makalah kardiomiopati atau jantung

(1)

TIDAK BISA DOWNLOAD KLIK DISINI :

http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2016/03/makalah-kardiomiopati-atau-jantung.html

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh, oleh karena itu kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung merupakan penyakt maut yang mematikan dieluruh dunia. Salah satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat frekuensinya. Dibeberapa negara, kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%.

Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang langsung mengenai otot jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah. Penyakit ini tergolong khusus karena kelainan-kelainan yang ditimbulkan bukan terjadi akibat penyakit perikardium,hipertensi, koroner, kelainan kongenital atau kelainan katub. Walaupun sampai saat ini penyebab kardiomiopati masih belum dapat dijelaskan secara pasti, tetapi kardiomiopati diduga kuat mempengaruhi oleh faktor genetik. Kardiomiopati dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :

1. Kardiomiopati dilatasi, adalah kardiomiopati yang paling umum, terdapat pada 100 orang dan manakala otot jantung melemah dan tak mampu memompa darah secara efektif. Otot jantung yang melemah kendur dan rongga jantung membengkak. Kebanyakan disebabkan oleh penyakit arteri koroner, tetapi sekitar 30% disebabkan faktor genetis

2. Kardiomiopati hipertrofik, terjadi manakala di dinding jantung menebal, sehingga dapat mencegah darah lewat jantung. Kelainan ini cukup jarang dijumpai pada sekitar 0.2% penduduk Amerika Serikat (USA) atau terdapat pada 2 dalam 1000 orang dan dapat mengenai laki-laki maupun perembpuan semua umur.


(2)

3. Kardiomiopati restriktif, merupakan kardiomiopati jarang (terjadi 1 dalam 1000 orang) terjadi manakala dinding jantung menjadi kaku dan tidak sukup lentur untuk terisi darah. Akibat jantung tidak terisi darah, maka kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi tidak efektif.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi kardiomiopati?

2. Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati? 3. Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kardiomiopati? C. Tujuan

1. Menjelaskan definisi kardiomiopati

2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit kardiomiopati

3. Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis kardiomiopati 4. Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien kardiomiopati

D. Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko serta patifiologi kardiomiopati

2. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami asuhan keperawtan terhadap pasien kardiomiopati

3. Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kardiomiopati


(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian

Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi secara memadai. Ada banyak penyebab kardiomiopati, penyakit jantung koroner adalah salah satunya. Konsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus, dan hipertensi adalah beberapa penyebab lainnya. Sesak nafas merupakan gejala yang sering ditemui berkaitan dengan kardiomiopati.

Kardiomiopati adalah kelainan fungsi otot jantung dengan penyebab yang tidak diketahui dan bukan diakibatkan oleh penyakit arteri koroner, kelainan jantung bawaan (congenital), hipertensi atau penyakit katup.1-7 Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung menebal atau hipertrofi dan rongga jantung membesar. Bersama dengan proses pembesaran ini, jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi otot jantung. Miosit jantung (kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian, akibatnya dapat terjadi gagal jantung, aritmia dan kematian mendadak. Oleh karena itu kardiomiopati dianggap sebagai penyebab utama morbiditas dan mortilitas kardiovaskular.

Kardiomiopati adalah penyakit otot yang tidak diketahui sebabnya (Jota, Shanta, 1996). Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium secara primer dan bukan sebagai akiba hipertensi, kelainan congenital, katup koroner, arterial dan perikardial. (Affandi Dedi, 1996 dan Winne Joshua, 2000). B. Klasifikasi

Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung primer. Tidak sering ditemukan, namun juga tidak jarang terjadi. Kardiomiopati dilatasi mendasari


(4)

510% gagal jantung. Kardiomiopati dikelompokkan berdasarkan hasil pemeriksaan ekokardiografi.

1. Kardiomiopati Dilatasi

Kardiomiopati Dilatasi (dilated cardiomyopathy / DCM ) menyebabkan pembesaran ventrikel kiri (LV) sering juga ventrikel kanan (RV), dan sering terjadi hipokinesia masif dan global bukan regional, yang lebih menunjukkan penyakit jantung koroner (PJK). Secara klinis, terjadi kegagalan LV atau gagal jantung kongestif, biasanya berat dan progresif, dengan iktus kordis yang bergeser dan S3 terdengar jelas. Sering disertai regurgitasi mitral (MR) fungsional dan fibrilasi atrium (AF). Terdapat risiko tinggi tromboemboli.

