keuntungan dari ketidaktahuan harga. Distorsi
harga ini merupakan cikal bakal spekulasi.
d. Transaksi kali bi kali , yaitu bukan transaksi tidak tunai. Inilah indahnya
islam: transaksi tunai diperbolehkan, namun transaksi future tanpa ada
barangnya dilarang. Traksaksi maya ini merupakan salah satu pintu riba.
e. Segala bentuk riba (al-Baqarah:278).
           
 

Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus stabilitas, Islam tidak
menggunakan instrumen bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang
baru atau defisit angaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang
dan pembangunan infrastruktur sektor rill.
Faktor pendorong percepatan perputaran uang adalah kelebihan likuiditas
tidak boleh ditimbun dan tidak boleh dipinjamkan dengan bunga sedangkan
faktor penariknya adalah dianjurkan qard (pinjaman kebajikan), sedekah dan
kerja sama bisnis berbentuk sirkah atau mudharabah.
Keuntungan utama dari kerja sama bisnis adalah pelaku dan penyandang
dana bersama-sama mendapat pengalaman, informasi, metode supervisi,
manajemen, dan pengetahuan akan resiko suatu bisnis. Akumulasi dari
informasi ini akan menurunkan tingkat resiko investasi.
Jelaslah, kebijakan moneter Rasulullah SAW selalu terkait dengan sektor
rill perekonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan sekaligus stabilitas.
a. Implikasi Pembangunan Kebijakan Moneter

Implikasi pembangunan kebijakan moneter dapat dibagi menjadi dua kategori
besar.
Pertama , merupakan akibat pengaruh dari penghapusan bunga sebagai
instrumen kebijakan moneter dan sebagai harga modal. Kebijakan ekonomi
yang bersifat mandat dalam moneter dan keuangan pada pemerintahan Islam
adalah melarang atau menghapus bunga dari sistem keuangan dengan melarang
operasi perbankan berdasarkan bunga, dan melakukan transformasi kepada
keseluruhan sistem perbankan secara menyeluruh bebas dari bunga.
Pandangan terakhir adalah pada stabilitas nilai uang, sebagai target terakhir.
Para ahli ekonomi muslim cenderung secara kuat/ketat merekomendasikan
dalam perbaikan stabilitas nilai uang dengan menggunakan semua instrumen
kebijakan moneter yang seefektif mungkin. Secara rasional jatuhnya nilai uang
akan menyebabkan ketidakadilan dan inflasi. Oleh karena itu, solusi Islam
dalam hal ini adalah memberikan pembiayaan Qadul Hasan sehingga akan
membuat stabil nilai uang. (Muhammad, 2002, hal: 210)
Dari dua hal tersebut, secara singkat menunjukan bahwa tidaklah valid
untuk dikatakan bahwa inflasi sebagai penyebab timbulnya ketidakadilan dan
oleh karena itu, tidak diperbolehkan dalam Islam. Walaupun inflasi akan terjadi
dan dapat di pertimbangkan kegunaannya untuk membantu mengukur
pembangunan ekonomi.
Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep Islam adalah
terciptanya stabilitas permintaan uang dan mengarahkan permintaan uang
tersebut kepada tujuan yang penting dan produktif. Sehingga setiap instrumen
yang akan mengarahkan kepada instabilitas dan pengalokasian sumber dana
yang tidak produktif akan ditinggalkan. Penghapusan suku bunga dan adanya
kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang menganggur,
menghilangkan insentif orang untuk memegang uang idle sehingga mendorong

orang untuk melalukan : Qard , Penjualan Muajal, Mudharabah. (Adiwarman A
karim, 2007 , hal :195)
b. Tujuan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Tujuan didirikan suatu negara, menurut Islam ditunjukan untuk merealisasikan
tujuan negaranya, di antaranya adalah :
1. Menegakkan ajaran Islam pada seluruh tingkat atau aspek di dalam
suatu negara dan umat dari musuh.
2. Membantu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih
tinggi dan pembangunan ekonomi menuju tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
3. Sebagai akibat dari tujuan kebijakan kedua, maka pemanfaatan secara
optimum sumber daya, baik manusia maupun material perlu dilakukan.
4. Menciptakan

lingkungan

ekonomi

yang

memberikan

peluang

berjalannya aktivitas ekonomi yang berjalan baik dan fungsional.
Ada tujuan kebijakan umum dan permanen dalam ekonomi Islam. Untuk
merealisasikannya dapat ditempuh dengan aturan, cara, waktu dan ruang yang
berbeda.
c. Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian.
Pada dasarnya, kebijakan moneter ditunjukan agar likuiditas dalam
perekonomian berada dalam jumlah yang tepat sehingga dapat melancarkan
transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya
pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan
oleh Bank Sentral, melalui berbagai instrumen, khususnya open market
operations (OMOs). Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya Bank Sentral
menjual atau membeli obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam
perekonomian dirasakan perlu ditambah, maka Bank Sentral akan membeli
sejumlah obligasi negara di pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah.

