II.A.1.a.2 2 Buku Referensi Klaster Perikanan Tunggal

  PENGEMBANGAN KLASTER PERIKANAN SUATU PENGEMBANGAN SISTEM Chaterina Agusta Paulus Buku ini akan menyajikan perubahan cara pandang dari ekonomi hijau dan ekonomi biru, pengejawantahan kebijakan pemerintah dalam percepatan ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan serta bagaimana menghadapi sumberdaya perikanan dengan dinamika pengembangan dari pendekatan sistem. Isi buku ini mengandung prinsip-prinsip umum,

kerangka teoritis, dan metodologi serta pemecahan contoh kasus yang terkait dengan PENGEMBANGAN

pengembangan klaster perikanan. Buku ini merupakan kesatuan metodologi yang dapat dipakai dalam pengembangan klaster perikanan maupun klaster di sektor usaha atau jasa lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan metode atau teknik yang ada dalam buku ini dapat dipakai secara terpisah sesuai dengan peruntukkannya atau sebagai penunjang

  KLASTER dalam melakukan penilaian dalam pengembangan kluster perikanan atau sektor usaha atau jasa lainnya.

  Dr. Chaterina Agusta Paulus, M.Si adalah Dosen pada Program PERIKANAN

  Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Nusa Cendana. Memperoleh gelar Doktor dan mendapatkan Piagam Penghargaan Prestasi Akademik pada Wisuda Tahap I Tahun Akademik 2012/2013

SUATU PENDEKATAN SISTEM

  sebagai Lulusan Terbaik Program Pendidikan Doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis juga mendapatkan beberapa pendidikan informal di Belanda dan Afrika Selatan, yang bersangkutan juga aktif di berbagai pertemuan ilmiah nasional dan internasional. Telah mendapatkan beberapa skim penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui hibah kompetitif nasional dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan menulis beberapa buku, jurnal ilmiah dan koran pada tingkat nasional dan internasional. Penulis juga pernah menjadi tenaga ahli pada beberapa lembaga pemerintah dan institusi nasional juga internasional di bidang kelautan dan perikanan seperti The Nature Conservancy (TNC), DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Dewan Konservasi Perairan Provinsi NTT, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT, dan Badan Perencana Pengembangan Daerah (BAPPEDA) NTT. Pernah menjadi Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (LPMT) Undana dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran (LPPP) Undana.

  UND Penerbit UNDANA Press Kampus UNDANA Penfui Kupang

  AN Jl. Adisucipto Penfui, Kotak Pos 104, Kupang 85001, NTT

  A P Telp.(0380) 881580 Email : puskomundana@yahoo.com   r ess UNDANA Press

ISBN: 978-602-6906-24-3

  

Pengembangan Klaster

Perikanan

  

Chaterina Agusta Paulus

UNDANA Press

SUATU PENDEKATAN SISTEM

PENGEMBANGAN KLASTER PERIKANAN

  SUATU PENDEKATAN SISTEM Chaterina Agusta Paulus Copyright © 2016 Chaterina Agusta Paulus Editor : Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe Desainer Sampul & Tata Letak : Devid Susilo & Tony Prabowo Sumber Gambar Sampul : https://anekamesinpengemas.com

  ISBN: 978-602-6906-23-6 Penerbit UNDANA Press Kampus UNDANA Penfui Kupang Dicetak oleh Percetakan Muara Cipta Kreasi Epicentrum Walk Lt. 17 - B7 17, Komp. Rasuna Epicentrum Jl. HR. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan - 12940 Telp. +6221 2991 2275 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang merubah isi dan memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penulis

  Kata Pengantar

  UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Definisi perikanan ini memiliki dua kata kunci yakni pengelolaan dan pemanfaatan yang muaranya adalah suatu sistem bisnis perikanan. Seperti apakah sistem bisnis perikanan yang dimaksud? Buku ini akan menjelaskan bagaimana konsep berpikir dari ekonomi hijau menuju perubahan ekonomi biru. Isi buku ini mengandung prinsip- prinsip umum, kerangka teoritis, dan metodologi serta pemecahan contoh kasus yang terkait dengan pengembangan klaster perikanan. Buku ini merupakan kesatuan metodologi yang dapat dipakai dalam pengembangan klaster perikanan maupun klaster di sektor usaha atau jasa lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan metode atau teknik yang ada dalam buku ini dapat dipakai secara terpisah sesuai dengan peruntukkannya atau sebagai penunjang dalam melakukan penilaian dalam pengembangan klaster perikanan atau sektor usaha atau jasa lainnya.

