Deskripsi dan Klaim Paten antimutagenik

Deskripsi dan Klaim Produk Paten “Proses Produksi dan Formulasi Mi
Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung Termodifikasi’’
(Nomor Pendaftaran Paten P00200600052)
“Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Hak atas Kekayaan Intelektual”

Disusun Oleh:
1. Adhitya Firmansyah

(8111412163)

2. Rama Tantowijaya(8111412169)
3. Nugraheni Meimasari

(8111412246)

4. Zaka Arditya Maulana

(8111412271)

5. Indah Tri Purwanti


(8111412272)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai prinsip-prinsip dasar pembuatan
spesifikasi pembuatan dokumen permohonan paten yang dikhususkan terhadap deskripsi dan
klaim paten serta contoh produk paten yang telah memiliki deskripsi dan klaim paten sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Terselesaikannya makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan dari beberapa pihak. Karena
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Hak atas
Kekayaan Intelektual yang telah memberikan tugas makalah ini dan memberikan pengarahan,
sehingga kami menjadi bertambah pengetahuannya.
Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan, kami sangat menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Karena itu, kami berharap agar pembaca

berkenan menyampaikan kritik dan saran. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca. Dan secara khusus menginspirasi generasi
bangsa ini agar menjadi generasi yang tanggap dan tangguh. Jadilah generasi yang bermartabat,
kreatif dan mandiri.

Semarang,

Mei 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Spesifikasi Dokumen Permohonan Paten..................3
2.2 Deskripsi dan klaim paten dari produk paten yang berjudul “Proses Produksi dan
Formulasi Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung Termodifikasi”
...........................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................18
3.2 Saran.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Negara yang menguasai dunia adalah negara yang menguasai teknologi. Amerika serikat,

Jerman, Perancis, Rusia dan Cina merupakan contoh negara yang sangat maju dalam bidang
teknologi sehingga mereka mampu memberi pengaruh bagi negara lain. Negara-negara tersebut
melindungi teknologi mereka secara ketat. Jadi jika ada seorang mahasiswa asing yang belajar
dalam bidang teknologi di negara-negara tersebut, maka dosen tidak menularkan seluruh ilmunya
kepada si mahasiswa tersebut. Karena itu, Indonesia perlu merangsang warga negaranya untuk
mengembangkan teknologi dengan mengembangkan sistem perlindungan terhadap karya
intelektual di bidang teknologi yang berupa pamberian hak paten.
Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang
berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters patent,
yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif kepada individu
dan pelaku bisnis tertentu.

Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong

inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya,
inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak
mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap
sebagai hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang

untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ayat 1).
Dalam pendaftaran paten, struktur dokumen paten harus sesuai dengan ketentuan kantor paten
Indonesia yaitu memuat Deskripsi (penulisan secara lengkap dan jelas dari invensi sehingga
dapat dimengerti oleh orang yang ahli dibidangnya) yang mencakup : Judul, Bidang Teknik
invensi, Latar Belakang Invensi, Ringkasan Invensi, Uraian Singkat Gambar (jika ada), Uraian
Lengkap Invensi, Klaim, Gambar (jika ada) dan Abstrak. Untuk lebih jelasnya terdapat produk
“Proses Produksi dan Formulasi Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung
Termodifikasi” yang merupakan salah satu contoh produk paten yang memuat deskripsi dan

klaim sebagai persyaratan struktur dokumen paten. Bagaimana uraian lengkapnya selanjutnya
akan dibahas di dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prinsip-prinsip dasar pembuatan spesifikasi dokumen permohonan paten terkait
deskripsi paten dan klaimnya?
b. Bagaimana deskripsi dan klaim paten dari produk paten yang berjudul “Proses Produksi
dan Formulasi Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung
Termodifikasi”?
1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar pembuatan

spesifikasi

dokumen

permohonan paten terkait deskripsi paten dan klaimnya.
b. Untuk mendeskripsikan produk paten yang yang berjudul “Proses Produksi dan
Formulasi Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung Termodifikasi”.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Spesifikasi Dokumen Permohonan Paten

