BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Kehilangan Air Pada Wilayah Pelayanan PDAM ( Tirta Nauli) Sibolga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. NON REVENUED WATER (NRW)

  Dalam penulisan Tugas Akhir ini, berpedoman pada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan meliputi: 1)

  Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang tercatat masuk ke sistem dan jumlah air yang tercatat keluar dari sistem (DPU 2009:II/22)

  2) Dalam suatu sistem penyediaan air minum tidak seluruhnya air yang diproduksi instalasi sampai ke konsumen. Biasanya terdapat kebocoran disana, sini yang disebut dengan kehilangan air (Dharmasetiawan 2004:III/19)

  Dasar teori yang dipakai dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam penulisan Tugas Akhir ini meliputi: NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, tetapi dapat dipertanggung jawabkan (Yayasan Pendidikan Tirta Dharma (YPTD),2006).

2.1.1. Definisi Kehilangan Air

  Kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen. Dengan adanya kehilangan air maka pihak PDAM akan menderita kerugian secara ekonomi dan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggunya kapasitas dan kontinuitas pelayanan. Untuk menghitung nilai kehilangan air dapat dibuat neraca kesetimbangan air. Neraca kesetimbangan air dapat dilihat pada Tabel 2.1. Melihat pada Tabel 2.1 dapat disimpulkan air yang bisa direkeningkan sama dengan konsumsi resmi berekening. Maka, Air yang Tak Bisa Direkeningkan (ATBD) adalah input sistem dikurangi konsumsi berekening.

  ATBD = Input sistem – Konsumsi Berekening

  Pada beberapa dekade lalu, diperkenalkan istilah UFW ( Unacounted-for-

  

Water ) atau Air yang tak Terhitung Kegunaannya. Istilah ini diperkenalkan ketika

perusahaan penyedia air tidak dapat menghitung untuk apa kegunaan airnya.

  Dewasa ini, perusahaan penyedia air sudah dapat menghitung semua komponen kesetimbangan air, bahkan jika air tersebut hilang. Maka, akan lebih relevan jika sekarang digunakan istilah ATBD, selain itu istilah ini lebih mudah untuk dirumuskan dan dipakai dalam perhitungan.

  Yang dimaksud dengan kehilangan air disini adalah pemakain air yang tidak di bayar. Pemakaian air yang tidak terbayar ini dapat merupakan : a.

  Kehilangan air yang dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tercatat) contohnya:

  • Pemakaian air untuk proses pengolahan/ pengoperasian sistem penyediaan air bersih, misalnya membersihkan filter atau back wash dan lain-lain.
  • Pemakaian air yang tercatat tetapi pada penggunaannya tidak berdasarkan kebutuhan yaitu sebagai contoh adalah pembukaan kran air pada pelanggan tetapi lupa untuk menutup kembali.
  • Pendistribusian air untuk kebutuhan sosial yang tidak ditagih atau tidak ada pembebanan biaya.

  b.

  Kehilangan air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tidak tercatat) contohnya :

  • Kebocoran atau kehilangan air pada jaringan pipa distribusi.
  • Pemakaian air oleh konsumen/ pelanggan yang pemakaiannya tidak tercatat baik itu karena kesengajaan,misalnya pencurian air maupun karena ketidaksengajaan, misalnya meter pelanggan tidak akurat.

2.1.2. Indikasi Non Revenued Water (NRW)

  NRW ( Non Revenue Water ) atau dapat disebut juga ATBD dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Real Losses

  disebabkan oleh kebocoran pipa, adanya sambungan pipa, overflowing reservoir dan sebagainya.

b. Apparent Losses

  • Commercial Losses disebabkan oleh konsumen yang tak terdaftar, adanya sambungan ilegal, adanya manipulasi atau penipuan dan sebagainya.
  • Metering Losses disebabkan oleh pembacaan meteran yang salah, tertimbunnya meteran, kesalahan pengujian meteran dan lain – lain.

  Kehilangan air merupakan : a.. Selisih antara volume input sistem dengan konsumsi resmi.

  b. Selisih jumlah air yang didistribusikan dan jumlah air yang diterima pelanggan.

  c. Perbedaan jumlah air yang dibaca pada meter induk dan jumlah air yang dibaca pada meter pelanggan.

  Konsumsi resmi adalah volume air bermeter dan atau tak bermeter tahunan yang dikonsumsi oleh para pelanggan terdaftar, pensuplai air dan orang-orang yang secara implisit atau eksplisit diberi kewenangan oleh pensuplai air untuk melakukannya.

  Konsumsi resmi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :

  a. Konsumsi resmi berekening Yang dimaksud konsumsi resmi berekening adalah suplai air kepada pelanggan, dengan dasar perhitungan meteran dari air yang dikonsumsi maupun dengan dasar penaksiran. b. Konsumsi resmi tak berekening Bisa meliputi elemen-elemen seperti pemadam kebakaran, penyemprotan pipa saluran air dan gorong-gorong, pembersihan jalan, pengairan taman- taman kota dan air mancur umum. Kehilangan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

  a. Kerugian Komersial Merupakan nilai bagi semua jenis ketidakakuratan yang berhubungan dengan pemeteran pelanggan dan kesalahan penanganan data ditambah konsumsi ilegal.

  b. Kebocoran Fisik Merupakan kebocoran tahunan dari sistem yang ditekan hingga ke titik pelanggan.

  Kehilangan air (Sari, 1999) berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem penyediaan air bersih ( water supply system) dengan jumlah air yang tercatat.

  Jenis kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi :

  a. Kehilangan air yang tercatat / dapat dicatat Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan kota, pemakaian air untuk penggunaan sosial yang tidak terbayar dan lain- lain.

  b. Kehilangan air yang tak tercatat Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi, pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau tidak teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya.

