TPP BLOK 6 Identifikasi Ciri Ciri Fenoti

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem

pembelajaran

di

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah Palembang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi,
dimana kurikulum berbasis kompetensi ini merujuk kepada standar nasional
yang

ditetapkan


oleh

Konsil

Kedokteran

Indonesia

(KKI)

dan

mengharuskan mahasiswa untuk lebih aktif dalam belajar. Pada Blok VI
semester II merupakan blok Genetika dan Biologi Molekuler yang
dijalankan dalam proses pendidikan akademik, dan salah satu kegiatan blok
VI adalah Tugas Pengenalan Profesi (TPP).
Pada blok VI di semester II salah satunya membahas mengenai
kelainan genetik yakni Syindrom Down. Syindrom Down adalah suatu
kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Abnormalitas

kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Sesuai dengan blok ini maka dilaksanakan Tugas Pengenalan Profesi
(TPP) mengenai Identifikasi Ciri–Ciri Fenotip Pada Anak Down Sindrom
di YPAC (Dermatogfili).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Down Sindrom?
2. Bagaimana gejala dan tanda Down Sindrom?
3. Bagaimana ciri-ciri fenotip dari penderita Down Sindrom?
4. Bagaimana dermatoglifi penderita Down Sindrom?
5. Bagaimana hubungan usia kehamilan ibu dengan penderita Sindrom
Down?

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

1

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi ciri-ciri fenotip pada anak Down
Syndrome di YPAC Palembang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran fenotip dari Down Sindrom
2. Mengidentifikasi ciri-ciri fenotip Down Sindrom di YAPC
3. Mengetahui gambaran dermagtolifi dari Down Sindrom
4. Mengidentifikasi ciri-ciri dermagtofili Down Sindrom di YPAC
5. Mengetahui hubungan usia ibu pada kehamilan dengan penderita Down
Sindrom
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi kali ini adalah:
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gambaran serta ciri-ciri
fenotip dari penderita Down Sindrom
2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dermagolifi pada
penderita Down Sindrom
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan usia ibu
pada kehamilan dengan penderita Down Sindrom


Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Down Sindrom
Sejarah singkat Down sindrom dimulai pada tahun 1866 ketika dokter
Jhon Longkdon Sown pertama kali mempublikasikan tulisannya di Inggris
menerangkan tentang sejumlah anak-anak dengan gambaran umum yang
sama tetapi berbeda dibandingkan dengan anak-anak mental retredasi yang
disebabkan oleh hal lain, Down adalah pimpinan rumah sakit khusus untuk
penderita mental retedasi di survey, inggris ketika ia pertama kalinya
membedakan antara anak dengan cretinum (yang kemudian diketahui
menderita hypothyroidsm) dan anak-anak laiinya yang disebut dengan
mongoloid. Nama ini digunakan down atas perkiraan anak tersebut dengan
orang-orang mongolia, yang kemudian diperhatikannya mempunyai
keterlambatan baik fisik maupun mental (Nussbaun, 2004).
Kelainan ini pertama kali diketahui oleh sebagian pada tahun 1984
tetapi tanda-tanda klinis tentang kelainan ini mula-mula diuraikan dalam

tahun 1866 oleh seorang dokter bangsa inggris bernama J.Longdon Down.
Berdasakan fenotip dari pasien yang menunjukan tanda-tanda tuna mental
dan adanya lipatan pada kelopak mata, maka kelaianan ini semua disebut
mongolisme. Tetapi agar tidak menyakiti hati bangsa mongol, maka cacat
ini kemudian dinamakan Down Syndrome (Suryo,2010).
3.2. Pengertian Down Sindrom
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi.
Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat
mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak
yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya
sendiri.
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas
kromosom,biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

3

selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini
pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.

Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang
paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down
syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Syndrom down
merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21
kromosom menggantikan yang normal.95 % kasus syndrom down
disebabkan oleh kelebihan kromosom.
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom
yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinankemungkinan :
1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
2. Translokasi kromosom 21 dan 15
3. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom
( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
1. Genetik karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan
adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak
dengan syndrom down.
2. Radiasi ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang
melahirkan anak dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di
daerah sebelum terjadi konsepsi.

3. Infeksi dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibuTerutama autoimun tiroid
atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5. Umur Ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “nondijunction” pada
kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen,
menurunnya

kadarhidroepiandrosteron,

estradiolsistemik,

perubahan

konsentrasi

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

menurunnya
reseptor


konsentrasi
hormon

dan

4

peningkatan kadar LH dan FSH

secara tiba-tiba sebelum dan selam

menopause. Selain itu kelainankehamilan juga berpengaruh.
6. Umur Ayah Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik,
organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensikoitus.
2.3. Etiologi
Sindroma Down disebabkan oleh trisomi 21, autosomal trisomi yang
paling sering pada bayi baru lahir. Tiga tipe abnormalitas sitogenik pada
fenotipe Sindroma Down adalah: trisomi 21 (47, +21), di mana terdapat
sebuah salinan tambahan pada kromosom 21, diperkirakan 94%.