1. Pendahuluan
Persyaratan pengajuan permohonan paten didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam
Bab III, yang meliputi Pasal 20, 21, 22, 23,dan 24 Undang-undang Paten Nomor 14 Tahun 2001.
Secara khusus, Pasal 24 menyatakan bahwa:
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal

HKI.
(2) Permohonan harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;
b. alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon;
c. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;
d. nama dan alamat lengkap lengkap Kuasa apabbila Permohonan diajukan melalui kuasa;
e. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan oleh Kuasa;
f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi invensi;
g. Judul invensi;
h. Klaim yang terkandung dalam invensi;
i. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksanakan invensi;
j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi;
dan
k. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengajuan Permohonan diatur dengan peraturan
pemerintah.
Pada kesempatan ini, makalah dikhususkan terutama untuk ketentuan yang dinyatakan dalam
butir (g) s/d (k) di atas, yaitu cara penyajian dan penulisan spesifikasi permohonan paten,
termasuk strategi penulisannya yang sangat menentukan apakah suatu invensi dapat diberi atau
ditolak patennya. Selain itu, penulisan yang benar dan tepat juga menentukan lingkup

perlindungan patennya, dan mempengaruhi lamanya waktu pemeriksaan terutama pada saat
pemeriksaan substantif karena tidak ada waktu terbuang hanya untuk memperbaiki spesifikasi
dokumen permohonan tersebut.
2. Pemeriksaan dokumen permohonan paten

Secara umum ada 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk setiap permohonan paten yaitu:
 Pemeriksaan formalitas yang meliputi pemeriksaan administratif dan fisik
Selain hal-hal yang bersifat administratif yang disebutkan pada bagian pendahuluan di atas,
terdapat persyaratan fisik yang harus dipenuhi. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan
formalitas, ditemukan adanya

kekurangan persyaratan fisik, hal ini

tidak mempengaruhi

tanggal penerimaan (filling date). Dalam hal ini pemohon akan diminta untuk memenuhi
kekurangan persyaratan tersebut yang apabila kekurangan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka
waktu yang ditetapkan, maka tanggal penerimaan yang telah diberikan

dapat diundur dan


disamakan dengan tanggal dipenuhinya persyaratan tersebut. (Sebagaimana yang telah diketahui,
tanggal penerimaan ini sangat penting dan kritis pada saat menentukan kebaruan dan langkah
inventif suatu invensi yaitu pada saat dilakukan pemeriksaan substantif).
 Pemeriksaan substantif
Pada tahap ini, pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen permohonan paten yang pada
dasarnya meliputi: (1) kejelasan, (2) kesatuan invensi, (3) kekonsistenan, (4) Kebaruan, (5)
langkah inventif, dan (6) dapat diterapkan dalam industri
Dengan mengetahui/memahami hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi diberikan atau
ditolaknya suatu permohonan paten, penulisan spesifikasi yang meliputi deskripsi, klaim dan
abstrak menjadi sangat penting.
3. Prinsip-prinsip Dasar Penulisan Dokumen Paten
 Ada dua hal mendasar yang harus ada dalam dokumen paten yaitu :
a. Lingkup perlindungan
Dokumen Paten harus menggambarkan lingkup perlindungan yang akan diklaim
(dimintakan perlindungan). Lingkup perlindungan ini ditulis dalam bentuk klaim-klaim dan
klaim-klaim tersebut harus didukung oleh deskripsi .
b. Informasi
Dokumen Paten harus menggambarkan invensi secara jelas sehingga dapat dibaca dan
diprakatekkan oleh orang yang ahli dibidangnya.


