BARANG MILIK NEGARA atau BMN

BARANG MILIK NEGARA (BMN)
TUGAS INDIVIDU
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Sarana dan Prasarana
yang dibina oleh Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd

oleh
Intan Dina Kartika
140131604093

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
April 2016

PEMBAHASAN
A. Pengertian Barang Milik Negara (BMN)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2014,
Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah. Sedangkan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
BMN tersebut tidak terbatas hanya yang berada dan penguasaan
kementerian/lembaga/Pemerintah Daerah, namun juga yang berada pada
Perusahaan Negara dan BHMN atau bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang
belum ditetapkan statusnya. Khusus BMN yang berada dalam penguasaan
Perusahaan Negara, BHMN dan Lembaga lainnya yang belum ditetapkan
statusnya menjadi kekayaan negara yang dipisahkan (Cahyo, 2011)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 6
Tahun 2006 Pasal 2, BMN/D meliputi:
1. Barang yang dibli atau diperoleh atas beban APBN/APBD dan;
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Batasan pengertian barang-barang yang berasal dari perolehan lainnya
yang sah adalah sebagai berikut:
3.
4.
5.
6.

Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undangan; atau
Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penggunaan;
4. Pemanfaatan;
5. Pengamanan dan pemeliharaan;
6. Penilaian;
7. Penghapusan;
8. Pemindahtanganan;
9. Penatausahaan;
10. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.


C. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMN
Perencanaan kebutuhan adalah suatu kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan Barang Milik Negara untuk menghubungkan pengadaan barang yang
telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang.
Penganggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain
yang mencakup jangka waktu satu tahun. (Mulyadi dalam Cahyo, 2011)
Perencanaan kebutuhan BMN disusun dalam rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga (RKA-KL) setelah memperhatikan ketersediaan
barang milik negara yang ada dengan berpedoman pada standar barang, standar
kebutuhan, dan standar harga. Standar barang, standar kebutuhan ditetapkan oleh
pengelola barang setelah berkoordinasi dengan instansi atau dinas teknis terkait.
Menteri/Ketua Lembaga selaku pengguna barang menghimpun usul
rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh kuasa pengguna barang yang

berada di bawah lingkungannya selanjutnya menyampaikan usul rencana
kebutuhan barang milik negara kepada pengelola barang.
Menteri Keuangan selaku pengelola barang bersama pengguna barang
membahas usul tersebut dengan memperhatikan data barang pada pengguna

barang dan/atau pengelola barang untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara (RKBMN).
Menurut PP RI No 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Negara diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.

D. Pengadaan Barang Milik Negara
Pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/
Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa.
Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah,
Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan
akuntabel. Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan, kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah ini.
Pedoman Pelaksananaan pengadaan barang selain tanah mengacu pada

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang telah dirubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Dan pelaksanaan pengadaan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum mengacu pada Keppres
Nomor 55 Tahun 1993. (Cahyo, 2011)
E. Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah

Barang Milik Negara/Daerah pada dasarnya digunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/ Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Dalam rangka menjamin tertib dalam penggunaan,
pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMN/D
yang diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. (Cahyo, 2011)
Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah,
penetapan status penggunaan BMN dilakukan oleh Pengelola Barang dan BMD
oleh Gubernur/walikota/bupati.

Gambar 1 Kewenangan Penetapan Status Penggunaan
Tanah dan/atau bangunan, barang yang bernilai memiliki bukti
kepemilikan seperti, Sepeda motor, mobil, kapal, pesawat terbang, alat berat, dan
barang yang memiliki nilai diatas Rp. 25 juta, penetapan status penggunaannya
oleh Pengelola Barang. Barang selain tanah dan bangunan yang bernilai sampai

dengan Rp. 25 juta, penetapan status penggunaannya oleh Pengguna Barang.
Sementara Alat Utama Sistem Persenjataan yang dimiliki POLRI dan TNI, tidak
perlu dilakukan penetapan status penggunaannya.
Penetapan status penggunaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan
dengan tata cara Pengguna barang melaporkan barang yang diterimanya kepada
pengelola barang disertai dengan usul penggunaannya. Setelah Pengelola barang
meneliti laporan tersebut dan menetapkan status penggunaan barang milik negara
dimaksud.

1. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN berupa tanah dan/atau
bangunan
a. Tahap Persiapan
1) Penyelesaian Dokumen (Sertifikat tanah/IMB)
b. Tahap Pengajuan Usul Penetapan Status Penggunaan
1) KPB pengajuan permintaan penetapan (1 bulan setelah dokumen
diterima)
2) Pengguna barang merneruskan usul kepada Pengelola Barang (1
bulan setelah dokumen diterima)
c. Tahap Penetapan Suatu Penggunaan
1) Pengelola Barang menetapkan status penggunaan dengan Surat

Keputusan
d. Tahap Pendaftaran, Pencatatan, Penyimpanan Dokumen
1) Pengelola Barang melakukan pendaftaran, pencatatan, penyimpanan
dokumen dalam Daftar Barang Milik Negara dan Daftar Barang
Pengguna

2. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan

Gambar 2 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau
bangunan

3. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak
lain.

Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh
pihak lain
4.

Tata Cara Penetapan Kembali Status Penggunaan BMN Tanah dan/atau


Bangunan yang Tidak Dipergunakan.
BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau sudah
tidak digunakan lagi oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang -setelah
dilakukan audit dengan memperhatikan standar kebutuhan tanah dan/atau
bangunan- wajib diserahkan kepada Pengelola Barang, untuk BMD diserahkan
kepada Gubernur/Walikota/Bupati melalui pengelola barang. Selanjutnya
pengelola barang berwenangan untuk mengalihkan status penggunaan BMN/D
tersebut kepada instansi lain yang memerlukan, dimanfaatkan dalam rangka
optimalisasi BMN/D, atau dipindahtangankan.

Gambar 4 Tatacara Penetapan Kembali Status Penggunaan BMN berupa tanah
dan/atau bangunan yg tdk dipergunakan
Pengguna barang/Kuasa Pengguna Barang yang tidak menyerahkan
barang yang tidak/sudah tidak digunakan seperti tersebut di atas dapat dikenakan
sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan tanah dan/atau bangunan dimaksud.
5. Tata Cara Pengalihan Status Penggunaan BMN Tanah antar Pengguna Barang.
Gambar 5 Tata
Cara
Pengalihan
Status

Penggunaan
BMN Tanah
antar Pengguna
Barang

F. Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah,
Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan
kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah dengan
tidak mengubah status kepemilikan.
Pemanfataan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh:
1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya;
2. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk
Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang;
3. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang
Milik Negara yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang; atau
4. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang
Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih

digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.
Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan
kepentingan umum.
Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:
1. Sewa;
Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh Pengelola Barang.
Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:
a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;
b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah
diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota,
dan dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/ Walikota.
c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;
d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang
masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau;
e. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

Barang Milik Negara/Daerah dapat disewakan kepada Pihak Lain.
Jangka waktu Sewa Barang Milik Negara/ Daerah paling lama 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang. Jangka waktu Sewa Barang Milik
Negara/Daerah dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
untuk:
a. kerja sama infrastruktur, Besaran Sewa atas Barang Milik
Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat
mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis
infrastruktur.
b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa
lebih dari 5 (lima) tahun; atau
c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.
Formula tarif/besaran Sewa Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah
dan/ atau bangunan ditetapkan oleh Pengelola Barang, untuk Barang
Milik Negara atau Gubernur /Bupati/Walikota, untuk Barang Milik
Daerah. Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan
perjanjian, yang sekurang-kurangnya memuat:
a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran Sewa, dan jangka waktu;
c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan
selama jangka waktu Sewa; dan
d. hak dan kewajiban para pihak.
Hasil Sewa Barang Milik Negara/Daerah merupakan penerimaan negara
dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Penyetoran uang Sewa harus dilakukan sekaligus secara tunai paling
lambat 2 (dua) hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian Sewa
Barang Milik Negara/Daerah. Kecuali, penyetoran uang Sewa Barang
Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat dilakukan
secara bertahap dengan persetujuan Pengelola Barang.
2. Pinjam Pakai
Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Jangka waktu Pinjam Pakai
Barang Milik Negara/Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali.
3. Kerja Sama Pemanfaatan
Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan
terhadap:
a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;
b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah
diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota;
c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;
d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang
masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau
e. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk memenuhi biaya
operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan
terhadap Barang Milik Negara/Daerah tersebut;
b. mitra Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan melalui tender, kecuali
untuk Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus dapat
dilakukan penunjukan langsung;
c. Penunjukan langsung mitra Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang
Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus dilakukan oleh Pengguna
Barang terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki
bidang dan/atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. mitra Kerja Sama Pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap setiap
tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan
pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ke rekening Kas
Umum Negara/Daerah;
e. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil
Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang
dibentuk oleh:
1) Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara pada Pengelola
Barang dan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan

