Chapter I Analisis Psikologis Tokoh Akihiro Dalam Novel Saga No Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan karya seni yang dapat dikaitkan dengan aspek
hiburan yang menyenangkan pembacanya dari isi karya sastra itu sendiri.
Menurut Sugono (2011:159), sastra merupakan karya tulis yang jika
dibandingkan dengan karya tulis lain, memiliki berbagai ciri keunggulan
seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Sehubungan dengan ini, dalam sastra juga harus terdapat nilai-nilai keindahan,
kejujuran,

dan

kebenaran.

Artinya

dalam

membaca


sastra

mampu

meningkatkan pola pikir dalam harkat hidup dan bermanfaat bagi kehidupan.
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi
pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya
(Pradopo, 2001:61). Jenis karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu karya
sastra imajinatif dan nonimajnatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya
sastra tersebut lebih menonjolkan sifat khayali, menggunakan bahasa yang
konotatif, dan memenuhi syarat estetika seni seperti puisi atau prosa naratif
(novel,roman, dan cerpen), dan drama. Sedangkan ciri karya sastra
nonimajinatif adalah karya sastra tersebut lebih banyak unsur faktual dan
cenderung menggunakan bahasa yang denotatif, dan tetap memenuhi syarat
estetika seni, seperti esai, biografi, autobiografi, dan sejarah (http://pelitaku.
sabda.org/ pemahaman_tentang karyasastra.html).

1


Dalam kajian ini penulis akan mengkaji sebuah novel. Menurut
Hornby dalam Aziez dan Hasim (2010:2), novel merupakan sebuah cerita
dalam bentuk prosa yang cukup panjang untuk dimuat dalam satu volume atau
lebih, baik tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis.
Dalam novel disusun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang
kedua unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya untuk membentuk
keindahan dalam cerita. Menurut Sukada (1987:47), unsur instrinsik adalah
unsur yang membangun struktur karya sastra. Unsur-unsur ini terdiri atas
insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan gaya bahasa.
Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang dikaitkan dengan data di luarnya
untuk mengetahui seberapa jauh karya sastra itu memiliki dasar atau unsur
kesejarahan, sosiologis, psikologis, religius, dan filosofi.
Dalam karya sastra tidak lepas dari tokoh, tokoh merupakan pelaku
dalam karya sastra. Setiap tokoh memiliki karakter dan hal itu tidak lepas dari
psikologi. Dalam cerita pengarang dapat mengungkapkan ekspresi jiwa,
perasaan, dan pikiran yang akan tergambarkan dari karakter setiap tokoh.
Dari hal ini sastra dapat dipahami dari sudut pandang ilmu lain yaitu
psikologi. Secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya. Dengan singkat disebut Ilmu Jiwa (Ahmadi, 1998:1). Sedangkan

psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena samasama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam
psikologi gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif dan

2

pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya
(Endraswara, 2013:96). Kesinambungan kedua ilmu ini akan mengungkap
aspek kejiwaan tokoh dalam sastra.
Salah satu novel yang mengungkapkan masalah psikologi tokoh adalah
novel

Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada. Novel tersebut

mengungkapkan psikologi tokoh utama Akihiro. Akihiro merupakan seorang
anak yang dididik oleh nenek yang cara hidupnya disiplin dan tekun. Hal ini
ditunjukkan dalam teks cerita dalam novel tersebut yang berupa interaksi Id,
Ego, dan Superego Akihiro yang salah satunya terlihat dari cuplikan di bawah
ini:
Meski saat itu aku masih kecil, aku mengharapkan akan mendengar kata-kata