Selain dua hal mendasar diatas yang perlu diingat, adalah bahwa apabila spesifikasi telah
didaftarkan ke DitJend HKI, spesifikasi tersebut tidak dapat diperluas lagi atau ditambah dengan
hal-hal yang baru. Jika pengungkapan atau informasi dari invensi tersebut tidak lengkap, dapat
mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh paten.
 Struktur Dokumen Paten sesuai dengan ketentuan kantor Paten Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Deskripsi, adalah penulisan secara lengkap dan jelas dari invensi sehingga dapat dimengerti
oleh orang yang ahli dibidangnya dan mencakup :
a. Judul
Judul seharusnya dinyatakan secara singkat dan jelas, serta menunjukkan bidang teknik yang
dimaksud dalam uraian invensi terutama klaim mandirinya. Contohnya : “Komposisi herbisida”
atau “Komposisi Herbisida yang mengandung senyawa X”, akan tetapi ada beberapa hal yang
tidak diperbolehkan yaitu :
Judul yang berisi iklan (promosi), contohnya : “Komposisi Herbisida yang sangat manjur”.
Judul yang berisi merek dagang, contohnya: “Komposisi Herbisida “TIGA RODA”
b. Bidang Teknik invensi
Bidang Teknik Invensi menjelaskan secara ringkas inti invensi yang

dimintakan


perlindungan patennya. Biasanya Bidang Teknik invensi tidak lebih banyak dari judul dan
kadang-kadang dimasukkan juga indikasi dari klaim-klaim mandirinya. Sebagai contoh, jika
invensi adalah mengenai komposisi herbisida, metode pembuatan komposisi tersebut dan
penggunaannya untuk mengontrol pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan, maka ketiga
kategori ini biasanya disebutkan dalam Bidang Teknik invensi.
Contoh: Penemuan ini berhubungan dengan Komposisi herbisida , metode pembuatan komposisi
herbisida tersebut dan penggunaannya untuk mengontrol pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan.
c. Latar Belakang Invensi
Latar Belakang Invensi menjelaskan hal-hal yang berguna untuk pemahaman uraian dan
penelusuran dokumen paten. Latar Belakang Invensi dapat berisi dokumen terdekat (invensi
terdahulu yang paling relevan dengan invensi) yang telah diketahui oleh penemu sehingga orang

yang membaca invensi ini akan dapat melihat apa kelebihan invensi dibandingkan dengan
invensi terdahulu atau yang telah ada sebelumnya dan masalah yang bisa diatasi oleh invensi
sekarang. Invensi terdahulu tidak harus selalu berupa dokumen paten, tetapi dapat juga berupa
buku-buku teks, jurnal ilmiah, atau bahkan pengungkapan secara oral, misalnya pengungkapan
dalam suatu seminar atau juga sesuatu yang dapat kita amati secara langsung.
Contoh: “Dengan menggunakan alat pemarut kelapa yang ada di pasaran, pemakai harus
mengikis kulit ari kelapa terlebih dahulu apabila konsumen tidak menginginkannya. Tetapi
dengan alat dari invensi ini, kulit ari kelapa akan terkikis secara otomatis dengan menggunakan
tombol pengatur”
d. Ringkasan Invensi
Ringkasan Invensi adalah menjelaskan invensi secara umum. Guna dari Ringkasan Invensi
ini adalah untuk mengindikasikan apa inti dari invensi yang dapat mengatasi masalah yang ada
dalam invensi terdahulu. Penyelesaian masalah yang sebenarnya tidak perlu diuraikan disini.
Biasanya istilah yang digunakan dalam Ringkasan Invensi ini adalah susunan kata dalam klaim
utama, atau jika klaim utama lebih dari satu, maka dapat disebutkan susunan kata yang ada pada
masing-masing klaim mandiri. Ringkasan Invensi dapat juga mengindikasikan apa keuntungan
yang diberikan invensi.
e. Uraian Singkat Gambar (jika ada)
Bagian ini menjelaskan secara singkat keterangan dari gambar-gambar (Gambar 1 sampai
dengan n), baik gambar perspektif, tampak atas, depan, samping, grafik, dan lain-lain. Gambar
dijelaskan secara berurutan dengan keterangan singkat, contohnya:
Gambar 1 adalah gambar perspektif dari cangkir pemanas dari invensi.
Gambar 2 adalah gambar potongan melintang dari cangkir pemanas dari invensi.
f. Uraian Lengkap Invensi
Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting yang merupakan syarat utama yang harus
dipenuhi. Informasi harus secara cukup diberikan agar pembaca dengan keahlian biasa di
bidangnya dapat melaksanakan invensi tersebut atau dapat mewujudkan invensi tersebut dalam
bentuk yang sebenarnya. Pemohon sebaiknya mengungkapkan sebanyak dan seluas mungkin

