BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal - Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pasar Modal

  Definisi pasar modal menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 adalah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan-perusahaan publik yang berkaitan dengan efek”. Perkembangan pasar modal tidak akan berjalan hanya dengan adanya kebijakan pemerintah saja tetapi juga dipengaruhi oleh partisipasi aktif baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya maupun investor serta pihak- pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Adanya pasar modal bisa menjadi sarana untuk menjembatani perusahaan dalam mencari dana dengan para investor yang akan menanamkan modalnya.

  Sunariyah (2000 : 4) menyatakan bahwa : pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana

  (surplus funds) akan melakukan investasi dalam surat berharga yang

  ditawarkan pada emiten. Sebaliknya, di tempat itu jugalah perusahaan yang membutuhkan dana dapat menerbitkan surat berharga dengan cara listing atau masuk pada pasar modal. Dalam proses transaksi yang terjadi di pasar modal tidak terbatasi pada suatu lokasi, akan tetapi dapat dilakukan dimanapun juga. Samsul (2006 : 43) memberikan pengertian pasar modal yaitu : tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun.

  10 Dengan melakukan investasi di pasar modal, maka dana yang terkumpul di satu pihak dapat disalurkan kepada pihak lain yang membutuhkan, sehingga dana-dana yang terhimpun tersebut dapat dipakai untuk membiayai operasional perusahaan dan akhirnya dapat menggerakkan roda perekonomian secara nasional. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana

  (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (emiten) dengan cara melakukan akivitas permintaan dan penawaran surat berharga guna menggerakkan roda perekonomian serta mencapai tujuan jangka panjang

2.1.2. Fungsi dan Manfaat Pasar Modal

  Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penembahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi yang kedua yaitu pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan lain-lain.

  Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen (Tandelilin, 2001 : 13).

  Pasar modal dapat dijadikan elemen penting yang turut memacu pertumbuhan serta perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara.

  11

  12 Aktivitas perekonomian di negara-negara yang telah maju selalu ditandai

  f.

  b.

  Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

  Maanfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten serta pemerintah maupun lembaga penunjang. Manfaat pasar modal bagi perusahaan (emiten) menurut Anoraga (2008 : 29) yaitu : a.

  Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan kontrol sosial dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

  h.

  Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi.

  g.

  Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan prospek yang baik.

  Menciptakan lapangan kerja/profesi lebih menarik.

  dengan meningkatnya perkembangan aktivitas pasar modal, sebab pasar modal merupakan salah satu sumber utama masyarakat dalam menanamkan modalnya dengan harapan mendapat return yang diinginkan dan pendanaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang ke skala yang lebih besar dan selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan (Anoraga, 2008 : 9).

  e.

  Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

  d.

  Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi.

  c.

  Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

  b.

  Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

  Dilihat dari fungsinya bahwa pasar modal adalah sebagai tempat adanya pasar modal, diantaranya menurut Dharmadji (2006 : 3) yaitu : a.

  Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

  13 c.

  Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah : a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.

  Pasar Sekunder (Secondary Market)

  b.

  Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana penawaran efek dari emiten kepada para investor selama masa tertentu sebelum efek tersebut dicatat pad bursa.

  Di Indonesia sendiri terdapat beberapa macam pasar modal, menurut Gitosudarmono (2000 : 245) yaitu : a.

  Perkembangan pasar modal adalah penyalahgunaan secara optimal dana yang dimiliki masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan.

  b.

  Dengan berkembangnya pasar modal dimana perusahaan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, maka hal ini sejalan dengan tujuan pemerataan hasil pembangunan, membuka kesempatan kerja dan mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat.

  Lukman dalam Anoraga (2008 : 37) adalah : a.

  Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. Manfaat pasar modal bagi pemerintah (pembangunan) menurut

  d.

  Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan memperoleh bunga obligasi bagi pemegang obligasi. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.

  b.

  Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

  Manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan.

  Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. k.

  Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. j.