  Pendekatan sistem dalam buku ini mengungkapkan bagaimana cara berpikir sistematik terhadap pengembangan usaha perikanan yang kompleks. Pendekatan sistem dipakai dalam rangka mewujudkan klaster perikanan yang dikenal dengan klaster minapolitan sebagai suatu upaya pemerintah dalam mendorong perekonomian kelautan dan perikanan (ekonomi biru). Pada akhir dari bab ini (Bab 6) yang merupakan kunci pendekatan sistem yang sederhana melalui pemodelan dinamis dari kompleksitas usaha perikanan. Buku ini terdiri dari 6 Bab yang disusun berdasarkan tahapan pemahaman kebijakan pengembangan perekonomian yang berlaku di Indonesia dan metodologi pendekatan sistem dalam pengembangan klaster perikanan. Pemahaman teori dan konsep ekonomi biru dan masterplan percepatan dan pembangunan ekonomi (MP3EI) dijelaskan pada Bab 1, sedangkan prinsip-prinsip dasar tentang pendekatan sistem dan klaster perikanan disajikan pada Bab 2 dan Bab 3.

  Bab 4 terdiri atas penilaian tingkat perkembangan wilayah, sementara Bab

  5 menyajikan prinsip penilaian kesesuaian wilayah baik secara ekologis maupun finansial. Pendekatan sistem dinamis perikanan disajikan pada

  Bab 6 mengetengahkan hasil penelitian penulis ke dalam simulasi dinamis perikanan. Berbagai bentuk buku, jurnal atau hasil penelitian banyak dapat diakses terkait informasi pendekatan sistem terkait pengembangan klaster yang mungkin telah banyak menyajikan berbagai informasi terkait dengan pendekatan sistem perikanan. Namun demikian, setiap buku mempunyai karakteristiknya masing-masing. Buku ini berbeda dengan tulisan ilmiah tentang pendekatan sistem, buku ini disusun berdasarkan pemahaman dan pengalaman penulis dalam menggunakan teknik dan proses analisis yang cukup lama dan sudah dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Struktur buku ini terdiri dari tiga bagian yakni pemahaman dasar teoritis, pemahaman terkait metodologi dan contoh kasus penggunaan metodologi yang disajikan secara sistematis. Harapan penulis bahwa buku ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat dicerna dengan mudah, inspirasi maupun ide ataupun pemikiran lain yang membangkitkan semangat dalam melakukan penelitian dan pengembangan dalam khasanah keilmuan. Akhirnya, penulis ingin menyampaikan suatu kalimat bijak “a room without books is like a body without a soul” demikian penulis seperti ‘ruang’ yang selalu mengharapkan adanya ‘buku-buku’ yakni saran maupun kritik demi perbaikan buku ini maupun buku lainnya di masa mendatang. Kupang, November 2016 Chaterina Agusta Paulus

  Daftar Isi

  Kata Pengantar ................................................................................................... iii Daftar Isi .............................................................................................................. v Daftar Tabel ....................................................................................................... vii Daftar Gambar ................................................................................................... ix

  Bab 1 Ekonomi Biru dan MP3EI ...................................................................... 1

  1.1 Pendahuluan ..................................................................................... 1

  1.2 Ekonomi Biru Indonesia ................................................................. 2

  1.3 Pengembangan Ekonomi Biru ........................................................ 7

  1.4 Strategi dan Upaya Pengembangan Ekonomi Biru (Sumber: Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru oleh Dewan Kelautan RI, 2012) ................ 9

  1.5 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) di Indonesia 2011-2025 ............................... 21

  1.6 Penutup ............................................................................................ 38

  Bab 2 Pendekatan Sistem ................................................................................. 41 Bab 3 Klaster Perikanan................................................................................... 45

  3.1 Pendahuluan ................................................................................... 45

  3.2 Pengembangan Wilayah dalam Perspektif Development from Below ..............................................................46

  3.3 Konsep Pengembangan Minapolitan .......................................... 47

  3.4 Penutup ........................................................................................... 51

  Bab 4 Tingkat Perkembangan Wilayah ......................................................... 53

  4.1 Pendahuluan ................................................................................... 53

  4.2 Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah ........ 53

  4.3 Analisis Tipologi Wilayah ............................................................. 54

  4.4 Analisis Skalogram-Sentralitas ..................................................... 62

  4.5 Penutup ............................................................................................ 68

  Bab 5 Kesesuaian Lahan dan Kelayakan Usaha ............................................ 69

  5.1 Pendahuluan ................................................................................... 69

  5.2 Kesesuaian Lahan ........................................................................... 69

  5.3 Daya Dukung Lahan ...................................................................... 72

  5.4 Penutup ............................................................................................ 82

  Bab 6 Sistem Dinamis Perikanan ................................................................... 83

  6.1 Pendahuluan ................................................................................... 83

  6.2 Teori Sistem Dinamis ..................................................................... 83

  6.3 Analisis Sensitivitas dan Stabilitas ............................................... 86

  6.4 Pendekatan Sistem Dinamis dalam Pengembangan Minapolitan ......................................................... 86

  6.5 Penutup ............................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91 GLOSARIUM ................................................................................................... 95

  INDEKS ............................................................................................................. 99

  

Daftar Tabel

  Tabel 1 Kebijakan, Strategi dan Upaya yang diperlukan untuk Pengembangan Ekonomi Kelautan Nasional Dengan Model Ekonomi Biru ...................................................... 20