informasi yang berkaitan, karena penambahan hal-hal baru hanya diperkenankan dalam kondisi
tertentu, misalnya hanya hal-hal yang bersifat memperjelas invensi, atau menambahkan data
pendukung untuk menunjukkan kelebihan invensi dibandingkan invensi terdahulu. Sebagai
contoh, dalam bidang kimia, farmasi dan bioteknologi, pemohon dapat mencantumkan sebanyak
mungkin senyawa (puluhan sampai ratusan senyawa dalam satu permohonan paten) dari satu
senyawa inti, asalkan contoh-contoh yang melengkapinya harus cukup mendukung hal tersebut.
Hal ini juga untuk mengantisipasi apabila pemeriksa paten menemukan dokumen
pembanding yang relevan, masih dapat dicari celah-celah yang memungkinkan untuk
mengamandemen invensi tanpa menambah feature baru dalam uraian. Dalam bagian ini,
penjelasan mengenai gambar yang diberikan secara singkat dalam Uraian Singkat Gambar,
dijelaskan secara lebih rinci. Selanjutnya, sebaiknya satu pemanfaatan invensi tersebut harus
diungkapkan untuk menunjukkan bahwa invensi tersebut dapat diterapkan dalam industri.
Pernyataan secara eksplisit bahwa suatu invensi dapat diterapkan dalam industri jarang
diungkapkan dalam uraian, tetapi kadangkala pemohon menginginkan untuk mengungkapkannya
apabila ada hal-hal yang dirasa perlu.
g. Klaim
Bagian ini merupakan bagian yang terpenting dari dokumen paten, karena klaim adalah bagian
dari invensi yang dimintakan perlindungannya.
Klaim terbagi dua yaitu: klaim mandiri (independent claim) dan klaim turunan (dependent
claim).
Contoh:
1. Senyawa dengan formula X  klaim mandiri
2. Senyawa sesuai klaim 1, yang selanjutnya juga meliputi senyawa X yang disubstitusi pada
cincin heterosiklik….  klaim turunan
3. Komposisi yang mengandung senyawa dengan formula X  klaim mandiri
4. Komposisi sesuai dengan klaim 3, dimana selanjutnya komposisi tersebut mengandung
senyawa formula Y  klaim turunan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat klaim adalah sebagai berikut:

1. Klaim harus didukung sepenuhnya oleh uraian (deskripsi). Deskripsi boleh lebih luas
lingkupnya dari klaim, tetapi klaim tidak dapat lebih luas dari uraian.
2. Orang yang membuat draft permohonan paten harus cermat dan hati-hati. Dalam sistem
pemeriksaan substantif paten, dalam penilaian kebaruan, berlaku sistem, “yang luas tidak
dapat mengantisipasi kebaruan dari yang sempit” tetapi “yang sempit dapat mengantisipasi
kebaruan dari yang luas”. Dengan demikian, klaim harus cukup luas untuk memperluas
lingkup perlindungannya tetapi harus cukup sempit agar kemungkinan terantisipasi oleh
dokumen pembanding dapat dieliminasi.
3. Klaim tidak boleh memuat gambar, kecuali apabila tidak dimungkinkan. Contoh: senyawa
kimia
4. Klaim juga tidak boleh merujuk pada uraian atau contoh-contoh yang ada dalam uraian.
h. Gambar (jika ada)
Gambar invensi dilampirkan ke dalam spesifikasi invensi untuk maksud penjelasan
perwujudan invensi. Gambar yang dimaksud di sini adalah gambar teknik dari suatu invensi yang
memuat tanda-tanda, simbol, huruf, angka, yang menjelaskan bagian-bagian dari invensi
tersebut. Dalam gambar hanya tanda yang berupa huruf atau angka yang boleh dicantumkan dan
tidak dibenarkan dalam bentuk tulisan, kecuali bila tulisan sangat diperlukan sebagai bagian dari
gambar yang bersangkutan. Bagan dan grafik dianggap sebagai gambar
i. Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat mengenai suatu invensi yang merupakan ringkasan dari
pokok-pokok penjelasan uraian dalam deskripsi, klaim ataupun gambar. Uraian tersebut harus
menunjukkan Bidang Teknik

