BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pasar Modal

  Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya instrumen keungan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:1). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misal pemerintah), dan sebagainya sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitiasi berbagaisaran dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

  Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Eduardus Tandelilin,2010). Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai investor dengan pinjaman dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Para modal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan.

  Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:2): “Mengemukakan bahwa Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu ekonomi dan keuangan”. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahan yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memamfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.

  Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

2.1.2. Saham

  Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseoran terbatas.

  Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

  Menurut Syahyunan (2013:200): “Saham (stock) merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan”.

  Berdasrkan pernyataan diatas maka penulis akan menjelaaskan masing-masing dari nilai-nilai yang berkaitan dengan harga saham yaitu terdiri dari: a.

  Nilai nominal Nilai buku adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah ditentukan pada waktu saham itu diterbitkan.

  b.

  Nilai Buku Nilai buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan hutang serta saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku sering kali lebih tinggi daripada nilai nominalnya.

  c.

  Nilai Intrinsik Nilai Intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang akan datang.

  d.

  Nilai Pasar Nilai Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dipasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjualan dan pembelian ketika mereka memperdagangkan saham.

  Pada surat berharga tercantum antara lain harga saham, harga ini disebut harga atau nilai nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya nominal ini biasanya tergantung dari keinginan emiten atau perusahaan.

2.1.3. Harga Saham

  Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Menurut Kodrat dan Kurniawan (2010:216): “Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, namun untuk melakukan penilaian harga saham dengan baik diperlukan data operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah diaudit, performance perusahaan di masa yang akan datang dan kondisi ekonomi”.

  Menurut Kodrat dan Kurniawan (2010), harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa :

  1. Harga pembukaan (open) adalah harga perdagangan pertama untuk suatu periode yang biasa digunakan ketika melakukan analisis data harian.

  2. Harga tertinggi (high) adalah harga perdagangan tertinggi untuk suatu periode. High juga mencerminkan harga tertinggi dimana pembeli bersedia membayar.

  3. Harga terendah (low) adalah harga perdagangan terendah untuk suatu periode. Ini adalah titik dimana ada lebihbanyak pembeli daripada penjual.

  4. Harga penutupan (close) adalah harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Harga penutupan adalah harga yang paling sering digunakan untuk analisis.

  5. Bid adalah harga dimana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.

  6. Ask adalah harga dimana penjual bersedia menerima untuk suatu saham.

2.1.4. Penilaian Harga Saham

  Menilai harga saham merupakan hal yang mendasar dan harus diketahui oleh investor. Mengingat tanpa penilaian dan analisis yang baik dan rasional, para investor akan mengalami kerugian apabila berinvestasi pada saham yang salah.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:149): “Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Tujuan analisis fundamental ini adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau

  

overvalue . Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar

  saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya. Analisis fundamental ini menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Data-data dalam laporan keuangan yang mendukung untuk melihat pergerakan harga saham ini dapat dicerminkan dalam rasio-rasio keuangan.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:160): “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi”. Analisis teknikal merupakan jenis analisis yang lebih mengutamakan pada perilaku pasar, perubahan harga saham di waktu lalu, volume perdagangan, dan indeks harga saham gabungan dari saham tersebut. Analisis ini mempelajari tentang perilaku pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang. Para analis teknikal berpendapat kalau segala sesuatu yang terjadi di pasar baik itu kondisi ekonomi, sosiak, politik, budaya, dan lain-lain itu sudah tercermin pada harga yang terbentuk dari transaksi antara permintaan (demand) dan penawaran

  (supply), selain itu harga juga dianggap selalu berada di dalam trend dan selalu berulang dari waktu ke waktu.

  Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current

  

market price ) saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus

  kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

  1. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai

  

undervalued (harganya terlalu rendah) dan karena itu seharusnya dibeli

atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

  2. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) dan karena itu seharusnya dijual.

  Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

2.1.5. Analisis Laporan Keuangan

  Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penjabaran pos-pos laporan keuangan menjadi informasi yang lebih rinci dan melihat hubungannya satu dengan yang lainnya sehingga dapat dipahami lebih mendalam, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan suatu keputusan. Menurut Bernstein (Harahap, 2013:190):

  “Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran- ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”. Laporan keuangan tahunan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, hasil usaha dalam suatu rentang waktu, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Statement Financial Accounting

  

Concepts (SFAC) Nomor 1 (FASB, 1978), laporan keuangan harus

  memberikan informasi untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit, menilai prospek arus kas, dan menilai sumber daya, klaim atas sumber daya, dan perubahan sumber daya berupa sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas pemilik; kinerja dan laba perusahaan; dan kinerja dan stewardship manajemen. Berdasarkan tujuan tersebut para pemakai laporan keuangan dapat menilai informasi yang dihasilkan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Dengan membaca laporan keuangan secara tepat maka pemakai tersebut dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan menghasilkan keuntungan baginya. Dalam menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, pemakai memerlukan beberapa instrumen, antara lain analisis laporan keuangan.

2.1.6. Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio keuangan merupakan alat analisis yang paling sering digunakan karena kemudahannya yang berupa aritmatika sederhana tetapi kemudahan ini memerlukan interpretasi yang tepat pada hasil akhirnya untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Rasio keuangan suatu perusahaan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan dan dapat dipergunakan oleh para stakeholders dengan kepentingannya masing-masing. Menurut Bringham dan Houston (2010:133): “Rasio keuangan dirancang untuk membantu kita mengevaluasi laporan keuangan”.

  Informasi yang terdapat pada laporan keuangan dapat disederhanakan dengan rasio keuangan, ini sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja perusahaan pada tahun tertentu. Menurut pendapat para ahli dapat dikatakan bahwa dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu perusahaan akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat prediksi bagi perusahaan tersebut dimasa yang akan datang. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah (Harahap, 2013:301):

1. Rasio Likuiditas

  Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

  2. Rasio Solvabilitas Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

  3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

  4. Rasio Leverage Menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset.

  5. Rasio Aktivitas Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.

  6. Rasio Pertumbuhan Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.

  7. Marked Based (Penilaian Pasar) Merupakanrasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.

8. Rasio Produktivitas

  Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang di nilai.

2.1.6.1. Rasio Profitabilitas

  “Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan” (Djarwanto, 2004:148). “Adapun rasio profitabilitas yang sering digunakan, yaitu gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return

  

on investment, dan return on equity” (Syahyunan, 2013:93). Dari sudut

  pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. “Indikator ini penting untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan” (Tandelilin, 2010:240)

1. Return On Assets (ROA)

  

Return On Assets menggambarkan sejauhmana kemampuan asset-aset

yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba (Tandelilin, 2001:240).

  ROA diperoleh dengan membandingkan antara net profit dengan total asset. ROA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

  ROA = (Syahyunan, 2013:94)

  2. Return On Equity (ROE)

  Rasio ini mengukur perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu (Kodrat dan Kurniawan,2010). Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income. ROE diperoleh dengan menggunakan formula:

  ROE =

  3. Net Profit Margin (NPM)

  Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin mengukur efektifitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

  NPM diperoleh dengan menggunakan formula: NPM =

  Dimana: NPM = Net Profit Margin Net Income = Net Income After Tax (Laba bersih setelah pajak) Sales = total penjualan (Gumanti, 2011:115)

2.1.6.2. Rasio Leverage

  Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio leverage yang umumnya dipakai antara lain adalah

  

debt ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge

coverage ratio, dan debt service coverage. Rasio leverage yang dipakai dalam

  penelitian ini adalah debt to equity ratio.

   Debt to Equity Ratio (DER)

  Rasio ini merupakan perbandingan utang dan ekutitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar resiko yang harus ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan karena menurut Brigham dan Houston (2010:84): “Pendanaan dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.

  DER diperoleh dengan menggunakan formula: DER

  =

  (Syahyunan, 2013:93)

2.1.6.3. Rasio Pasar

  Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. “Rasio ini memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang” (Brigham dan Houston, 2010:91). Rasio pasar dibagi kedalam tujuh jenis, yaitu: dividend yield (DY), dividend per

  (DPS), earning per share (EPS), price earning ratio(PER), dividend

  share

payout ratio (DPR), book value per share (BVS), dan price to book value

  (PBV). Rasio pasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah earning per share .

  Earning Per Share (EPS)

  atau Laba per saham adalah laba bersih dibagi

  Earning Per Share

  dengan jumlah saham biasa yang beredar. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai kinerja (performance) perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektifitas manajemen. Secara matematis formula yang digunakan untuk menghitung EPS adalah:

  

  EPS =

  

  Dan jika perusahaan tersebut memiliki saham preferen maka rumusnya menjadi:

  ℎ− ℎ

  EPS =

  ℎ

  (Brigham dan Houston, 2010:43)

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan harga saham perusahaan sebagaimana diuraikan berikut ini dan diikhtisarkan pada tabel 2.1.

