Manusia dan alam semesta dalam

MANUSIA DAN ALAM
SEMESTA
Oleh:
1. T. Muhammad Shandoya
2. Muhammad Vicki
3. Wahyu Aulia

DEFINISI MANUSIA
• Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi-fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku
yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan bawaan. Semakin
tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan
semakin lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya.
• Pada primata(bangsa monyet) yang lebih tinggi bahkan dapat ditemukan intelegensi
yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan sehingga
memungkinkan binatang untuk melampaui pola-pola kelakuan yang telah digariskan
secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar
eksitensinya yang tertentu masih tetap sama

• Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakekatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan

antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya
di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh
Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan
perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

PERSEPSI TENTANG MANUSIA
• Konsep manusia dalam Islam termaktub dalam alqur’an dan hadits. Manusia diciptakan
Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang tersimpan dalam tempat yang kokoh.
Nuthfah dijadikan darah beku, darah beku jadi mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut
dengan daging, sehingga menjadi makhluk lain. Dalam hadits Bukhari-Muslim
mengartikulasikan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari darah beku dan 40 hari mudghah.
• Dalam Al-Quran dan As-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

• Manusia adalah satu-satunya makhluk di alam yang memiliki kapasitas untuk
menyandang predikat khalifah Tuhan di muka bumi. Makhluk dengan kedudukan agung

ini akan sangat merugi jika mencintai dunia secara berlebihan dan melalaikan posisi
tingginya di jagad raya ini.
• Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu
siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Dua jenis pengetahuan ini menentukan
evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya. Agama mengajak manusia untuk mengenal
dirinya. Pokok-pokok ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu
dan jangan melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu.

DESKRIPSI AL-QUR’AN TENTANG
MANUSIA
• Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur materi dan immateri.
Unsur materi manusia seperti air, tanah, debu, tanah liat, sari pati tanah, sari pati air
yang hina, tanah hitam seperti tembikar. Dari berbagai perspektif ayat tersebut dapat
dipahami bahwa unsur materi yang menjadi asal kejadian manusia adalah dua unsur
yaitu tanah dan air.
• Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi dan ruhani.
• Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan keimanan (tauhid).
• Manusia dibekali dengan berbagai kelebihan.
• Manusia memiliki kelemahan-kelemahan.


• Konsep manusia dalam Islam termaktub dalam alqur’an dan hadits. Manusia diciptakan
Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang tersimpan dalam tempat yang kokoh.
Nufhfah dijadikan darah beku, darah beku jadi, mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut
dengan daging, sehingga menjadi makhluk lain. Dalam hadits Bukhari-Muslim
mengartikulasikan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari darah beku dan 40 hari mudghah.
• Namun dalam Al-Quran dan As-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
• 12.) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
• 13.) Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
• 14.) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
• 15.) Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.

(QS. Al- Mu’minuun 23 : 12-15).

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


‫ت ال عنج لين يوال عإنن عيس إن ل يلا ل نييععدبددونن‬
‫يويما ي‬
‫خل يقع د‬

• Artinya: ”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS
Adzariyat : 54)

• Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia
dengan kekuasaanya dan kemaha dahsyatannya membuat manusia tidak ada pilihan selain dari
mengabdi dan melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika memilih untuk tidak taat
dan patuh pun manusia lah yang akan merugi. Allah telah memberikan jalan terbaik dan
dampak yang baik akan didapatkan oleh manusia. Untuk itu akan sangat banyak manfaat
beriman kepada Allah SWT yang akan menyelamatkan bukan menyesatkan kita.

• Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan

kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang tercermin seperti Shalat dan ibadah saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia
pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang
menyangkut hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang
menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
• Sebagai makhluk ciptaan Allah hendaknya kita sadar betapa pentingnya seorang manusia
untuk mengetahui apa-apa yang perintahkan dan apa-apa yang dilarang-Nya melalui ilmu.
Sehingga belajar dan terus belajar (menuntut ilmu) itu tidak akan ada habisnya sampai kita
mati. Dari ilmu itulah akan melahirkan amalan.

• Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi khalifah di
muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi pemimpin yang mengatur dan memakmurkan apa-apa yang ada di bumi,
seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya,
perikanannya dan manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi
untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka
Sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan
dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT
dan Rasulullah SAW.


ISTILAH ALAM DALAM AL-QURAN

• Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe (inggris), dalam
bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang dalam bentuk jamak
[ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. Pemahaman kata
‘alamin, bentuk jamak al-quran tersebut mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi
manusia. Bagi kaum teolog, mendefenisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”.
• Bagi filosof Islam, alam di defenisikan sebagai “kumpulan maddat(materi) dan shurat
(bentuk) yang ada di bumi dan di langit”. Sedangkan perspektif Al-Qur’an alam adalah
“kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang
mendekati makhluk berakal”.

HAKEKAT ALAM SEMESTA
• Alam semesta (universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi oleh
manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap
oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan
bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata:
[kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli]
“setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”.
• Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta karena ada

rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk bertanya dan berfikir.