Invensi yang disusun sedemikian rupa sehingga masalah,

pemecahan masalah dan penerapan penggunaan dari invensi tersebut dapat tercakup dalam
abstrak tersebut. Abstrak ditulis dengan jumlah kata kurang-lebih 200, dimulai dengan judul
invensi. Abstrak tidak boleh memuat pernyataan yang bersifat spekulatif atau pernyataan yang
menunjukkan penilaian lebih baik atau lebih berharga dari invensi sebelumnya. Abstrak dapat
memuat rumus kimia, atau tabel.

4. Persyaratan Fisik Dokumen Paten
-

Dari setiap lembar kertas, hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan untuk
penulisan deskripsi, klaim dan abstrak.

-

Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam lembaran kertas yang terpisah dengan ukuran
kertas A-4 dengan berat 80 gram dan dengan jarak sebagai berikut:
(i)

dari pinggir atas 2 cm (maksimum 4 cm)

(ii)

dari pinggir bawah 2 cm (maksimum 3 cm)

(iii)

dari pinggir kiri 2,5 cm (maksimum 4 cm)

(iv)

dari pinggir kanan 2 cm (maksimum 3 cm)

(v)

Kertas A4 tersebut harus dapat ditekuk, kuat, berwarna putih, rata, tidak mengkilat,
dan pemakaiannya harus dilakukan dengan menempatkan sisi-sisinya yang pendek di
bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar).

(vi)

Setiap lembar dari deskripsi dan klaim diberi nomor urut menurut agka arab pada
bagian tengah atas.

(vii)

Di pinggir kiri dari pengetikan deskripsi dan klaim, setiap lima barisnya diberi nomor
baris yang selalu dimulai dari awalnya tiap halaman baru.

(viii)

Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan warna hitam, dengan ukuran antara
baris 1,5 spasi, dan dengan huruf yang ukuran tinggi minimum huruf adalah 0,21 cm.

(ix)

Tanda-tanda dengan garis, rumus-rumus kimia atau matematika dan tanda-tanda
tertentu dapat ditulis dengan tangan atau dilukis.

(x)

Gambar harus dibuat dengan tinta hitam pada kerta gambar putih, masing-masing
dengan ukuran A4 dengan berat minimum 100 gram dan dengan jarak sbb.:

(xi)

- dari pinggir atas

: 2,5 cm

- dari pinggir bawah

: 1,0 cm

- dari pinggir kiri

: 2,5 cm

- dari pinggir kanan

: 1,5 cm

Pengajuan permintaan paten harus dilakukan dalam rangkap 3 (tiga, dimana 2 (dua)
di antara 3 rangkap tersebut harus merupakan dokumen asli.

2.2 Deskripsi dan klaim paten dari produk paten yang berjudul “Proses Produksi dan
Formulasi Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung Termodifikasi”
Deskripsi
PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI
DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI
Bidang Teknik Invensi
Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering. Lebih khusus
lagi proses pembuatan mi jagung kering tersebut disubstitusi dengan tepung jagung
termodifikasi.
Latar Belakang Invensi
Jagung merupkan bahan pangan yang banyak terdapat di Indonesia. Jagung dapat dijadikan
sebagai bahan baku pangan pokok seperti mi dengan kandungan karbohidratnya yang tinggi.
Invensi tentang mi jagung sudah banyak dilakukan, diantaranya mi yang dibuat dari
pencampuran pati jagung dan tepung jagung (Soraya, 2006) serta tepung jagung (Juniawati,
2003; Putra, 2008). Teknologi produksi mi jagung dapat menggunakan teknik sheeting maupun
ekstrusi (Hatorangan, 2007; Fahmi, 2007).

