Pengaruh Implementasi Visi dan Budaya Or
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
PENGARUH IMPLEMENTASI VISI DAN BUDAYA ORGANISASI
DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN
1Reza
Aulia Akbar dan 2Rukanto
1
Peneliti Independen Universitas PGRI Palembang
2
Kepala Sekolah SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
e-mail: BUDAKPGRI01@gmail.com
Abstract: The number of competition in the educational world in Indonesia requires educational
institutions have value added to be selected and trusted by the community. The added value can be
implemented as the quality of education in which the educational institution provides a guarantee
of communities’ satisfaction as consumer. The quality of institutions should respond to the
demand changes occur in society. In order to meet the demand and community needs the
educational institutions should be built with an organizational culture that provides strength for
the implementation of quality process. This research used quantitative, and the questionnaire was
used as instrument. The results of this study indicate that the implementation of vision and culture
of healthy organization stimulant can improve the quality of education in YWKA High School of
Palembang. In other words, the implementation of vision has a significant impact on the quality of
education. Evident from the results of statistical showed that the value of R Square (R2) was 0.985
(98.5%), the figure illustrates that the percentage contribution of independent variables vision and
organizational culture influence 98.5% while the rest of 1, 5% influenced by other variable not
examined in this research.
Keywords: Vision, Organizational Culture, Educational Institutions, Educational Quality.
pemerintah).Pertimbangan
PENDAHULUAN
Lingkungan dunia yang mengalami
praktis
berdampak pada keputusan strategis.Dengan
perubahan seperti adanya globalisasi, control
demikian
masyarakat,
pengambilan
perkembangan
global
teknologi,
perlu
adanya
keputusan
kegiatan
yang
dalam
disesuaikan
memberikan dampak bagi perkembangan suatu
antara kemampuan yang dimiliki dengan
negara
bisnis.Pengendalian
lingkungan yang ada di sekitar sehingga
masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
perlunya adanya manajemen strategi dengan
pemerintahan maupun lembaga pendidikan,
sebuah visi lembaga pendidikan yang selaras
sehingga pemerintah tidak dapat membuat
untuk mencapai suatu tujuan.
maupun
kebijakan yang mengabaikan kepentingan
Banyaknya persaingan yang ketat di
masyarakat.Oleh sebab itu dalam menjalankan
dunia
kegiatannya perlu adanya keselarasan antara
mengharuskan lembaga pendidikan memiliki
kompetensi yang dimiliki lembaga pendidikan
nilai
maupun pemerintah dengan lingkungan yang
membuat lembaga pendidikanini dipilih dan
ada di luar organisasi (pendidikan dan
dipercaya
127
pendidikan
tambah
Indonesia
(value
oleh
added)
masyarakat.
saat
ini
yang akan
lembaga
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
pendidikan harus tanggap terhadap perubahan
depan mencakup kehidupan hari kemudian
permintaan yang terjadi dalam masyarakat,
yang bahagia. dengan demikian, berbagai
sehingga dapat memenuhi permintaan dan
macam model pendidikan sangat tergantung
kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan
dari rumusan wujud atau jabaran manusia yang
kebutuhan masyarakat.
sejartera dengan berbagai dimensinya.
Oleh karena itu, pendidikan harus
Visi adalah sebuah pandangan atau
rencana
kegiatan
pada
suatu
benar-benar disiapkan dan dikelola sebaik-
organisasi
pendidikan. Dimana visi di buat biasanya saat
baiknya
sebuah organisasi itu akan dibentuk. Misi
investasi yang tepat bagi umat manusia untuk
merupakan sebuah aktifitas yang mengarah
menghadapi tuntutan masa kini dan masa
kepada rencana atau tujuan dari sebuah
kedepannya. Pengelolaan tersebut tentunya
lembaga pendidikan ataupun organisasi yang
harus menyentu segala aspek di dalam
menjadi sebuah dasar dari sebuah kegiatan
pendidikan baik secara makro maupun mikro
lembaga yang menjurus pada sebuah tujuan.
yang mencakup pengelolaan organisasi di
budaya,
didalamnya
ekonomi,
perubahan
perkembangan
pendidikan
dapat
menjadi
dalam pendidikan, visi dan misi yang kuat dan
Seiring pesatnya perubahan zaman,
termasuk
agar
memiliki tujuan yang jelas, sumber daya
sosial
manusia
ilmu
di
dalamnya
serta
orientasi
pengetahuan dan tekhnologi yang secara
pendidikan yang tidak hanya mengedepankan
sistematis menuntut sumber daya manusia
sisi ekonomi dan teknologi semata namun juga
yang harus siap menghadapi perubahan-
pendidikan yang bersifat integritas yang
perubahan masa depan yang tentunya sangat
menyunjung tinggi nilai-nilai religius dan
membutuhkan persaingan sumber daya dalam
budaya sesuai dengan karakter Nusantara.
Organisasi
segala aspek. Oleh karena itu, pendidikan
adalah
refleksi
dari
adalah salah satu jawaban segala tantangan
kesadaran dan kedewasaan berfikir manusia
kedepan.Sejalan dengan pendapat Umaedi,
bahwa pentingnya berstruktur dalam proses
Hadianto dan Siswantari, (2011: 1.3) yang
pencapaian tujuan. Di dalamdunia pendidikan
mengungkapkan bahwa pendidikan berfungsi
organisasi
untuk mempersiapkan manusia menghadapi
pembahasan
masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik
pengetahuan dewasa ini yaitu organisasi
sebagai individu maupun cerara kolektif
pendidikan.Sebagaimana dengan apa yang
sebagai warga masyarakat, bangsa maupun
diungkapkan oleh Siagian, (1986: 3), salah
antarbangsa. Bagi pemeluk agama, masa
satu bentuk dinamika masyarakat pada saat ini
128
kemudian
sendiri
menjadi
di
dalam
subtansi
ilmu
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
ialah semakin timbulnya kesadaran bahwa
kedepan, atau kemampuan untuk merasakan
berbagai kebutuhan manusia beradab, baik
sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan
yang sifatnya fisik material maupun yang
jiwa dan ketajaman pengelihatan (Sagono,
wujudnya
2008; 1548).
mental
spiritual
hanya
dapat
Sanusi (1995), mengemukakan bahwa
dipuaskan secara efisien dan efektif melalui
berbagai
jalur
organisasional.
visi atau wawasan adalah penglihatan yang
Kesadaran
demikian pada gilirannya melahirkan berbagai
mendalam,
organisasi yang berkecimpung dalam bidang
(kognitif), kecintaan (afektif), dan kepedulian
politik,
terhadap profesi serta (konatif).Visi atau
ekonomi,
sosial,
keagamaan,
mengandung
pengetahuan
wawasan pada dasarnya bukanlah sekadar
pendidikan, olahraga dan lain sebagainya.
Dari pendapat diatas, maka dapat
penglihatan , melainkan suatu penglihatan
diketahui bahwa sebagai alat penggerak roda
yang didasari kekuatan mental batiniah dalam
pendidikan, organisasi di dalam pendidikan di
cakupan
nilai harus dapat menjadi alat manajerial yang
psikomotorik. Visi terbentuk dengan dasar
harus memiliki fungsi yang signifikan dalam
kecerdasan
mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan
pengetahuan dan pengalaman, kemampuan
dalam setiap jenjang pendidikan. Oleh karena
khusus yang konseptual pemecahan masalah
itu, perlu terciptanya budaya organisasi yang
serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan
baik di dalam organisasi pendidikan di
unggulan. Dengan kata lain, visi merupakan
Indonesia.Oleh karena itu sangat penting
intisari endapan dari suatu sistem nilai dan
kiranya untuk mengaplikasikan visi dan
yang diberlakukan. Pendapat yang senada
budaya organisasi di dalam menuju pendidikan
menyatakan bahwa terbentuknya visi dapat
yang matang dan sesuai dengan harapan untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
mencerdaskan bangsa.
pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman
kognitif,
profesional,
merupakan
tahap
pertama
konatif,
penghayatan
interaksi
dan
dan
nilai-nilai,
komunikasi
keilmuan serta berbagai kegiatan intelektual
TINJAUAN SEPUTAR VISI
Visi
afektif,
lain yang dapat membentuk pola pikir tertentu.
dalam
visi
Tripomo
seringkali merupakan kalimat tunggal untuk
mengemukakan
menjawab ingin menjadi apakah kita dan apa
menggambarkan posisi penting atau peluang
yang ingin kita capai.Menurut kamus bahasa
besar yang mungkin diraih dimasa depan.
Indonesia, visi yaitu pandangan atau wawasan
lebih lanjut Tripomo dan Udan (2005)
perencanaan
strategis.
Pernyataan
129
dan
Udan,
bahwa
visi
(2005:
67)
organisasi
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
mengemukakan bahwa ada beberapa hal
2006:21). Beach (dalam Akdon, 2006: 21)
penting yang perlu diperhatikan tentang
mendefinisikan visi sebagai berikut : "Vision
pernyataan visi: (1) visi menunjukkan arah
defines the ideal future, perhaps implaying
strategis; (2) visi lebih menunjukkan apa yang
retention of the current culture and the
ingin
activities , or perhaps implying change".
dicapai,
buka
bagaimana
cara
mencapainya; (3) seperti pernyataan ’tujuan
Masaong, (2011: 93) mengemukakan
jangka panjang’, visi bisa berupa hasil akhir
bahwa visi yang kuat akan menuntut menuju
(misalnya besar pendapatan dan keuntungan,
pemimpin yang sukses, karena kepemimpinan
besar pangsa pasar, dsb.), bisa juga berupa
yang sukses merupakan kunci keberhasilan
kemampuan (misalnya mampu memproduksi
organisasi. Organisasi yang sukses adalah
biodisel dengan oktan tinggi); (4) visi dan goal
organisasi yang mampu melahirkan pemimpin-
berbeda dalam jangka waktu pencapaian. Goal
pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki
adalah suatu langkah yang harus dicapai dalam
visi masa depan, dan mampu menyejahterakan
jangka waktu tertentu untuk mencapai visi
seluruh anggotanya. Lebih lanjut Masaong
yang
(2011) mengemukakan bahwa agar menjadi
diinginkan;
representasi
dari
(5)
visi
merupakan
keyakinan
pemimpin
mengenai
yang
visioner,
maka
seorang
bagaimanakah seharusnya bentuk organisasi
pemimpin akan berusaha membenahi dan
perusahaan dimasa depan dalam pandangan
menguasai hal-hal berikut: (1) memahami
pelanggan,
dan
konsep visi, (2) memahami karakteristik dan
stakeholder lainnya. Selain untuk memacu
unsur visi, (3) memahami tujuan visi, (4) visi
arah organisasi, pernyataan visi yang baik
yang
seringkali mampu membangkitkan semangat,
mengevaluasi visi.
karyawan,
pemilik,
baik
memiliki
Dalam
karena anggota organisasi merasayakin bahwa
tujuan
utama,
mengembangkan
organisasinya memiliki masa depan yang
pemimpin
cerah.
mendayagunakan
(5)
visi,
diharapkan
mampu
kekuatan-kekuatan
yang
Visi tercipta dari kreativitas pikir
relevan bagi kegiatan internal organisasi.
pemimpin sebagai refleksi profesionalisme dan
Kekuatan-kekuatan tersebut, menurut Hoyle,
pengalaman
dapat
pribadi
atau
sebagai
hasil
dibagi
ke
dalam
dua
kelompok.