Pada foto toraks terlihat pembesaran jantung. Beberapa penyakit bisa menyebabkan kardiomiopati dilatasi sekunder, yang tersering adalah kelebihan alkohol. DCM “idiopatik” atau “primer” merupakan diagnosis pereksklusionam. Sepertiga kasus memiliki riwayat keluarga, menunjukan adanya kontribusi genetik yang bermakna. Terapi yang dilakukan adalah terapi standar untuk gagal jantung. Transplantasi jantung merupakan pilihan penting bagi pasien muda dengan gagal jantung refrakter yang berat.

Kardiomiopati dilatasi adalah kardiomiopati yang ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri dan statis darah dalam ventrikel.

2. Kardiomiopati hipertrofik

Merupakan penyakit yang ditandai dengan hipertrofi ventrikel kiri yang khas tanpa adanya dilatasi ruang ventrikel dan tanpa penyebab yang jelas sebelumnya. Karena itu hipertrofi ini, bukan sekunder karena penyakit sistemik atau kardiovaskuler seperti hipertensi atau stenosis aorta yang memperberat beban ventrikel kiri.

Kardiomiopati hipertrofik (hypertrophic cardiomyopathy /HCM) merupakan penyakit genetik yang ditandai oleh hipertrofi miokardium ventrikel kiri yang asimetris, terutama septum. Struktur miokardnya abnormal (kekacauan miosit dan fibrosis interstisial). Hipertrofi yang berat menyababkan pengecilan rongga ventrikel kiri, disfungsi diastol dan MR


(5)

sekunder. Hipertrofi septum menyebabkan obstruksi saluran keluar ventrikel kiri yang dinamis. Hipertrofi dan obstruksi seringkali asimtomatik namun berat, bisa menyebabkan sesak napas saat aktivitas, nyeri dada, atau pusing. Risiko terbesar adalah terjadinya kolaps atau kematian mendadak akibat aritmia ventrikel, yang bisa timbul tanpa gejala dan terjadi pada pasien yang terlihat sehat. HCM disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkode berbagai protein kontraktil diantaranya miosin, aktin, troponin, dan protein C pengikat miosin. Mutasi berbeda pada gen yang berbeda menyebabkan variasi fenotipe, diantaranya usia onset, beratnya hipertrofi, dan risiko kematian mendadak akibat aritmia. Terapinya adalah :

 Bloker β atau antagonis kanal kalsium digunakan untuk mengobati gejala yang timbul saat aktivitas.

 Amiodaron digunakan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami takikardia ventrikel. Pemasangan defibrilator implan bisa dibenarkan pada pasien dengan risiko tinggi dan / atau memiliki riwayat keluarga yang kuuat untuk terjadinya kematian mendadak.

 Konseling genetik dan skrining pada anggota keluarga yang asimtomatik melalui ekokardiografi merupakan aspekpenting dalam penatalaksanaan.

3. Kardiomiopati restriktif

Merupakan kelainan yang amat jarang dan sebabnya tidak diketahui. Tanda khas kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan menghalangi pengisian ventrikel.

Kardiomiopati restriktif (restrictive cardiomyopathy / RCM) menyebabkan miokardium menjadi rigid, kaku, dan menebal, biasanya terjadi akibat disfungsi infiltrasi miokardium oleh zat-zat abnormal atau fibrosis. Kelainan ini menyebabkan gagal jantung kongestif akibat disfungsi diastolik, yang terutama bermanifestasi sebagai gagal ventrikel kanan. Termasuk jarang ditemukan. Penyebab yang tersering adalah amiloid (amiloid primer tipe AL, misalnya mieloma multipel, paraproteinema, atau para amiloid sekunder tipe AA, misalnya keadaan peradangan kronis). Penyebab lain di antaranya sarkoid, skleroderma, fibrosis endomiokardial, dan sindrom hipereosinofilik.


(6)

RCM biasanya refrakter terhadap terapi. Amiloid jantung simtomatik memiliki prognosis yang sangat buruk. Terapi biasanya terbatas pada pemberian diuretik untuk mengurangi gejala gagal jantung kanan.

C. Etiologi

1. Kardiomiopati Dilatasi

Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati dilatasi.

2. Kardiomiopati Restriktif

Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda.

Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel.

3. Kardiomiopati hipertrofik

Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner


(7)

kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan kolagen.

D. Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium. Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya.

Penyakit ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif; (2) kardiomiopati hipertrofik; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat mengakibatkan gagal jantung berat dan bahkan kematian.

1. Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat berakibat kardiomiopati jenis ini.

2. Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa otot jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan ukuran septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, kategori ini dibagi menjadi obstruktif dan nonobstruktif.

3. Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling sering terjadi. Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain. Tanpa memperhatikan perbedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang, maka terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler sistemik. Seperti


(8)

patofisiologi pada gagal jantung dengan berbagai penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses ini.

