Chapter I FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Di Kabupaten Karo Tahun 2013

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk
mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika
penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman
kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan
di masa depan atau ketiadaan suplai pangan.

World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama

ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan
pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang
cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber
daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan
dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen
keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang
panjang.


Thomas Malthus memberi peringatan pada tahun 1798 bahwa jumlah
manusia akan meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan
persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika, sehingga akan terjadi
sebuah kondisi dimana dunia akan mengalami kekurangan pangan akibat
pertambahan ketersediaan pangan yang tidak sebanding dengan pertambahan
penduduk.

Pemikiran

Malthus

telah

mempengaruhi

kebijakan

pangan


internasional, antara lain melalui Revolusi Hijau yang sempat dianggap berhasil
meningkatkan laju produksi pangan dunia sehingga melebihi laju pertambahan
penduduk. Pada saat itu, variabel yang dianggap sebagai kunci sukses penyelamat
ketersediaan pangan adalah teknologi (Nasoetion, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Saat ini permasalahan pangan kembali menyeruak, banyak anggapan yang
mendengungkan berbagai faktor penyebab, salah satunya adalah determinasi
teknologi untuk industrialisasi yang dianggap telah menggeser input pangan.
Sebuah kenyataan yang ironis karena pada dua abad yang lalu, teknologi diyakini
sebagai penyelamat ketersediaan pangan, namun saat ini yang terjadi adalah
kebalikan dari harapan yang diyakini oleh Revolusi Hijau.

Hingga awal tahun 2000-an, sebelum pemanasan global menjadi suatu isu
penting, dunia selalu optimis mengenai ketersediaan pangan. Bahkan waktu itu,
FAO memprediksi bahwa untuk 30 tahun ke depan, peningkatan produksi pangan
akan lebih besar daripada pertumbuhan penduduk dunia. Peningkatan produksi
pangan yang tinggi itu akan terjadi di negara-negara maju. Selain kecukupan
pangan, kualitas makanan juga akan membaik. Prediksi ini didasarkan pada data

historis selama dekade 80-an hingga 90-an yang menunjukkan peningkatan
produksi pangan di dunia rata-rata per tahun mencapai 2,1%, sedangkan laju
pertumbuhan penduduk dunia hanya 1,6% per tahun. Memang, untuk periode
2000-2015 laju peningkatan produksi pangan diperkirakan akan menurun menjadi
rata-rata 1,6% per tahun, namun ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan
laju pertumbuhan penduduk dunia yang diprediksi 1,2% per tahun.Untuk periode
2015-2030 laju pertumbuhan produksi pangan diprediksikan akan lebih rendah
lagi yakni 1,3% per tahun tetapi juga masih lebih tinggi daripada pertumbuhan
penduduk dunia sebesar 0,8% per tahun. Juga FAO memprediksi waktu itu bahwa
produksi biji-bijian dunia akan meningkat sebesar 1 miliar ton selama 30 tahun ke
depan, dari 1,84 miliar ton di tahun 2000 menjadi 2,84 miliar ton di tahun 2030
(Siswono, 2002).

Masalah kecukupan pangan dunia menjadi isu penting, dan banyak
kalangan yakin bahwa dunia sedang menghadapi krisis pangan sejak tahun 2007
karena laju pertumbuhan penduduk dunia yang tetap tinggi setiap tahun,
sementara lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit
dan akibatnya harga pangan dunia melejit. World Food Program (WFP)
menyatakan sekitar 100 juta orang di tiap benua terancam kelaparan. Badan PBB


Universitas Sumatera Utara

ini menyebut krisis pangan tersebut sebagai the silent tsunami, petaka yang
melanda diam-diam.

Kabupaten Karo sebagai salah satu penghasil padi mempunyai tingkat
produksi padi yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Produksi pada dasarnya
merupakan hasil kali luas panen dengan produktivitas per hektare lahan, sehingga
seberapa besar produksi suatu wilayah sangat tergantung berapa luas panen pada
tahun yang bersangkutan atau berapa tingkat produktivitasnya. Kondisi luas panen
di Kabupaten Karo semakin terancam dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk setiap tahun yang menyebabkan permintaan terhadap lahan perumahan
dan infrastruktur, dan perubahan fungsi lahan pertanian untuk pengembangan
industri dan lain-lain semakin meningkat. Selain luas panen, konsumsi per kapita
penduduk Kabupaten Karo juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
ketahanan pangan di Kabupaten Karo. Pemikiran belum dikatakan makan jika
belum makan nasi sudah melekat dalam budaya masyarakat Sumatera Utara
terkhususnya pada budaya masyarakat Karo yang membuat konsumsi per kapita
per tahun tergolong tinggi.