seperti berikut, “Selamat datang. Kau pasti lapar ya?” atau “Pasti sedih
karena berpisah dari ibumu, tapi tak usah takut, Nenek akan menjagamu,”
dan sebagainya. Tetapi, kata-kata yang keluar pertama kali dari mulut Nenek
malah, “Ikuti aku”. Kemudian dengan langkah cepat, dia berjalan keluar
melalui pintu belakang, menuju gubuk kecil yang berpisah dari sana. Lalu
kepada diriku yang masih berdiri termangu tanpa tahu harus bagaimana,
Nenek berkata, “Karena mulai besok Akihiro yang harus menanak nasi,
perhatikan baik-baik”. Karena disuruh begitu, akupun menerima alat peniup
api dari bambu yang diangsurkan kepadaku.
Dari cuplikan tersebut Id ditekan oleh Ego. Dimana Id merupakan
suatu prinsip kesenangan yang ingin terwujud dari pribadi seseorang. Terbukti
dari Akihiro yang ingin mendapatkan sambutan lembut dan hangat dari sang
nenek, namun yang didapatkan adalah mengerjakan sesuatu yang sebelumnya

3

belum pernah dilakukan oleh Akihiro. Melihat hal ini, keadaan psikologi yang
kecewa dan terkejut dengan sambutan sang nenek. Ditambah lagi ketika
Akihiro sampai di rumah nenek, pertama kali sang nenek langsung
menyuguhkan pekerjaan di rumah. Namun Ego dapat mengendalikan Id,

terlihat pada cuplikan terakhir yaitu “karena disuruh begitu, akupun menerima
alat peniup api dari bambu yang diangsurkan kepadaku”. Id juga bisa
mendominasi yang tidak menghiraukan Ego maupun Superego atau
sebaliknya. Dan hal ini akan dianalisis oleh penulis di Bab III.
Penulis memilih novel Saga no Gabai Bachaan karya Yoshichi
Shimada karena merupakan novel memiliki kisah nyata tentang pengarang dan
juga melihat tragedi pemboman Hiroshima pada 6 Agustus tahun 20 era
Showa yang merupakan tragedi besar yang pernah terjadi di Jepang maupun
dunia. Dari kejadian ini pula masyarakat Jepang memulai untuk kembali dari
nol. Gangguan psikis, kemiskinan, maupun tantangan hidup melanda keras di
Jepang. Setelah tragedi pemboman tersebut keluarga Akihiro berusaha untuk
meneruskan kehidupan untuk tetap bertahan, ibu Akihiro tetap tinggal di
Hiroshima sedangkan Akihiro harus berpisah dari ibunya dan tinggal bersama
neneknya di desa kecil yaitu Saga yang letaknya sangat jauh dari Hiroshima
untuk dapat meneruskan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik dan aman.
Kehidupan yang miskin, berpisah jauh dengan ibunya, tinggal berdua bersama
seorang nenek tua, dan cara hidup yang berbeda pula membuat anak yang
masih duduk di Sekolah Dasar ini terkadang tertekan namun tetap terus
berjuang menikmati proses yang ada. Dilanjutkan dengan didikan sang nenek


4

yang disiplin dan mengusahakan Akihiro mendapat yang terbaik terutama
dalam pendidikan sekolahnya walaupun sang nenek hidup miskin.
Di Jepang terdapat istilah kyouiku mama yaitu ibu pendidik. Semasa
Akihiro kecil ia dididik oleh sang nenek. Dalam hal ini sang nenek dapat
dikatakan orang tua yang membesarkan Akihiro sebelum ia meranjak dewasa.
Peran orang tua sangat besar dan berpengaruh terhadap pendidikan di Jepang.
Dalam kyouiku mama orang tua/ibunya melakukan apa saja demi pendidikan
sang anak dan ditekankan untuk belajar lebih besar lagi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana kondisi psikologi tokoh Akihiro dalam novel ini. Untuk itu penulis
membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologis Tokoh
Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada”.