TUJUAN MEMAHAMI ALAM
• Dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan tentang alam semesta dan berbagai fenomenanya
secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat. Secara umum ayat-ayat ini memerintahkan
manusia untuk memperhatikan, mempelajari dan meneliti alam semesta. Dalam artian,
Al-Qur’an bukanlah ensiklopedi kealaman. Salah satu tujuannya secara eksplisit adalah
bagaimana manusia menyadari bahwa di balik “tirai” alam ini ada Dzat yang Maha
Besar yaitu Allah SWT.

DIAMETER ALAM SEMESTA
• Allah berfirman menantang manusia dan jin:


‫طيا طملعطشطر ال لبجبلن طوال لبإن لبس بإبن الستطططلعتسلم أ طلن تطن لسفسذوا بملن أ طلقططابر ال لطسطماطوا ب‬
‫ت طوال لأ طلربض طفان لسفسذوا طلا تطن لسفسذوطن بإ لطلا ببسسل لططانن‬

• Artinya: “Hai bangsa jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.
(Ar-Rahman:33).


• Secara Ilmiah ditetapkan bahwa tidak mungkin bagi seseorang dapat keluar dari alam semesta,
karena jarak yang memisahkan kita bahwa galaksi paling jauh adalah sama dengan dua puluh
ribu juta tahun cahaya, dan sekalipun manusia mampu berjalan dengan kecepatan cahaya karena
ia merupakan kecepatan tertinggi di alam semesta, maka tetap ia membutuhkan waktu dua puluh
ribu juta tahun. Renungkanlah, apakah ada yang mampu? Fakta ilmiah ini ditetapkan Al-Qur'an
sejak empat belas abad yang lalu.

CARA-CARA MEMAHAMI ALAM
• Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara memahami alam raya ini dapat
dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium dan peraba. Artinya, semua alat utama
ini dapat membantu manusia untuk melakukan pengamatan dan eksperimen. Panca indera belumlah
cukup atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi dibutuhkan lagi yaitu penalaran atau akal. Di
samping alat indera dan akal manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu dan ilham.


‫ي سلؤبمسنوطن‬

‫سقبل ٱنسظسرواا طماطذا بفى ٱل ل طسيطميطو ب‬
‫عن طقلونم لطلا‬

‫ت طوٱل لأ طلربض طوطما تسلغبنى ٱللطءاي يط س‬
‫ت طوٱلن لسسذسر ط‬

• Artinya : Katakanlah, "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman.
(Q.S:Yunus :101).

• Allah swt memerintahkan agar manusia memperhatikan dan meneliti kejadian langit dan bumi
serta semua yang ada di dalamnya. Memikirkan ciptaan Allah, akan tetapi bukan Dzat Allah swt.
Karena yang dapat dipikirkan dan dapat diteliti adalah semua ciptaan Allah saja. Ciptaan itu
sendiri adalah benda alam (makhluk Allah). Jadi bukan karena benda tersebut manusia
memperhatikan, memikirkan, menelitinya, akan tetapi kesemuanya adalah ciptaan Allah.
Kebesaran dan keperkasaan Allah, yang telah menjadikan semua yang ada di langit dan di bumi,
memberi manfaat bagi dunia dan manusia.
• Dengan memikirkan semua ciptaan Allah itu kelak akan memberikan kepada manusia kekuatan
iman dan kemampuan untuk menganalisa dan meneliti segala yang akan memberi manfaat bagi
manusia di dunia. Demikian juga tetap berkeyakinan bahwa semua yang maujud itu adalah
ciptaan Allah semata


PERSPEKTIF INTELEKTUAL ISLAM
TENTANG CARA MEMAHAMI ALAM
• Bagi Muhammad Abduh, sebagaimana dituturkan dalam bukunya Risalah At-Tauhid,
berikut ini:
• “Cobalah amati tumbuh-tumbuhan dan binatang yang lengkap kekuatan dan
kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Amati pula alam yang tidak
mempunyai panca indera seperti tumbuh-tumbuhan yang mampu menghirup makanan
yang sesuai baginya. Coba perhatikan bagaimana mungkin biji labu air yang ditanam di
samping biji semangka pada kebun yang sama, di sirami dengan air yang sama. Akan
tetapi bisa berbeda rasa yaitu pahit dan manis”.

KESIMPULAN
• Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakekat manusia adalah
makhluk biologis, psikologis, dan sosial yang mengemban tugas sebagai hamba Allah
(QS. Adz Dzariyat [51]:56) dan fungsinya sebagai khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah
[2]:30) yang memiliki kewajiban memakmurkan dan mengatur segala sesuatu yang ada
di bumi ini untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri.
• Allah menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan manusia. Sudah
seharusnya manusia menjaga dan melestarikannya. Konsep tauhid Islam melarang kita
memandang alam secara berlebih-lebihan atau bahkan menyembah dan mensakralkan

karena itu dapat membawa kita ke lembah syirik yang tidak terampuni.