Setiap daerah di Kabupaten Karo memiliki kondisi dan karakteristik
pangan beras yang berbeda, misalnya kondisi stok beras, luas panen padi,
produktivitas lahan, jumlah konsumsi beras dan harga beras. Kondisi-kondisi
inilah yang akan digunakan untuk mengukur ketahanan pangan di Kabupaten
Karo dengan rasio ketersediaan beras di tiap daerah di Kabupaten Karo sebagai
proxy.

Berdasarkan urian diatas penulis penulis mencoba untuk menganalisis
hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan, maka penulis
memilih judul Tugas Akhir ini: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KARO TAHUN 2013”.
1.2 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara

Permasalahan ketahanan pangan telah melanda Indonesia, begitu pula yang terjadi
di Kabupaten Karo. Peningkatan produksi padi di Kabupaten Karo yang
diharapkan dapat mengimbangi peningkatan jumlah dan konsumsi penduduk di
Kabupaten Karo. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
adalah jumlah penduduk, stok beras, luas areal panen padi, produktivitas lahan,

jumlah konsumsi beras, dan harga beras. Permasalahan yang akan dianalisis
adalah bagaimana pengaruh

jumlah penduduk, stok beras, luas panen padi,

produktivitas lahan,jumlah konsumsi beras, dan harga beras terhadap ketahanan
pangan di Kabupaten Karo.

1.3 Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini agar tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
penelitian serta tepat kepada sasaran yang dituju, maka perlu diadakan
pembatasan masalah yaitu pada data ketahanan pangan tahun 2013 di Kabupaten
Karo.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
terutama ilmu Statistika yang telah dipelajari selama perkuliahan dengan cara
pengumpulan, mengamati dan memberikan penyajian data yang diharapkan dapat
dipergunakan seefisien mungkin agar pihak yang membutuhkannya dapat
mengambil suatu keputusan yang bersifat membangun, untuk memberikan

informasi tentang ketahanan pangan di Kabupaten Karo serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan
pembaca mengenai analisa korelasi, serta sebagai acuan bagi Pemerintah untuk
meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Karo.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

1.

Untuk menganalisa pengaruh stok beras, luas panen, rata-rata produksi, harga
beras, jumlah konsumsi beras, jumlah penduduk dan harga bahan bakar
terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Karo.

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan erat dengan
ketahanan pangan di Kabupaten Karo.


3.

Untuk tambahan literatur dan pengetahuan pembaca yang sedang
mempelajari analisa data yang menggunakan analisa korelasi.

1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian diantaranya
adalah:

1.

Metode Penelitian Kepustakaan (Studi Literatur)
Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan membaca dan mempelajari bukubuku ataupun literatur pelajaran yang didapat di perkuliahan ataupun umum,
serta sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

2.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk keperluan penelitian dilakukan penulis dengan
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data primer yamg

diperoleh oleh pihak lain yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel
atau diagram. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Karo. Data yang telah dikumpulkan kemudian diatur,
disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

3.

Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan adalah Analisa Korelasi serta
pengolahan data menggunakan program komputer SPSS dan Microsoft Excel.

Universitas Sumatera Utara

Korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabelvariabel. Rumus yang digunakan adalah:

n

ryx
n


Xi Y (

Xi 2

Xi

Xi )(
2

n

Y)
Y2

Y

2

dengan:

r yx

= Koefisien korelasi antara Y dan X

Xi

= Variabel bebas (indipendent)

Y

= Variabel terikat (dependent)

n

= Banyak data

1.6 Tinjau Pustaka
Penulis menggunakan buku-buku statistika untuk mendukung serta merangkum
penelitian ini, termasuk buku yang memuat informasi mengenai analisa korelasi.
Korelasi adalah salah satu analisis dalam statistik yang dipakai untuk mencari
hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif. Analisis korelasi
merupakan studi pembahasan mengenai derajat hubungan atau derajat asosiasi
antara dua variabel, misalnya variabel X dan variabel Y. Adapun pengertian
korelasi yang lebih spesifik, yaitu mengisyaratkan hubungan yang bersifat
substantif numerik (angka/bilangan). Dari definisi ini, sekaligus memperlihatkan
bahwa tujuan dari analisis korelasi adalah untuk melihat/menentukan seberapa
erat hubungan antara dua variabel.

Menurut Karl Pearson pada awal 1900, korelasi adalah istilah statistik
yang menyatakan derajat hubungan linear antara dua variabel atau lebih. Menurut
Sulaiman (2003, p.133), korelasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif dan
kualitatif.
Menurut Pratisto (2005,p.83), korelasi diartikan sebagai hubungan. Analisis
korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua atau
lebih variabel. Menurut Irianto (2004, p.133), korelasi merupakan suatu hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5