1.2 Rumusan Masalah
Peranan orang tua dan pola didik yang diberikan sangat penting
terutama dalam

pembentukan karakter seseorang. Dalam novel Saga no


Gabai Baachan Akihiro sebagai tokoh utama

sebelum tinggal bersama

neneknya, Akihiro dikenal anak yang tidak bisa jauh dengan ibunya semenjak
ayahnya meninggal. Perilakunya yang memberontak, suka menangis, nekad,
serta sering sekali merepotkan tetangga atas ulah tangisnya. Di samping itu
melihat setelah tragedi pemboman Hiroshima yang pada umumnya membuat
mental khususnya pada anak-anak tidak terkontrol dengan baik. Melihat
Akihiro yang selalu ingin bersama ibunya dengan kondisi sang ibu harus
menjaga bar sampai malam dilanjut lagi dengan kota Hiroshima yang masih

5

hancur, maka Akihiro dititipkan kepada neneknya di desa Saga demi kebaikan
pendidikan dan kehidupan Akihiro kedepannya.
Nenek Osano tinggal di desa Saga merupakan nenek yang sangat tekun
dan bersemangat. Ketika Akihiro dititipkan kepada neneknya selama delapan
tahun cara mendidik Akihiro yang diterapkan sangat disiplin. Sang nenek

menekankan kepada Akihiro agar dapat hidup mandiri dan mendapatkan yang
terbaik walaupun dengan kondisi hidup miskin. Awalnya ketika bersama
ibunya Akihiro mudah melakukan apa saja yang dia mau bahkan nekad
menemui ibunya pada saat malam hari ketika ibunya menjaga bar, namun
ketika bersama neneknya Akihiro harus melakukan apa yang dikatakan sang
nenek dan menahan keinginan pribadinya. Dari hal ini dapat dilihat pola didik
kyouiku mama diterapkan oleh sang nenek kepada cucunya tersebut. Dan dari
kyouiku mama tersebut merupakan imbas dari terbentuknya karakter Akihiro
menjadi penurut dan setia.
Selain itu, dalam novel Saga no Gabai Baachan pengarang juga
mengungkapkan interaksi struktur kepribadian Id, Ego, dan Superego yang
saling menyempurnakan dalam pribadi Akihiro. Saat bersama ibunya, Id yang
merupakan prinsip kesenangan lebih mendominasi dan ketika sudah tinggal
bersama neneknya Ego dan Superego mulai mengawal dan menuntun Id pada
Akihiro.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan berkaitan dengan pendekatan
psikologis yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam bentuk
pertanyaan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

6


1. Bagaimana keadaan psikologis tokoh Akihiro saat tinggal bersama nenek
Osano di desa Saga dalam novel Saga no Gabai Baachan ?
2. Bagaimana interaksi struktur kepribadian tokoh Akihiro seperti Id, Ego,
dan Superego dalam novel Saga no Gabai Baachan ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini difokuskan pada sebuah novel terjemahan Jepang
yang berjudul Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada yang
diterbitkan kembali ditahun 2013 dengan editan terbaru yang terdiri atas 255
halaman yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Agar masalah penelitian tidak
terlalu luas dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus
membahas kondisi psikologis dari tokoh utama berupa analisis terhadap
interaksi Id, Ego, dan Superego yang saling menekan satu dengan yang lain
pada saat Akihiro tinggal bersama sang nenek selama delapan tahun yang
diceritakan dalam novel Saga no Gabai Baachan.
Sebelum menganalisis sepuluh cuplikan dengan pendekatan psikologis,
penulis terlebih dahulu akan menjelaskan defenisi novel, resensi novel, teori
psikoanalisa Sigmund Freud, pola didik orang tua dalam konsep kyouiku
mama, dan biografi Yoshichi Shimada (pengarang).