dengan
Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan
pengikut/personel lain, yaitu tentang ide-ide
apa yang sedang berlangsung di luar organisasi
ideal tentang cita-cita organisasi di masa depan
pendidikan,
yang ingin diwujudkan bersama (Akdon,
pendidikan nasional maupun lokal. Kedua,
elaborasi
pemikiran
mendalam
130
seperti
munculnya
kebijakan
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
kekuatan yang berhubungan dengan klien
yang
pendidikan
sosial,
stakeholders sehingga apa yang diinginkan
aspirasi keluarga, sumber-sumber masyarakat,
tercakup didalamnya, Kedua, Visi sekolah
karakteristik
lain
memuat banyak hal yang besar seperti tujuan
hendak
yang ingin dicapai sampai hal yang kecil
mengembangkan visi organisasi pendidikan,
namun sangat urgen seperti anggaran tahunan,
harus menyeleksi secara berkelanjutan atas
semua ini harus direncakan dengan sebaik-
kelompok-kelompok kekuatan itu (Anwar,
baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas
2013: 27).
sebuah sekolah dapat terlihat hanya dengan
sebagainya.
yaitu,
latar
ketenaga
belakang
kerjaan,
Pemimpin
dan
yang
mendalam
dan
melibatkan
semua
Dari uraian dan pendapat para ahli
membaca visi dan misi nya, Ketiga, dalam
diatas maka dapat disimpulkan bahwa visi
tatanan praktis penyusunan visi bukan hal
merupakan dasar dari tujuan yang ingin
yang mudah walaupun semua stakeholders
dicapai.Visi juga merupakan landasan untuk
dilibatkan tetapi masih saja kesulitan, oleh
mencapai keberhasilan yang hendak dituju
karena
sebagai perwujudan dari hasil kerja keras dan
kesulitan ini terjadi, dan Keempat, dalam
dengan semangat kerjasama yang tinggi dari
mewujudkan sekolah yang memiliki kualitas
semua pihak (stakeholder) sesuai dengan tugas
baik
dan tanggung jawabnya masing-masing.Di
rekayasa.
itu
perlu
diperlukan
supervisi
direncanakan
dan
ketika
dilakukan
dalam menyusun visi, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi apakah
BUDAYA ORGANISASI
Sebelum membahas budaya organisasi,
keinginan dan impian yang ingin dicapai oleh
organisasi
baik
itu
perusahaan
akan timbul pertanyaan awal pada setiap
maupun
lembaga-lembaga formal. Selain itu peran
pembahasan
pemimpin
sangat
"apakah yang dimaksud dengan organisasi".
dibutuhkan untuk menyusun visi bukan hanya
Pertanyaan ini akan membawa kita kepada
karena seorang pemimpin adalah sosok yang
suatu jawaban tentang rumusan, definisi, atau
memiliki wewenang mengambil keputusan
uraian deskriftif mengenai apa dan bagaimana
tetapi seorang pemimpin diharapkan memiliki
organisasi itu. Thompson (dalam Thoha, 1984:
pengetahuan dan pengalaman yang sangat luas
123) menyatakan bahwa "an orgnization is a
dalam kunci keberhasilan organisasi melalui
'highly'
perwujudan visi. Untuk penyusunan visi
integration of a large number of specialist
sekolah bukan hal yang mudah, perlu kajian
cooperating to achieve some announced
sangat
dominan
dan
131
mengenai
rationalized
organisasi
and
yaitu
impersonal
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
specipic objec live". Sedangkan Weber (dalam
yang bersifat asosiatif, berstruktur berdasarkan
Thoha, 1984: 124) mengemukakan bahwa
wewenang,
suatu organisasi atau kelompok kerjasama ini
masing-masing dan saling berhubungan serta
mempunyai unsur-unsur properties sebagai
berketergantungan satu dengan yang lainnya
berikut (1) organisasi merupakan tatahubungan
seperti jaringan kerja.
sosial. Dalam
hal
ini
fungsi
Duverger
seorang individu
dan
tanggung
(dalam
Anwar,
jawab
2013:
melakukan proses interaksi sesamanya di
36)mengemukakan bahwa istilah "kultur"
dalam
organisasi
mengacu kepada keyakinan, ideologi dan
tertentu
mitos,; citra-citra kolektif dan ide suatu
(bounderies). Dengan demikian seseorang
komunitas yang merupakan elemen spiritual
individu yang melakukan hubungan interaksi
dan psikologis komunitas; teknologi dan
dengan lainnya tidak di dasarkan atas kemauan
lembaga merupa aspek material dari suatu
sendiri.Akan tetapi mereka dibatasi oleh
komunitas. Lebih lanjut Duverger (1993)
peraturan-peraturan tertentu, (3) organisasi
membagi
merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang
"Cultural Entities" dengan kebudayaan dalam
bisa membedakan suatu organisasi dengan
arti
kumpulan-kumpulan
merupakan ide-ide kolektif yang sesuai dengan
organissi
mempunyai
tersebut,
(2)
batasan-batasan
kemasyarakatan.
Tata
kebudayaan
sempit
dalam
"keyakinan".
arti
Entitas
eksternal
luas
kultur
aturan ini menyusun proses interaksi di antara
kenyataan-kenyataan
yang
orang-orang yang berkerja sama di dalamnya,
mempunyai eksistensi objektif-fisikal (bumi,
sehingga interaksi tersebut tidak muncul
manusia peralatan, parlemen, dan sebagainya).
begitu saja, (3) organisasi merupakan suatu
Keyakinan adalah: mind (lukisan pikiran) yang
kerangka hubungan yang berstruktur yang
terlepas dari ekspresi material yang dipe suatu
didalamnya berisi wewenang, tanggung jawab,
komunitas.
dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu
Untuk suatu pemahaman yang holistik,
fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah
menurut Kleden (dalam Anwar, 2013 : 36)
terdapatnya hirarki (hirarchy). Konsekuensi
studi budaya hendaknya meliputi peninjauan
dari adanya hirarki ini ialah bahwa di dalam
terhadap basis material, basis sosial, dan basis
organisasi ada pimpinan atau kepala dan
mental kognitifnya. Basis material budaya
bawahan atau staff.
menyangkut hubungan manusia dengan dunia
fisik, sedangkan basis sosial budaya berkenaan
Dari pendapat di atas maka dapat
diketahui bahwa organisasi adalah ikatan kerja
dengan
dengan tujuan yang sama oleh beberapa orang
kelompok. Basis mental kognitif budaya
132
bentuk-bentuk
interaksi
antar
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
melihat hubungan antara suatu kelompok
sikap
karyawan
dan
menentukan
cara
dengan dunia pengetahuan dan dunia nilai-
organisasi berinteraksi dengan lingkungannya.
nilai (mental world) mereka.
Sebagaimana dijelaskan oleh Evans(dalam
Schein (dalam Anwar, 2013: 37)
Anwar, 2013:37) bahwa budaya organisasi
memaknakan budaya organisasi sebagai "a
mengandung arti kepada siapa dan dengan ana
fattern
organisasi diarahkan. Dimensi dan indikator
of
basec
discovered
or
assumptions-invented,
develoved
by
budaya organisasi yaitu dimensi disiplin,
internal
integration thet has worked will enough to be
indikatornya;
considered valid, and therefore, to be thought
menanyakan apabila bawahan tidak hadir,
to new members as the correct way to
menanyakan kabar bawahan, menegur apabila
perceive, think and feel in relation to these
ada bawahan yang tidak memakai seragam,
problem".
(1995)
mengingatkan bahwahan, dan mewujudkan
mengumpamakan budaya organisasi sebagai
displin; dimensi bersikap sopan, indikatornya;
"gunung es". Di permukaan terdapat aspek-
berdasarkan prosedur dan birokrasi, perbedaan
aspek luar dan terbuka yanf diekspresikan
pendapat dalam bekerja, saling memberi
secara
nasihat, mengabaikan nilai-nilai dalam kantor,
Lebih
formal,
lanjut
seperti
Scein
tujuan
tehnologi,
mengecek
daftar
struktur, kebijakan, prosedur, dan sumber-
mempertimbangkan
sumber keuangan organisasi.Sedangkan di
berdasarkan orientasi hasil, dan sistem kerja
abwah
aspek-aspek
secara kelompok; dimensi bersikap ramah,
informal dari kehidupan organisasi, yang
indikatornya; distribusi tugas, mengadopsi
meliputi
yang
cara-cara baru, kebiasaan kerja di kantor,
dialami bersama, perangkat nilai mengenai
kebijakan kantor, kompetensi yang kuat,
sifat manusia, sifat hubungan manusiawi yang
kesempatan untuk meningkatkan pengabdian,
dianut bersama.
hubungan pertemanan, dan aturan yang jelas;
permukaan
persepsi,
Mengacu
perumpamaan
terdapat
sikap,
kepada
Schein,
perasaan
definisi
selanjutnya
prinsip
hadir,
inovatf,
dimensi taat aturan, indikatornya; memahami
dan
aturan
Sathe
formal,
melaksanakan
pekerjaan,
budaya
memperhatikan dengam baik, sanksi yang
organisasi jauh lebih daripada perilaku dan
tegas apabila ada pegawai yang melanggar
justifikasi. Karena, menurut Sathe, organisasi
peraturan,
merupakan "The set of important assumption
mendukung visi misi kepala daerah, dan
(often that members of community share in
menekankan pentingnya efisiensi; dimensi
common)". Budaya organisasi membentuk
bekerja kelas, indikatornya; berkomitmen pada
(1983)
mengkonstantasi
bahwa
133
selalu
menerima
pengarahan,
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
hasil, pengembangan sumber daya manusia,
rangka untuk menciptakan budaya organisasi,
dan memahami rencana strategis yang telah
lembaga harus membuat kegiatan rutin untuk
disusun.
membina hubungan baik di dalam lingkungan
Budaya organisasi muncul, berawal
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
terbentuk
(1)tindakan-tindakan
Kepala sekolah juga membiasakan untuk
anggota organisasi dan hubungan-hubungan
setiap pendidik dan non pendidik agar selalu
yang mereka bina dari waktu ke waktu (Stoner
membangun budaya kerjasama yang kuat
dan
lingkungan
dengan yang bertujuan agar setiap pendidik
(Khandwala, 1976); (3) kombinasi antara hasil
maupun non pendidik memiliki rasa tanggung
dan risiko dimana organisasi beroperasi (Deal
jawab dan hubungan yang erat dalam setiap
dan Kennedy, 1982); dan (4) dream pendiri,
pekerjaan karena saling mebutuhkan satu
value anggota dan dikembangkan melalui
dengan yang lain.
atau
Freeman,
dari:
1994);
(2)
sistem (Evans, dalam Anwar, 2013:38).
Dengan mencermati peryataan di atas,
STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK
MENGEMBANGKAN VISI ORGANISASI
Komunikasi merupakan bagian penting
maka dapat diketahui bahwa budaya organisasi
terdiri
dari
aspek
formal
dan
informal
dalam mencapai tujuan suatu organisasi.Suatu
organisasi tersebut. Pada setiap organisasi
kemampuan dan keterampilan utama yang
memiliki budaya yang berkembang. Budaya
diharapkan
yang baik, baik itu dari aspek formal maupun
informal
tentu
akan
menjadikan
kemampuan
sistem
efektif
adalah
berkomunikasi
ialah
secara
instruksinya dapat dipahami dengan jelas dan
adanya
menyempurnakan
hubungan timbak balik yang sehat di dalam
struktur organisasi
untuk
manajer
kebijakan, mengusahakan supaya instruksi-
efektif, dan begitu juga sebaliknya. Budaya
yang
seorang
efektif. Keterampilan untuk memberlakukan
organisasi yang baik dan berjalan dengan lebih
organisasi
dari
pelaksanaan
kerja
tergantung dari komunikasi yang efektif.
baik itu menyangkut
Berkomunikasi mengandung arti yang lebih
tentang sistem maupun hubungan personal
luas dari pada sekedar mengatakan atau
tiap-tiap anggota organisasi. Mencipatakan
menuliskan
budaya organisasi yang sehat, tidak kalah
sesuatu.
Di
dalamnya
juga
tercakup suatu pengertian. Tidak akan ada
penting dalam lembaga pendidikan. Budaya
yang sehat akan menciptakan kesatuan dan
semangat dari setiap komponen lembaga
pendidikan untuk mencapai tujuannya. Dalam
komunikasi
apabila
anda
dimengerti
dan
merupakan
penghalang
tidak
kekurangan
utama
berkomunikasi (Terry, 2009: 144).