  Tabel 2 Nilai strata masing-masing kecamatan di Kabupaten Kupang berdasarkan hasil analisis tipologi ................................. 55

  Tabel 3 Keragaman variabel yang menggambarkan perkembangan wilayah di Kabupaten Kupang ........................... 57 Tabel 4 Hasil analisis komponen utama (AKU) terhadap variabel yang berpengaruh pada tipologi Kabupaten Kupang ............... 58 Tabel 5 Tipologi wilayah di Kabupaten Kupang berdasarkan kemiripan karakteristiknya .......................................................... 61 Tabel 6 Hirarki wilayah desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan kelengkapan fasilitas ......... 64 Tabel 7 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas ............ 66 Tabel 8 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas ............ 67 Tabel 9 Kriteria dan Matriks Kesesuaian Perairan untuk

  Kegiatan Budidaya Keramba Jaring Apung ............................... 70 Tabel 10 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya KJA ............................................................ 76 Tabel 11 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya KJA .................... 78 Tabel 12 Perkiraan biaya investasi usaha budidaya ikan kerapu ............. 80 Tabel 13 Analisis rugi laba usaha budidaya ikan kerapu .......................... 81 Tabel 14 Kriteria kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA ............................................................ 81

  Daftar Gambar

  Gambar 1 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan

  

Dengan Model Ekonomi Biru untuk Produk Rumput

  Laut ............................................................................................. 12 Gambar 2 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan

  dengan Model Ekonomi Biru berupa Silvofishery ................ 13

  Gambar 3 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Wisata Bahari Dengan Model Ekonomi Biru ....................... 14

  Gambar 4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan Dengan

  Model Ekonomi Biru ................................................................ 15

  Gambar 5 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Bangunan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru pada untuk Eco Fishing Port .............................................................. 17

  Gambar 6 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Jasa Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru untuk kerjasama penelitian untuk industri garam ............... 18

  Gambar 7 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor Bidang

  Kelautan dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model Bisnis Terintegrasi di Lombok Timur ......................... 19

  Gambar 8 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor

  Bidang Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Terbatas di Nusa Penida ........................................... 19

  Gambar 9 Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia ....................................... 24 Gambar 10 Keadaan Demografi Umur Penduduk Indonesia .................. 25 Gambar 11 Potensi SDA Indonesia .............................................................. 26 Gambar 12 Ilustrasi Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia ........ 28 Gambar 13 Kegiatan Ekonomi Utama di Indonesia .................................. 29

  Gambar 14 Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah ....................................................... 30

  Gambar 15 Kerangka Desain Pendekatan Masterplan P3EI .................... 30 Gambar 16 Ilustrasi Koridor Ekonomi ........................................................ 31 Gambar 17 Peta Koridor Ekonomi Indonesia ............................................ 32 Gambar 18 Tema Pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia ................ 33 Gambar 19 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ................................. 33 Gambar 20 Kontribusi PDRB Provinsi Nusa Tenggara Timur ................ 34 Gambar 21 Perkembangan Produksi Perikanan

  Indonesia Tahun 2009-2010 ..................................................... 35 Gambar 22 Analisis Kebutuhan Aktor dalam

  Pengembangan Minapolitan .................................................... 43 Gambar 23 Diagram Lingkar Sebab-Akibat dalam Pengembangan Minapolitan......................................... 44 Gambar 24 Diagram Kotak Gelap dalam

  Pengembangan Minapolitan .................................................... 44 Gambar 25 Dendrogram koefisien korelasi beberapa variabel penciri tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kupang ..... 59 Gambar 26 Peta kesesuaian lahan budidaya keramba jaring apung di perairan Kecamatan Kupang Barat ......................... 76 Gambar 27 Struktur model dinamik pengembangan kawasan minapolitan berbasis rumput laut di Kabupaten Kupang .... 89

Bab 1 Ekonomi Biru dan MP3EI

1.1 Pendahuluan

  United Nation Convention on the Law of The Sea (UNCLOS) melalui Undang-undang No.17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982, namun pada saat itu Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut. Pada Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam UU RI No. 17/2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.

  Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean Governance), Pertahanan, Keamanan dan Keselamatan di Laut (Maritime Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada prinsip-prinsip ekosistem.

  Mempertimbangkan berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia, kebutuhan akan perubahan percepatan dan pembangunan ekonomi yang menyeluruh yang berdaya saing dengan negara maju juga dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia. Masterplan percepatan dan pembangunan ekonomi yang dikenal dengan singkatan MP3EI merupakan pendekatan yang didasari semangat “not business as usual” melalui perubahan pola pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada pemerintah saja tapi dengan kolaborasi Bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan swasta. Pihak swasta akan diberikan peran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja, sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Dari sisi regulasi, pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaan investasi. Penyusunan MP3EI dimaksudkan bukan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti RPJPN dan RPJMN, namun akan menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer, serta penting dan khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

1.2 Ekonomi Biru Indonesia

  Istilah ekonomi biru pertama kali diperkenalkan oleh Gunter Pauli pada tahun 2010 melalui bukunya The Blue Economy: 10 years – 100 innovations