serta sebagian tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang;
2) Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah berupa
tanah dan/atau bangunan;
3) Pengguna Barang dan dapat melibatkan Pengelola Barang, untuk
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengguna Barang; atau
4) Pengelola Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik Daerah selain
tanah dan/atau bangunan.
4. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau
Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna Barang Milik
Negara/Daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan
dan fasilitas tersebut.
Jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna paling lama
30 (tiga puluh} tahun sejak perjanjian ditandatangani. Penetapan mitra
Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui
tender. Semua biaya persiapan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah
Guna yang terjadi setelah ditetapkannya mitra Bangun Guna Serah atau
Bangun Serah Guna dan biaya pelaksanaan Bangun Guna Serah atau
Bangun Serah Guna menjadi beban mitra yang bersangkutan. Mitra
Bangun Guna Serah Barang Milik Negara harus menyerahkan objek
Bangun Guna Serah kepada Pengelola Barang dan
Gubernur/Bupati/Walikota pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah
dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah.
5. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
Kerja Sama Penyediaan lnfrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan antara Pemerintah dan Badan Usaha. Badan Usahanya
berbentuk:
a. perseroan terbatas;

b. Badan Usaha Milik Negara;
c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
d. koperasi.
Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 (lima
puluh) tahun dan dapat diperpanjang. Penetapan mitra Kerja Sarna
Penyediaan Infrastruktur dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan. Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur harus
menyerahkan objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur kepada Pemerintah pada saat
berakhirnya jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sesuai
perjanjian. Barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur menjadi
Barang Milik Negara/Daerah sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuai
perjanjian.

G. Pengamanan dan Pemeliharaan BMN/D
Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah Pengelola
Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan
pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya.
Pengamanan meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan
pengamanan hukum. Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah harus
disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang
bersangkutan dan dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia/Pemerintah Daerah dan pengguna barang. Bukti kepemilikan
Barang Milik Negara/Daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.
Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan dilakukan o!eh Pengelola Barang. Penyimpanan bukti kepemilikan
Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik Negara diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pengelola Barang dapat menetapkan kebijakan asuransi atau
pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Negara tertentu dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. Gubernur/Bupati/Walikota
dapat rnenetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka
pengamanan Barang Milik Daerah tertentu dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah.
Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang.
Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra
Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan
Infrastruktur. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan
Barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan secara tertulis Daftar
Hasil Pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala.

H. Penilaian BMN/D
Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan
neraca Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, kecuali
dalam hal untuk:
1. Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai; atau
2. Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.
Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan
Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara/Daerah yang telah ditetapkan
dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah. Keputusan mengenai Penilaian kembali
atas nilai Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pemerintah
yang berlaku secara nasional. Keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai
Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah yang
berlaku secara nasional.

I. Penghapusan BMN/D
Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah,
Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna
Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/Pmk.06/2014
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara, ruang lingkup
pelaksanaan penghapusan BMN adalah pengelola barang dan pengguna
barang/kuasa pengguna barang. Pelaksana penghapusan BMN terdiri atas
Pengelola Barang, untuk BMN berupa: tanah dan/atau bangunan yang diserahkan
oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang; tanah dan/atau bangunan dan
selain tanah dan/atau bangunan yang berasal dari perolehan lain yang sah yang
berada dalam penguasaan Pengelola Barang. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang, untuk BMN yang status penggunaannya berada pada Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang berupa: tanah dan/atau bangunan; sebagian
tanah; selain tanah dan/atau bangunan.
BMN selain tanah dan/atau bangunan termasuk tetapi tidak terbatas pada
BMN berupa perangkat lunak (software) komputer, lisensi, waralaba (franchise),
paten, hak cipta, dan hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat
jangka
Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN dengan cara menghapus
BMN dari DBPL. Penghapusan BMN dari DBPL dilakukan dalam hal BMN
sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang karena: beralihnya
kepemilikan, sebagai akibat dari:
1. Pemindahtanganan; adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
2. Pemusnahan; sebab-sebab lain.