134
dapat
tersebut
dalam
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
berfungsi sebagai komunikasi tertulis. Dengan
Menurut sudut pandang manajemen,
kegagalan
membuat laporan secara tertulis, maka bahan
komunikasi
tersebut dapat digunakan untuk refrensi lebih
mengandung unsur-unsur yang tidak langsung
lanjut dan mencakup pula hal-hal yang detail
karena tidak mengungkapkan permasalahan
(Terry, 2009: 149).
beberapa
penyebab
berkomunikasi
dari
ialah
(1)
penerimaannya
Untuk pengembangan visi organisasi
mengadakan interprestasi terhadap komunikasi
membutuhkan strategi komunikasi yang efektif
dalam hubungannya dengan latar belakang
agar pengembangan visi organisasi dapat
pribadi serta pengalaman dan (3) penerimanya
dijalankan oleh segenap anggota organisasi
harus membaca disposisi ke dalam komunikasi
sesuai dengan fungsi, jabatan, wewenang dan
tentang hal-hal yang ingin dihindari atau yang
tanggung jawab masing-masing. Kunci dari
memang diharapkannya (Terry, 2009 : 145).
komunikasi yang efekktif dikenal dengan
yang
sebenarnya;
(2)
Pertemuan-pertemuan formal di dalam
empat (4) C, yakni completeness (kebenaran),
perusahaan merupakan sarana komunikasi
clarity (kejelasan), conciseness (kepadatan)
yang sudah umum. Didalam pertemuan-
dan correctness (kebenaran). Laporan-laporan
pertemuan seperti itu dilakukan pembicaraan
harus sederhana, corak tulisannya harus alami
untuk mengambilan keputusan-keputusan yang
dan cara penyampaiannya harus mudah diikuti.
bernilai tinggi, dimana diharapkan partisipasi
Kondisi-kondisi
dari
akan
membantu komunikasi menjadi efektif: (1)
kepada
mengetahui sepenuhnya hal-hal yang ingin
kelompok-kelompokkerja
meneruskan
yang
informasi-informasi
di
bahwah
dapat
anggota-anggotanya. Suatu pertemuan akan
dikomunikasikan,
menjadi penting apabila : (a) direncanakan dan
secukupnya, (3) menyadari bahwa komunikasi
setiap anggota manajemen ikut menentukan
dapat dirubah distribusinya, (4) gunakan
tujuan, program dan waktunya; (b) bersifat
simbol-simbol dan alat visual yang memadai,
khusus, di mana permasalahan diajukan dan
(5)
langsung dibicarakan; (c) digambarkan secara
dikomunikasikan (Terry, 2009: 150).
hati-hati
(2)
ini
memilih
berkomunikasi
informasi
yang
Dari peryataan di atas, maka dapat
visual, terutama apabila menyangkut suatu
menggunakan
disimpulkan bahwa komunikasi tidak hanya
statistik dan (d) tertulis lengkap, untuk
diartikan dalam bentuk formal saja, namun
mensuplai data tentang hal-hal yang disetujui
komunikasi adalah pengertian yang harus
dan untuk menetapkan tanggungjawab masing-
dibangun dari semua komponen. Komunikasi
masing
tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila
konsepsi
yang
bidang.
pelik
atau
Laporan-laporan
tertulis
135
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
menjadi
dengan baik, efektif dan efesien. Suryadi dan
penghalang terbentuknya komunikasi yang
Tilaar (1995:108) mengemukakan bahwa mutu
efektif.
masih
memiliki
"gap”
yang
itu
bukan
hanya
pendidikan merupakan kemampuan sistem
berkomunikasi
akan
tetapi
pendidikan yang diarahkan secara efektif
diperlukan juga strategi dalam berkomunikasi
untuk meningkatkan nilai tambah faktor input
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang baik
agar menghasilkan out put yang setinggi-
untuk memperkuat komunikasi. Sedangkan
tingginya Indikator atau kriteria yang dapat
visi merupakan dasar dari tujuan yang ingin
dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu
dicapai.Visi juga merupakan landasan untuk
hasil akhir pendidikan. Standar nasional
mencapai keberhasilan yang hendak dituju
standar
sebagai perwujudan dari hasil kerja keras dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
dengan semangat kerjasama yang tinggi dari
yang menyatakan bahwa Standar Nasional
semua pihak (stakeholder) sesuai dengan tugas
Pendidikan ( SNP) meliputi: (1) Standar isi,
dan tanggung jawabnya masing-masing.Di
(2) Standar Proses, (3)Standar Kompetensi
dalam menyusun visi, hal pertama yang harus
Lulusan, (4) Standar Pendidikan dan Tenaga
dilakukan adalah mengidentifikasi apakah
Kependidikan,
keinginan dan impian yang ingin dicapai oleh
Prasarana,
organisasi
Standar Pembiayaan, (8) Standar Penilaian
Oleh
kemampuan
karena
baik
itu
perusahaan
maupun
mutu
(6)
pendidikan
(5)
Pendidikan
pemimpin
Kebudayaan, 2003).
sangat
dominan
dan
sangat
Standar
Standar
lembaga-lembaga formal. Selain itu peran
merujuk
Sarana
Pengelolaan,
(Departemen
Pendidikan
pada
dan
(7)
dan
dibutuhkan untuk menyusun visi bukan hanya
karena seorang pemimpin adalah sosok yang
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
memiliki wewenang mengambil keputusan
tetapi seorang pemimpin diharapkan memiliki
kuantitatif.
Menurut
Arikunto
(2010:9),
pengetahuan dan pengalaman yang sangat luas
penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan
dalam kunci keberhasilan organisasi melalui
menggunakan angka sebagai sumber data
perwujudan visi.
penelitian.Objek penelitian ini adalah SMA
YWKA Kecamatan Kertapati Palembang.
Peneliti
MUTU PENDIDIKAN
mengambil
SMA
YWKA
yang
Pendidikan yang bermutu bukan sesuatu
bertempat di Kecamatan Kertapati Kelurahan
yang terjadi dengan sendirinya, melainkan
Kertapati Palembang karena jarak sekolah
hasil dari suatu proses pendidikan berjalan
yang relatif mudah ditempuh oleh peneliti dan
136
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
juga sekolah tersebut telah memenuhi kriteria
tabeldan
hipotesis Ho ditolak jika t
yang mendukung dalam proses penelitian ini.
Setelah itu dilakukan uji parsial dengan
menggunakan
Instumen dalam penelitian ini adalah
rumus
uji
hitung>
f
t
tabel.
dengan
angket pada setiap variabel penelitian. Angket
menggunakan SPSS 17.00. Tujuannya adalah
yaitu
untuk mengetahui apakah seluruh variabel
sejumlah
pertanyaan
tertulis
yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari
devenden
responden
terhadap
dalam
arti
laporan
tentang
berpengaruh
variabel
secara
indevenden
simulutan
di
dalam
penelitian ini.
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 2010: 140). Angket yang digunakan
adalah sumber data tertulis dengan cara
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji validitas dalam penelitian
menyebarkan butir-butir pertanyaan kepada
responden dengan 5 alternatif jawaban: A =
diujikan dengan menggunakan SPSS 17.00
Selalu (skor 5), B = sering (skor 4), C =
Corelation Person dengan N = 45 dan rtabel =
kadang-kadang (skor 3), D = jarang (skor 2), E
N-2 = 43 (tingkat kepercayaan 5%) = 0, 294.
= tidak pernah (skor 1).
Setelah
Setelah dilakukan uji validitas dan
valid.
variabel penelitian valid dan reliabel.Maka
angket disebar kepada seluruh responden
(sampel) secara keseluruhan. Kemudian hasil
reliabilitas
menunjukan
sejauh
pengukuran
relative
pada
bertujuan
mana
suatu
konsisten,
instrument
untuk
hasil
pengujian
penelitian
ini
dengan menggunakan SPSS. 17.00. Scale
Reability. Hasil pengujian reabilitas pada
tiap hasil angket yang telah di rekapitulasi dan
instrument penelitian ini dinyatakan reliabel
diketahui skor secara keseluruhan pada masing
karena nilai alfa dari tiap variabel di atas
masing variabel penelitian.
interpretasi dari nilai t
dengan
dengan menggunakan rumus alfa cronbach
Kemudian dilakukan uji persyaratan pada tiap-
selanjutnya
Uji
reabilitas
ditabulasikan
untuk mengetahui skor secara keseluruhan.
Langkah
validitas
tiap variabel dalam penelitian ini dinyatakan
bahwa semua item pertanyaan pada tiap-tiap
tersebut
uji
maka hasil uji validitas instrument pada tiap-
tiap-tiap variabel penelitian, dan dinyatakan
angket
dilakukan
menggunakan SPSS 17.00 Corelation Person
reabilitas dengan menggunakan SPSS 17, pada
penyebaran
ini
0,600.
yaitu
hitung
memberikan
Uji
dengan cara
menggunakan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.
kriteria pengujian terima Ha jika t
hitung<
normalitas
Smirnov.Uji
t
SPSS
normalitas
dalam
17.00
penelitian
Kolmogorov
dilakukan
untuk
melihat apakah data berdiskusi normal atau
137
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
tidak dan untuk menentukan apakah data layak
organisasi terhadap variabel terikat yaitu mutu
atau tidak dianalisa. Dari hasil pengujian,
pendidikandi
diketahui
-tailed)
Kertapati Palembang adalah sebagai berikut:
Unstandardized Residual adalah 0,788> 0,05.
bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,985 (98,5
Maka dapat disimpulkan bahwa semua data
%), angka tersebut menggambarkan bahwa
pada
persentase
bahwa
seluruh
nilai
sig
variabel
(2
penelitian
ini
YWKA
sumbangan
Kecamatan
pengaruh
variabel
independen terhadap variabel dependen (mutu
berdistribusi normal.
pendidikan) sebesar 98,5 % sedangkan sisanya
Dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan
SMA
program
SPSS
yaitu 1,5 % dipengaruhi oleh variabel lain
17.00
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
Untuk
untuk variabel (X1) adalah 0,194, dan nilai
menguji
Budaya
variabel
visi
Organisasi
(X2),
constant sebesar 3.790 Sehingga, didapatkan
(X1),variabel
persamaan regresi linier berganda sebagai
terhadap variabel Mutu Pendidikan (Y) secara
berikut.
satu-satu dengan menggunakan uji t sebagai
Y = α + b1 x1 + b2 x2 + e
berikut.Berdasarkan
Y = 3.790 + 0,333x1 + + 0,585 x2 +e
diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel Visi
Dari
tersebut
(X1) terhadap Mutu Pendidikan (Y) adalah
pendidikan
sebesar 3,195, sedangkan ttabel adalah sebesar
tanpa dipengaruhi oleh visi dan budaya
2,016 hal ini berarti thitung (3,195) < ttabel
organisasi adalah sebesar 3,790 dan nilai 0,333
(1,2,016), dengan nilai sig (0,003) ≤ α (0,05).
merupakan koofisien regresi yang menunjukan
dari hasil ini dapat dikatehui bahwa terdapat
bahwa Jika variabel visi (X1) bernilai konstan
pengaruh antara variabel visi (X1) terhadap
(nol),
variabel Mutu Pendidikan (Y), maka Ha1 di
persamaan
menggambarkan
maka
bahwa
variabel
regresi
mutu
mutu
pendidikan
hasil
analisa
data,
terima.