  Tidak ada beban finansial yang tetap. i.

  h.

  Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi.

  g.

  Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.

  f.

  Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

  e.

  Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

  d.

2.1.3. Bentuk Pasar Modal

  14 Pasar (bursa efek) yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

  dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

  c.

  Pasar Tersier (Over The Counter Market) Pasar (bursa paralel) yang memperdagangkan efek untuk efek permasalahan tertentu dan memperdagangkan efek yang diperjualbelikan di pasar sekunder tetapi pembeliannya kurang dari 1 (satu) lot.

  d.

  Pasar Kuarter Pasar yang memperdagangkan efek di antara sesama pedagang efek dan umumnya dalam jumlah besar.

2.1.4. Saham

  Tandelilin (2001 : 18) mendefinisikan saham sebagai “surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.

  Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan atau kekayaan perusahaan. Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaaan”. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.

  Samsul (2006 : 45) menyatakan bahwa : saham merupakan tanda bukti kepemilikan perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham

  (shareholder/stockholder) . Saham dapat dijadikan bukti tanda

  penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Dengan membeli saham perusahaan maka pemegang saham akan mendapatkan hak untuk bersuara pada rapat umum para pemegang saham. Dalam hak suara tersebut, pemegang saham dapat menentukan langkah tujuan

  15

  perusahaan ke depan. Hak suara dipengaruhi oleh seberapa besar pemegang saham menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

  Sedangkan Weston dan Copeland (1992) memberikan pengertian tentang saham yaitu : tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham adalah untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Dengan membeli saham suatu perusahaan, pemegang saham akan mendapatkan suatu penghasilan dalam bentuk deviden dari keuntungan perusahaan. Deviden ini ditentukan sebesar saham yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin besar saham yang dibeli, maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan yang dibeli oleh investor di pasar modal dengan tujuan untuk memiliki perusahaan dan memperoleh deviden dari penghasilan perusahaan tersebut.

  Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas di masyarakat. Umumnya, saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa. Menurut Dharmadji (2006 : 8), jenis-jenis saham antara lain : a.

  Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki hak istimewa.

  Pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat pembagian deviden dan likuidasi perusahaan.

  b.

  Saham Preferen (Preferend Stock) Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu, pemegang saham berhak mengajukan usul pengajuan calon anggota dewan komisaris dan direksi.

  c.

  Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Setiap pemegang saham atas unjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut dan memperoleh bayaran atas deviden dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  d.

  Saham Atas Nama (Registered Stock)

  Jenis saham ini adalah saham dimana nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh deviden dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham.

2.1.5. Manfaat dan Risiko Saham

  Menurut Dharmadji (2006 : 11), pada dasarnya secara ekonomis ada dua keuntungan dan manfaat yang diperoleh dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :

  a. Deviden Deviden yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai dan deviden saham. Deviden tunai (Cash Deviden) berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap tahun. Sedangkan deviden saham (Stock

  Deviden) berarti kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah

  saham yang dimiliki pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.

  b. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.

  Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di

  pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya siang hari jika harga saham mengalami kenaikan. Di samping itu, ada kemungkinan juga emiten memberikan saham bonus (saham yang dibagikan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham). Agio saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal pada saat melakukan penawaran di pasar perdana. Selain keuntungan secara ekonomis yang didapat para pemegang saham, ada manfaat secara non-ekonomis yang diperoleh yaitu kepemilikan hak suara dalam rapat umum para pemegang saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan.

  Ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal denga kepemilikan saham, yaitu :

  16 a. Tidak mendapat deviden Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan mengalami keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan mengalami kerugian. Sehingga dapat dikatakan bahwa potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan.

  b. Capital Loss Pada aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan

  capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya

  pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, pemodal mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang membesar seiring menurunnya harga saham maka investor rela menjual saham dengan harga rendah (cut loss). Untuk menghindari kemungkinan risiko keuangan, maka investor dapat menghubungi penasihat investasi dan pialang yang dapat memberikan nasihat mengenai investasi yang akan dilakukan. Para pemegang saham harus mampu memprediksi perusahaan yang akan menjadi tujuan investasi apakah mempunyai prospek kinerja perusahaan uyang bagus atau tidak.