Selain alasan Penghapusan BMN dari DBPL dapat pula dilakukan karena
penyerahan kepada Pengguna Barang atau ketentuan peraturan perundangundangan. Sebab-sebab lain merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang,
susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk
tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure). Dan dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang,
susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk
tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure).
Penghapusan BMN dari DBPL dilakukan dengan menerbitkan keputusan
Penghapusan.

J. Pemindahtanganan BMN/D
Menurut Hoesada, J. & Mei Ling (2014) Pemindahtangan BMN bukan
tanah/bangunan bernilai wajar diatas Seratus Miliar oleh Pemerintah Pusat
dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR sesuai Pasal 55 (1) a, kecuali
memang sudah tak sesuai tataruang & penataan kota, bangunan lama diruntuhkan
untuk diganti bangunan baru, tanah/bangunan diperuntukkan bagi pegawai negeri,
atau dikuasai negara berdasarkan Pasal 55 (3)
Pemindahtanganan BMN bukan tanah/bangunan bernilai wajar tepat
Rp.100 Miliar kebawah dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa perlu persetujuan
DPR. Dengan demikian, nilai buku aset tercantum dineraca dan pada subledger
(pembukuan) tak dapat digunakan, karena tak selalu merepresentasikan nilai
wajar.
Dibutuhkan PMK khusus tentang (1)tatacara penetapan status tidak
diperlukan lagi (vide Pasal 54(1) dan (2) penetapan nilai wajar BMN yang akan
dipindahtangankan, agar tak menimbulkan berbagai masalah dan temuan
pelanggaran dalam audit BPK, (3) pernyataan tidak sesuai tata ruang & tatakota,
pernyataan diperuntukkan kepada pegawai negeri, dan pindah tangan ke dalam
penguasaan negara, apabila tak meminta persetujuan DPR.

Sejalan dengan pengelolaan BMN pada pemerintah
pusat.Pemindahtanganan BMD Tanah atau Bangunan pada tataran pemerintah
daerah sedikit berbeda. Penilaian BMD berupa tanah/bangunan untuk
pemindahtanganan-kecuali penjualan BMD tanah untuk rumah susun-berdasar
nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (4) Pasal
50 dilakukan Penilai Pemerintah atau Penilai Publik yang ditetapkan
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 50. Pemindahtanganan BMD
tanah dan/atau bangunan–tanpa peduli betapa kecil nilainya- harus dengan
persetujuan DPRD, bukan Kepala Daerah, sesuai Pasal 55 (2).
Penilaian BMD tanah/bangunan untuk pemanfaatan dan
pemindahtanganan berdasar nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan tim yang ditetapkan
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51 dengan/tanpa Penilai yang
ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51. Hasil penilaian
Tim tanpa bantuan penilai disebut nilai taksiran sesuai Ayat (4) Pasal 51,
selanjutnya digunakan Gubernur/Bupati/Walikota untuk BMN tersebut sesuai Ayat
(5) Pasal 51 dan Permendagri tentang Penilaian BMD.
Pemindahtangan BMD bukan tanah/bangunan bernilai wajar diatas Rp. 5
Miliar oleh Pemerintah Daerah dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD.
Pemindahtangan BMD selain tanah/bangunan bernilai wajar tepat Rp.5 Miliar
kebawah dilakukan oleh Pemerintah Daerah tanpa perlu persetujuan DPRD.
Dengan demikian nilai buku aset tercantum dineraca Pemda tak dapat digunakan
untuk pengelolaan BMD, karena tak selalu merepresentasikan nilai wajar.
Dibutuhkan Permendagri khusus tentang (1) tatacara penetapan status tidak
diperlukan lagi (vide Pasal 54(1) dan (2) tatacara penetapan nilai wajar BMD
yang akan dipindahtangankan, agar tak menimbulkan berbagai masalah dan
temuan pelanggaran dalam audit BPK.
Pada pemerintah pusat, penilaian BMNselain tanah/bangunan untuk
pemanfaatan dan pemindahtangananberdasar nilai wajar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan Penilai yang
ditetapkan Pengguna Barang sesuai Ayat (1) Pasal 51, selanjutnya digunakan