(Y)sebesar 0,333, Demikian pula dengan nilai
0,585, hal ini menunjukan jika adanya upaya
Berdasarkan
hasil
analisa
data
penambahan sebesar satu satuan pada variabel
menggunakan SPSS 17.0, diketahui bahwa
budaya organisasi, maka akan ada kenaikan
nilai thitung untuk variabel Budaya Organisasi
pada variabel mutu pendidikan (Y) sebesar
(X2) terhadap variabel Mutu Pendidikan (Y)
0,585 atau sebaliknya.
adalah sebesar 6,209, sedangkan ttabel adalah
Uji Koefisien Determinasi ini digunakan
sebesar 2,016 hal ini berarti thitung (6,209) <
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
ttabel (2,016), dengan nilai sig (0,000) ≤ α
variabel
(0,05). Dari hasil ini dapat dikatehui bahwa
bebas,
yaitu
visi
dan
budaya
138
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
terdapat pengaruh antara variabel Budaya
koofisien regresi yang menunjukan bahwa Jika
Organisasi
variabel visi (X1) bernilai konstan (nol), maka
(X2)
terhadap
variabel
Mutu
Pendidikan (Y), maka Ha2di terima.
variabel Mutu Pendidikan (Y) sebesar 0,333,
Untuk menguji variabel Visi (X1),dan
Demikian pula dengan nilai 0,585, hal ini
Budaya Organisasi (X2 ), terhadap variabel
menunjukan jika adanya upaya penambahan
Mutu Pendidikan (Y) secara bersama-sama
sebesar satu satuan pada variabel Budaya
dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil
Organisasi maka akan ada kenaikan pada
uji Anova, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung
variabel kepuasan tamu (Y) sebesar 0,585 atau
untuk variabel Visi (X1)dan variabel Budaya
sebaliknya.
Organisasi
terhadap
variabel
Mutu
Hal ini menunjukan bahwa implementasi
Pendididkan (Y) adalah sebesar 19.633.
visi dan budaya organisasi yang sehat secara
Sedangkan Ftabel dengan taraf nyata (a) = 5%
stimulan dapat meningkatkan mutu pendidikan
dengan pembilang df1 = k-1 = 3-1 = 2 dan
di SMA YWKA Palembang dengan kata lain
penyebut df2 = n-k = 45- 3 = 42, adalah 3,22
bahwa implementasi visi sangat memberikan
Sedangkan nilai sig α
dampak
= 0,000. Pada hasil
yang
siknifikan
mutu
analisa dikatuhi bahwa Fhitung (19,633) > Ftabel
pendidikan.
(3,22), dan nilai sig α (0,000) ≤ 0,05. berarti
statistik
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
menunjukan bahwa nilai R Square (R2) sebesar
yang signifikan antara visi (X1)dan Budaya
0,985
Organisasi (X2 ) terhadap Mutu Pendidikan
menggambarkan bahwa persentase sumbangan
(Y), maka Ha1 ditolak Ho1 diterima. Dengan
pengaruh variabel independen visi dan budaya
demikian berarti secara simultan hipotesis
organisasi
terbukti dengan kata lain terdapat pengaruh
sedangkan sisanya yaitu 1,5 % dipengaruhi
yang signifikan Antara visi (X1)dan variabel
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
Budaya
penelitian ini.
Organisasi
(X2
)terhadap
Mutu
Pendidikan (Y).
SPSS
yang
(98,5
dari
hasil
analisis
dilakukan
oleh
peneliti
%),
berpengaruh
angka
sebesar
tersebut
98,5
%
Apabila dilihat dari nilai thitung untuk
Berdasarkan hasil perhirungan dengan
program
Terbukti
terhadap
17.00
diperoleh
variabel visi (X1) terhadap budaya organisasi
Dari
(Y) adalah sebesar 3,195, sedangkan ttabel
persamaan regresi tersebut menggambarkan
adalah sebesar 2,016 hal ini berarti thitung
bahwa Mutu Pendidikan tanpa dipengaruhi
(3,195) < ttabel (1,2,016), dengan nilai sig
oleh Visi dan Budaya Organisasi adalah
(0,003) ≤ α
sebesar 3,790 dan nilai 0,333 merupakan
dikatehui bahwa terdapat pengaruh antara visi
139
(0,05). dari hasil ini dapat
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
(X1) terhadap mutu pendidikan (Y), maka Ha1
lingkungan geografis, demografis, lingkungan
di terima. Dan nilai thitung untuk variabel
budaya dan apresiasi masyarakat, regulasi
budaya
terhadap
mutu
pemerintah, perkembangan ilmu pengetahuan
sebesar
6,209,
dan teknologi, keterlibatan komite sekolah,
sedangkan ttabel adalah sebesar 2,016 hal ini
lembaga mitra, alumni dan implementasi
berarti thitung (6,209) < ttabel (2,016), dengan
strategik dalam upaya memenuhi standar
nilai sig (0,000) ≤ α (0,05). dari hasil ini dapat
pendidikan nasional. Pelaksanaan evaluasi
dikatehui bahwa terdapat pengaruh antara
pada SMAN 10 Fajar Harapan dilakukan
variabel budaya organisasi (X2) terhadap
secara terus menerus melibatkan manajemen
variabel mutu pendidkan (Y), maka Ha2di
puncak dan seluruh personil sekolah baik
terima.
jangka pendek, menengah dan panjang melalui
organisasi
pendidikan
(Y)
(X2)
adalah
Pada pengujian secara simulutan dapat
instrumen evaluasi diri sekolah, guru dan
diketahui bahwa Fhitung (19,633) > Ftabel (3,22),
Benchmarking untuk meningkatkan kinerja
dan nilai sig α (0,000) ≤ 0,05. berarti dapat
sekolah dan mutu pendidikan.
Penelitian
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
yang
dilakukan
oleh
signifikan antara visi (X1)dan variabel budaya
Zubaidah (2015) dengan hasil penelitian
organisasi (X2 ) terhadap mutu pendidikan (Y),
menunjukkan
maka Ha1 ditolak Ho1 diterima.
berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan
bahwa
Budaya
sekolah
sebesar 67,6% kategori sedang, Motivasi kerja
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh irani (2014) dengan hasil
guru
berpengaruh positif terhadap
penelitian menunjukkan bahwa profil SMAN
pendidikan sebesar 100% karegori kuat serta.
10 Fajar Harapan mendeskripsikan visi, misi,
Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara
tujuan, sasaran dan profil sumber daya
bersama sama berpengaruh positif terhadap
sekolah. Implementasi strategi pada SMAN 10
mutu pendidikan.
Mahasiswa
Fajar Harapan dilakukan melalui aktivitas
Magister
mutu
Administrasi
lingkungan internal dan eksternal sekolah yang
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah
dideskripsikan melalui struktur organisasi
Kuala Banda Aceh. (2014) dengan hasil
sekolah, teamwork dan pembagian tugas
penelitian (1) Pembinaan disiplin dalam
sekolah,
meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri
hari
dan
waktu
belajar,
aset
pembiayaan, kurikulum, promosi sekolah,
1 Simeulue Timur
penerimaan siswa baru, budaya sekolah, kode
dengan beriorientasi pada aturan yang telah
etik,
ditetapkan,
kebijakan
sekolah,
keberadaan
140
baik
Kabupaten
peraturan
Simeulue
perundang-
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
sekolah.
pendidikan. Di SMA YWKA, setiap perangkat
Pendekatan pembinaan disiplin guru dilakukan
baik itu pendidik maupun non pendidik
dengan cara bertahap atau berkala, mulai dari
berusaha
menentukan
mencapai visi sekolah yaitu mewujudkan
undangan
maupun
job
peraturan
description,
melakukan
dan
saling
bekerjasama
untuk
proses
kondisi belajar yang kondusif dan dimasa yang
pembelajaran dan membimbing tugas guru,
akan datang SMA YWKA akan menjadi
serta memberi sanksi sesuai dengan tingkat
sekolah
pelanggaran. (2) Sistem pemberian motivasi
pembelajaran.
pendekatan
persuasif,
mengawasi
unggulan
dalam
kualitas
kinerjanya
Dengan adanya budaya bekerjasama
dilakukan dengan memberikan insentif yang
yang dibangun oleh pihak yayasan YWKA
sifatnya tidak mengikat, pelayanan yang baik,
khususnya
promosi
mengikuti
Kertapati Palembang, terbukti sangat efektif
pelatihan, memberikan pelayanan terhadap
dalam meningkatkan kualitas pemebelajaran di
keselamatan kerja, dan kenyamanan terhadap
SMA YWKA Palembang. Bukan hanya itu,
tugas guru. (3) Faktor-faktor penghambat
SMA YWKA juga menjadi salah satu SMA
dalam meningkatkan kinerja guru adalah
yang dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk
kurangnya
sosialisasi
menyekolahkan
kurangnya
koordinasi,
komunikasi
antarpersonil,
guru
dalam
meningkatkan
jabatan,
keterlibatan
kesempatan
peraturan
komite
sekolah,
di
SMA
YWKA
anaknya.
Kecamatan
Perkembangan
tidak
efektifnya
sekolah khususnya SMA YWKA Kecamatan
dan
kurangnya
Kertapati
sekolah
Palembang
semakin
meningkat
terbukti setiap tahun jumlah siswa mengalami
dalam
peningkatan.Hal
pengambilan keputusan/kebijakan sekolah.
ini
menunjukan
bahwa
imlementasi visi berjalan dengan baik dan
budaya organisasi dapat dibangun dengan baik
KESIMPULAN
Berdasarkan
Palembang
hasil
menyimpulkan
penelitian
pada
bahwa
ada
di
SMA
YWKA
Kecamatan
Kertapati
Palembang.
pengaruh Visi (X1) dan Budaya Organisasi
(X2) secara simultan maupun secara parsial
DAFTAR PUSTAKA
terhadap kepuasan konsumen (Y).Dari hasil ini
Anwar, Moch. Indochi. (2013). Administrasi
Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
dapat dijelaskan bahwa penerapan visi sekolah
dan membangun budaya organisasi yang sehat
terbukti sangat berpengaruh terhadap mutu
pendidkan
yang
diukur
dari
Akdon. (2006). Strategic Managenent for
Educational Management. Bandung:
Alfabeta
kualitas
141
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Suryadi, Ace dan Tilaar, H. A.R. (1994).
Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Roesda Karya.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fattah,
Terry, George R. (2009). Prinsip-Prinsip
Manajemen. Jakata: Bumi Aksara
Nanang. (2009). Ekonomi dan
Pembiayaan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Thoha,
Irani,
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Ulfah Z. (2014). Implementasi
Manajemen Strategik Dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
SMAN 10 Fajar Harapan. Jurnal
Administrasi Pendidikan ISSN 23020156 Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala.
Miftah. (1990). Dimensi-Dimensi
Prima
Ilmu
Administrasi
Negara.Jakarta: Rajawali Pers
Thoha, Miftah. (1990). Prilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. (2008).
Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Masaong,
Abdul
Kadim.
(2011).
Kepemimpinan Berbasis Multiplele
Intelligence.Bandung: Alfabeta
Tripomo, Tedjo. (2005). Manajemen Strategi.
Bandung: Rekayasa Sains
Moeljono, Djokosantoso. (2003). Budaya
Korporat dan Keunggulan Korporasi.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Tobari.
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Banda
Aceh.
(2014).
Budaya
Organisasi
Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada SMA Negeri 1
Simeulue Timur. Aceh: Universitas
Syiah Kuala Bandah Aceh.
Sagala, Syaiful. (2010). Manajemen Strategik
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
(2015).
Membangun
Budaya
Organisasi
Pada
Instansi
Pemerintahan.
Yogyakarta:
Deepublish
Umaedi, Hadiyanto, Siswantari. (2011).
Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Balitbang, Depdiknas.
Zubaidah, Siti. (2015). Pengaruh Budaya
Sekolah dan Motivasi Kerja Guru
Terhadap Mutu Pendidikan di SMK N
1 Pabelan. Jurnal. Jawa Tengah:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Sagono. (2008). Kamus Besar Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Sanusi, Anwar. (1995). Metode Penelitian
Bisnis. Jakarta Salemba Empat.
Siagian, Sondang P. (1986). Analisis Serta
Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi. Jakarta: NV Sapdodadi.