Di pihak lain bila Bank Sentral ingin mengurangi likuiditas dalam
perekonomian, Bank Sentral akan menjual sebagian obligasi negara yang
berada dalam portofolio Bank Sentral. (Heru Subiyantoro, 2004 : hal 93)
d. Instrumen Kebijakan Moneter
Intrumen kebijakan moneter terdiri dari :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio

cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

BAB IV
PENUTUP
i.

Kesimpulan

Kebijakan fiskal adalah komponen penting kebijakan publik. Kebijakan
fiskal

meliputi

kebijakan-kebijakan

pemerintahan

dalam

penerimaan,

pengeluaran dan utang. Ekonomi islam memiliki semua jenis alat fiskal yang
ada

dalam

ekonomi

kontemporer,

walaupun

penerapannya

berbeda.

Selanjutnya dalam hal sumber penerimaan digunakan alat kebijakan fiskal,
dalam ekonomi Islam menggunakan sumber lain, yaitu zakat. Secara umum di
jelaskan instrumen fiskal ekonomi Islam adalah : pajak, pengeluaran
pemerintah, dan zakat. Pembangunan ekonomi mempersyaratkan efisiensi
alokasi yang merupakan suatu dimensi unik dalam ekonomi Islam.
Beberapa hal penting ekonomi Islam yang berimplikasi bagi penentuan
kebijakan fiskal adalah sebagai berikut :
a. Mengabaikan keadaan ekonomi dalam ekonomi Islam, pemerintah
muslim harus menjamin bahwa Zakat dikumpulkan dari orang-orang
muslim yang memiliki harta melebihi nilai minimum dan yang
digunakan untuk maksud yang dikhususkan dalam kitab suci AlQuran
b. Tingkat bunga tidak berperan dalam sistem ekonomi Islam.
c. Ketika semua pinjaman dalam Islam adalah bebas bunga,
pengeluaran pemerintah akan dibiayai dari pengumpulan pajak atau
dari bagi hasil.
d. Ekonomi Islam merupakan upaya untuk membantu atau mendukung
ekonomi masyarakat muslim yang terbelakang dan menyebarkan
pesan-pesan ajaran Islam.
e. Negara Islam merupakan negara yang sejahterah, di mana
kesejahteraan memiliki makna yang luas daripada konsep barat.
Kebijakan Moneter adalah langkah pemerintah untuk mengatur penawaran
uang dan tingkat bunga. Kebijakan moneter Rasulullah SAW selalu terkait
dengan sektor rill perekonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan sekaligus
stabilitas. Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus stabilitas, Islam
tidak menggunakan instrumen bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan

uang baru atau defisit angaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran
uang dan pembangunan infrastruktur sektor rill. Faktor pendorong percepatan
perputaran uang adalah kelebihan likuiditas tidak boleh ditimbun dan tidak
boleh dipinjamkan dengan bunga sedangkan faktor penariknya adalah
dianjurkan qard (pinjaman kebajikan), sedekah dan kerja sama bisnis berbentuk
sirkah atau mudharabah. Kebijakan fiskal dan moneter adalah sebuah rangkaian
yang ada didalam sebuah pemerintahan. Tujuan kebijakan fiskal dalam
perekonomian sekuler adalah tercapainya kesejahteraan yang didefinisikan
sebagai adanya benefit maksimal bagi individu dalam kehidupan tanpa
memandang kebutuan spiritual manusia.

ii.

Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan

dalam

paper

ini,

tentunya

masih

banyak

kekurangan

dan

kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi

yang

ada

hubungannya

dengan

judul

paper

ini.

Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya paper ini dan dan penulisan
paper

di

kesempatan



kesempatan

berikutnya.

Semoga paper ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Azwar Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,
(Jakarta: Gema Insani, 2001)
Azwar Karim, Adiwarman. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta:The
International Institute of Islamic Thought Indonesia, 2001)
Azwar Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2007)
Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:
Salemba Empat, 2002)
Subiyanto , Heru. Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep dan Implementasi,
(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2004)
http//organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakanfiskal-instrumen-serta-penjelasannya di akses tanggal 20 oktober 2012 09:56

CURICULUM VITAE

A.DATA PRIBADI
1. Nama

: Syelvi Tivanie

2. Tempat dan tanggal lahir

: Tangerang, 18 April 1992

3. Alamat

: Keroncong Permai Ep 4 No 18.
Jati Uwung Tangerang 15134

4. Telp.

: +628979132368 / 081908794988

5. Jenis Kelamin

: Perempuan

6. Agama

: Islam

7. .Kewarganegaraan

: Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tingkat
No
1
2
3

Pendidikan
SD
SMP
SMA

4

Perguruan Tinggi

Tahun
Nama Institusi
SDN Jati Uwung
SMPN 12 Tangerang
SMK Bhakti Anindya
Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. Hamka (UHAMKA)

Tahun Masuk
1997/1998
2004/2005
2007/2008

Keluar
2003/2004
2007/2008
2009/2010

2010

sekarang