Pengguna Barang untuk BMN tersebut sesuai Ayat (5) Pasal 51 dan PMK tentang
Penilaian BMN.
Pada tataran pemerintah daerah, penilaian BMDberupa tanah/bangunan
untuk pemanfaatan dan pemindahtanganan berdasar nilai wajar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan tim yang
ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51 dengan/tanpa
Penilai yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51. Hasil
penilaian Tim tanpa bantuan penilai disebut nilai taksiran sesuai Ayat (4) Pasal
51, selanjutnya digunakan Gubernur/Bupati/Walikota untuk BMN tersebut sesuai
Ayat (5) Pasal 51 dan Permendagri tentang Penilaian BMD.

K. Penatausahaan BMN/D
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang
Penatausahaan Barang Milik NegaraDaftar Barang Milik Negara, yang
selanjutnya disebut DBMN, adalah daftar yang memuat data BMN berupa tanah
dan/atau bangunan idle yang disusun oleh Pengelola Barang. Daftar Barang Milik
Negara Kantor Wilayah, yang selanjutnya disebut DBMN-KW, adalah daftar yang
memuat data BMN berupatanah dan/atau bangunan idle yang berada di wilayah
kerja dan disusun oleh Kanwil DJKN.Daftar Barang Milik Negara Kantor Daerah,
yang selanjutnya disebutDBMN-KD, adalah daftar yang memuat data BMN
berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang berada diwilayah kerja dan disusun
oleh KPKNL. Daftar Barang Pengguna, yang selanjutnya disebut DBP, adalah
daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masing-masing UPPB pada
Pengguna Barang. Daftar Barang Pengguna Eselon I, yang selanjutnya disebut
DBP-E1, adalah daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masingmasing
UPPB-E1 pada tingkat unit eselon I Pengguna Barang.
Daftar Barang Pengguna Wilayah, yang selanjutnya disebut DBP-W,
adalah daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masingmasing
UPPB-W pada tingkat kantor wilayah Pengguna Barang. Daftar Barang Kuasa
Pengguna, yang selanjutnya disebut DBKP, adalah daftar yang memuat data BMN

yang disusun oleh masingmasing UPKPB pada Kuasa Pengguna Barang. Daftar
Kebutuhan BMN, yang selanjutnya disebut DKBMN, adalah daftar yang memuat
rincian kebutuhan BMN pada masa yang akan datang. Daftar Kebutuhan
Pemeliharaan Barang, yang selanjutnya disebut DKPB, adalah daftar yang
memuat rincian kebutuhan pemeliharaan BMN pada suatu periode tertentu yang
disusun berdasarkan daftar barang. Daftar Hasil Pemeliharaan Barang, yang
selanjutnya disebut DHPB, adalah daftar yang memuat hasil pemeliharaan BMN
yang dilakukan dalam satu tahun anggaran.
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal
pusat di daerah. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas
Pembantuan. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut
DJKN, adalah unit eselon I pada Departemen Keuangan yang mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
kekayaan negara, piutang, dan lelang, dan dalam hal ini merupakan pelaksana
penatausahaan BMN di tingkat pusat pada Pengelola Barang.
Dokumen Kepemilikan adalah dokumen yang sah yang merupakan
bukti kepemilikan atas BMN. Dokumen Pengelolaan adalah dokumen yang
merupakan hasil dari kegiatan pengelolaan BMN. Inventarisasi adalah kegiatan
untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMN.
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, yang selanjutnya disebut
KPKNL, adalah instansi vertikal DJKN yang berada dibawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kanwil DJKN, dan dalam hal ini
merupakan pelaksana penatausahaan BMN di tingkat daerah pada Pengelola
Barang. Kantor Wilayah DJKN, yang selanjutnya disebut Kanwil DJKN, adalah
instansi vertikal DJKN yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara, dan dalam hal ini merupakan
pelaksana penatausahaan BMN di tingkat wilayah pada Pengelola Barang.

Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga
pemerintah non kementerian negara/lembaga negara. Kuasa Pengguna Barang
adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk
menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
Kode Lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan unit
penanggung jawab BMN. Kode Registrasi adalah kode yang diberikan pada setiap
BMN yang terdiri dari kode lokasi ditambah dengan tahun perolehan dan kode
barang ditambah dengan nomor urut pendaftaran. Kodefikasi barang adalah
pemberian kode barang milik Negara sesuai dengan penggolongan masing-masing
barang milik negara. Laporan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut
LBMN, adalah laporan yang disusun oleh Pengelola Barang berupa Tanah
dan/atau Bangunan Idle dan laporan yang dihimpun dari LBP atau LBMN-KW
secara semesteran dan tahunan. Laporan Barang Milik Negara Kantor Wilayah,
yang selanjutnya disebut LBMN-KW, adalah laporan yang disusun oleh Kanwil
DJKN selaku Pengelola Barang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle danlaporan
yang dihimpun dari LBP-W atau LBMN-KD diwilayah kerjanya secara
semesteran dan tahunan.
Laporan Barang Milik Negara Kantor Daerah, yang selanjutnya disebut
LBMN-KD, adalah laporan yang disusun oleh KPKNL selaku Pengelola Barang
berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle dan laporan yang dihimpun dari LBKP di
wilayah kerjanya secara semesteran dan tahunan. Laporan Barang Pengguna, yang
selanjutnya disebut LBP, adalah laporan yang disusun oleh Pengguna Barang yang
menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu secara semesteran
dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut. Laporan Barang
Pengguna Eselon I, yang selanjutnya disebut LBPE1, adalah laporan yang disusun
oleh unit eselon I Pengguna Barang yang menyajikan posisi BMN pada awal dan
akhir periode tertentu secara semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi
selama periode tersebut. Laporan Barang Pengguna Wilayah, yang selanjutnya
disebut LBPW, adalah laporan yang disusun oleh kantor wilayah Pengguna
Barang yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu secara
semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut.

Laporan Barang Kuasa Pengguna, yang selanjutnya disebut LBKP, adalah
laporan yang disusun oleh Kuasa Pengguna Barang yang menyajikan posisi BMN
pada awal dan akhir periode tertentu secara semesteran dan tahunan serta mutasi
yang terjadi selama periode tersebut. Pemindahtanganan BMN adalah pengalihan
kepemilikan BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan
sebagai modal pemerintah. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai ketentuan yang
berlaku. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.
Penggolongan barang adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematik
mengenai BMN ke dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan subsub kelompok. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan BMN. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna
barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.
Rencana Kebutuhan BMN, yang selanjutnya disebut RKBMN, adalah
rincian kebutuhan BMN pada masa yang akan datang yang disusun berdasarkan
pengadaan barang yang telah lalu dan keadaan yang sedang berjalan. Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga
pada pemerintah daerah yang bertanggungjawab kepada gubernur/bupati/walikota
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah,
dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, desa, dan satuan polisi
pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah. Pelaksana Penatausahaan adalah
unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna
Barang/Pengguna Barang, dan pada Pengelola Barang. Tanah dan/atau Bangunan
Idle adalah tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga. Unit Penatausahaan Kuasa
Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UPKPB, adalah unit yang melakukan
penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja/Kuasa Pengguna Barang. Unit
Penatausahaan Pengguna Barang-Wilayah, yang selanjutnya disebut UPPB-W,
adalah unit yang membantu melakukan penatausahakan BMN pada tingkat

wilayah atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagai UPPB-W oleh Pengguna
Barang. Unit Penatausahaan Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disebut
UPPB-E1, adalah unit organisasi yang membantu melakukan penatausahaan BMN
pada tingkat Eselon I Pengguna Barang.
Unit Penatausahaan Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UPPB,
adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Pengguna Barang.
Ruang lingkup penatausahaan BMN meliputi kegiatan pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan BMN;Sasaran penatausahaan BMN meliputi :
a. semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN);
b. semua barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi :
1) barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenisnya;
2) barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak;
3) barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
4) barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
L. Pelaksana Penatausahaan
Penatausahaan BMN meliputi penatausahaan pada Kuasa Pengguna
Barang/Pengguna Barang dan Pengelola Barang:
1. pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dilakukan oleh unit
penatausahaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang; dan
2. pada Pengelola Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Pengelola
Barang.
3. Dalam pelaksanaan penatausahaan BMN di Kantor Wilayah dan/atau Unit
Eselon I, Pengguna Barang dibantu oleh unit penatausahaan wilayah
dan/atau unit penatausahaan eselon I.
Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh :
a. UPKPB;
b. UPPB-W;
c. UPPB-E1; dan/atau
d. UPPB.