  Nilai kehilangan air di Indonesia dianggap masih normal jika bernilai sekitar 20% sesuai angka kehilangan air yang disarankan Departemen PU, yaitu sekitar 18%-20%, dengan perincian sebagai berikut :

  Kebocoran pada sistem distribusi : 5 % Ketelitian pengukuran meter air : 3-5% Kebocoran pipa konsumen : 5% Pemakaaian untuk O & M : 3% Kehilangan air non fisik dan lainnya : 2% Total : 18-20% Untuk perbandingan, maka akan ditampilkan kehilangan air di beberapa kota di Kehilangan air ini juga dapat dibagi menjadi : a. Kehilangan air fisik (nyata)

  Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik/nyata terbuang keluar dari sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada pipa distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup. Kehilangan air ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat. Penyebab kehilangan air fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih, terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga sering terjadi pada jaringan-jaringan pipa b. Kehilangan air non fisik (tidak nyata) Kehilangan air non fisik tidak dapat terlihat atau tidak dapat diperhitungkan dalam proses penagihan. Sebagian besar kehilangan air non fisik disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang sulit dilacak maupun ditanggulangi karena menyangkut masalah kompleks baik di dalam maupun di luar PDAM itu sendiri. Kehilangan air ini dapat merupakan kehilangan air yang tercatat maupun yang tidak. Merupakan kehilangan air yang terpakai tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya karena berbagai alasan.

  Beberapa contoh kehilangan air non fisik adalah :

  yang masih baru, dimana karena kelalaian pemasangan dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa.

  • Kesalahan membaca meteran
  • Pencatatan angka meteran pelanggan yang tidak sesuai dengan semestinya, misalnya karena aliran air terlalu kecil atau karena ketidaktelitian meter air.
  • Kesalahan-kesalahan pembuatan rekening air.
  • Adanya sambungan liar. Kehilangan air dapat terjadi baik pada unit pengolahan, pipa transmisi maupun pipa distribusi. Tetapi kehilangan air sebagian besar terjadi pada pipa distribusi, hal ini disebabkan karena pada pipa distribusi banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran air. Oleh karena itu pengendalian kebocoran air pada penelitian ini adalah pada sistem distribusi air minum. Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang tercatat
masuk ke dalam sistem dan jumlah air yang tercatat keluar dari sistem. Secara sederhana, hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

  

Kehilangan Air = Input yang Tercatat – Output yang Tercatat

  Definisi ini biasanya tidak termasuk jumlah air yang telah dibuatkan rekening, yang berarti telah tercatat tetapi belum dibayarkan. Karena itu jumlah tagihan dan tunggakan biasanya tidak dimasukkan dalam perhitungan kehilangan air.

2.1.3. Sumber – Sumber Kehilangan Air

  Kehilangan air terdiri dari bermacam-macam komponen dan pada umumnya dapat digolongkan sebagai kehilangan air secra fisik dan non fisik.

  Kehilangan air secara non fisik adalah setiap komponen yang tidak termasuk sebagai kehilangan langsung secara fisik (Laporan Batang, 2000).

  Kehilangan air secara fisik diakibatkan oleh faktor - faktor teknis pada system perpipaan seperti pencatatan meter induk tidak akurat (kurang baik), kebocoran pada reservoir, kebocoran pada sambungan pipa distribusi dan transmisi, jaringan pipa keropos (sudah tua, material kurang bagus, pemasangan pipa tidak memenuhi syarat), sambungan pelanggan gelap (tidak terdeteksi), meter pelanggan tidak akurat (perggantian meter tidak terprogram), kebocoran pada pipa dinas pelanggan (pipa servis sebelum meter air), penggunaan air untuk pencucian dan penggelontoran pipa, kualitas pipa yang digunakan, tekanan yang dihasilkan, perlengkapan perpipaan, sambungan-sambungan pipa dan lain sebagainya Sedangkan kehilangan air non fisik diakibatkan oleh faktor-faktor non teknis seperti sistem pencatatan meter induk tidak sempurna, sistem pencatatan meter pelanggan tidak baik, perlakuan pencatat meter (pencatatan ditaksir), administrasi pencatat meter tidak baik, sistem penagihan tidak sempurna, kesalahan administrasi, kesalahan pembacaan meter air, akurasi meter air, sambungan- sambungun liar, penggunaan tanpa pemakaian meter air, dan lain sebagainya.

  Tingkat kehilangan air sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah produksi air, yang ditentukan dari data produksi dan pemakaian air. Kemudian hasilnya digunakan secara luas untuk menunjukkan keadaan umum system distribusi, khususnya jumlah kebocoran yang ada. Alasannya yaitu kebocoran secara fisik biasanya merupakan komponen utama pada perhitungan kehilangan air. Namun hal ini bisa salah apabila kehilangan air secara non fisik juga menunjukkan angka yang cukup besar. Karena itu lebih baik menghitung komponen-komponen kehilangan air tersebut dengan pengukuran langsung dan kemudian menyesuaikan jumlahnya dengan tingkat kehilangan air yang ditentukan secara tidak langsung dari perkiraan data produksi dan pemakaian air.

  Pada dasarnya sumber – sumber kehilangan air sama pada setiap sistem, potensinya untuk menghasilkan kehilangan air, juga tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  Beberapa sumber kehilangan air :

  1. Meter Air

  a. Fungsi Meter Air Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan :

  • untuk mengetahui jumlah produksi air
  • untuk mengetahui besar pemakaian air keperluan pelanggan

  • untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial
  • untuk dapat memperhitungkan tarif air
  • untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan
  • untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan
  • untuk keperluan penelitian/pengendalian

  b. Ketelitian Meter Air Hasil pengujian Lembaga Pendidikan menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat diandalkan kebenaran penunjukkannya. ternyata untuk beberapa kondisi sistem pengaliran air, meter air memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi.