  Tabel 2.1

Ringkasan Peneliti Terdahulu

  No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  1 Rinati, 2012 - Secara parsial, NPM dan Net Profit Margin

  (NPM) ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga Return On Assets (ROA)

  • saham.

  Return On Equity (ROE)

  • Secara simultan, NPM,

  Harga saham ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan yang tercantum dalam Indeks LQ45

  2 Zuliarni, 2012 - Return on Asset (ROA) Secara parsial, DPR tidak

  • berpengaruh signifikan

  Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham, sedangkan ROA dan PER

  • (DPR) memiliki pengaruh yang
  • signifikan terhadap harga

  Dividend Payout Ratio

  Harga saham saham.

  Secara simultan, ROA, PER, dan DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  3 Nurmalasari, Secara parsial, NPM dan Earning per Share

  • (EPS) ROE tidak berpengaruh

  2012 - terhadap harga saham.

  Return On Equity (ROE) Secara simultan, EPS,

  • (NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham

  ROE, NPM, dan ROI Net Profit Margin

  • (ROI) Emiten LQ45 yang

  Ratio On Investment

  • Indonesia.

  Terdaftar di Bursa Efek Harga saham

  • 4 Indra, 2014 Hasil penelitian ini adalah

  Return On Asset (ROA) ROA, ROE, NPM dan

  • risiko kurs berpengaruh

  Return On Equity (ROE)

  Net Profit Margin

  (NPM) terhadap harga saham,

  • maupun parsial.

  baik secara simultan Risiko Kurs

  • 5 Nurjin, 2014 Secara parsial ROE, DER,

  Harga saham

  • (ROE) dan DR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga

  Return On Equity

  • (DER) saham. Secara Simultan,

  Debt to Equity ratio

  • (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham

  ROE, DER, EPS, dan DR Earning per Share

  • Perusahaan Food and

  Debt Ratio (DR)

  • Beverages di Bursa Efek

  Harga Saham

  Indonesia periode tahun 2009-2012 .

2.3. Kerangka Konseptual

  Penelitian ini menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, dan earning per share terhadap harga saham perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Profitabilitas menjadi penting karena perusahaan pada umumnya bertujuan utama menghasilkan keuntungan, sedangkan hutang dapat menjadi pengaruh baik ataupun buruk bagi perusahaan. Pada perusahaan tertentu, hutang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga fenomena inilah yang menarik untuk diteliti. Rasio pasar menghubungkan harga saham suatu perusahaan dengan laba yang salah satunya dapat di ukur dengan earning per share.

  Untuk menyederhanakan pemikiran tersebut dibuat kerangka konseptual berikut: ROA (X1)

  ROE (X2) Harga Saham

  H

  1 NPM (X3)

  (Y) DER (X4)

  EPS (X5)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual menjelaskan antara pengaruh variabel dependen dengan variabel independen yang dijelaskan dalam uraian berikut:

  1. Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham, bahwa semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.

  Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh terhadap harga saham.

  2. Return On Equity (ROE) juga akan berpengaruh terhadap harga saham.

  ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan. Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham tersebut bergerak naik. Jadi, Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham.

  3. Net Profit Margin (NPM) juga berpengaruh terhadap harga saham. NPM merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih. Bahwa semakin tinggi NPM semakin baik kinerja perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Akibat adanya kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya sehingga permintaan akan jumlah lembar saham meningkat sehingga mempengaruhi harga saham.

  4. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Jika DER perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi deviden. Jadi, debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga saham.

  5. Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan.

  EPS adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. “Bagi para investor informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan” (Tandelilin 2010:233).

  Sehingga apabila EPS dinilai tinggi oleh investor, maka earning yang dicapai akan tinggi, hal ini akan menyebabkan peningkatan terhadap harga saham dimana para investor akan membeli saham tersebut. Oleh karena itu, earning per share berpengaruh terhadap harga saham.

2.4. Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H

  

1 : ROA, ROE, NPM, DER, dan EPS secara parsial maupun simultan

  berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food and beverages yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2010-2013.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

2 60 104

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 39 96

Pengaruh Dividen Kas, Arus Kas Bersih, Leverage Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 40 143

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

0 1 24

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham - Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal - Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 1 21