1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Secara eksistensial, sastra adalah sesuatu yang konkret dalam dirinya.
Tetapi sebagai fenomena, sastra adalah cermin yang mendukung proses

7

kehidupan dan kemanusiaan (Sukada, 1987:88). Pembaca dapat menikmati
sastra dari karya sastra yang dihasilkan. Salah satu jenis dari karya sastra
adalah novel. Novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang
peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang
dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang
watak dan jiwanya, dan sebagainya (Badudu dan Zain dalam Aziez dan Hasim,
2010:2). Sastra dapat dikaji melalui beberapa pendekatan dan dalam novel
Saga no Gabai Baachan sudah dianalisis melalui pendekatan pragmatik dan
pendekatan sosiologis.
Psikologi adalah ilmu jiwa. Psikologi merupakan sebuah bidang ilmu
pengetahuan


dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan

fungsi mental manusia secara ilmiah (http//Wikipedia.org/wiki/psikologi.html).
Karya sastra merupakan ungkapan kejiwaan pengarang yang
menggambarkan emosi dan pemikirannya. Hal ini dituangkan salah satunya
melalui tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang dalam cerita. Oleh karena itu,
karya sastra dapat diteliti melalui pendekatan psikologi. Menurut Endraswara
(2013:97), karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang dan
sekaligus memiliki psikologis terhadap pembaca. Dalam hal ini dapat
diartikan bahwasanya, sastra dan psikologis memiliki hubungan atau titik
temu yang membahas tentang “kejiwaan” seseorang (tokoh).
Psikologi sastra ditopang tiga pendekatan menurut Roekhan dalam
Endraswara (2013:97-98) yaitu, pendekatan tekstual, pendekatan reseptifpragmatik, dan pendekatan ekspresif. Pendekatan tekstual adalah yang
mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Pendekatan reseptif-

8

pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya
sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya. Dan
pandekatan ekspresif mengkaji aspek psikologis sang penulis. Dari hal ini
penulis menggunakan pendekatan tekstual yang khusus mengkaji aspek
psikologis tokoh.
Menganalisis aspek psikologis seseorang ataupun tokoh harus
berdasarkan aturan-aturan ataupun teori yang khusus menjelaskan tentang
perilaku dan karakter manusia. Untuk menopang pendekatan psikologis dari
aspek tekstual dalam novel ini, penulis menggunakan teori kepribadian oleh
Sigmund Freud.

1.4.2

Kerangka Teori
Dalam menganalisis suatu karya sastra, diperlukan suatu teori

pendekatan yang berfungsi sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra
tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan psikologis
yaitu teori kepribadian oleh Sigmund Freud dan pendekatan semiotika.
Teori kepribadian merupakan segugusan asumsi tentang tingkah laku
manusia beserta defenisi-defenisi empirisnya. Teori harus siap menangani,
atau membuat prediksi-prediksi tentang berbagai macam tingkah laku manusia
(Hall, 1993:37).
Pada teori Sigmund Freud menyatakan bahwa kehidupan psikis itu
sebenarnya tidak disadari. Pengaruh-pengaruh ketidaksadaran memainkan
peranan yang besar (Mar’at, 2006:64). Artinya bahwa kehidupan individu
sebagian besar dikuasai alam bawah sadar. Oleh karena itu, perilaku manusia

9

didasari hal yang tidak disadari, seperti keinginan atau dorongan. Dari hal ini
terbentuklah struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego.
Id merupakan kebutuhan dan emosi yang tidak tertata, tidak konsisten,
kadang tidak dikenal, dan bahkan bersifat antisosial yang melekat pada tubuh
kita (Nelson, 2003:17). Dapat diartikan Id merupakan hal yang tidak disadari
yang terdapat di bawah alam sadar sesorang yang hanya mengikuti prinsip
kepuasaan orang itu sendiri, mengandalkan pengalaman subjektif, secara
sederhana Id merupakan prinsip kesenangan. Menurut Hall (1995:30), tujuan
dari prinsip kesenangan adalah untuk membebaskan seseorang dari
ketegangan sehingga menjadi lebih sedikit untuk menekannya sehingga
sedapat mungkin menjadi tetap/konstan. Secara sederhana yaitu usaha
mencegah penderitaan dan menemukan kesenangan.
Ego adalah sesuatu yang tertata, lebih atau kurang sadar dan lebih atau
kurang konsisten terhadap prinsip prasangka yang secara bebas yang diartikan
sebagai diri (Nelson, 2003:17). Berdasarkan hal tersebut dikatakan Ego bila
perilakunya berdasarkan prinsip kenyataan yang peranan utamanya adalah
penyeimbang dari kebutuhan-kebutuhan insting dari seseorang.
Superego

merupakan

mencerminkan

yang

kesempurnaan

bukan

ideal

wewenang
bukan

kenikmatan.

yang

moral

dari

kepribadian;

real;

dan

memperjuangkan

Perhatiannya

yang

utama

ia

adalah

memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat
bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui wakil-wakil masyarakat
(Hall, 1993:67). Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai
atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).