  Disamping kecepatan aliran, yang dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara. Sebuah instalasi penyaluran air minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi berhenti, maka sejumlah udara akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah sambungan pipa, katup yang tidak tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor. Aliran udara dalam meter air akan memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering ditemui di lapangan pada meter air konsumen. Tiap keluhan konsumen dapat diartikan sebagai suatu gejala ketidakpuasan terhadap tingkat pelayanan PDAM dan keadaan seperti ini harus dihindari sedini mungkin dengan cara :

  • Menganjurkan kepada konsumen agar menutup keran dengan sempurna dan jika ada kerusakan segera dilaporkan kepada PDAM.
  • Memperbaiki sambungan pipa distribusi yang menimbulkan kebocoran kecil, sedang dan besar.
  • Menggiatkan inspeksi keliling untuk memantau kemungkinan adanya kebocoran pipa distribusi.
  • Berusaha agar instalasi sistem distribusi bekerja secara kontinu. Tekanan yang bekerja pada pipa akan menentukan kecepatan aliran dalam pipa dan akan mempengaruhi besarnya starting flow. Starting flow adalah debit aliran terkecil yang diperlukan untuk dapat menggerakkan alat penghitung meter air. Kecepatan aliran di bawah starting flow akan mengakibatkan air tidak tercatat pada meter air.

  2. Pipa Transmisi dan Distribusi Kehilangan air pada pipa transmisi sering terjadi karena adanya kebocoran yang dipengaruhi oleh tekanan di dalam dan di luar pipa yang tidak seimbang. Beberapa hal yang mempengaruhi adalah konstruksi pemasangan, penyambungan serta kualitas material yang digunakan dan usia dari pipa. Pada pipa distribusi yang mengalirkan air kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang potensial sebagai sumber kebocoran.

  • Tekanan Tekanan dalam pipa diakibatkan oleh gaya yang bekerja dalam pipa tersebut. Gaya yang bekerja adalah gaya hidrostatis dan gaya hidrodinamis. Gaya hidrostatis adalah gaya yang diakibatkan tekanan yang bekerja pada air dalam keadaan diam di dalam pipa (DPU RI, 1974). Gaya hidrodinamis adalah gaya dorong yang dapat diberikan oleh
air yang bergerak dalam pipa. Jika dibandingkan, besar gaya hidrodinamis yang diakibatkan oleh kecepatan air dalam pipa lebih kecil dari gaya hidrostatis yang diakibatkan oleh tekanan air yang diam .

  Dalam kehilangan air, tekanan dalam pipa merupakan indikator terjadinya suatu kebocoran fisik pada jaringan distribusi. Tekanan yang besar dalam pipa akan mengakibatkan udara di dalam pipa, udara yang terakumulasi dalam pipa akan mempengaruhi peputaran propeller dari meter air.

  • Konstruksi Sambungan antar pipa ataupun dengan fitting harus kokoh. Pada lokasi penyeberangan perlu adanya jembatan pipa atau penyangga serta angker blok pada lokasi-lokasi rawan untuk meredam gaya-gaya dari luar. Penimbunan lapisan paling bawah dengan pasir, kerikil dan dipadatkan dengan tanah. sebelum penimbunan secara permanen, terlebih dahulu dilakukan pengetesan tekanan pada pipa. Untuk penyambungan pipa tergantung jenis pipa yang akan disambung. Untuk sambungan pipa persil menggunakan clamp saddle untuk mencegah terjadinya kebocoran pada sambungan ini.
  • Beban Adanya getaran lalu lintas dan beban dari luar seperti kendaraan akan mengakibatkan beban yang dipikul pipa semakin besar. beban ini dapat direduksi dengan cara penimbunan pipa yang mengikuti peraturan. Beban yang dipikul pipa akan semakin kecil pengaruhnya jika pemasangan pipa dilakukan dengan baik.

  • Kualitas Material Pemilihan kualitas material harus baik dan dilakukan dengan cermat. Hal ini akan mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada sistem jika kualitasnya buruk. Kualitas yang bagus akan berusia lebih lama dan lebih tahan terhadap gangguan.
  • Korosi Korosi internal merupakan proses korosi di dalam pipa akibat proses kimia antara air dengan pipa logam, sehingga pipa akan mudah retak/pecah jika beban bertambah atau tekanannya yang bertambah. Pengaruh kualitas air dapat menyebabkan korosi.

  3. Perlengkapan Pipa (Fitting) Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross dan valve. Kondisi system penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja yang diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah.

  Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan kebocoran terlebih – lebih jika konstruksi pemasangannya tidak bail sehingga sangat dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut.

  4. Pemakaian Air tanpa Meter Air Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air.

  Sehingga untuk beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak pasti.

  5. Sambungan Liar (Illegal Connection)

  Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar beban rekening.

  6. Pencucian Pipa (Flushing) Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat.

  Umumnya jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air agar jelas berapa jumlah pemakaiannya.

  7. Kesalahan Administrasi Administrasi kurang tertib, seperti penagihan yang kurang tertib dan tidak menurut sistem yang telah ditetapkan, proses pembacaan meter air, pencatatan meter, kesalahan pada pembukuan lainnya, proses pembuatan rekening ataupun karena petugas pembaca meter tidak membacanya.

  Pemakaian untuk infrastruktur, hidrant, taman-taman kota seringkali tidak diketahui secara pasti karena tidak ada meter air. Kesalahan administrasi akan mengacaukan dan sulit untuk dikendalikan. Jumlah pemakaian air menjadi tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga air yang terdistribusi dengan yang terpakai menjadi tidak jelas

  8. Sosial Budaya Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum meter air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja meter air, membubuhkan garam pada gelas meter air, meletakkan magnet di dekat dial merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga membayarnya menjadi murah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang dan begitu juga kesadaran untuk melapor.

  Kondisi sosial para pegawai PDAM pun kurang bertanggungjawab, petugas pembaca meter air yang merupakan ujung tombak perusahaan jika kurang bertanggungjawab akan mempengaruhi pendapatan yang sebenarnya.