Namun demikian mi tersebut masih memiliki

beberapa kelemahan diantaranya tingkat kekerasan yang tinggi, kekenyalan yang rendah,
kelengketan yang tinggi, kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) yang tinggi dan tingkat
kesukaan pada kisaran netral.
Kenyataan tersebut menunjukkan perlunya cara untuk memperbaiki karakteristik mi jagung.
Cara yang dapat digunakan antara lain dengan melakukan modifikasi terhadap tepung jagung
yang digunakan sebagai bahan baku mi.

Modifikasi ini diarahkan untuk meningkatkan

kestabilan tepung jagung terhadap pemanasan dan pengadukan mengingat karakteristik yang
ingin diperbaiki adalah tingkat kekerasan, tingkat kekenyalan, tingkat kelengketan dan KPAP.
Pati yang mempunyai stabilitas pemanasan dan pengadukan yang tinggi dikategorikan pati
dengan karakteristik gelatinisasi tipe C yaitu pati yang mempunyai profil gelatinisasi dengan
puncak viskositas yang terbatas dan tidak mengalami penurunan viskositas selama pemanasan.

Modifikasi fisik dengan metode HMT (heat moisture treatment) diketahui dapat menggeser
profil gelatinisasi pati dari tipe A menjadi tipe B (Purwani et al, 2006), tipe B menjadi tipe C
(Collado et al, 2001; Shin et al, 2004). Aplikasi pati termodifikasi HMT tersebut diketahui dapat
memperbaiki karakteristik fisik mi diantaranya dapat meningkatkan elastisitas dan kekompakan
tekstur mi, menurunkan KPAP dan menurunkan kelengketan (Purwani et al., 2006).
Dari invensi ini diketahui bahwa substitusi pati jagung termodifikasi memperbaiki
karakkteristik mi jagung diantaranya menurunkan KPAP, menurunkan kekerasan dan
menurunkan kelengketan dan meningkatkan penerimaan organoleptik. Selain meningkatkan
karakteristik fisik dan organoleptik, substitusi pati jagung termodifikasi HMT juga dapat
meningkatkan kandungan pati resisten yang dapat berperan sebagai sumber serat serta
menurunkan indeks glikemik. Serat pada bahan pangan diperlukan untuk membantu sistem
pencernaan. Sementara itu, pangan dengan indeks glikemik rendah dapat membantu penderita
diabetes.
Penelusuran yang dilakukan melalui http://www.uspto.gov/patft/index.html diketahui bahwa
mi jagung telah terdapat pada paten no. US 6.083.551. Pada paten tersebut, mi jagung diproduksi
dari tepung jagung alami

yang mempunyai sifat fungsional terbatas sebagaimana sifat

fungsional sumber tepung alami lainnya. Selain melalui penelusuran ke alamat tersebut,
informasi yang diperoleh dari alamat

website ipb (http://www.ipb.ac.id), mi jagung sudah

terdaftar pada dirjen HKI departemen Hukum dan HAM RI dengan nomor pendaftaran
P00200600052. Judul paten tersebut menunjukkan bahwa mi jagung diproduksi dari pati dan
gluten jagung. Produksi mi dari pati dan gluten jagung membutuhkan suplai pati dan gluten
jagung yang kemungkinan hanya dapat disuplai oleh pabrik. Invensi ini menggunakan tepung
jagung termodifikasi HMT sebagai pensubstitusi tepung jagung alami sebagai bahan baku mi
sehingga mi yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang lebih baik bila dibandingkan dengan
mi yang diproduksi dari pati jagung alami saja ataupun mi yang diproduksi dari pati jagung dan
gluten jagung.

Ringkasan Invensi
Produksi dan formulasi mi jagung kering yang disubstitusi dengan tepung jagung
termodifikasi ini dilakukan untuk menghasilkan mi jagung dengan nilai gizi serta karakteristik

fisik dan organoleptik yang lebih baik bila dibandingkan dengan mi yang diproduksi dari mi
jagung alami.