10

Berdasarkan teori kepribadian di atas, maka penulis akan melihat
interaksi struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego yang dilahirkan
oleh tokoh utama. Ketiga struktur kepribadian ini saling mengisi dimana Id
dapat ditekan oleh Ego, Ego dapat ditekan oleh Id, atau sebaliknya. Dalam
Hall (1993:63), masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip
kerja, dinamisme, dan mekanisme sendiri, namun mereka berinteraksi begitu
erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan
pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.
Untuk menganalisis dari kepribadian tersebut penulis menggunakan
pendekatan semiotik. Semiotik berasal dari bahasa Yunani: semeion yang
berarti tanda. Semiotik adalah penelitian sastra dengan memperhatikan tandatanda yang dianggap mewakili objek secara representatif (Endraswara,
2013:64). Tanda-tanda akan tampak pada setiap komunikasi manusia lewat
bahasa, baik lisan maupun isyarat. Demikian pula saling berhubungan dan
mendukung dalam karya sastra dimana karya sastra merupakan refleksi
pemikiran, perasaan, dan keinginan lewat bahasa. Penulis menggunakan
pendekatan semiotika ini untuk melihat interaksi Id, Ego, dan Superego dalam
cerita dan penulis dapat menunjukkan kepribadian tokoh Akihiro maupun
tindak perilaku atau sikap dari pengaruh lingkungan dan pola didik dari
setiap dialog dalam cerita.

11

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan,
maka secara ringkas tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keadaan psikologis Akihiro saat tinggal bersama nenek
Osano di desa Saga dalam novel Saga no Gabai Baachan.
2. Untuk mendeskripsikan interaksi struktur kepribadian tokoh Akihiro
seperti Id, Ego, dan Superego dalam novel Saga no Gabai Baachan.

1.5.2

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai psikologi
kepribadian oleh Sigmund Freud melalui karya sastra non fiksi.
2. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai pola didik
orang tua dalam konsep kyouiku mama.
3.

Bagi pembaca, penelitian ini dapat sebagai bahan penunjang untuk
Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai
bahan penunjang dalam penulisan. Metode dilakukan dengan langkah-langkah
kerja yang diatur sebagaimana yang berlaku bagi penelitian–penelitian pada
umumnya. Dalam hal ini penulis harus memilih metode dan langkah-langkah

12

yang tepat, yang sesuai dengan karateristik objek kajiannya (Pradopo,
2001:12). Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang dianalisis dalam
novel Saga no Gabai Baachan ini, maka metode penelitian yang digunakan
dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang didalamnya terkandung metode
penelitian secara deskriptif.
Menurut Djodjosuroto, dkk (2000:9) data kualitatif adalah data yang
diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis, dan data
ini tidak berbentuk angka. Dan metode penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan menyajikan informasi secara sangat tepat dan teliti
(acurately and precisely) tentang karaktristk yang sangat luas dari suatu
populasi.
Data-data juga diperoleh dari Library Research atau studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan-laporan yang
berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2005:11). Penulis juga
melakukan penelusuran data melalui internet seperti blog-blog yang
membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Setelah
data diperoleh dari referensi yang berkaitan, maka data tersebut dianalisis
untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Mengumpulkan data dan refrensi atau buku-buku yang berhubungan
dengan objek penelitian.

13

2. Membaca novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, mendeskripsikan cuplikan yang
berhubungan dengan psikologis.
4. Setelah dianalisis, penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan.

14