Dalam melaksanakan penatausahaan BMN, Pelaksana Penatausahaan BMN pada
Pengguna Barang juga melakukan tugas dan fungsi akuntansi BMN.
Penatausahaan BMN pada Pengelola Barang dilaksanakan oleh :
a. KPKNL;
b. Kanwil DJKN; dan
c. DJKN.
M. Pembukuan atau Pengawasan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara Daftar Barang Milik Negara menyatakan
bahwa:
1. Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan proses pembukuan.
2. Pelaksana Penatausahaan BMN harus menyimpan dokumen kepemilikan,
dokumen penatausahaan dan/atau dokumen pengelolaan.
Pelaksana Penatausahaan pada Pengguna Barang masing-masing
dalam pembukuannya harus :
1. UPKPB membuat Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), yang berupa
daftar barang yang status penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna
Barang;
2. UPPB-W membuat Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBP-W), yang
berupa gabungan daftar barang dari masing-masing UPKPB yang berada
di wilayah kerjanya;
3. UPPB-E1 membuat Daftar Barang Pengguna Eselon I (DBP-E1), yang
berupa gabungan daftar barang dari masing-masing UPKPB dan/atau
UPPB-W yang berada di wilayah kerjanya;
4. UPPB membuat Daftar Barang Pengguna (DBP), yang berupa gabungan
daftar barang dari masing-masing UPPB-E1, UPPB-W dan/atau UPKPB.
Pelaksana Penatausahaan pada Pengelola Barang masing-masing dalam
pembukuannya harus :
1. KPKNL membuat Daftar Barang Milik Negara Kantor Daerah berupa
Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMN-KD-T/B) yang berada di wilayah
kerjanya;

2. Kanwil DJKN membuat Daftar Barang Milik Negara Kantor Wilayah
berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMN-KW-T/B), yang berupa
gabungan DBMN-KD-T/B yang berada di wilayah kerjanya;
3. DJKN membuat Daftar Barang Milik Negara berupa Tanah dan/atau
Bangunan Idle (DBMN-T/B), yang berupa gabungan DBMN-KW-T/B.
Pencatatan atas BMN dilakukan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1) penetapan status
penggunaan BMN; 2) pemanfaatan BMN; 3) penghapusan BMN; 4)
pemindahtanganan BMN; dan 5) inventarisasi BMN.
Setiap adanya perubahan data terkait dengan pengelolaan BMN,
dilaporkan kepada Pelaksana Penatausahaan. Pelaporan adanya perubahan data
dilakukan setelah adanya perubahan, kecuali inventarisasi BMN. Pengelola
Barang dapat menolak usulan pemanfaatan, penghapusan atau pemindahtanganan
dari Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang terhadap BMN yang tidak
tercantum dalam daftar barang pada Pengelola Barang.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, J. N. 2011. Pengelolaan Barang Milik Negara. (Online),
(https://jokonurcahyo.wordpress.com/category/pengelolaan-barangmilik-negara-bmn/), diakses 10 April 2016.
Hoesada, J. & Mei Ling. 2014. Barang Milik Negara/Daerah. (Online),
(http://www.ksap.org/ sap/barang -milik-negaradaerah/), diakses 10 April
2016.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara Daftar Barang Milik Negara.
(Online), (http://www.pu.go.id/uploads/services/
infopublik20140617122937.pdf), diakses 10 April 2016.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah. (Online), (http://www.bappenas.go.id
/files/6613/5229/8311/pp-no-6-tahun-2006-tentang-pengelolaan-barangmilik-negara-daerah.pdf), diakses 10 April 2016.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2014 tentang Barang
Milik Negara/Daerah. (Online), (http://www.jdih.kemenkeu.go.id
/fullText/2014/27TAHUN2014PP.htm), diakses 10 April 2016.