  2.1..4. Metoda Pengendalian Kehilangan Air

  Kehilangan air menyebabkan kerugian pada Perusahaan Air Minum maupun bagi konsumen, baik dari segi keuangan maupun dari segi kuantitas, kualitas dan kontiniutas air. Pada dasarnya tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kehilangan air adalah lebih baik, dari pada melakukan tindakan untuk mengatasi terjadinya kehilangan air Oleh karena itu tindakan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kehilangan air merupakan suatu hal yang sangat perlu di lakukan.

  • Kehilangan air ini dapat terjadi akibat kebocoran pada jaringan pipa distribusi dan adanya sambungan tidak tercatat (illegal connection). Sumber kehilangan yang disebabkan oleh kebocoran jaringan distribusi ini biasanya diakibatkan oleh tekanan air pada pipa tersebut terlalu besar, sehingga pipa menjadi pecah atau sambungan pipa terlepas, untuk itu pencegahannya dapat dilakukan dengan cara pengendalian/pengaturan tekanan air pada jaringan pipa. Sedangkan untuk mencegah adanya sambungan tidak tercatat, maka perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya sambungan tidak tercatat.
Ada dua metode atau cara yang umum dipakai dalam usaha menyelidiki dan mencari letak sumber kehilangan air ditinjau dari segi pengambilan inisiatif adalah sebagai berikut: a.

  Penyelidikan secara Pasif Pada metode ini tidak dilaksanakan pengukuran atau deteksi kehilangan air, tidak membentuk team khusus tapi hanya berdasarkan pada kebocoran yang dilaporkan oleh masyarakat, polisi dan petugas PDAM, seperti adanya genangan air di jalan raya atau munculnya keluhan dari konsumen karena tekanan pada jaringan distribusi sangat rendah, ataupun karena air yang sampai pada pelanggan kurang memenuhi kriteria yang seharusnya.

  b.

  Penyelidikan secara Aktif Metode menyelidiki secara aktif adalah penyelidikan dan pencarian letak sumber kehilangan air dengan usaha melakukan pendeteksian dan pengukuran di lapangan yang meliputi:

  • Sonding secara teratur

  Penyelidikan kehilangan air dengan mendeteksi suara aliran air dengan bantuan peralatan atau memakai alat detektor kebocoran air. Prinsip kerja alat tersebut adalah menangkap suara aliran air akibat kebocoran yang terjadi. Metode ini dilaksanakan dengan mendengarkan karakteristik kebocoran melalui alat pencari kebocoran yang dihubungkan dengan pipa, katup atau hidran secara rutin dilakukan oleh team pengawas kebocoran pipa transmisi dan distribusi, dengan memakai alat

  detector . Agar mendapat hasil yang cukup akurat maka

  sebaiknya dilakukan pada malam hari pada saat aliran minimum atau saat tidak ada pemakaian . Hal ini dikarenakan saat aliran minimum tekanan dalam pipa relatif tinggi sehingga bila terdapat kebocoran maka akan mudah terdeteksi karena aliran cukup deras.

  • Pengendalian Tekanan Kebocoran air pada jaringan pipa antara lain disebabkan oleh tekanan air pada jaringan pipa tersebut terlalu besar sehingga dapat mengakibatkan pipa menjadi pecah atau sambungan pipa menjadi lepas. Untuk itu disarankan tekanan air pada jaringan pipa distribusi tidak lebih kecil dari 10 meter kolom air (1 atm), dan tidak terlalu besar dari 40 m kolom air (4 atm), namun demikian sebenarnya tekanan air maksimal lebih dipengaruhi oleh jenis pipa yang dipasang. Pengendalian terkanan merupakan pengendalian secara preventif atau pencegahan. Metode ini merupakan cara yang sederhana dan cepat . Penurunan tekanan dapat dilakukan dengan cara antara lain mengurangi tekanan pada pompa, memasang break pressure tank dan pressure reducing valve.
  • Pengukuran zona (Zone Metering)

  Pada metode ini terlebih dahulu daerah distribusi di bagi menjadi beberapa distrik/zona sehingga aliran masuk dan keluar dari distrik tersebut dicatat oleh meter induk yang ditempatkan secara starategis untuk mengisolasi distrik/zona tersebut, penyelidikan ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:

  • Zone Metering Pengukuran besarnya pemakaian air melalui meter induk distrik tersebut, kemudian dibandingkan dengan jumlah air yang tercatat pada langganan, sehingga diketahui besarnya kehilangan air pada distik tersebut.
  • Waste Metering Penyelidikan kehilangan air berdasarkan besarnya aliran malam minimum yang merupakan indikator terjadinya kehilangan air, dengan pengukuran yang diasumsikan, bahwa pemakaian air pada malam hari merupakan aliran yang disebabkan oleh kebocoran.

  c.

  Klasifikasi Non Revenued Water (NRW)

  

Non Revenued Water (NRW) merupakan jumlah air yang tidak tercatat

  dan air yang tidak menjadi penghasilan. NRW diklasifikasikan menjadi:

  • Un-Accounted For Water Air yang tidak tercatat (terukur) tidak dapat di pertanggung jawabkan. Air yang hilang tidak terpantau, tidak diketahui lokasi dan kedudukannya.
  • Non Revenued Water

  Air yang tidak menjadi penghasilan dapat dipertanggung jawabkan. Air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat di rekeningkan. Kehilangan air dapat dijelaskan dalam gambar 2.1 berikut ini.

  Gambar 2 1 Diagram kehilangan air (YPTD,2006)

  Pada diagram diatas, air yang menjadi pendapatan adalah air yang tercatat, tertagih dan terbayar, selebihnya air yang hilang sebagai kehilangan air secara fisik dan kehilangan air secara komersial (non fisik).