Mi yang disubstitusi dengan tepung jagung termodifikasi HMT memiliki

kandungan pati resisten lebih tinggi, warna dan penampakan umum yang lebih menarik, KPAP
yang lebih rendah, kelengketan yang lebih rendah, dan tingkat kesukaan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan mi dari tepung jagung alami.
Produksi tepung jagung termodifikasi HMT dilakukan dengan terlebih dahulu mengatur
kadar air tepung jagung menjadi 24%. Tepung jagung kemudian dipanaskan pada suhu 100120oC selama 3 – 9 jam. Proses modifikasi tersebut menghasilkan tepung jagung dengan
karakteristik gelatinisasi tipe C yang ditandai dengan tidak adanya penurunan viskositas pada
pada profil gelatinisasinya (tidak ada breakdown), swelling volume 9,73 ml/g dan pelepasan
amilosa 1,49%. Untuk menghasilkan tepung jagung dengan karakteristik tersebut diperlukan
beberapa tahapan antara lain:
a.

tepung jagung diatur kadar airnya mencapai 24%;

b.

tepung jagung dimasukkan ke dalam loyang tertutup dan disimpan di suhu
refrigerator selama satu malam;

c.

loyang berisi tepung jagung dipanaskan di dalam oven udara pada suhu 100 –
120oC selama 3 – 9 jam;

d.

tepung termodifikasi yang diperoleh dikeringkan pada suhu 50oC selama 4 jam;

e.

tepung kering dihaluskan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 100
mesh.

f.

tepung jagung termodifikasi yang diperoleh digunakan untuk mensubstitusi tepung jagung
yang digunakan sebagai bahan baku mi jagung. Substistusi tersebut menghasilkan mi
jagung dengan karakteristik kimia dan fisik sebagai berikut: pati resisten mencapai 2,28%,
KPAP mencapai 7,27%, kekerasan 2229 gf, elastisitas 0,70 gs, dan kelengketan -52,30 gf.
Sementara itu, pengujian organoleptik menunjukkan bahwa mi dengan substitusi tepung
jagung termodifikasi HMT lebih disukai bila dibandingkan dengan mi dari pati jagung
alami saja.

Uraian Lengkap Invensi

Invensi ini meliputi optimasi proses produksi dan formulasi mi jagung yang disubstitusi
dengan tepung jagung termodifikasi HMT untuk memperoleh mi jagung dengan karakteristik
kimia, fisik dan organoleptik yang baik. Tujuan akhir dari invensi tersebut telah dicapai dengan
diperolehnya mi jagung dengan kandungan pati resisten lebih tinggi, warna dan penampakan
umum yang lebih menarik, KPAP yang lebih rendah, kelengketan yang lebih rendah, dan tingkat
kesukaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan mi dari tepung jagung alami.
Invensi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu produksi tepung jagung termodifikasi HMT dan
aplikasi tepung jagung termodifikasi yang diperoleh sebagai pensubstitusi tepung jagung yang
digunakan sebagai bahan baku mi. Produksi tepung jagung termodifikasi HMT dilakukan dengan
menggunakan beberapa tahapan yaitu pengaturan kadar air tepung, penyeimbangan kadar air,
pemanasan pada oven udara, pengeringan, pendinginan, dan pengayakan.
Pengaturan kadar air tepung dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan yang disertai
pengadukan di dalam loyang. Jumlah air yang disemprotkan disesuaikan dengan kadar air target.
Walaupun penambahan air pada tepung dilakukan dengan cara penyemprotan, masih terdapat
kemungkinan belum meratanya air ke seluruh permukaan. Oleh karena itu, tepung disimpan pada
suhu 4 – 5oC selama satu malam. Loyang berisi tepung jagung dipanaskan di dalam oven udara
pada suhu 100 - 120oC selama 3 – 9 jam. Loyang dikeluarkan dari oven kemudian dibiarkan pada
suhu ruang selama satu jam. Untuk mengurangi kadar air dari tepung, tepung dalam loyang
dikeringkan pada suhu 50oC selama 4 jam. Tepung kering diayak dengan menggunakan ayakan
100 mesh. Karakteristik tepung jagung termodifikasi HMT dan perbandingannya dengan tepung
jagung alami disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik tepung jagung alami dan tepung jagung termodifikasi HMT
Karakteristik