E. Pathway Kardiomiopati

kongestif

Kardiomiopati hipertrof

Kardiomiopati restriktif

Gangguan ejeksi ventrikel kiri ↓

Statis darah dalam ventrikel dan atrium

Peningkatan preload dan afteload Gagal jantung

kongestif

Peningkatan beban volume atrium kiri

Kongesti paru Edema paru Sesak napas Curah jantung

menurun

- Prognosis kondisi penyakit

- Adanya

program terapi Penurunan suplai

oksigen ke jaringan

Pola napas tidak efektif

- Kecemasan - Pemenuhan

pendidikan kesehatan - Penurunan perfusi

perifer


(9)

F. Gejala Klinis

1. Kardiomiopati Dilatasi

Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal, edema perifer, paltipasi berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.

2. Kardiomiopati Restrikstif

Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema, asites serta hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena jugularis meningkat dan dapat lebih meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul). Bunyi jantung terdengar jauh dari biasanya serta ditemukan tanda-tanda gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis, hemokromatis.

3. Kardiomiopati Hipertrofik

 Kardiomiopati hipertrofik simptomatik

Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang mengganggu pengisian ventrikel dan mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri meningkat. Gejala lainnya meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.

 Kardiomiopati Hipertrofik Asimtomatik

Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan dapat terjadi selama atau setelah beraktivitas.

G. Pemeriksaan Klinis

1. Kardiomiopati Dilatasi / Kongestif

Didapatkan berbagai tingkat pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung kongestif. Pada tingkat lanjut, tekanan nadi kecil dan tekanan vena jugularis meningkat. Biasanya terdengar bunyi S3 dan S4 serta dapat timbul regurgitasi tripuspid atau mitral.


(10)

Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung S3 atau S4 serta adanya regurgitasi mitral atau tripuspid.

3. Kardiomipati Hipertrofik

Ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada apeks teraba getaran sistolik bunyi S4 biasanya terdengar. Terdengar bising sistolik yang mengeras pada tindakan falsafah.

H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaa

n Dilatasi Restriktif Hipertrofi

Rontgen Pemeriksaan jantung sedang-besar (kar-diomegali) terutama ventrikel kiri

Hipertensi vena pul-monal.

Ringan.

Hipertensi vena pul-monal.

Ringan sampai sedang terutama pembesaran atrium kiri.

EKG Kelainan ST-T Sinus takikardia Aritmia atrial dan ventrikel.

Voltase rendah. Defek konduksi

Kelainan ST-T, hiper-trofi ventrikel kiri, Q abnormal.

Echokardio-gram

Hipertrofi septal-asimetrik dilatasi dalam dan disfungsi ventrikel kiri.

Penebalan

dinding ventrikel kiri sistolik normal.

Hipetrofi septum asi-metris (ASH)

Gerakan katup mitral ke muka saat sistolik (SAM)

Radio nuklir Dilatasi dan dis-fungsi ventrikel kiri (RVG)

Fungsi sistolik nor-mal (RVG) Infiltrasi otot jan-tung

Fungsi sistolik kuat (RVG, ASH, (RVG atau T1)) ventrikel kiri ingeal atau normal.

Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsi ventrikel kiri. Elevasi tekanan ven-trikel kanan dan kiri. Curang jantung me-nurun.

Fungsi sistolik nor-mal atau peningka-tan tekanan pengi-sian kanan dan kiri.

Fungsi sistolik Obstr. Saluran / aliran ventrikel kiri. Elevasi tekanan ven-trikel kanan dan kiri.


(11)

I. Penatalaksanaan a. Medik

1) Kardiomiopati dilatasi  Obat-obatan  Diuretik  Digitalis  Vasodilator  Kartikosteroid  Anti aritmika  Anti koagulan

 Transplantasi jantung 2) Kardiomiopati Restriktif

 Obat-obatan  Anti aritmia  Kortikosteroid  Imunosupresif.

 Pemasangan alat pacu jantung 3) Kardiomiopati Hipertrofi

 Obat-obatan  Amiodarum

 Kalsiumantagonis, seperti verapamil & nifedipin  Disopiramid

 Digitalis diuretik nitrat dan penyekat beta adrenergik  Operasi miotomi atau miektomi

b. Keperawatan

1. Pencegahan primer

 Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.  Cegah proses infeksi

 Monitor terjadinya hipertensi sistemik


(12)

2. Pencegahan sekunder

 Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.  Evaluasi klien dengan disritmia.

3. Pencegahan tersier.

 Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat

 Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung

 Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi embolisme sistemik.

J. Komplikasi

a. Fibrilasi atrial dengan trombus b. Endokarditis infektif.