2.1.6. Nilai Saham

  Nilai saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, menurut Anoraga (2008 : 59) yaitu :

  a. Par Value (Nilai Nominal) Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan akuntansi. Dalam modal suatu perseroan, dikenal adanya modal investor. Perubahan modal yang disetor ini sama dengan merupakan suatu nilai yang berguna bagi pencatatan akuntansi, dimana nilai nominal yang dicatat sebagai model ekuitas perseroan di dalam neraca. Setiap saham yang diterbitkan di Indonesia harus mempunyai nilai nominal yang tercantum pada surat sahamnya. Namun satu jenis saham yang lama harus mempunyai satu jenis nilai nominal.

  b. Base Price (Harga Dasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant dan lain-lain,

  17 sehingga harga saham dasar yang baru bisa dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan.

  Nilai Dasar = Harga Dasar x Total Saham yang Beredar

  c. Market Price (Harga Pasar) Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang diterbitkan, maka didapat market value.

  Nilai Pasar = Harga Pasar x Total Saham yang Beredar

  Klasifikasi nilai pasar menurut Anoraga (2008 : 59) :

  a. Big-Cap (> Rp. 5 triliun), disebut juga blue-chip/saham papan atas/saham lapis pertama.

  b. Mid-Cap (Rp. 1 triliun – Rp. 5 triliun), disebut juga baby blue- chip /baby blues/saham lapis kedua.

  c. Small-Cap (< Rp. 1 triliun), disebut juga saham lapis ketiga.

2.1.7. Harga Saham

  Menurut Anoraga (2008 : 100), “harga saham merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh setiap investor untuk memperoleh bukti penyertaan atau kepemilikan suatu perusahaan. Saham dapat menarik investor karena adanya keuntungan yang dinikmati para pemegang saham yang berasal dari naiknya harga saham”. Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham terbentuk dari hasil permintaan dan penawaran pasar, dimana pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat.

  18

  19 Kondisi permintaan dan penawaran atas saham yang fluktuatif tiap hari akan

  membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan naik, tetapi apabila kondisi dimana penawaran saham lebih banyak, maka harga saham akan menurun.

  Pada aktivitas di pasar modal, harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan investasi, karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan. Bagi investasi di pasar modal. Hal ini memicu investor untuk menganalisis penentuan saham yang dituju guna mendapatkan return yang diinginkan investor.

2.1.8. Analisis Harga Saham

  Menurut Jogiyanto (2000 : 88), terdapat 2 (dua) macam jenis analisis untuk menentukan nilai saham, yaitu analisis sekuritas fundamental dan analisis teknikal.

  a. Analisis Fundamental Analisis yang sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis fundamental mempunyai konsep dasar bahwa nilai perusahaan tercermin dari kinerja keuangan yang baik atau bagus, maka saham yang beredar di pasar modal ayng akan diminati investor dan harganya akan ikut meningkat. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut dengan taksiran harga saham. Analisis ini sering disebut dengan company analysis (Robert Ang dalam Anoraga, 2008 : 109). Di dalamnya menyangkut analisis kekuatan dan kelemahan dari perusahaan tentang kegiatan operasional dan prospek ke depannya. Dalam membuat peramalan

  20

  harga saham, langkah terpenting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden) yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan faktor tersebut, sehingga memperoleh taksiran harga saham.

  b. Analisis Teknikal Analisis ini sering dipakai oleh investor dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik atau program komputer.

  Analisis ini berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individu maupun gabungan, serta faktor lain yang bersifat teknik. Analisis teknikal pada dasarnnya merupakan upaya untuk menentukan saat yang terbaik dalam membeli atau menjual saham dengan memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham dengan memanfaatkan indikator teknik atau menggunakan analisis grafik.

  Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan penembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka investor akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimiliknya, termasuk di antaranya informasi kinerja keuangan.

  Informasi kinerja keuangan merupakan sumber informasi intern bagi investor atau masyarakat yang didapat dari laporan keuangan suatu perusahaan. Munawir (2001 : 64) menyatakan bahwa : para investor berkepentingan pada laporan keuangan suatu perusahaandalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual sekuritas berdasarkan Rasio keuangan sangat penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang dilaporkan. Dengan adanya rasio keuangan, para investor dapat mengetahui pergerakan harga saham dan prospek harga saham ke depan. Perkembangan harga saham tidak akan lepas dari perkembangan kinerja keuangan perusahaan. Dengan kinerja perusahaan terus meningkat, akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang ikut meningkat (Van Horne dan Wachowicz, 2005 : 202).

  Tujuan pelaporan keuangan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan kelompok tertentu saja. Dari laporan keuangan yang diterbitkan, setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan perusahaan membaik atau

  21 memburuk selama periode tertentu (Van Horne dan Wachowicz, 2005 : 202). Hal ini akan membantu investor dalam menilai ketidakpastian penerimaan deviden di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko dari investasi yang dilakukannya.

  Analisis laporan keuangan yang berupa rasio keuangan berupaya mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisis tehadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan. Dari rasio keuangan yang diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun investor akan dapat menilai kinerja perusahaan dan melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan, sehingga dapat menambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa rasio keuangan yang biasa digunakan untuk menganalisis harga saham, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dividend yield dan earning per share.

2.1.10.Dividend Yield (DY)

  Secara umum pengertian deviden adalah pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dan yang diberikan kepad investor. Besarnya deviden yang dibayarkan akan menentukan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan, semakin besar deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham maka sisa dana yang akan digunakan untuk mengembangkan

  22

  23

  perusahaan akan semakin kecil. Demikian pula apabila semakin rendah laba yang ditahan maka akan memperkecil pertumbuhan deviden.

  Peningkatan atau pertumbuhan pembayaran deviden sering diindikasikan sebagai keyakinan menajemen akan prospek perusahaan.

  Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, hal ini mungkin akan diindikasikan sebagai harapan manajemen akan membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya jika pembayaran deviden menurun, mungkin akan diindikasikan sebagai

  Hirt (2006) menyatakan bahwa :

  dividend yield merupakan hasil persentase dari keuntungan per lembar

  saham dibagi dengan harga pasar per lembar saham yang diterima perusahaan. Tingginya suatu dividend yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, sehingga saham tersebut harus dibeli dan ditahan sementara (buy and hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian hari harganya naik. Kekuatan yang dapat diprediksi dividend yield berasal dari peranan kebijakan deviden dalam membagikan hasil yang telah diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham. Menurut Moin (2003), devidend yield adalah “perbandingan antara

  

devidend per lembar saham dengan harga saham per lembar. Harga saham

  yang digunakan biasanya adalah harga saham pada akhir tahun. Devidend

  

yield ini menunjukkan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang

saham untuk setiap rupiah harga saham pasar”.

  Kebijakan devidend merupakan faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dan kebijakan tersebut akan menentukan seberapa besar bagian dari keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan dan yang akan ditahan dalam perusahaan. Berbagai kebijakan pembayaran devidend menurut Riyanto (1995), yaitu : a. Kebijakan devidend yang stabil

  Perusahaan yang menjalankan devidend yang stabil artinya jumlah

  devidend per share yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap

  selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahun berfluktuasi.