  • – 100 million jobs. Ekonomi biru menerapkan logika ekosistem, yaitu ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem. Selanjutnya, ekonomi biru menitikberatkan pada inovasi dan kreativitas yang meliputi variasi produk, efisiensi sistem produksi, dan penataan sistem manajemen sumber daya. Esensi konsep ekonomi biru menurut Pauli, 2010 adalah:

  a. Learning from nature Blue Economy mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi justru memperkaya alam.

  b. The logic of ecosystems Cara kerja ekosistem dijadikan model Blue Economy, yaitu seperti air mengalir dari gunung membawa nutrien dan energi untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seluruh makhluk hidup dan tanaman, limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang. Hanya dengan gravitasi energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal. Untuk mendukung sistem kehidupan, sinar matahari menjadi energi fotosintesa seluruh kontributor yang membutuhkannya.

  c. Inspired by 100 innovations Secara empiris 100 inovasi ekonomi praktis telah dikembangkan dan membuktikan bahwa ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya. Ekonomi Biru menjamin bahwa suatu pembangunan yang dijalankan tidak hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjamin terjadinya keberlanjutan secara ekologi dan sosial. Secara umum, Ekonomi Biru dapat dipahami sebagai sebuah model ekonomi untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem. Hal ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang ada pada konsep Ekonomi Biru, yaitu : (1) Natural resources efficiency, (2) Zero waste: leave nothing to waste – waste for one is a food for another – waste from one process is resource of energy for the other, (3) Social inclusiveness: self-sufficiency for all – social equity-more job, more opportunities for the poor, (4) Cyclic systems of production: endless generation to regeneration, balancing production and consumption, (5) Open-ended innovation and adaptation: the principles of the law of physics and continuous natural adaptation. Teori ekonomi biru Pauli tidak menyebutkan penerapan di laut, namun dalam bayangan bahwa planet bumi ini akan tetap biru apabila dikelola dengan baik. Dengan menggunakan idealisme tersebut, pembangunan kelautan (penciri warna biru laut) seyogyanya dapat berkembang selaras dengan prinsip pembangunan yang inovatif dan berkelanjutan. Penerapan ekonomi biru harus memiliki pemahaman yang komprehensif dan holistik terhadap aspek konektivitas antar sektor yang memamnfaatkan ekosistem pesisir dan laut. Setidaknya ada tiga hal utama dalam dasar pendekatannya yakni: kondisi kesehatan ekosistem (Healthy Ocean), aktifitas ekonomi yang berpusat pada kesejahteraan masyarakat (People-centered activities), dan adanya tata-kelola sumberdaya yang baik (Ocean governance). Sesuai ketentuan undang-undang, manfaat dari hasil bumi dan isinya harus di orientasikan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat banyak. Tujuan yang sangat mulia ini sekarang menjadi perdebatan karena seberapa banyak sisa sumberdaya yang ada untuk generasi mendatang? Pendekatan Ekonomi Biru di Indonesia seharusnya menempatkan prasyarat bahwa mekanisme pasar dan terobosan inovatif dalam bidang kelautan dan perikanan harus dirancang untuk menyediakan insentif keuangan yang memadai bagi masyarakat (UNEP, 2011).

  Konsep Ekonomi Biru

  Konsep Blue Economy dimaksudkan untuk menantang para enterpreneur bahwa Blue Economy business model memberikan peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan, menggunakan sumberdaya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi lebih efisien dan bersih, menghasilkan produk dan nilai ekonomi lebih besar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan memberikan kesempatan untuk memberikan benefit kepada setiap kontributor secara lebih adil.

  Konsep Ekonomi Biru dikembangkan untuk menjawab tantangan, bahwa system ekonomi dunia cenderung eksploitatif dan merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan ini tidak hanya disebabkan oleh adanya limbah industri, akan tetapi kerusakan alam dan lingkungannya juga disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam yang melebihi kapasitas atau daya dukung alam. Selama ini prinsip-prinsip resource efficiency, low carbon, social inclusiveness telah berkembang, namun masih belum mampu mengatasi keserakahan manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam lebih banyak. Ekonomi biru kemudian berkembang dan sering dikaitkan dengan pengembangan daerah pesisir. Konsep ekonomi biru sejalan dengan konsep ekonomi hijau yang ramah lingkungan dan difokuskan pada negara- negara berkembang dengan wilayah perairan (laut), yang biasa dikenal dengan Small Island Development States (SIDS). Ekonomi biru dalam hal ini ditujukan untuk mengatasi kelaparan, mengurangi kemiskinan, menciptakan kehidupan laut yang berkelanjutan, mengurangi risiko bencana di daerah pesisir, dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim. Implementasi ekonomi biru secara global dianggap krusial mengingat 72 persen dari total permukaan bumi merupakan lautan. Disamping itu, laut berfungsi sebagai salah satu sumber penyedia makanan dan pengatur iklim dan suhu bumi sehingga kelestariannya perlu dijaga.