  Kehilangan air secara komersial AIR SECARA FISIK Kebocoran Sambungan tidak sah Pemakaian yang tidak tercatat dlm meter Pemakaian oleh masy. tidak melalui meter Pemakaian tidak tertagih Air Bersih yang diproduksi Air Bersih yang dikonsumsi Air Bersih yang melalui meter Air Bersih yang tercatat dalam meter Pendapatan dari Air Tercatat dalam meter tertagih dan terbayar KEHILANGAN AIR KOMERSISL d.

  Manfaat Pengendalian NRW Manfaat utama pengendalian NRW diperoleh dari penghematan ekonomi atau pendapatan yang semakin meningkat oleh karena itu pelaksanaan pengukuran pengendalian NRW pada umumnya hanya berguna apabila keuntungan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari pada biaya pelaksanaan pengukuran pengendalian kebocoran itu sendiri. Maka besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan dari aplikasi pengukuran pengendalian NRW akan memberikan dua sumber yang terpisah, sumber-sumber ini menghasilkan keuntungan sebagai berikut:

  • Penurunan biaya operasi tahunan
  • Penundaan pola modal atau bagian pola modal diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan (sumber, reservoir, pekerjaan penjernihan instalasi, pipa dan lain sebagainya).

2.2. PEMBUATAN NERACA AIR

  Neraca air adalah sebuah cara atau metode perhitungan kehilangan air yang diluncurkan oleh International Water Association (IWA), yang memudahkan dalam menganalisis kehilangan air . Semua istilah yang digunakan pada neraca air disusun secara berurutan karena biasanya membaca neraca air dari kiri ke kanan. Data-data yang dipergunakan untuk pembuatan Neraca Air adalah :

  • Debit yang masuk ke sistem
  • Konsumsi bermeter berekening
  • Ketidak akuratan meter pelanggan
  • Kehilangan air

  • Kehilangan fisik
  • Kehilangan non fisik/komersial

  

Tabel 2 1 Neraca Air

Konsumsi Konsumsi Bermeter Berekening (8)

  Resmi Air Berekening Berekening

  (ABR) (17) Konsumsi Tak Bermeter Berekening (9) (4) Konsumsi

  Resmi (2) Konsumsi Konsumsi Bermeter Tak Berekening (10) Resmi Tak

  Berekening Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening Volume (5)

  Suplai (11) Input

  Kehilangan Konsumsi Tak Resmi (12) ke non Teknis dalam /

  Air Tak Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Sistem Komersial

  Berekening Kesalahan Penanganan Data (13) (1) (6)

  (NRW) (18) Kehilangan Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Pipa Air (3)

  Induk (14) Kehilangan Kebocoran dan Limpahan pada Tanki Fisik /

  Reservoar (15) Teknis (7) Kebocoran pada Pipa Dinas hingga Meter Pelanggan (16)

  Keterangan :

  1) Volume input sistem

  Volume input air yang sudah diolah yang dimasukkan ke dalam bagian jaringan air minum yang diperhitungkan dalam neraca air.

  2) Konsumsi resmi

  Volume air bermeter / atau tak bermeter yang diambil oleh pelanggan terdaftar / resmi, supplier air dan pihak-pihak lain secara implisit maupun eksplisit memang mendapat izin resmi untuk mengambil air, baik untuk rumah tinggal, perdagangan maupun keperluan industri, konsumsi ini bisa berekening bisa tidak, bisa bermeter bisa tidak.

  3) Kehilangan Air

  Selisih antara input sisitem dan konsumsi resmi. Kehilangan air dapat dianggap volume total untuk seluruh jaringan, atau sebagian jaringan seperti transmisi atau distribusi, atau zona-zona terbatas. Kehilangan air terdiri atas kehilangan fisik dan kehilangan komersial.

  4) Konsumsi Resmi Berekening

  Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi pendapatan juga dikenal sebagai air berekening atau air berpendapatan, setara dengan konsumsi berekening bermeter ditambah konsumsi berekening tak bermeter.

  5) Konsumsi Resmi Tak Berekening

  Komponen-komponen konsumsi resmi yang sah pemakaiannya tetapi tidak dikenai pembayaran karenanya tidak menjadi pendapatan. Setara dengan konsumsi tak berekening bermeter ditambah konsumsi tak berekening tak bermeter.

  6) Kehilangan Komersial

  Mencakup semua jenis ketidak akuratan terkait dengan meter pelanggan, kesalahan penanganan data (baik pembacaan meter maupun perekeningan), dan konsumsi tak resmi (pencurian air atau penggunaan air secara illegal). Kehilangan komersial disebut juga

  

Apparent Losses oleh International Water Association dan dibeberapa Negara di gunakan istilah “Kehilangan Non Teknis.” yang sebenarnya kurang tepat karena kesalahan pada meter pelanggan misalnya sebenarnya merupakan persoalan teknis.

  7) Kehilangan Fisik

  Kehilangan air secara fisik dari sistem bertekanan dan tanki- tanki/tandon-tandon penyimpanan air, sampai ke titik penggunaan oleh pelanggan. Pada jaringan yang pelanggan-pelanggannya dipasangi meter, titik penggunaan pelanggan tersebut adalah meter pelanggan, Bila tidak bermeter, titik tersebut adalah titik pertama (stop kran atau kran) pertama di dalam persil pelanggan.

  Kehilangan Fisik disebut juga Real Losses oleh International

  

Water Association dan di beberapa negara di sebut “Kehilangan

  Teknis.”

  8) Konsumsi Berekening Bermeter

  Semua konsumsi bermeter yang juga dikenal pembayaran (direkeningkan). Ini mencakup semua kelompok pelanggan baik domestik, perdagangan, industri atau perkantoran dan juga termasuk air curah yang disalurkan keluar jaringan pelayanan PDAM yang bermeter dan direkeningkan.