Translokasi Robertsonian pada kromosom 21, sekitar 3-4%. Translokasi
Robertsonian adalah penyusunan seluruh lengan pada kromosom akosentrik
(kromosom manusia 13-15, 21, dan 22) dan juga bisa berupa sebuah
translokasi antara kromosom

21 (atau ujung 21q saja) dan sebuah

kromosom nonakrosentrik. Trisomi 21 mosaikisme (47, +21/46), terjadi
pada 2-3% kasus. Pada bentuk ini, terdapat dua kelompok sel: sebuah sel
normal dengan 46 kromosom dan kelompok lain dengan trisomi 21.
Salinan tambahan pada kromosom 21 biasanya disebabkan oleh
nondisjunction, sebuah kesalahan selama meosis. Nondisjunction adalah
kegagalan kromosom homolog untuk pemisahan selama meosis I atau
meosis II. Oleh karena itu, satu anak sel menurunkan tiga kromosom pada
kromosom yang terkena dan menjadi trisomi, sedangkan anak sel lainnya
menurunkan satu kromosom yang menyebabkan monosomi.
Kesalahan dalam meosis yang menyebabkan nondisjunction sebagian
besar diturunkan dari ibu; hanya sekitar 5% terjadi selama spermatogenesis.
Kesalahan pada meosis meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu.
Kesalahan yang diturunkan dari ibu paling sering terjadi pada meosis I (7680%) dan terjadi pada 67-73% pada kasus trisomi 21. Kesalahan yang

diturunkan dari ibu lainnya terjadi pada meosis II dan mungkin diakibatkan
oleh kegagalan pemisahan pasangan kromatid. Mereka terjadi pada 18-20%

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

5

kasus trisomi 21. Nondisjunction yang diturunkan dari ayah biasanya terjadi
pada meosis II.
Mekanisme nondisjunction masih belum jelas. Hal itu mungkin
berhubungan dengan kegagalan pada rekombinasi, di mana proses alami
pemecahan dan penggabungan kembali susunan DNA selama meosis untuk
membentuk kombinasi baru pada gen agar menghasilkan variasi genetik.
Pada beberapa studi, peningkatan risiko pada nondisjunction meosis
telah dihubungkan dengan polimorfik maternal pada gen yang mengkode
enzim yang memetabolisme folat, methylenetetrahydrofolate reductase
(MTHFR) dan methionine synthase (MTRR).
Diperkirakan 5% kasus kromosom ekstra 21 muncul diakibatkan oleh
kesalahan pada mitosis. Kasus ini tidak berkaitan dengan meningkatnya
umur ibu.

Translokasi
Robertsonian,

trisomi

seluruh

21,
lengan

yaitu

ketidakseimbangan

panjang

pada

sebuah

translokasi
kromosom

ditranslokasikan ke lengan panjang pada sebuah kromosom akosentrik
melalui penggabungan sentral. Pada Sindroma Down, bentuk yang paling
umum adalah translokasi yang mengenai kromosom 14 dan 21.
Individu yang memiliki 46 kromosom, tetapi kromosom 14
mengandung lengan panjang kromosom 14 dan 21. Hal ini memberikan tiga
salinan pada lengan panjang kromosom 21 (dua berasal dari kromosom 21
dan yang ketiga berasal dari lengan panjang yang ditranslokasikan dari
kromosom 14).
Mayoritas translokasi Robertsonian yang mengakibatkan trisomi 21
adalah mutasi yang baru. Mereka hampir selalu berasal dari ibu dan terjadi
terutama selama oogenesis. Sindroma Down yang disebabkan oleh
mekanisme ini tidak berhubungan dengan umur ibu (Roizen et al., 2009).
Sejauh ini, tidak ditemukan hubungan antara Sindroma Down dan
diet, obat-obatan, ekonomi, status, ataupun gaya hidup. Risiko Sindroma
Down juga tidak meningkat meskipun memiliki saudara dengan Sindroma
Down. Beberapa bukti menunjukkan bahwa Sindroma Down sedikit lebih

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

6

umum terjadi pada keluarga dengan penyakit Alzheimer dalam satu atau
lebih anggota keluarga yang lebih tua (Benke et al., 1995).