142
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
143
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
PENGARUH IMPLEMENTASI VISI DAN BUDAYA ORGANISASI
DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN
1Reza
Aulia Akbar dan 2Rukanto
1
Peneliti Independen Universitas PGRI Palembang
2
Kepala Sekolah SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
e-mail: BUDAKPGRI01@gmail.com
Abstract: The number of competition in the educational world in Indonesia requires educational
institutions have value added to be selected and trusted by the community. The added value can be
implemented as the quality of education in which the educational institution provides a guarantee
of communities’ satisfaction as consumer. The quality of institutions should respond to the
demand changes occur in society. In order to meet the demand and community needs the
educational institutions should be built with an organizational culture that provides strength for
the implementation of quality process. This research used quantitative, and the questionnaire was
used as instrument. The results of this study indicate that the implementation of vision and culture
of healthy organization stimulant can improve the quality of education in YWKA High School of
Palembang. In other words, the implementation of vision has a significant impact on the quality of
education. Evident from the results of statistical showed that the value of R Square (R2) was 0.985
(98.5%), the figure illustrates that the percentage contribution of independent variables vision and
organizational culture influence 98.5% while the rest of 1, 5% influenced by other variable not
examined in this research.
Keywords: Vision, Organizational Culture, Educational Institutions, Educational Quality.
pemerintah).Pertimbangan
PENDAHULUAN
Lingkungan dunia yang mengalami
praktis
berdampak pada keputusan strategis.Dengan
perubahan seperti adanya globalisasi, control
demikian
masyarakat,
pengambilan
perkembangan
global
teknologi,
perlu
adanya
keputusan
kegiatan
yang
dalam
disesuaikan
memberikan dampak bagi perkembangan suatu
antara kemampuan yang dimiliki dengan
negara
bisnis.Pengendalian
lingkungan yang ada di sekitar sehingga
masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
perlunya adanya manajemen strategi dengan
pemerintahan maupun lembaga pendidikan,
sebuah visi lembaga pendidikan yang selaras
sehingga pemerintah tidak dapat membuat
untuk mencapai suatu tujuan.
maupun
kebijakan yang mengabaikan kepentingan
Banyaknya persaingan yang ketat di
masyarakat.Oleh sebab itu dalam menjalankan
dunia
kegiatannya perlu adanya keselarasan antara
mengharuskan lembaga pendidikan memiliki
kompetensi yang dimiliki lembaga pendidikan
nilai
maupun pemerintah dengan lingkungan yang
membuat lembaga pendidikanini dipilih dan
ada di luar organisasi (pendidikan dan
dipercaya
127
pendidikan
tambah
Indonesia
(value
oleh
added)
masyarakat.
saat
ini
yang akan
lembaga
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
pendidikan harus tanggap terhadap perubahan
depan mencakup kehidupan hari kemudian
permintaan yang terjadi dalam masyarakat,
yang bahagia. dengan demikian, berbagai
sehingga dapat memenuhi permintaan dan
macam model pendidikan sangat tergantung
kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan
dari rumusan wujud atau jabaran manusia yang
kebutuhan masyarakat.
sejartera dengan berbagai dimensinya.
Oleh karena itu, pendidikan harus
Visi adalah sebuah pandangan atau
rencana
kegiatan
pada
suatu
benar-benar disiapkan dan dikelola sebaik-
organisasi
pendidikan. Dimana visi di buat biasanya saat
baiknya
sebuah organisasi itu akan dibentuk. Misi
investasi yang tepat bagi umat manusia untuk
merupakan sebuah aktifitas yang mengarah
menghadapi tuntutan masa kini dan masa
kepada rencana atau tujuan dari sebuah
kedepannya. Pengelolaan tersebut tentunya
lembaga pendidikan ataupun organisasi yang
harus menyentu segala aspek di dalam
menjadi sebuah dasar dari sebuah kegiatan
pendidikan baik secara makro maupun mikro
lembaga yang menjurus pada sebuah tujuan.
yang mencakup pengelolaan organisasi di
budaya,
didalamnya
ekonomi,
perubahan
perkembangan
pendidikan
dapat
menjadi
dalam pendidikan, visi dan misi yang kuat dan
Seiring pesatnya perubahan zaman,
termasuk
agar
memiliki tujuan yang jelas, sumber daya
sosial
manusia
ilmu
di
dalamnya
serta
orientasi
pengetahuan dan tekhnologi yang secara
pendidikan yang tidak hanya mengedepankan
sistematis menuntut sumber daya manusia
sisi ekonomi dan teknologi semata namun juga
yang harus siap menghadapi perubahan-
pendidikan yang bersifat integritas yang
perubahan masa depan yang tentunya sangat
menyunjung tinggi nilai-nilai religius dan
membutuhkan persaingan sumber daya dalam
budaya sesuai dengan karakter Nusantara.
Organisasi
segala aspek. Oleh karena itu, pendidikan
adalah
refleksi
dari
adalah salah satu jawaban segala tantangan
kesadaran dan kedewasaan berfikir manusia
kedepan.Sejalan dengan pendapat Umaedi,
bahwa pentingnya berstruktur dalam proses
Hadianto dan Siswantari, (2011: 1.3) yang
pencapaian tujuan. Di dalamdunia pendidikan
mengungkapkan bahwa pendidikan berfungsi
organisasi
untuk mempersiapkan manusia menghadapi
pembahasan
masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik
pengetahuan dewasa ini yaitu organisasi
sebagai individu maupun cerara kolektif
pendidikan.Sebagaimana dengan apa yang
sebagai warga masyarakat, bangsa maupun
diungkapkan oleh Siagian, (1986: 3), salah
antarbangsa. Bagi pemeluk agama, masa
satu bentuk dinamika masyarakat pada saat ini
128
kemudian
sendiri
menjadi
di
dalam
subtansi
ilmu
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
ialah semakin timbulnya kesadaran bahwa
kedepan, atau kemampuan untuk merasakan
berbagai kebutuhan manusia beradab, baik
sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan
yang sifatnya fisik material maupun yang
jiwa dan ketajaman pengelihatan (Sagono,
wujudnya
2008; 1548).
mental
spiritual
hanya
dapat
Sanusi (1995), mengemukakan bahwa
dipuaskan secara efisien dan efektif melalui
berbagai
jalur
organisasional.
visi atau wawasan adalah penglihatan yang
Kesadaran
demikian pada gilirannya melahirkan berbagai
mendalam,
organisasi yang berkecimpung dalam bidang
(kognitif), kecintaan (afektif), dan kepedulian
politik,
terhadap profesi serta (konatif).Visi atau
ekonomi,
sosial,
keagamaan,
mengandung
pengetahuan
wawasan pada dasarnya bukanlah sekadar
pendidikan, olahraga dan lain sebagainya.
Dari pendapat diatas, maka dapat
penglihatan , melainkan suatu penglihatan
diketahui bahwa sebagai alat penggerak roda
yang didasari kekuatan mental batiniah dalam
pendidikan, organisasi di dalam pendidikan di
cakupan
nilai harus dapat menjadi alat manajerial yang
psikomotorik. Visi terbentuk dengan dasar
harus memiliki fungsi yang signifikan dalam
kecerdasan
mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan
pengetahuan dan pengalaman, kemampuan
dalam setiap jenjang pendidikan. Oleh karena
khusus yang konseptual pemecahan masalah
itu, perlu terciptanya budaya organisasi yang
serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan
baik di dalam organisasi pendidikan di
unggulan. Dengan kata lain, visi merupakan
Indonesia.Oleh karena itu sangat penting
intisari endapan dari suatu sistem nilai dan
kiranya untuk mengaplikasikan visi dan
yang diberlakukan. Pendapat yang senada
budaya organisasi di dalam menuju pendidikan
menyatakan bahwa terbentuknya visi dapat
yang matang dan sesuai dengan harapan untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
mencerdaskan bangsa.
pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman
kognitif,
profesional,
merupakan
tahap
pertama
konatif,
penghayatan
interaksi
dan
dan
nilai-nilai,
komunikasi
keilmuan serta berbagai kegiatan intelektual
TINJAUAN SEPUTAR VISI
Visi
afektif,
lain yang dapat membentuk pola pikir tertentu.
dalam
visi
Tripomo
seringkali merupakan kalimat tunggal untuk
mengemukakan
menjawab ingin menjadi apakah kita dan apa
menggambarkan posisi penting atau peluang
yang ingin kita capai.Menurut kamus bahasa
besar yang mungkin diraih dimasa depan.
Indonesia, visi yaitu pandangan atau wawasan
lebih lanjut Tripomo dan Udan (2005)
perencanaan
strategis.
Pernyataan
129
dan
Udan,
bahwa
visi
(2005:
67)
organisasi
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
mengemukakan bahwa ada beberapa hal
2006:21). Beach (dalam Akdon, 2006: 21)
penting yang perlu diperhatikan tentang
mendefinisikan visi sebagai berikut : "Vision
pernyataan visi: (1) visi menunjukkan arah
defines the ideal future, perhaps implaying
strategis; (2) visi lebih menunjukkan apa yang
retention of the current culture and the
ingin
activities , or perhaps implying change".
dicapai,
buka
bagaimana
cara
mencapainya; (3) seperti pernyataan ’tujuan
Masaong, (2011: 93) mengemukakan
jangka panjang’, visi bisa berupa hasil akhir
bahwa visi yang kuat akan menuntut menuju
(misalnya besar pendapatan dan keuntungan,
pemimpin yang sukses, karena kepemimpinan
besar pangsa pasar, dsb.), bisa juga berupa
yang sukses merupakan kunci keberhasilan
kemampuan (misalnya mampu memproduksi
organisasi. Organisasi yang sukses adalah
biodisel dengan oktan tinggi); (4) visi dan goal
organisasi yang mampu melahirkan pemimpin-
berbeda dalam jangka waktu pencapaian. Goal
pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki
adalah suatu langkah yang harus dicapai dalam
visi masa depan, dan mampu menyejahterakan
jangka waktu tertentu untuk mencapai visi
seluruh anggotanya. Lebih lanjut Masaong
yang
(2011) mengemukakan bahwa agar menjadi
diinginkan;
representasi
dari
(5)
visi
merupakan
keyakinan
pemimpin
mengenai
yang
visioner,
maka
seorang
bagaimanakah seharusnya bentuk organisasi
pemimpin akan berusaha membenahi dan
perusahaan dimasa depan dalam pandangan
menguasai hal-hal berikut: (1) memahami
pelanggan,
dan
konsep visi, (2) memahami karakteristik dan
stakeholder lainnya. Selain untuk memacu
unsur visi, (3) memahami tujuan visi, (4) visi
arah organisasi, pernyataan visi yang baik
yang
seringkali mampu membangkitkan semangat,
mengevaluasi visi.
karyawan,
pemilik,
baik
memiliki
Dalam
karena anggota organisasi merasayakin bahwa
tujuan
utama,
mengembangkan
organisasinya memiliki masa depan yang
pemimpin
cerah.
mendayagunakan
(5)
visi,
diharapkan
mampu
kekuatan-kekuatan
yang
Visi tercipta dari kreativitas pikir
relevan bagi kegiatan internal organisasi.
pemimpin sebagai refleksi profesionalisme dan
Kekuatan-kekuatan tersebut, menurut Hoyle,
pengalaman
dapat
pribadi
atau
sebagai
hasil
dibagi
ke
dalam
dua
kelompok.
dengan
Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan
pengikut/personel lain, yaitu tentang ide-ide
apa yang sedang berlangsung di luar organisasi
ideal tentang cita-cita organisasi di masa depan
pendidikan,
yang ingin diwujudkan bersama (Akdon,
pendidikan nasional maupun lokal. Kedua,
elaborasi
pemikiran
mendalam
130
seperti
munculnya
kebijakan
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
kekuatan yang berhubungan dengan klien
yang
pendidikan
sosial,
stakeholders sehingga apa yang diinginkan
aspirasi keluarga, sumber-sumber masyarakat,
tercakup didalamnya, Kedua, Visi sekolah
karakteristik
lain
memuat banyak hal yang besar seperti tujuan
hendak
yang ingin dicapai sampai hal yang kecil
mengembangkan visi organisasi pendidikan,
namun sangat urgen seperti anggaran tahunan,
harus menyeleksi secara berkelanjutan atas
semua ini harus direncakan dengan sebaik-
kelompok-kelompok kekuatan itu (Anwar,
baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas
2013: 27).