(13)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kardiomiopati jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara struktural dianggap normal.

Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

B. Saran

Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana pengobatannya.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9403371/BAB_I_PENDAHULUAN http://www.anneahira.com/makalah-kardiomiopati.htm

http://id.scribd.com/doc/141340015/Makalah-Kardiomiopati#scribd

http://saverinussuhardin.blogspot.com/2013/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_2.html


(1)

F. Gejala Klinis

1. Kardiomiopati Dilatasi

Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal, edema perifer, paltipasi berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.

2. Kardiomiopati Restrikstif

Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema, asites serta hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena jugularis meningkat dan dapat lebih meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul). Bunyi jantung terdengar jauh dari biasanya serta ditemukan tanda-tanda gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis, hemokromatis.

3. Kardiomiopati Hipertrofik

 Kardiomiopati hipertrofik simptomatik

Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang mengganggu pengisian ventrikel dan mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri meningkat. Gejala lainnya meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.

 Kardiomiopati Hipertrofik Asimtomatik

Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan dapat terjadi selama atau setelah beraktivitas.

G. Pemeriksaan Klinis

1. Kardiomiopati Dilatasi / Kongestif

Didapatkan berbagai tingkat pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung kongestif. Pada tingkat lanjut, tekanan nadi kecil dan tekanan vena jugularis meningkat. Biasanya terdengar bunyi S3 dan S4 serta dapat timbul


(2)

Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung S3 atau S4 serta adanya regurgitasi mitral atau tripuspid.

3. Kardiomipati Hipertrofik

Ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada apeks teraba getaran sistolik bunyi S4 biasanya terdengar. Terdengar bising sistolik yang mengeras pada tindakan falsafah.

H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaa

n Dilatasi Restriktif Hipertrofi

Rontgen Pemeriksaan jantung sedang-besar (kar-diomegali) terutama ventrikel kiri

Hipertensi vena pul-monal.

Ringan.

Hipertensi vena pul-monal.

Ringan sampai sedang terutama pembesaran atrium kiri.

EKG Kelainan ST-T Sinus takikardia Aritmia atrial dan ventrikel.

Voltase rendah. Defek konduksi

Kelainan ST-T, hiper-trofi ventrikel kiri, Q abnormal.

Echokardio-gram

Hipertrofi septal-asimetrik dilatasi dalam dan disfungsi ventrikel kiri.

Penebalan

dinding ventrikel kiri sistolik normal.

Hipetrofi septum asi-metris (ASH)

Gerakan katup mitral ke muka saat sistolik (SAM)

Radio nuklir Dilatasi dan dis-fungsi ventrikel kiri (RVG)

Fungsi sistolik nor-mal (RVG) Infiltrasi otot jan-tung

Fungsi sistolik kuat (RVG, ASH, (RVG atau T1)) ventrikel kiri ingeal atau normal.

Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsi ventrikel kiri. Elevasi tekanan ven-trikel kanan dan kiri. Curang jantung me-nurun.

Fungsi sistolik nor-mal atau peningka-tan tekanan pengi-sian kanan dan kiri.

Fungsi sistolik Obstr. Saluran / aliran ventrikel kiri. Elevasi tekanan ven-trikel kanan dan kiri.


(3)

I. Penatalaksanaan a. Medik

1) Kardiomiopati dilatasi  Obat-obatan  Diuretik  Digitalis  Vasodilator  Kartikosteroid  Anti aritmika  Anti koagulan

 Transplantasi jantung 2) Kardiomiopati Restriktif

 Obat-obatan  Anti aritmia  Kortikosteroid  Imunosupresif.

 Pemasangan alat pacu jantung 3) Kardiomiopati Hipertrofi

 Obat-obatan  Amiodarum

 Kalsiumantagonis, seperti verapamil & nifedipin  Disopiramid

 Digitalis diuretik nitrat dan penyekat beta adrenergik  Operasi miotomi atau miektomi

b. Keperawatan

1. Pencegahan primer

 Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.  Cegah proses infeksi


(4)

2. Pencegahan sekunder

 Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.  Evaluasi klien dengan disritmia.

3. Pencegahan tersier.

 Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat

 Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung

 Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi embolisme sistemik.

J. Komplikasi

a. Fibrilasi atrial dengan trombus b. Endokarditis infektif.


(5)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kardiomiopati jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara struktural dianggap normal.

Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

B. Saran

Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana pengobatannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9403371/BAB_I_PENDAHULUAN http://www.anneahira.com/makalah-kardiomiopati.htm

http://id.scribd.com/doc/141340015/Makalah-Kardiomiopati#scribd

http://saverinussuhardin.blogspot.com/2013/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_2.html