  Nurhayati, 2013 mengemukakan bahwa konsep ekonomi biru telah diterapkan di Korea Selatan, Kanada dan Cina. Indonesia menerapkan konsep ekonomi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pidato KTT Rio+20 di Rio de Janeiro, 13 – 22 Juni 2012. KTT yang dikenal dengan KTT Pembangunan Berkelanjutan ini dihadiri oleh 191 negara. Indonesia menunjukkan keseriusan dengan menghasilkan dokumen “the future we need” dengan menekankan pada “green economy”. Presiden SBY dalam pidatonya “moving towards sustainability: together we must create the future we want” mengemukakan bahwa konsep ekonomi biru yang digagasi oleh Indonesia berasal dari penampakan geografis Negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang nomor dua dunia setelah Negara Kanada, dengan demikian dibutuhkan upaya pelestarian sumberdaya laut sebagai cadangan sumber pangan masyarakat.

  Kebijakan Kelautan berbasis Model Ekonomi Biru

  Dewan Kelautan Indonesia, 2012 menyatakan Konsep Ekonomi Biru (Blue Economy) merupakan konsep yang menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi justru memperkaya alam (shifting from scarcity to abundance), limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang, energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal, bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya. Merujuk pada konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat mengembangkan teori tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan dengan model ekonomi biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.

  Kebijakan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru melalui bidang ekonomi kelautan, memiliki 8 (delapan) sektor pengembangan yaitu sektor perhubungan laut, industry kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan serta lintas sektor bidang kelautan. Dari 8 (delapan) sektor tersebut, maka muncullah 8 (delapan) strategi pengembangan ekonomi. Sebagai tindak lanjutnya maka dalam masing-masing strategi pengembangan ekonomi tersebut terdapat upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing-masing sektor yang bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya yang menggunakan model ekonomi biru. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kelautan dapat diringkas sebagai Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru sebagai Akselerator bagi Terwujudnya Indonesia Sebagai Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan Nasional. Kebijakan tersebut dilakukan melalui 8 (delapan) strategi antara lain Pengembangan Ekonomi Sektor Perhubungan Laut, Sektor Industri Kelautan, Sektor Perikanan, Sektor Pariwisata Bahari, Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan, Sektor Bangunan Kelautan, Sektor Jasa Kelautan dan Pengembangan Ekonomi Lintas Sektor Bidang Kelautan. Strategi-strategi tersebut dapat diimplementasikan oleh setiap sektor melalui berbagai upaya untuk melakukan kegiatan bisnis dengan menggunakan model ekonomi biru yang dikembangkan dengan inovasi dan kreativitas dari masing-masing sektor tersebut. Keberhasilan pembangunan ekonomi kelautan dengan model Ekonomi Biru membutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan pro-kepentingan masyarakat juga kepentingan lingkungan. Pembangunan ekonomi yang dimaksud haruslah memiliki keterpaduan ekologis, geografis, antar pemangku kepentingan, sektor, dan antar disiplin ilmu pengetahuan. Kebijakan pengembangan ekonomi kelautan dengan Model Ekonomi Biru selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan serta memberikan kontribusi yang signifikan pada pembangunan bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat secara adil di segenap wilayah NKRI.

  Pembangunan berbasis Model Ekonomi Biru

  Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Ekonomi Biru dapat memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi demi mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Ekonomi Biru merupakan gagasan universal yang dapat diimplementasikan dalam perencanaan pembangunan nasional. Konsep Ekonomi Biru juga mampu mengakomodasi Ekonomi Hijau (Green Economy) yang selama ini diterapkan dalam perencanaan pembangunan di Indonesia. Ekonomi Biru dapat dilihat sebagai kebijakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Terminologi Ekonomi Biru telah diangkat dalam berbagai forum kerjasama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) for the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Moskow pada bulan February 2012.

  Penggunaan pendekatan Ekonomi Biru sebagai model pembangunan kelautan nasional diharapkan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pemanasan global. Keberhasilan dari Ekonomi Biru seperti pencapaian industrialisasi sektor kelautan selain dihadapkan pada kebutuhan tenaga kerja dan teknologi yang memadai, juga memerlukan terobosan-terobosan, seperti perbaikan rantai hulu hingga hilir guna meningkatkan daya saingnya.