  9) Konsumsi Berekening Tak Bermeter

  Semua konsumsi resmi yang dihitung berdasarkan estimasi atau cara-cara perhitungan tertentu tetapi tidak bermeter. Bisa jadi merupakan komponen yang sangat kecil bila semua konsumsi bermeter (misalnya rekening yang didasarkan pada estimasi ketika meter pelanggan rusak) tetapi akan menjadi komponen konsumsi yang terpenting pada PDAM yang tidak menerapkan meter pelanggan. Komponen ini mencakup juga air curah yang disalurkan ke luar batas jaringan pelayanan PDAM tanpa meter pelanggan tetapi dikenai rekening.

  10) Konsumsi Tak Berekening Bermeter

  Konsumsi bermeter yang karena alasan tertentu tidak dikenai pembayaran, contohnya termasuk konsumsi bermeter yang digunakan sendiri oleh PDAM atau air yang disalurkan secara cuma-cuma kepada instansi tertentu, termasuk air yang ditransper dari jaringan yang diberi meter tetapi tidak direkeningkan.

  11) Konsumsi Tak Berekening Tak Bermeter

  Setiap jenis konsumsi resmi yang tidak dimeteri dan tak dikenai pembayaran . Komponen ini biasanya berupa pemakaian untuk pemadam kebakaran, pencucian pipa dan saluran pembuangan , pembersihan jalan dan lain-lain. Pada PDAM yang dikelola dengan baik komponen ini biasanya kecil sekali tetapi sering dibesar- besarkan. Secara teoritis seharusnya termasuk air yang disalurkan keluar jaringan yang tidak bermeter dan tidak berekening, meskipun kasusnya jarang.

  12) Konsumsi Tak Resmi

  Setiap penggunaan air secara tak resmi atau tak sah ini termasuk penggunaan secara illegal dari hidran misalnya air hidran diambil secara tidak sah untuk proyek konstruksi sambungan liar pada meter pelanggan.

  

13) Meter Pelanggan Tidak Akurat dan Kesalahan Penanganan

Data

  Kehilangan air secara komersial yang disebabkan oleh ketidak- akuratan meter pelanggan dan kesalahan penanganan data ketika membaca meter atau memasukkan data untuk rekening.

  14) Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Distribusi

  Air yang hilang melalui kebocoran atau pecahnya pipa transmisi dan distribusi bisa berupa kebocoran yang kecil dan belum terlapor (misalnya kebocoran pada joint). Kebocoran besar yang terlapor dan diperbaiki tetapi tentu saja sudah bocor untuk jangka waktu tertentu sebelum di perbaiki.

  15) Kebocoran dan Luapan Reservoir

  Air yang hilang akibat kebocoran struktur tanki atau luapan pada tanki baik yang disebabkan masalah operasional maupun teknis.

  16) Kebocoran pada Pipa Dinas sampai Titik Meter Pelanggan

  Air yang hilang dari kebocoran dan kerusakan pada pipa dinas mulai dan termasuk titik tapping sampai titik penggunaan pelanggan. Bila sambungan pelanggan di pasangi meter, titik ini adalah meter pelanggan , dan bila tidak dipasangi meter titik ini adalah titik pertama pelanggan mengambil air (stop kran/kran pertama) di dalam persil pelanggan. Kebocoran pada pipa dinas bisa berupa kerusakan yang terlapor tetapi sebagian besar berupa kebocoran kecil-kecil yang tidak muncul ke permukaan dan air merembes atau mengalir dalam jangka waktu lama.

  17) Air Berekening

  Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi pendapatan (disebut juga konsumsi resmi berekening).

  Setara dengan konsumsi berekening bermeter plus konsumsi berekening tak bermeter.

  18) Air Tak Berekening

  Komponen-komponen input sistem yang tidak dikenai pembayaran dan tidak menjadi pendapatan . Setara dengan konsumsi resmi tak berekening plus kehilangan fisik dan kehilangan komersial.

  Dengan menggunakan rumus ini kita bisa langsung mengetahui mana kebocoran yang tinggi atau rendah dibanding dengan panjang pipa, hal ini menjadi penting karena besar persen kehilangan air belum bisa di katakan tinggi, dan kecil persen kehilangan air dikatakan rendah apabila di lihat dari panjang pipa. Rumus :

  

ILI = CAPL/MAAPL ........................................................................(2.1)

  Dimana : CAPL : (Current Annual Physical Losses)

  Kehilangan Fisik / teknis tahunan saat ini MAAPL : (Minimum Achhievable Annual Physical Losses)

  Kehilangan Fisik / teknis tahunan minimal yang dapat dicapai Merupakan tingkat kebocoran yang dapat diperkirakan dalam situasi dimana infrastruktur dalam kondisi baik dan kontrol kebocoran aktif dilakukan. Menghitung MAAPL dengan menggunakan rumus empiris standar :

  MAAPL (L/hari) = (18 x LM + 0.8 x NC + 25 x LP) x P ...............(2.2)

  Dimana: LM = Panjang pipa induk (km) NC = Jumlah sambungan rumah atau tapping LP = Panjang pipa dinas dari batas persil ke meter pelanggan dikalikan dengan jumlah SR (km) P = Tekanan rata-rata (m)

2.3. MATRIK TARGET KEBOCORAN

  Dari hasil perhitungan ILI, kemudian bandingkan dengan matriks target, yaitu tabel kehilangan fisik/teknis yang disederhanakan untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja relatif PDAM. Hasil penilaian berupa perkiraan kebocoran dalam liter per sambungan per hari yang disesuaikan dengan tekanan aliran air dalam sistem jaringan distribusi seperti dalam

Tabel 2.2 dibawah ini :

  

Tabel 2 2 Matrik dan Target Kebocoran

KATEGORI KINERJA TEKNIK

  ILI KEBOCORAN (ltr/sambungan/hari) SISTEM DENGAN TEKANAN : 10m 20m 30m 40m 50m

  N E G A RA M A JU A 1 -2 < 50 < 75 < 100 < 125 B 2 - 4 50 - 100 75 - 150 100 - 200 125 – 250 C 4 - 8

  100 -200 150 - 300 200 - 400 250 -500 D > 8 > 200 > 300 > 400 > 500

  • – B A NG

  N E G A RA B ERK EM

  A 2 - 4 < 50 <100 < 150 < 200 < 250 B 4 - 8 50 - 100 100 - 200 150 - 300 200 - 400 250 – 500 C 8 - 16

  100 -200 200 - 400 300 - 600 400 - 800 500 – 1000 D > 16 > 200 > 400 > 600 > 800 > 1000

  Dalam ILI ada hasil penilaian untuk menentukan tindak lanjut dari hasil perhitungan sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan untuk pengendalian NRW yang disesuaikan dengan golongan (rekomendasi International Water Association) yaitu:

  1) Penurunan kehilangan lebih lanjut mungkin tidak efisien, kecuali terdapat kelangkaan air baku.