Gambar 1. Kelebihan Kromosom 21 Pada Penderita Sindrom Down

Gambar 2. Terjadinya Trisomi 21 Pada Penderita Sindrom Down
2.4. Gejala Syndrom Down
a. Gejala Klinis Syndrom Down
Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya
kurang dari normal.Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan
Syndrom Down :
1. Sutura Sagitalis Yang Terpisah
2. Fisura Palpebralis Yang Miring
Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

7

3. Jarak Yang Lebar Antara Kaki
4. Fontarela Palsu
5. “Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II
6. Hyperfleksibilitas
7. Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
8. Bentuk Palatum Yang Abnormal
9. Hidung Hipoplastik
10. Kelemahan Otot Dan Hipotonia
11. Bercak Brushfield Pada Mata
12. Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur
13. Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada
Sudut Mata Sebelah Dalam
14. Single Palmar Crease Pada Tangan Kiri Dan Kanan
15. Jarak Pupil Yang Lebar
16. Oksiput Yang Datar
17. Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar
18. Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal
19. Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut
20. Mata Sipit

Gambar 3. Garis Transversal Pada Telapak Tangan Sindrom Down

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

8

Gambar 4. Penampakan Fisik Penderita Sindrom Down
b. Gejala Lain
1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari
anak yang umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang
mana lidah kelihatan menonjol keluardan tangan lebar dengan jari-jari
pendek.
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.Juga
sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus
(penyumbatankerongkongan)

dan atresia duodenum, juga memiliki

resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut.
Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi
retardasi mental,

kerusakan

hati,

bawaan,

kelemahan

neurosensori,infeksi saluran nafas berulang.
2.5. Komplikasi
1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)

Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

9

2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa
terkendalikan).
2.6. Maternal
Darah ibu diperiksa kombinasi dari berbagai marker: alpha-fetoprotein
(AFP), unconjugated estriol (uE3), dan human chorionic gonadotropin
(hCG) membuat tes standar, yang dikenal bersama sebagai “tripel tes.”Tes
ini merupakan independen pengukuran, dan ketika dibawa bersama-sama
dengan usia ibu (dibahas di bawah), dapat menghitung risiko memiliki bayi
dengan sindrom Down.Selama lima belas tahun terakhir, ini dilakukan
dalam kehamilan 15 sampai minggu ke-18.
Baru-baru ini, tanda lain yang disebut Papp-A ternyata bisa berguna
bahkan lebih awal.
Alpha-fetoprotein dibuat di bagian rahim yang disebut yolk sac dan di
hati janin, dan sejumlah AFP masuk ke dalam darah ibu. Pada sindrom
Down, AFP menurun dalam darah ibu, mungkin karena yolk sac dan
janin lebih kecil dari biasanya.
Estriol adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, menggunakan
bahan yang dibuat oleh hati janin dan kelenjar adrenal. estriol berkurang
dalam sindrom Down kehamilan.
Human chorionic gonadotropin hormon yang dihasilkan oleh plasenta,
dan digunakan untuk menguji adanya kehamilan. bagian yang lebih kecil
tertentu dari hormon, yang disebut subunit beta, adalah sindrom Down
meningkat pada kehamilan.
Inhibin A adalah protein yang disekresi oleh ovarium, dan dirancang
untuk menghambat produksi hormon FSH oleh kelenjar hipofisis.
Tingkat inhibin A meningkat dalam darah ibu dari janin dengan Down
syndrome.
PAPP-A , yang dihasilkan oleh selubung telur yang baru dibuahi. Pada
trimester pertama, rendahnya tingkat protein ini terlihat dalam sindrom
Down kehamilan.
Laporan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV

10

Pertimbangan yang sangat penting dalam tes skrining adalah usia
janin (usia kehamilan). Analisis yang benar komponen yang berbeda
tergantung pada usia kehamilan mengetahui dengan tepat. Cara terbaik
untuk menentukan bahwa adalah dengan USG.
a.

Hubungan usia kehamilan Ibu dengan Sindrom Down
Hasil penelitian Charina Situmorang yang berjudul“Hubungan Sindorm
Down dengan Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga
danFaktor Lingkungan” yang dibuat dalam jurnal kedokteran, bahwa
usia ibu ≥35 tahun saat kehamilan lebih banyak melahirkan anak
dengan kelainan sindrom Down.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Arifin
Universitas Trisakti di RS Fatmawati jika dilihat tabel diatas antara
anak yang dilahirkan dengan usia ibu saat hamildapat dilihat bahwa
proporsi jumlah ibu yang hamil pada usia < 35 tahun lebih
banyakmelahirkan anak normal atau tidak menderita sindrom Down.
Sedangkan

ibu

hamil pada usia >= 35

tahun lebih banyak

melahirkan anak dengan kelainan sindrom Down. Dimana anak yang
positif sindrom Down yang ibunya berusia