  Industrialisasi kelautan dalam konsep Ekonomi Biru didorong untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, modernisasi sistem produksi hulu dan hilir, penguatan pelaku industri, berbasis komoditas utama, wilayah dan sistem manajemen, pembangunan berkelanjutan serta transformasi sosial. Proses industrialisasi kelautan merupakan proses perubahan sistem produksi hulu hingga hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas dan skala produksi sumberdaya kelautan melalui modernisasi yang didukung oleh kebijakan terintegrasi, pengembangan infrastruktur, sistem usaha dan investasi serta IPTEK dan SDM. Dengan model pembangunan ekonomi kelautan dengan model Ekonomi Biru diharapkan dapat menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya, keseimbangan ekosistem dan kesehatan lingkungan, serta mendorong pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang efektif. Paradigma pembangunan kelautan dengan mengadopsi konsep Ekonomi Biru diharapkan dapat membantu dunia untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, ekosistem laut yang kian rentan terhadap dampak perubahan iklim dan pengasaman laut. Hal ini sejalan dengan pengendalian ancaman pemanasan global, seperti: energi gas buang dan karbon sehingga dapat terwujud pembangunan berkelanjutan secara terpadu dan upaya pengentasan kemiskinan. Ancaman perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut, peningkatan suhu permukaan laut, aktivitas badai meningkat, yang disertai efek berbahaya dari pengasaman laut yang dapat menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan dan ekosistem laut. Paradigma Ekonomi Biru dalam pembangunan kelautan nasional merupakan refleksi sinergitas pertumbuhan, pembangunan dan lingkungan dengan berpedoman pada triple helix model. Dengan pendekatan konsep Ekonomi Biru, pembangunan ekonomi kelautan di harapkan mempunyai kemampuan sebagai penggerak pembangunan nasional dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Konsep ini diharapkan tidak hanya memacu keberlanjutan pembangunan, melainkan juga dapat melestarikan lingkungan lewat usaha ekonomi yang rendah karbon. Konsep ekonomi biru ini didasarkan empat pilar utama yakni: a) keterpaduan pembangunan di darat dan laut; b) kegiatan pembangunan yang bersih, inklusif dan berkelanjutan; c) inovasi pada nilai tambah dan produk; serta d) peningkatan pendapatan secara adil, merata juga pantas bagi masyarakat. Keberhasilan model Ekonomi Biru membutuhkan komitmen para pemangku kepentingan khususnya terkait dengan berbagai kebijakan baik lokal maupun nasional, SDM, teknologi, akses keuangan, industrialisasi (hulu dan hilir), pendidikan, dan kesadaran kolektif masyarakat akan potensi kelautan.

1.3 Pengembangan Ekonomi Biru

  

Kebijakan makro pembangunan di sektor kelautan secara nasional

sebagaimana tertuang pada RPJPN tahun 2005-2025 di i misi ketujuh

bertujuan untuk mewujudkan Negara Indonesia p sebagai o negara

  

kepulauan mandiri, maju, kuat, dan berbasis pada kepentingan

pp

nasional melalui pembangunan ekonomi sektor kelautan yang

berkelanjutan dan ramah lingkungan,

maka diperlukan suatu kebijakan bersifat integrasi dan komprehensif

dengan meletakkan prinsip efisien (pro growth), keadilan (pro

job), peningkatan kesejahteraan masyarakat (pro poor), dan ramah

lingkungan (pro environment). Berdasarkan pemikiran tersebut,

kemudian dirumuskan kebijakan pengembangan ekonomi kelautan

nasional sebagai berikut:

  “Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru sebagai Akselerator bagi Terwujudnya Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan Nasional” Selanjutnya, guna mengimplementasikan konsep ini lebih lanjut, strategi yang harus diambil seperti di bawah ini:

  1. Pengembangan Ekonomi Sektor Perhubungan Laut

  2. Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Kelautan

  3. Pengembangan Ekonomi Sektor Perikanan

  4. Pengembangan Ekonomi Sektor Pariwisata Bahari

  5. Pengembangan Ekonomi Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan

  6. Pengembangan Ekonomi Sektor Bangunan Kelautan

  7. Pengembangan Ekonomi Sektor Jasa Kelautan

  8. Pengembangan Ekonomi Lintas Sektor Bidang Kelautan Pembangunan ekonomi kelautan nasional dengan konsep Ekonomi Biru di Indonesia adalah pembangunan yang menerapkan prinsip terintegrasi (darat dan laut, hulu dan hilir), berbasis kawasan (efisiensi), sistem produksi bersih, investasi kreatif dan inovatif, dan berkelanjutan. Ekonomi biru menekankan pada pembangunan sektor kelautan dengan fokus pada aktifitas pengolahan limbah produksi menjadi masukan kegiatan di sektor ekonomi turunan lainnya, dengan kata lain limbah yang dihasilkan akan menjadi masukan kegiatan produksi ekonomi lainnya. Hal ini dilakukan agar kegiatan ekonomi di sektor kelautan menjadi satu siklus sistem produksi yang berkelanjutan.

  Guna mendukung serta mengimplementasikan nir-limbah dan siklus sistem produksi secara berkelanjutan, harus sudah dipastikan bahwa prinsip kreatifitas dan inovasi dari produk penting dan sudah merupakan kebutuhan. Kegiatan inovasi membutuhkan pengembangan dari rekayasa teknologi tepat guna yang efektif dan efisien, di sisi lain kegiatan kreatifitas membutuhkan peran dari kapasitas SDM dalam hal ini masyarakat yang profesional dan handal. Perpaduan rekayasa teknologi dan SDM penting dalam mengembangkan ekonomi sektor kelautan sesuai dengan konsep ekonomi biru. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterpaduan kegiatan di hulu sampai hilir dalam efisiensi pemanfaatan sumberdaya laut juga pemberian nilai tambah sehingga mampu bersaing dengan pasar global dan nantinya berdampak pada peningkatan pendapatan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Puspitawati dan Madjid, 2015 menyatakan kunci dari ekonomi biru berbasis kelautan sebenarnya ada pada industrialisasi sektor kelautan dan kemaritiman. Industri dapat diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, setengah jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Industrialisasi sendiri merupakan suatu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.