  Golongan A

  2) Perlu perhitungan lebih teliti untuk mempertimbangkan Cost Efectiveness.

  Golongan B

  Potensial untuk penurunan kehilangan air, pertimbangkan untuk pengelolaan tekanan, pengendalian kebocoran aktif, yang lebih baik, dan pemprograman pemeliharaan pipa.

  Golongan C

  1) Kinerja tingkat kehilangan air yang buruk, bisa ditoleransi apabila terdapat air baku yang berlimpah dan harga jual rata yang rendah.

  2) Melakukan analisis komponen kehilangan air dan mengintensifkan upaya penurunan kehilangan air.

  Golongan D

  1) Penggunaan sumber daya yang sangat tidak efisien

  2) Program penurunan kehilangan air sangat penting dan merupakan prioritas utama.

  Dari hasil perhitungan ILI kemudian dapat dilakukan penilaian sesuai dengan nilai ILI termasuk yang bagus, sedang, atau yang jelek sesuai dengan kriteria nilai ILI di bawah ini.

  Nilai ILI :

  1) 1 – 12, bisa dikatakan bagus untuk negara maju. 2) 12 – 36, bisa dikatakan sedang untuk negara berkembang. 3) 36 ke atas, bisa dikatakan sangat jelek untuk negara berkembang.

2.4. KERUGIAN AKIBAT KEHILANGAN AIR

  Adanya kehilangan air dapat mengakibatkan kerugian baik bagi PDAM maupun bagi konsumen. Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan menjadi :

  1) Kerugian dari segi kuantitas (Debit)

  Dengan adanya kehilangan air, maka jumlah air yang dapat digunakan oleh konsumen menjadi berkurang.

  2) Kerugian dari segi tekanan

  Adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa distribusi dan adanya sambungan yang tidak tercatat/illegal

  connection ) dapat mengakibatkan berkurangnya tekanan air yang dialirkan ke konsumen.

  3) Kerugian dari segi kualitas air

  Jika ada kebocoran air, maka pada saat pipa tidak terisi air atau terjadi tekanan negatif (siphon) ada kemungkinan kotoran dari luar pipa masuk ke dalam pipa, sehingga air yang ada di dalam pipa terkontaminasi oleh kotoran dari luar pipa tersebut.

  4) Kerugian dari segi keuangan (Ekonomi)

  Akibat dari adanya kehilangan air ini maka akan mengakibatkan kerugian dari segi keuangan bagi Perusahaan Air Minum. Dengan adanya kehilangan air ini maka biaya produksi per meter kubik air akan meningkat dan pendapatan hasil penjualan air akan berkurang, sehingga secara keseluruhan keuntungan yang didapat Perusahan Air Minum akan mengecil.

2.5. PENGENDALIAN NON REVENUED WATER (NRW) 2.5.1.

   Zoning dan isolasi jaringan

  Pembentukan zona jaringan distribusi bertujuan untuk meminimalkan kesulitan penanganan apabila terjadi gangguan pada sistem pengaliran di jaringan distribusi serta mempermudah dalam pemeliharaan dan menekan tingkat NRW yang terjadi.

  Untuk memudahkan pengendalian, tiap Zona terbagi atas beberapa Sub Zona. Sub Zona merupakan bagian-bagian kecil dari Zona yang berfungsi untuk memonitor keadaan jaringan secara lebih detil.

  Zona dibentuk dengan memberikan batas-batas yang jelas antar zona, sehingga jaringan di dalam zona menjadi stabil terhadap pengaruh dan gangguan dari luar (zona lain). Aliran masuk dan keluar dari zona dapat diketahui dengan jelas, dan zona dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diisolasi. Oleh karena itu terdapat beberapa valve isolasi di dalam suatu zona.

  Pada pipa masuk dan keluar zona terdapat water meter zona yang sering juga disebut Water Meter District. Water meter tersebut berfungsi sebagai alat ukur konsumsi air zona dan juga alat analisis kebocoran. Pembentukan zona dapat bersifat sementara dan permanent.

  Untuk memudahkan pengendalian, tiap Zona terbagi atas beberapa Sub Zona. Sub Zona merupakan bagian-bagian kecil dari Zona yang berfungsi untuk memonitor keadaan jaringan secara lebih detil. a.

  Keuntungan pembentukan zona :

  • Mempermudah monitoring pemakaian air oleh pelanggan yang dicocokkan dengan meter induk zona atau blok monitoring (sub zona), sehingga dapat cepat diketahui tingkat kebocoran di setiap zona atau blok.
  • Mempermudah pencarian kebocoran pipa distribusi karena areal monitoringnya terbagi menjadi zona-zona atau blok dengan jumlah pelanggan lebih kurang 2000 pelanggan.
  • Diharapkan dengan dibentuknya areal distribusi menjadi zona– zona atau blok, tekanan dan suplai air akan merata.
  • Mempermudah penjadwalan penggantian meter produksi, meter induk dan meter pelanggan.
  • Mempermudah pelacakan sambungan liar (illegal conection).

  b.

  Kerugian pembentukan zona :

  • Butuh biaya besar
  • Penambahan valve dan accesories yang banyak
  • Butuh perawatan besar c.