sebuah sekolah dapat terlihat hanya dengan
sebagainya.
yaitu,
latar
ketenaga
belakang
kerjaan,
Pemimpin
dan
yang
mendalam
dan
melibatkan
semua
Dari uraian dan pendapat para ahli
membaca visi dan misi nya, Ketiga, dalam
diatas maka dapat disimpulkan bahwa visi
tatanan praktis penyusunan visi bukan hal
merupakan dasar dari tujuan yang ingin
yang mudah walaupun semua stakeholders
dicapai.Visi juga merupakan landasan untuk
dilibatkan tetapi masih saja kesulitan, oleh
mencapai keberhasilan yang hendak dituju
karena
sebagai perwujudan dari hasil kerja keras dan
kesulitan ini terjadi, dan Keempat, dalam
dengan semangat kerjasama yang tinggi dari
mewujudkan sekolah yang memiliki kualitas
semua pihak (stakeholder) sesuai dengan tugas
baik
dan tanggung jawabnya masing-masing.Di
rekayasa.
itu
perlu
diperlukan
supervisi
direncanakan
dan
ketika
dilakukan
dalam menyusun visi, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi apakah
BUDAYA ORGANISASI
Sebelum membahas budaya organisasi,
keinginan dan impian yang ingin dicapai oleh
organisasi
baik
itu
perusahaan
akan timbul pertanyaan awal pada setiap
maupun
lembaga-lembaga formal. Selain itu peran
pembahasan
pemimpin
sangat
"apakah yang dimaksud dengan organisasi".
dibutuhkan untuk menyusun visi bukan hanya
Pertanyaan ini akan membawa kita kepada
karena seorang pemimpin adalah sosok yang
suatu jawaban tentang rumusan, definisi, atau
memiliki wewenang mengambil keputusan
uraian deskriftif mengenai apa dan bagaimana
tetapi seorang pemimpin diharapkan memiliki
organisasi itu. Thompson (dalam Thoha, 1984:
pengetahuan dan pengalaman yang sangat luas
123) menyatakan bahwa "an orgnization is a
dalam kunci keberhasilan organisasi melalui
'highly'
perwujudan visi. Untuk penyusunan visi
integration of a large number of specialist
sekolah bukan hal yang mudah, perlu kajian
cooperating to achieve some announced
sangat
dominan
dan
131
mengenai
rationalized
organisasi
and
yaitu
impersonal
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
specipic objec live". Sedangkan Weber (dalam
yang bersifat asosiatif, berstruktur berdasarkan
Thoha, 1984: 124) mengemukakan bahwa
wewenang,
suatu organisasi atau kelompok kerjasama ini
masing-masing dan saling berhubungan serta
mempunyai unsur-unsur properties sebagai
berketergantungan satu dengan yang lainnya
berikut (1) organisasi merupakan tatahubungan
seperti jaringan kerja.
sosial. Dalam
hal
ini
fungsi
Duverger
seorang individu
dan
tanggung
(dalam
Anwar,
jawab
2013:
melakukan proses interaksi sesamanya di
36)mengemukakan bahwa istilah "kultur"
dalam
organisasi
mengacu kepada keyakinan, ideologi dan
tertentu
mitos,; citra-citra kolektif dan ide suatu
(bounderies). Dengan demikian seseorang
komunitas yang merupakan elemen spiritual
individu yang melakukan hubungan interaksi
dan psikologis komunitas; teknologi dan
dengan lainnya tidak di dasarkan atas kemauan
lembaga merupa aspek material dari suatu
sendiri.Akan tetapi mereka dibatasi oleh
komunitas. Lebih lanjut Duverger (1993)
peraturan-peraturan tertentu, (3) organisasi
membagi
merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang
"Cultural Entities" dengan kebudayaan dalam
bisa membedakan suatu organisasi dengan
arti
kumpulan-kumpulan
merupakan ide-ide kolektif yang sesuai dengan
organissi
mempunyai
tersebut,
(2)
batasan-batasan
kemasyarakatan.
Tata
kebudayaan
sempit
dalam
"keyakinan".
arti
Entitas
eksternal
luas
kultur
aturan ini menyusun proses interaksi di antara
kenyataan-kenyataan
yang
orang-orang yang berkerja sama di dalamnya,
mempunyai eksistensi objektif-fisikal (bumi,
sehingga interaksi tersebut tidak muncul
manusia peralatan, parlemen, dan sebagainya).
begitu saja, (3) organisasi merupakan suatu
Keyakinan adalah: mind (lukisan pikiran) yang
kerangka hubungan yang berstruktur yang
terlepas dari ekspresi material yang dipe suatu
didalamnya berisi wewenang, tanggung jawab,
komunitas.
dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu
Untuk suatu pemahaman yang holistik,
fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah
menurut Kleden (dalam Anwar, 2013 : 36)
terdapatnya hirarki (hirarchy). Konsekuensi
studi budaya hendaknya meliputi peninjauan
dari adanya hirarki ini ialah bahwa di dalam
terhadap basis material, basis sosial, dan basis
organisasi ada pimpinan atau kepala dan
mental kognitifnya. Basis material budaya
bawahan atau staff.
menyangkut hubungan manusia dengan dunia
fisik, sedangkan basis sosial budaya berkenaan
Dari pendapat di atas maka dapat
diketahui bahwa organisasi adalah ikatan kerja
dengan
dengan tujuan yang sama oleh beberapa orang
kelompok. Basis mental kognitif budaya
132
bentuk-bentuk
interaksi
antar
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
melihat hubungan antara suatu kelompok
sikap
karyawan
dan
menentukan
cara
dengan dunia pengetahuan dan dunia nilai-
organisasi berinteraksi dengan lingkungannya.
nilai (mental world) mereka.
Sebagaimana dijelaskan oleh Evans(dalam
Schein (dalam Anwar, 2013: 37)
Anwar, 2013:37) bahwa budaya organisasi
memaknakan budaya organisasi sebagai "a
mengandung arti kepada siapa dan dengan ana
fattern
organisasi diarahkan. Dimensi dan indikator
of
basec
discovered
or
assumptions-invented,
develoved
by
budaya organisasi yaitu dimensi disiplin,
internal
integration thet has worked will enough to be
indikatornya;
considered valid, and therefore, to be thought
menanyakan apabila bawahan tidak hadir,
to new members as the correct way to
menanyakan kabar bawahan, menegur apabila
perceive, think and feel in relation to these
ada bawahan yang tidak memakai seragam,
problem".
(1995)
mengingatkan bahwahan, dan mewujudkan
mengumpamakan budaya organisasi sebagai
displin; dimensi bersikap sopan, indikatornya;
"gunung es". Di permukaan terdapat aspek-
berdasarkan prosedur dan birokrasi, perbedaan
aspek luar dan terbuka yanf diekspresikan
pendapat dalam bekerja, saling memberi
secara
nasihat, mengabaikan nilai-nilai dalam kantor,
Lebih
formal,
lanjut
seperti
Scein
tujuan
tehnologi,
mengecek
daftar
struktur, kebijakan, prosedur, dan sumber-
mempertimbangkan
sumber keuangan organisasi.Sedangkan di
berdasarkan orientasi hasil, dan sistem kerja
abwah
aspek-aspek
secara kelompok; dimensi bersikap ramah,
informal dari kehidupan organisasi, yang
indikatornya; distribusi tugas, mengadopsi
meliputi
yang
cara-cara baru, kebiasaan kerja di kantor,
dialami bersama, perangkat nilai mengenai
kebijakan kantor, kompetensi yang kuat,
sifat manusia, sifat hubungan manusiawi yang
kesempatan untuk meningkatkan pengabdian,
dianut bersama.
hubungan pertemanan, dan aturan yang jelas;
permukaan
persepsi,
Mengacu
perumpamaan
terdapat
sikap,
kepada
Schein,
perasaan
definisi
selanjutnya
prinsip
hadir,
inovatf,
dimensi taat aturan, indikatornya; memahami
dan
aturan
Sathe
formal,
melaksanakan
pekerjaan,
budaya
memperhatikan dengam baik, sanksi yang
organisasi jauh lebih daripada perilaku dan
tegas apabila ada pegawai yang melanggar
justifikasi. Karena, menurut Sathe, organisasi
peraturan,
merupakan "The set of important assumption
mendukung visi misi kepala daerah, dan
(often that members of community share in
menekankan pentingnya efisiensi; dimensi
common)". Budaya organisasi membentuk
bekerja kelas, indikatornya; berkomitmen pada
(1983)
mengkonstantasi
bahwa
133
selalu
menerima
pengarahan,
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
hasil, pengembangan sumber daya manusia,
rangka untuk menciptakan budaya organisasi,
dan memahami rencana strategis yang telah
lembaga harus membuat kegiatan rutin untuk
disusun.
membina hubungan baik di dalam lingkungan
Budaya organisasi muncul, berawal
sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
terbentuk
(1)tindakan-tindakan
Kepala sekolah juga membiasakan untuk
anggota organisasi dan hubungan-hubungan
setiap pendidik dan non pendidik agar selalu
yang mereka bina dari waktu ke waktu (Stoner
membangun budaya kerjasama yang kuat
dan
lingkungan
dengan yang bertujuan agar setiap pendidik
(Khandwala, 1976); (3) kombinasi antara hasil
maupun non pendidik memiliki rasa tanggung
dan risiko dimana organisasi beroperasi (Deal
jawab dan hubungan yang erat dalam setiap
dan Kennedy, 1982); dan (4) dream pendiri,
pekerjaan karena saling mebutuhkan satu
value anggota dan dikembangkan melalui
dengan yang lain.
atau
Freeman,
dari:
1994);
(2)
sistem (Evans, dalam Anwar, 2013:38).
Dengan mencermati peryataan di atas,
STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK
MENGEMBANGKAN VISI ORGANISASI
Komunikasi merupakan bagian penting
maka dapat diketahui bahwa budaya organisasi
terdiri
dari
aspek
formal
dan
informal
dalam mencapai tujuan suatu organisasi.Suatu
organisasi tersebut. Pada setiap organisasi
kemampuan dan keterampilan utama yang
memiliki budaya yang berkembang. Budaya
diharapkan
yang baik, baik itu dari aspek formal maupun
informal
tentu
akan
menjadikan
kemampuan
sistem
efektif
adalah
berkomunikasi
ialah
secara
instruksinya dapat dipahami dengan jelas dan
adanya
menyempurnakan
hubungan timbak balik yang sehat di dalam
struktur organisasi
untuk
manajer
kebijakan, mengusahakan supaya instruksi-
efektif, dan begitu juga sebaliknya. Budaya
yang
seorang
efektif. Keterampilan untuk memberlakukan
organisasi yang baik dan berjalan dengan lebih
organisasi
dari
pelaksanaan
kerja
tergantung dari komunikasi yang efektif.
baik itu menyangkut
Berkomunikasi mengandung arti yang lebih
tentang sistem maupun hubungan personal
luas dari pada sekedar mengatakan atau
tiap-tiap anggota organisasi. Mencipatakan
menuliskan
budaya organisasi yang sehat, tidak kalah
sesuatu.
Di
dalamnya
juga
tercakup suatu pengertian. Tidak akan ada
penting dalam lembaga pendidikan. Budaya
yang sehat akan menciptakan kesatuan dan
semangat dari setiap komponen lembaga
pendidikan untuk mencapai tujuannya. Dalam
komunikasi
apabila
anda
dimengerti
dan
merupakan
penghalang
tidak
kekurangan
utama
berkomunikasi (Terry, 2009: 144).