  b. Kebijakan devidend dengan penetapan jumlah Devidend Payout Rasio (DPR) yang konstan Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan DPR yang konstan ini berarti bahwa jumlah Devidend Per Share yang dibayarkan setiap tahun akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

  c. Kebijakan devidend dengan penetapan jumlah devidend minimal plus Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal devidend per lembar saham setiap tahun. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan membayarkan devidend ekstra di atas jumlah minimal tersebut.

  d. Kebijakan devidend yang fleksibel Besar deviden payout tiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

  Terdapat tiga teori mengenai kebijakan deviden menurut Keown (1996), yaitu :

  a. Dividend Irrelevance Modigliant dan Miller (1961) berpendapat bahwa kebijakan devidend tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham maupun cost of

  capital -nya. Argument inilah yang disebut bahwa pembayaran devidend dinaikkan maka perusahaan dapat mengimbanginya dengan

  cara mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran devidend.

  b. Bird In Hand Theory Myton Gordon dan J Lintner (1959) mengemukakan bahwa pemegang saham lebih menyukai kalau earning yang dibagikan dalam bentuk devidend daripada laba ditahan. Alasan mereka adalah bahwa pembayaran devidend merupakan penerimaan yang pasti dibandingkan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori inilah yang disebut dengan “Bird In Hand Theory”.

  24 c. Tax Differential Theory Litzen Berger dan Ramaswany (1979) mengemukakan seorang investor akan dikenai pajak pendapatan seseorang atau pendapatan yang relevan baginya adlah pendapatan setelah pajak. Dengan demikian tingkat keuntungan yang diisyaratkan juga setelah pajak.

  Maka berdasarkan kebijakan devidend dan teori kebijakan devidend tersebut, dalam penelitian ini menggunakan Devidend Yield (DY) untuk mengukur pembayaran devidend pada pemegang saham atas pemegang saham atas harga saham perusahaan tersebut. Devidend Yield (DY) menunjukkan deviden yang dibayarkan untuk setiap lembar saham biasa dan

  Dividend Yield = Dividend Per Share Harga Saham

2.1.11.Earning Per Share (EPS)

  Baridwan (1992) memberikan pengertian tentang Earning Per Share (EPS) yaitu : jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. Earning per share (EPS) dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan, apabila pendapatan perusahaan naik maka earning per share (EPS) akan naik pula. Tetapi apabila pendapatan perusahaan turun maka earning per share (EPS) akan turun pula. Hal ini akan mempengaruhi harga saham karena pergerakan harga saham, pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan. Earning per share (EPS) merupakan seberapa besar tiap lembar saham dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya.

  Earning per share (EPS) yang tinggi akan menandakan bahwa

  perusahaan tersebut mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik terhadap para pemegang saham. Sebaliknya jika tingkat earning

  per share (EPS) rendah, menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan pemegang saham.

  Oleh karena itu, earning per share (EPS) dapat dikatakan juga sebagai jumlah laba untuk satu lembar saham yang dimiliki pemegang saham.

  25

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Public di Bursa

  berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  dividend per share dan earning per share

  berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan

  earning per share

  berpengaruh namun

  per share tidak

  Secara parsial, dividend

  

dividend per

share dan

earning per

share

  Efek Indonesia

  26 Menurut Siamat (1995), earning per share (EPS) atau laba per lembar

  saham “merupakan keuntungan yang dapat dihasilkan dari penawaran setiap unit saham selama satu periode tertentu yang dinyatakan dari pembayaran setiap unit saham selama satu periode tertentu yang dinyatakan dalam mata uang”.

  Per Share dan Earning Per Share

  Pengaruh Dividend

  Tarakanita Intan (2009)

  Penelitian Hasil Penelitian

  Peneliti Judul Variabel

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan harga saham, antara lain :

  Earning Per Share = Jumlah Saham yang Beredar Laba Bersih_______

  Menurut Moin (2003), earning per share menunjukkan “bagian laba yang dinikmati oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Besar kecilnya EPS dipengaruhi oleh laba bersih dan jumlah saham dengan mengeluarkan lembar saham baru sementara laba tidak berubah, maka EPS akan semakin kecil.

  Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go

  27 Roy

  earning per share

  Per Share

  (EPS) Dan Dividend

  Yield (DY)

  Terhadap Harga Saham Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

  

earning per

share

  dan

  

dividend yield

  setelah melakukan akuisisi secara parsial

  berpengaruh terhadap harga saham dan

  signifikan terhadap harga saham Fidhi Himawan (2007)

  dividend yield tidak

  berpengaruh, namun secara simultan earning

  per share dan dividend yield berpengaruh

  terhadap harga saham Pontiff dan Schall (1998)

  Book-to-Market Ratios as Predictors of Market Returs book to market, dividend yield dan bond yield book to market

  berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan dividend

  yield dan bond yield

  tidak berpengaruh terhadap harga saham

  Pengaruh Earning

  yield tidak berpengaruh

  August Tambunan (2007)

  Terhadap Harga Saham Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Periode 1998-2001

  Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

  

dividend per

share

  dan

  

earning per

share dividend per share dan earning per share

  mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham

  Damayanti (2001)

  Pengaruh Dividend

  Per Share Dan Earning Per Share

  

dividend per

share dan

earning per

share

  berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan dividend

  Dividend per share

  berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan earning per

  share tidak berpengaruh

  terhadap harga saham William Agung Wagiri (2013)

  Pengaruh Dividend

  Yield , B/M (Book To Market) dan Earning Yield

  Terhadap Harga Saham Perusahaan pada Sektor Aneka Industri Periode 2007-2011

  dividend yield, book to market,

earning yield

book to market dan earning yield

  Sumber : data diolah oleh peneliti, 2013

2.3. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  Dividend Yield (X 1)

  Harga Saham (Y)

  Earning Per Share (X 2) Sumber : data diolah oleh peneliti, 2013

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Jika dividend yield semakin besar ini berarti perusahaan tersebut dinilai baik kinerjanya oleh para investor, sehingga akan menarik minat para investor untuk membeli saham dari perusahaan tersebut dan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut naik. Sebaliknya jika dividend yield semakin kecil diindikasikan sebagai penurunan kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi minat investor dalam membeli saham perusahaan tersebut dan secara otomatis harga saham pun akan menurun. Dengan adanya earning per share yang tinggi menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut. Hal ini dimungkinkan karena kinerja perusahaan baik, sehingga menyebabkan harga saham naik. Sebaliknya jika earning per share rendah dimungkinkan deviden yang dibayarkan rendah maka harga saham semakin rendah pula, sehingga investor enggan untuk memiliki saham tersebut. Dengan demikian secara berangsur-angsur harga saham yang memiliki earning per share rendah akan mengalami penurunan dikarenakan minat investor yang rendah untuk membeli saham perusahaan tersebut.

  28

2.4. Hipotesis Penelitian

  Menurut Kerlinger dalam Sangadji dan Sopiah (2010 : 89), hipotesis adalah “prediksi tentang fenomena dan pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih”. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

  1. Hipostesis 1

  Dividend yield dan earning per share mempunyai relevansi terhadap

  perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun simultan.

  2. Hipostesis 2

  Dividend yield dan earning per share mempunyai relevansi terhadap

  penilaian harga saham pada 3 hari setelah publikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun simultan.

  3. Hipostesis 3

  Dividend yield dan earning per share mempunyai relevansi terhadap

  penilaian harga saham pada 15 hari setelah publikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun simultan.

  29

4. Hipostesis 4

  

Dividend yield dan earning per share mempunyai relevansi terhadap

  penilaian harga saham pada 30 hari setelah publikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, baik secara parsial maupun simultan.

  30

Dokumen yang terkait

Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

15 277 82

Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 67 127

Analisis Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009.

0 47 93

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

0 1 24

Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Stock Split dan Financial Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal dan Saham 2.1.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham - Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) T

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham - Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

0 0 19

Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 29