1.4 Strategi dan Upaya Pengembangan Ekonomi Biru (Sumber: Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru oleh Dewan Kelautan RI, 2012)

A. Sektor Perhubungan Laut

  Arah strategi Pengembangan Ekonomi Sektor perhubungan laut adalah menyediakan pelayaran bagi masyarakat kepulauan yang aman, lancar, nyaman, dan berwawasan lingkungan, serta membangun kekuatan armada transportasi nasional menguasai pangsa pasar perhubungan laut nasional maupun internasional. Dengan langkah-langkah utamanya, antara lain:

  a)

  

Optimalisasi kekuatan armada pelayaran nasional yang aman,

nyaman, dan berwawasan lingkungan.

  b) Mengembangkan Sistem Monitoring, Controling, and

  

Surveillance (MCS) keselamatan pelayaran yang efisien, efektif,

dan hemat energi

  c) Mengembangkan sistem manajemen transportasi laut nasional

  

yang efisien dan terpadu dengan sistem transportasi darat dan

udara

Upaya dalam mengimplementasikan bisnis ekonomi biru dalam

sektor perhubungan laut adalah jasa transportasi laut untuk

melayani perpindahan muatan barang dan penumpang dari satu

pulau ke pulau lain sebagai fungsi distribusi sekaligus sebagai

  

penggerak perekonomian masyarakat. Penerapan konsep Ekonomi

Biru pada transportasi laut dapat diarahkan pada penetapan hub/

titik-titik strategis sebagai pelabuhan utama maupun pelabuhan

feeder, sehingga mampu membangun sistem transportasi laut yang

integratif dengan menggunakan sumber daya yang efisien dan

efektif. Pemilihan dan penggunaan energi yang bersifat low carbon,

seperti kombinasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan gas,

serta peluang untuk menggunakan energi terbarukan seperti angin,

sinar matahari dan lain-lain dapat dikembangkan sebagai terobosan

teknologi. Contoh implementasi pengembangan bisnis sektor

perhubungan laut dengan model Ekonomi Biru antara lain: rancang

bangun alat transportasi laut dengan sistem instalasi yang mampu

  

2

mengolah keluaran gas buang CO menjadi nutrisi, bio-fuel dan bio-

plastic, mengolah aliran arus air melalui terowongan di dalam kapal

untuk generator listrik mini dan desalinasi air laut, penggunaan

baling-baling yang mampu meningkatkan efisiensi propulsi kapal

dan lain-lain (Kementerian Perhubungan).

B. Sektor Industri Maritim

  Strategi Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Maritim diarahkan untuk membangun industri maritim yang bersih limbah, efisien, kokoh, dan mandiri, serta mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi kelautan nasional. Dengan demikian, langkah-langkah utamanya meliputi:

  a) Menciptakan industri maritim nasional yang hemat energi dan

  bersih (nir-limbah)

  b)

  Mengembangkan kawasan industri maritim terpadu berbasis ekoregion

c) Mengembangkan dan memperkuat industri bioteknologi kelautan yang ramah lingkungan dan berbasis inovasi.

  Industri maritim pada hakekatnya memiliki cakupan yang luas dan bersifat integral dengan industri lain di daratan, seperti industri galangan kapal, mesin kapal, pengolahan minyak dan gas. Dengan adanya pengembangan industri maritim, diharapkan akan terjadi proses transformasi sosial- ekonomi dalam masyarakat pesisir, sehingga mereposisikan industri maritim sebagai bagian dari mainstream pembangunan ekonomi sangat menentukan bagi tumbuhnya bidang kelautan nasional. Problem dalam pengembangan industri maritim saat ini adalah bagaimana mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan pemerintah, kepentingan kalangan pengusaha industri maritim dengan kebutuhan masyarakat yang bergerak dalam bidang kelautan maupun masyarakat luas.

  Dengan demikian ruang masyarakat (civil sphere) dan ruang pemerintah (government sphere) dapat harmonis sehingga kebijakan yang ditetapkan dapat mendorong terciptanya kesesuaian antara barang yang diproduksi oleh dunia usaha dan masyarakat dalam maupun luar negeri yang mampu membangkitkan aktivitas industri maritim yang efisien dan kompetitif. Contoh implementasi bisnis sektor industri maritim dengan model Ekonomi Biru adalah: penggunaan berbagai bahan baku/material dan komponen kapal yang ramah lingkungan, pemanfaatan berbagai produk sampah (waste material) untuk penciptaan produk lainnya yang bermanfaat, penggunaan plat baja dan berbagai komponen berbahan baku logam dari material daur ulang logam, pemanfaatan sinar matahari (solar cell) sebagai sumber energi listrik, penggunaan alat pengolah limbah cair/ oli, minyak dan lain-lain untuk menghasilkan oli daur ulang, penggunaan cat dan anti fouling yang tidak menghasilkan pencemaran pada lingkungan laut dan lain-lain (Kementerian Perhubungan).