134
dapat
tersebut
dalam
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
berfungsi sebagai komunikasi tertulis. Dengan
Menurut sudut pandang manajemen,
kegagalan
membuat laporan secara tertulis, maka bahan
komunikasi
tersebut dapat digunakan untuk refrensi lebih
mengandung unsur-unsur yang tidak langsung
lanjut dan mencakup pula hal-hal yang detail
karena tidak mengungkapkan permasalahan
(Terry, 2009: 149).
beberapa
penyebab
berkomunikasi
dari
ialah
(1)
penerimaannya
Untuk pengembangan visi organisasi
mengadakan interprestasi terhadap komunikasi
membutuhkan strategi komunikasi yang efektif
dalam hubungannya dengan latar belakang
agar pengembangan visi organisasi dapat
pribadi serta pengalaman dan (3) penerimanya
dijalankan oleh segenap anggota organisasi
harus membaca disposisi ke dalam komunikasi
sesuai dengan fungsi, jabatan, wewenang dan
tentang hal-hal yang ingin dihindari atau yang
tanggung jawab masing-masing. Kunci dari
memang diharapkannya (Terry, 2009 : 145).
komunikasi yang efekktif dikenal dengan
yang
sebenarnya;
(2)
Pertemuan-pertemuan formal di dalam
empat (4) C, yakni completeness (kebenaran),
perusahaan merupakan sarana komunikasi
clarity (kejelasan), conciseness (kepadatan)
yang sudah umum. Didalam pertemuan-
dan correctness (kebenaran). Laporan-laporan
pertemuan seperti itu dilakukan pembicaraan
harus sederhana, corak tulisannya harus alami
untuk mengambilan keputusan-keputusan yang
dan cara penyampaiannya harus mudah diikuti.
bernilai tinggi, dimana diharapkan partisipasi
Kondisi-kondisi
dari
akan
membantu komunikasi menjadi efektif: (1)
kepada
mengetahui sepenuhnya hal-hal yang ingin
kelompok-kelompokkerja
meneruskan
yang
informasi-informasi
di
bahwah
dapat
anggota-anggotanya. Suatu pertemuan akan
dikomunikasikan,
menjadi penting apabila : (a) direncanakan dan
secukupnya, (3) menyadari bahwa komunikasi
setiap anggota manajemen ikut menentukan
dapat dirubah distribusinya, (4) gunakan
tujuan, program dan waktunya; (b) bersifat
simbol-simbol dan alat visual yang memadai,
khusus, di mana permasalahan diajukan dan
(5)
langsung dibicarakan; (c) digambarkan secara
dikomunikasikan (Terry, 2009: 150).
hati-hati
(2)
ini
memilih
berkomunikasi
informasi
yang
Dari peryataan di atas, maka dapat
visual, terutama apabila menyangkut suatu
menggunakan
disimpulkan bahwa komunikasi tidak hanya
statistik dan (d) tertulis lengkap, untuk
diartikan dalam bentuk formal saja, namun
mensuplai data tentang hal-hal yang disetujui
komunikasi adalah pengertian yang harus
dan untuk menetapkan tanggungjawab masing-
dibangun dari semua komponen. Komunikasi
masing
tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila
konsepsi
yang
bidang.
pelik
atau
Laporan-laporan
tertulis
135
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
menjadi
dengan baik, efektif dan efesien. Suryadi dan
penghalang terbentuknya komunikasi yang
Tilaar (1995:108) mengemukakan bahwa mutu
efektif.
masih
memiliki
"gap”
yang
itu
bukan
hanya
pendidikan merupakan kemampuan sistem
berkomunikasi
akan
tetapi
pendidikan yang diarahkan secara efektif
diperlukan juga strategi dalam berkomunikasi
untuk meningkatkan nilai tambah faktor input
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang baik
agar menghasilkan out put yang setinggi-
untuk memperkuat komunikasi. Sedangkan
tingginya Indikator atau kriteria yang dapat
visi merupakan dasar dari tujuan yang ingin
dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu
dicapai.Visi juga merupakan landasan untuk
hasil akhir pendidikan. Standar nasional
mencapai keberhasilan yang hendak dituju
standar
sebagai perwujudan dari hasil kerja keras dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
dengan semangat kerjasama yang tinggi dari
yang menyatakan bahwa Standar Nasional
semua pihak (stakeholder) sesuai dengan tugas
Pendidikan ( SNP) meliputi: (1) Standar isi,
dan tanggung jawabnya masing-masing.Di
(2) Standar Proses, (3)Standar Kompetensi
dalam menyusun visi, hal pertama yang harus
Lulusan, (4) Standar Pendidikan dan Tenaga
dilakukan adalah mengidentifikasi apakah
Kependidikan,
keinginan dan impian yang ingin dicapai oleh
Prasarana,
organisasi
Standar Pembiayaan, (8) Standar Penilaian
Oleh
kemampuan
karena
baik
itu
perusahaan
maupun
mutu
(6)
pendidikan
(5)
Pendidikan
pemimpin
Kebudayaan, 2003).
sangat
dominan
dan
sangat
Standar
Standar
lembaga-lembaga formal. Selain itu peran
merujuk
Sarana
Pengelolaan,
(Departemen
Pendidikan
pada
dan
(7)
dan
dibutuhkan untuk menyusun visi bukan hanya
karena seorang pemimpin adalah sosok yang
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
memiliki wewenang mengambil keputusan
tetapi seorang pemimpin diharapkan memiliki
kuantitatif.
Menurut
Arikunto
(2010:9),
pengetahuan dan pengalaman yang sangat luas
penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan
dalam kunci keberhasilan organisasi melalui
menggunakan angka sebagai sumber data
perwujudan visi.
penelitian.Objek penelitian ini adalah SMA
YWKA Kecamatan Kertapati Palembang.
Peneliti
MUTU PENDIDIKAN
mengambil
SMA
YWKA
yang
Pendidikan yang bermutu bukan sesuatu
bertempat di Kecamatan Kertapati Kelurahan
yang terjadi dengan sendirinya, melainkan
Kertapati Palembang karena jarak sekolah
hasil dari suatu proses pendidikan berjalan
yang relatif mudah ditempuh oleh peneliti dan
136
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
juga sekolah tersebut telah memenuhi kriteria
tabeldan
hipotesis Ho ditolak jika t
yang mendukung dalam proses penelitian ini.
Setelah itu dilakukan uji parsial dengan
menggunakan
Instumen dalam penelitian ini adalah
rumus
uji
hitung>
f
t
tabel.
dengan
angket pada setiap variabel penelitian. Angket
menggunakan SPSS 17.00. Tujuannya adalah
yaitu
untuk mengetahui apakah seluruh variabel
sejumlah
pertanyaan
tertulis
yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari
devenden
responden
terhadap
dalam
arti
laporan
tentang
berpengaruh
variabel
secara
indevenden
simulutan
di
dalam
penelitian ini.
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 2010: 140). Angket yang digunakan
adalah sumber data tertulis dengan cara
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji validitas dalam penelitian
menyebarkan butir-butir pertanyaan kepada
responden dengan 5 alternatif jawaban: A =
diujikan dengan menggunakan SPSS 17.00
Selalu (skor 5), B = sering (skor 4), C =
Corelation Person dengan N = 45 dan rtabel =
kadang-kadang (skor 3), D = jarang (skor 2), E
N-2 = 43 (tingkat kepercayaan 5%) = 0, 294.
= tidak pernah (skor 1).
Setelah
Setelah dilakukan uji validitas dan
valid.
variabel penelitian valid dan reliabel.Maka
angket disebar kepada seluruh responden
(sampel) secara keseluruhan. Kemudian hasil
reliabilitas
menunjukan
sejauh
pengukuran
relative
pada
bertujuan
mana
suatu
konsisten,
instrument
untuk
hasil
pengujian
penelitian
ini
dengan menggunakan SPSS. 17.00. Scale
Reability. Hasil pengujian reabilitas pada
tiap hasil angket yang telah di rekapitulasi dan
instrument penelitian ini dinyatakan reliabel
diketahui skor secara keseluruhan pada masing
karena nilai alfa dari tiap variabel di atas
masing variabel penelitian.
interpretasi dari nilai t
dengan
dengan menggunakan rumus alfa cronbach
Kemudian dilakukan uji persyaratan pada tiap-
selanjutnya
Uji
reabilitas
ditabulasikan
untuk mengetahui skor secara keseluruhan.
Langkah
validitas
tiap variabel dalam penelitian ini dinyatakan
bahwa semua item pertanyaan pada tiap-tiap
tersebut
uji
maka hasil uji validitas instrument pada tiap-
tiap-tiap variabel penelitian, dan dinyatakan
angket
dilakukan
menggunakan SPSS 17.00 Corelation Person
reabilitas dengan menggunakan SPSS 17, pada
penyebaran
ini
0,600.
yaitu
hitung
memberikan
Uji
dengan cara
menggunakan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.
kriteria pengujian terima Ha jika t
hitung<
normalitas
Smirnov.Uji
t
SPSS
normalitas
dalam
17.00
penelitian
Kolmogorov
dilakukan
untuk
melihat apakah data berdiskusi normal atau
137
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
tidak dan untuk menentukan apakah data layak
organisasi terhadap variabel terikat yaitu mutu
atau tidak dianalisa. Dari hasil pengujian,
pendidikandi
diketahui
-tailed)
Kertapati Palembang adalah sebagai berikut:
Unstandardized Residual adalah 0,788> 0,05.
bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,985 (98,5
Maka dapat disimpulkan bahwa semua data
%), angka tersebut menggambarkan bahwa
pada
persentase
bahwa
seluruh
nilai
sig
variabel
(2
penelitian
ini
YWKA
sumbangan
Kecamatan
pengaruh
variabel
independen terhadap variabel dependen (mutu
berdistribusi normal.
pendidikan) sebesar 98,5 % sedangkan sisanya
Dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan
SMA
program
SPSS
yaitu 1,5 % dipengaruhi oleh variabel lain
17.00
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
Untuk
untuk variabel (X1) adalah 0,194, dan nilai
menguji
Budaya
variabel
visi
Organisasi
(X2),
constant sebesar 3.790 Sehingga, didapatkan
(X1),variabel
persamaan regresi linier berganda sebagai
terhadap variabel Mutu Pendidikan (Y) secara
berikut.
satu-satu dengan menggunakan uji t sebagai
Y = α + b1 x1 + b2 x2 + e
berikut.Berdasarkan
Y = 3.790 + 0,333x1 + + 0,585 x2 +e
diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel Visi
Dari
tersebut
(X1) terhadap Mutu Pendidikan (Y) adalah
pendidikan
sebesar 3,195, sedangkan ttabel adalah sebesar
tanpa dipengaruhi oleh visi dan budaya
2,016 hal ini berarti thitung (3,195) < ttabel
organisasi adalah sebesar 3,790 dan nilai 0,333
(1,2,016), dengan nilai sig (0,003) ≤ α (0,05).
merupakan koofisien regresi yang menunjukan
dari hasil ini dapat dikatehui bahwa terdapat
bahwa Jika variabel visi (X1) bernilai konstan
pengaruh antara variabel visi (X1) terhadap
(nol),
variabel Mutu Pendidikan (Y), maka Ha1 di
persamaan
menggambarkan
maka
bahwa
variabel
regresi
mutu
mutu
pendidikan
hasil
analisa
data,
terima.