  Penentuan batas zona Selain faktor hidrolis, pada prinsipnya batasan zona ditetapkan berdasarkan faktor-faktor kemudahan dalam pelaksanaan pengendalian kehilangan air dan juga pelaksanaan maintenance lainnya. Waktu dan tenaga dalam operasional pengendalian NRW menjadi pertimbangan pokok dalam menyusun rencana zona. Setiap zona yang telah terbentuk harus terisolasi dengan zona yang lain dan masing –masing zona akan dilayani melalui meter distrik zona. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan batas zona antara lain :

  • Ukuran Zona Faktor yang dominan dalam penentuan ukuran zona adalah pertimbangan waktu dan kemampuan team pengendalian NRW beserta peralatannya untuk melaksanakan pengendalian dalam satu zona. Dalam menentukan ukuran zona juga perlu mempertimbangkan tenaga yang diperlukan serta biaya awal yang diperlukan untuk pembentukan zona, misalnya untuk perbaikan atau pemasangan katup-katup serta meter air. Ukuran zona dan sub zona tergantung pada bentuk jaringan distribusinya.
  • Batas Zona Menentukan batas zona sangat fleksible, namun sedapat mungkin memanfaatkan batas geografi yang ada di daerah distribusi, misalnya batas administratif, sungai, jalan dan lain sebagainya dengan tujuan memperkecil biaya pemasangan

    accesoris zona dan juga memudahkan pengisolasian jaringan. Batas zona harus ditetapkan untuk memastikan bahwa zona meliputi suatu daerah yang terutama tipe perkembangan yang sama dan tidak ada hidrolik yang terputus. Dalam merencanakan batas zona perlu memperhatikan peta lokasi, peta jaringan pipa yang ada dan gambar-gambar data dan melaksanakan survei lapangan. Hal ini dilakukan karena

batas-batas zona ditentukan oleh jaringan pipa yang terpasang dan juga oleh batas geografi yang ada di daerah distribusi, misalnya sungai, jalan, rel kereta api dan sebagainya.

  • Sambungan Pelanggan dalam Zona Dalam merencanakan pembentukan zona perlu diadakan survei jumlah pelanggan di dalam daerah (zona) yang akan dibentuk, di samping untuk mengetahui kondisi meter pelanggan dan sistem pengambilan air oleh pelanggan yang kaitannya dengan penekanan kebocoran. Bila merencanakan suatu zona, potensi penambahan jumlah konsumen di dalamnya perlu diperhatikan dan ukuran meter harus disesuaikan dengan jumlah pelanggan. Jumlah/potensi sambungan rumah/pelanggan dalam suatu zona jangan terlalu banyak namun juga jangan terlalu sedikit. Penetapan jumlah pelanggan juga berpedoman pada keterbatasan waktu, kemampuan tenaga dan beban biaya dalam pelaksanaan pengendalian NRW. Ukuran zona yang tepat untuk distrik metering untuk kota besar adalah terdiri dari 2000 – 5000 pelanggan, apabila > 5000 pelanggan akan menjadi kurang efektif untuk menentukan daerah kebocoran dan apabila < 2000 pelanggan, maka akan membutuhkan biaya awal yang tinggi untuk pemasangan meter dan pengoperasiannya. Sedangkan untuk
kota sedang dan kecil sebaiknya jumlah sambungan tiap zona lebih kecil dari 2000 sambungan.

  Dalam merencanakan suatu zona, perlu diperhitungkan kemungkinan bertambahnya jumlah sambungan pelanggan pada zona tersebut. Pada awalnya jumlah pelanggan dalam zona yang direncanakan tidak perlu persis benar jumlahnya, tetapi apabila pengoperasian sistem zona dilaksanakan maka jumlah pelanggan yang sebenarnya perlu diketahui untuk menghitung jumlah aliran pada malam hari. Survei pelanggan berdasarkan pada catatan jumlah rekening yang merupakan sumber yang tepat dalam menentukan jumlah konsumen setiap jalan, sehingga apabila ada batas zona yang membagi 2 jalan, maka jumlah pelanggan dapat dibagi untuk setiap daerah. Data pelanggan dapat pula digunakan untuk menghitung kebutuhan node (titik) dalam analisa jaringan distribusi di komputer.

  • Elevasi Zona Penentuan elevasi zona sedapat mungkin memiliki elevasi yang relatif datar. Fluktuasi elevasi yang relatif datar pada suatu zona sangat memudahkan pengaturan zona baik operasional maupun pemeliharaan. Fluktuasi elevasi pada suatu zona sebaiknya memiliki beda tinggi 10-40 meter langsam dengan slope maksimum ± 0.005.

  • Panjang Pipa Zona Menentukan perkiraan panjang pipa dalam zona didasarkan atas pertimbangan waktu yang digunakan untuk pengelolaan pendeteksian NRW dengan sounding sepanjang jalur pipa yang diindikasikan ada NRW. Mempertimbangkan hal tersebut maka untuk kota besar panjang pipa dalam satu zona berkisar antara 12.000 s/d 70.000 meter. Panjang pipa tersebut dipandang dalam 2 dimensi yaitu ukuran panjang dan lebar, namun meliputi jaring-jaring yang tersusun di dalam sistem zona. Panjang pipa dijadikan salah satu pedoman dalam pembentukan zona sebagai bahan referensi kemungkinan pengembangan SR dengan asumsi 1 SR dilayani oleh pipa sepanjang 7 s/d 15 meter. Jadi apabila jumlah SR tidak terpenuhi maka panjang pipa bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan batasan zona.
  • Perpipaan Zona Pemilahan pipa di dalam zona penting sekali untuk efisiensi pembentukan zona. Pipa transmisi dan distribusi yang relatif besar (> 250 mm) sebaiknya dikeluarkan dari zona/ distrik untuk menghindari biaya pemasangan valve dan water meter ukuran besar yang mahal. Di samping itu juga pemilahan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian aliran.
d.