C. Sektor Perikanan

  Arah strategi pengembangan ekonomi Sektor Perikanan adalah membangun

  

sektor perikanan yang optimal, lestari, bernilai tambah, dan berdaya

saing. Kegiatan pembangunan bidang perikanan adalah bagian yang tak

terpisahkan dari program pemerintah yakni program revitalisasi ekonomi

skala nasional dan terdiri atas 4 (empat) langkah: (1) pengembangan

kapasitas SDM perikanan dan penguatan kelembagaan, (2) pengamanan

ketahanan pangan terutama hal suplai protein dari sumberdaya perikanan,

(3) pengembangan produksi, produktivitas, dan peningkatan daya saing

untuk produk perikanan, dan (4) peningkatan upaya diversifikasi produk

perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambahnya. Dengan langkah-

  langkah utamanya, sebagai berikut:

  a) Optimalisasi dan penguatan industri dan usaha perikanan

  tangkap yang ramah lingkungan, produktif, lebih efisien, dan sejalan dengan kaidah internasional.

  b) Optimalisasi dan penguatan industri dan usaha perikanan

  budidaya yang ramah lingkungan, produktif, lebih efisien, dan sejalan dengan kaidah internasional. c) Pengembangan dan penguatan industri dan usaha pengolahan

  hasil perikanan zero waste, lebih efisien dan memiliki keterpaduan dengan industri dan usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

  d) Pengembangan sistem manajemen usaha dan pemasaran

  perikanan yang transparan, bersifat adil, dan menguntungkan bagi semua pihak.

  e) Pengembangan dan penguatan industri dan usaha pengolahan

  sumberdaya laut selain ikan yang zero waste, lebih efisien, lebih kreatif, inovatif, dan memiliki keterpaduan dengan sentra-sentra dari produksi perikanan.

  Contoh-contoh implementasi bisnis pengembangan ekonomi Sektor perikanan yang dengan model Ekonomi Biru seperti pada Gambar 1 dan

  

2 adalah: kualitas dari alat tangkap yang berteknologi ramah lingkungan,

  efektif dan efisien akan mampu menjamin mutu dari hasil tangkapan, inovasi instalasi pendingin dengan tenaga penggerak dari tekanan air laut, pengembangan instalasi es balok berbahan baku dari air laut, teknologi alat pencari ikan atau dikenal fishfinder terhubung langsung dengan satelit akan menghemat rute kapal, pengembangan spesies dari benih unggul, teknologi budidaya multi trophic level, recycle limbah sebagai input bagi industri lain, sistem olahan rumput laut yang terpadu dari bahan baku sampai turunan produk seperti bahan farmasi, makanan, dan sebagainya.

  

Gambar 1 Contoh Penerapan Usaha Perikanan berbasis Ekonomi Biru untuk Produk

Rumput Laut (KKP, 2012)

  

Gambar 2 Contoh Penerapan Silvofishery berbasis Ekonomi Biru (KKP, 2012)

Sektor Wisata Bahari D.

  Arah strategi pengembangan ekonomi Sektor Wisata Bahari adalah

  

mengembangkan wisata bahari Indonesia yang terpadu dan berwawasan

lingkungan sehingga menjadi kelompok 10 besar tujuan wisata dunia dan

meningkatkan pengembangan wisata nusantara yang mampu menjaga

integritas budaya nasional, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat

lokal serta dikelola secara berkelanjutan. Strategi pengembangan ekonomi

Sektor wisata bahari dengan Model Ekonomi Biru di Indonesia dapat dicapai

dengan langkah-langkah utama sebagai berikut:

  a) Mengembangkan industri pariwisata bahari berbasis ekosistem yang berkelas dunia.

  b) Membangun sistem wisata bahari yang terpadu dengan sistem kepelabuhanan dan transportasi nasional.

  c) Mengembangkan sistem pelayanan wisata bahari satu pintu (single window). Wisata bahari merupakan rangkaian aktifitas terkait dengan leisure activities, seperti: olahraga selam/diving dan snorkeling, olahraga berselancar, olahraga pantai, serta wisata yang berbasis konservasi lingkungan laut, seperti: penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, dan lain-lain. Contoh implementasi pengembangan bisnis sektor wisata bahari Dengan

  

Model Ekonomi Biru (Gambar 3) adalah: pengembangan kawasan

  pemukiman pesisir yang ramah lingkungan, sistem pengelolaan limbah yang mampu menghasilkan keluaran sebagai sumber energi baru bagi kawasan (biogas), sistem desalinasi air laut, penanaman mangrove yang sekaligus sebagai media hidup hayati laut dan pesisir dan lain-lain.