(Y)sebesar 0,333, Demikian pula dengan nilai
0,585, hal ini menunjukan jika adanya upaya
Berdasarkan
hasil
analisa
data
penambahan sebesar satu satuan pada variabel
menggunakan SPSS 17.0, diketahui bahwa
budaya organisasi, maka akan ada kenaikan
nilai thitung untuk variabel Budaya Organisasi
pada variabel mutu pendidikan (Y) sebesar
(X2) terhadap variabel Mutu Pendidikan (Y)
0,585 atau sebaliknya.
adalah sebesar 6,209, sedangkan ttabel adalah
Uji Koefisien Determinasi ini digunakan
sebesar 2,016 hal ini berarti thitung (6,209) <
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
ttabel (2,016), dengan nilai sig (0,000) ≤ α
variabel
(0,05). Dari hasil ini dapat dikatehui bahwa
bebas,
yaitu
visi
dan
budaya
138
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
terdapat pengaruh antara variabel Budaya
koofisien regresi yang menunjukan bahwa Jika
Organisasi
variabel visi (X1) bernilai konstan (nol), maka
(X2)
terhadap
variabel
Mutu
Pendidikan (Y), maka Ha2di terima.
variabel Mutu Pendidikan (Y) sebesar 0,333,
Untuk menguji variabel Visi (X1),dan
Demikian pula dengan nilai 0,585, hal ini
Budaya Organisasi (X2 ), terhadap variabel
menunjukan jika adanya upaya penambahan
Mutu Pendidikan (Y) secara bersama-sama
sebesar satu satuan pada variabel Budaya
dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil
Organisasi maka akan ada kenaikan pada
uji Anova, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung
variabel kepuasan tamu (Y) sebesar 0,585 atau
untuk variabel Visi (X1)dan variabel Budaya
sebaliknya.
Organisasi
terhadap
variabel
Mutu
Hal ini menunjukan bahwa implementasi
Pendididkan (Y) adalah sebesar 19.633.
visi dan budaya organisasi yang sehat secara
Sedangkan Ftabel dengan taraf nyata (a) = 5%
stimulan dapat meningkatkan mutu pendidikan
dengan pembilang df1 = k-1 = 3-1 = 2 dan
di SMA YWKA Palembang dengan kata lain
penyebut df2 = n-k = 45- 3 = 42, adalah 3,22
bahwa implementasi visi sangat memberikan
Sedangkan nilai sig α
dampak
= 0,000. Pada hasil
yang
siknifikan
mutu
analisa dikatuhi bahwa Fhitung (19,633) > Ftabel
pendidikan.
(3,22), dan nilai sig α (0,000) ≤ 0,05. berarti
statistik
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
menunjukan bahwa nilai R Square (R2) sebesar
yang signifikan antara visi (X1)dan Budaya
0,985
Organisasi (X2 ) terhadap Mutu Pendidikan
menggambarkan bahwa persentase sumbangan
(Y), maka Ha1 ditolak Ho1 diterima. Dengan
pengaruh variabel independen visi dan budaya
demikian berarti secara simultan hipotesis
organisasi
terbukti dengan kata lain terdapat pengaruh
sedangkan sisanya yaitu 1,5 % dipengaruhi
yang signifikan Antara visi (X1)dan variabel
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
Budaya
penelitian ini.
Organisasi
(X2
)terhadap
Mutu
Pendidikan (Y).
SPSS
yang
(98,5
dari
hasil
analisis
dilakukan
oleh
peneliti
%),
berpengaruh
angka
sebesar
tersebut
98,5
%
Apabila dilihat dari nilai thitung untuk
Berdasarkan hasil perhirungan dengan
program
Terbukti
terhadap
17.00
diperoleh
variabel visi (X1) terhadap budaya organisasi
Dari
(Y) adalah sebesar 3,195, sedangkan ttabel
persamaan regresi tersebut menggambarkan
adalah sebesar 2,016 hal ini berarti thitung
bahwa Mutu Pendidikan tanpa dipengaruhi
(3,195) < ttabel (1,2,016), dengan nilai sig
oleh Visi dan Budaya Organisasi adalah
(0,003) ≤ α
sebesar 3,790 dan nilai 0,333 merupakan
dikatehui bahwa terdapat pengaruh antara visi
139
(0,05). dari hasil ini dapat
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
(X1) terhadap mutu pendidikan (Y), maka Ha1
lingkungan geografis, demografis, lingkungan
di terima. Dan nilai thitung untuk variabel
budaya dan apresiasi masyarakat, regulasi
budaya
terhadap
mutu
pemerintah, perkembangan ilmu pengetahuan
sebesar
6,209,
dan teknologi, keterlibatan komite sekolah,
sedangkan ttabel adalah sebesar 2,016 hal ini
lembaga mitra, alumni dan implementasi
berarti thitung (6,209) < ttabel (2,016), dengan
strategik dalam upaya memenuhi standar
nilai sig (0,000) ≤ α (0,05). dari hasil ini dapat
pendidikan nasional. Pelaksanaan evaluasi
dikatehui bahwa terdapat pengaruh antara
pada SMAN 10 Fajar Harapan dilakukan
variabel budaya organisasi (X2) terhadap
secara terus menerus melibatkan manajemen
variabel mutu pendidkan (Y), maka Ha2di
puncak dan seluruh personil sekolah baik
terima.
jangka pendek, menengah dan panjang melalui
organisasi
pendidikan
(Y)
(X2)
adalah
Pada pengujian secara simulutan dapat
instrumen evaluasi diri sekolah, guru dan
diketahui bahwa Fhitung (19,633) > Ftabel (3,22),
Benchmarking untuk meningkatkan kinerja
dan nilai sig α (0,000) ≤ 0,05. berarti dapat
sekolah dan mutu pendidikan.
Penelitian
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
yang
dilakukan
oleh
signifikan antara visi (X1)dan variabel budaya
Zubaidah (2015) dengan hasil penelitian
organisasi (X2 ) terhadap mutu pendidikan (Y),
menunjukkan
maka Ha1 ditolak Ho1 diterima.
berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan
bahwa
Budaya
sekolah
sebesar 67,6% kategori sedang, Motivasi kerja
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh irani (2014) dengan hasil
guru
berpengaruh positif terhadap
penelitian menunjukkan bahwa profil SMAN
pendidikan sebesar 100% karegori kuat serta.
10 Fajar Harapan mendeskripsikan visi, misi,
Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara
tujuan, sasaran dan profil sumber daya
bersama sama berpengaruh positif terhadap
sekolah. Implementasi strategi pada SMAN 10
mutu pendidikan.
Mahasiswa
Fajar Harapan dilakukan melalui aktivitas
Magister
mutu
Administrasi
lingkungan internal dan eksternal sekolah yang
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah
dideskripsikan melalui struktur organisasi
Kuala Banda Aceh. (2014) dengan hasil
sekolah, teamwork dan pembagian tugas
penelitian (1) Pembinaan disiplin dalam
sekolah,
meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri
hari
dan
waktu
belajar,
aset
pembiayaan, kurikulum, promosi sekolah,
1 Simeulue Timur
penerimaan siswa baru, budaya sekolah, kode
dengan beriorientasi pada aturan yang telah
etik,
ditetapkan,
kebijakan
sekolah,
keberadaan
140
baik
Kabupaten
peraturan
Simeulue
perundang-
JMKSP
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
sekolah.
pendidikan. Di SMA YWKA, setiap perangkat
Pendekatan pembinaan disiplin guru dilakukan
baik itu pendidik maupun non pendidik
dengan cara bertahap atau berkala, mulai dari
berusaha
menentukan
mencapai visi sekolah yaitu mewujudkan
undangan
maupun
job
peraturan
description,
melakukan
dan
saling
bekerjasama
untuk
proses
kondisi belajar yang kondusif dan dimasa yang
pembelajaran dan membimbing tugas guru,
akan datang SMA YWKA akan menjadi
serta memberi sanksi sesuai dengan tingkat
sekolah
pelanggaran. (2) Sistem pemberian motivasi
pembelajaran.
pendekatan
persuasif,
mengawasi
unggulan
dalam
kualitas
kinerjanya
Dengan adanya budaya bekerjasama
dilakukan dengan memberikan insentif yang
yang dibangun oleh pihak yayasan YWKA
sifatnya tidak mengikat, pelayanan yang baik,
khususnya
promosi
mengikuti
Kertapati Palembang, terbukti sangat efektif
pelatihan, memberikan pelayanan terhadap
dalam meningkatkan kualitas pemebelajaran di
keselamatan kerja, dan kenyamanan terhadap
SMA YWKA Palembang. Bukan hanya itu,
tugas guru. (3) Faktor-faktor penghambat
SMA YWKA juga menjadi salah satu SMA
dalam meningkatkan kinerja guru adalah
yang dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk
kurangnya
sosialisasi
menyekolahkan
kurangnya
koordinasi,
komunikasi
antarpersonil,
guru
dalam
meningkatkan
jabatan,
keterlibatan
kesempatan
peraturan
komite
sekolah,
di
SMA
YWKA
anaknya.
Kecamatan
Perkembangan
tidak
efektifnya
sekolah khususnya SMA YWKA Kecamatan
dan
kurangnya
Kertapati
sekolah
Palembang
semakin
meningkat
terbukti setiap tahun jumlah siswa mengalami
dalam
peningkatan.Hal
pengambilan keputusan/kebijakan sekolah.
ini
menunjukan
bahwa
imlementasi visi berjalan dengan baik dan
budaya organisasi dapat dibangun dengan baik
KESIMPULAN
Berdasarkan
Palembang
hasil
menyimpulkan
penelitian
pada
bahwa
ada
di
SMA
YWKA
Kecamatan
Kertapati
Palembang.
pengaruh Visi (X1) dan Budaya Organisasi
(X2) secara simultan maupun secara parsial
DAFTAR PUSTAKA
terhadap kepuasan konsumen (Y).Dari hasil ini
Anwar, Moch. Indochi. (2013). Administrasi
Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
dapat dijelaskan bahwa penerapan visi sekolah
dan membangun budaya organisasi yang sehat
terbukti sangat berpengaruh terhadap mutu
pendidkan
yang
diukur
dari
Akdon. (2006). Strategic Managenent for
Educational Management. Bandung:
Alfabeta
kualitas
141
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
Suryadi, Ace dan Tilaar, H. A.R. (1994).
Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Roesda Karya.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fattah,
Terry, George R. (2009). Prinsip-Prinsip
Manajemen. Jakata: Bumi Aksara
Nanang. (2009). Ekonomi dan
Pembiayaan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Thoha,
Irani,
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017
Ulfah Z. (2014). Implementasi
Manajemen Strategik Dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Pada
SMAN 10 Fajar Harapan. Jurnal
Administrasi Pendidikan ISSN 23020156 Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala.
Miftah. (1990). Dimensi-Dimensi
Prima
Ilmu
Administrasi
Negara.Jakarta: Rajawali Pers
Thoha, Miftah. (1990). Prilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. (2008).
Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Masaong,
Abdul
Kadim.
(2011).
Kepemimpinan Berbasis Multiplele
Intelligence.Bandung: Alfabeta
Tripomo, Tedjo. (2005). Manajemen Strategi.
Bandung: Rekayasa Sains
Moeljono, Djokosantoso. (2003). Budaya
Korporat dan Keunggulan Korporasi.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Tobari.
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Banda
Aceh.
(2014).
Budaya
Organisasi
Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada SMA Negeri 1
Simeulue Timur. Aceh: Universitas
Syiah Kuala Bandah Aceh.
Sagala, Syaiful. (2010). Manajemen Strategik
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
(2015).
Membangun
Budaya
Organisasi
Pada
Instansi
Pemerintahan.
Yogyakarta:
Deepublish
Umaedi, Hadiyanto, Siswantari. (2011).
Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Balitbang, Depdiknas.
Zubaidah, Siti. (2015). Pengaruh Budaya
Sekolah dan Motivasi Kerja Guru
Terhadap Mutu Pendidikan di SMK N
1 Pabelan. Jurnal. Jawa Tengah:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Sagono. (2008). Kamus Besar Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Sanusi, Anwar. (1995). Metode Penelitian
Bisnis. Jakarta Salemba Empat.
Siagian, Sondang P. (1986). Analisis Serta
Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi. Jakarta: NV Sapdodadi.
142
JMKSP
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan
143
Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2017