Tepung jagung
Alami

Termodifikasi HMT

Tipe profil gelatinisasi

A

C

Swelling volume (ml/g)

14,4

9,73

Amylose leaching (%)

2,17

1,49

Kadar air (% bb)

7,49

6,55

Kadar abu (% bk)

0,53

0,61

Kadar Protein (% bk)

7,24

7,28

Lemak (% bk)

1,77

1,85

Karbohidrat (% bk)

90,46

90,26

Pati (% bk)

69,30

69,27

Amilosa (%bk)

18,16

17,48

Amilopektin (% bk)

51,14

51,79

Produksi mi yang disubstitusi dengan tepung jagung termodifikasi HMT dilakukan dengan
menggunakan beberapa tahapan yaitu pencampuran bahan, pengukusan bahan, penekanan
adonan, pembentukan lembaran, pembentukan untaian, pemotongan mi, pengukusan mi mentah
dan pengeringan mi. Pencampuran bahan

yang digunakan pada pembuatan mi jagung ini

dilakukan secara bertahap. Percampuran pertama dilakukan dengan mencampurkan sebagian
tepung jagung alami, sebagian tepung jagung termodifikasi HMT, guar gum, air, dan garam.
Campuran bahan dikukus pada suhu 90oC selama 15 menit untuk membentuk binder (pengikat)
adonan mi. Campuran sisa tepung jagung alami dan sisa tepung jagung termodifikasi
dicampurkan dengan bahan yang telah dikukus kemudian diadon. Adonan yang diperoleh
dimasukkan ke dalam grinder untuk memperoleh tekstur adonan yang lebih liat. Adonan
dibentuk lembaran dengan menggunakan sheeter mi. Lembaran adonan dibentuk untaian dan
dipotong dengan menggunakan alat yang sama. Mi mentah yang diperoleh dikukus pada suhu
90oC selama 20 menit untuk membuat mi tergelatinisasi. Mi matang yang diperoleh dikeringkan
pada suhu 60oC selama 70 menit untuk mencapai kadar air mi yang aman untuk penyimpanan.
Mi kering yang diperoleh dikemas dengan menggunakan kemasan plastik polypropylene (PP)
tebal. Mi jagung kering yang disubstitusi tepung jagung memiliki karakteristik seperti yang
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik mi jagung
Karakteristik

Mi jagung
100% tepung jagung alami

Disubstitusi tepung jagung HMT

Waktu pemasakan(menit)

7,00

9,00

KPAP (%)

8,31

7,27

Fisik

Kekerasan (gf)

2802

2229

Elastisitas (gs)

0,71

0,70

-66,42

-52,30

Sedikit keras

Sedikit keras

Tidak elastis hingga

Sedikit elastis hingga elastis

sedikit elastis

moderat

Kelengketan (gf)
Sensori
Tingkat kekerasan
Tingkat elastisitas
Tingkat kelengketan
Tingkat kesukaan

Lengket moderat hingga
sangat lengket
Agak tidak suka hingga
netral

Sedikit lengket
Agak suka hingga suka

Kimia
Kadar air (%bb)

11,58

9,22

Kadar abu (%bk)

1,50

1,52

Kadar protein (%bk)

7,47

7,31

Kadar lemak (%bk)

0,22

0,28

Kadar karbohidrat(%bk)

90,82

90,90

Kadar pati (% bk)

64,41

65,54

Pati resisten (% bb)

1,11

2,28

Serat pangan (% bk)

6,87

7,76

Indeks glikemik (IG)

56,73 (sedang)

52,13 (rendah)

Fungsional

Klaim
1. Proses produksi mi jagung yang disubstitusi oleh tepung jagung termodifikasi HMT
dilakukan dengan tahapan:
a.

membagi tepung jagung menjadi dua bagian yaitu bagian 1
dan bagian 2;

b.

mencampurkan tepung jagung bagian 1, air,guar gum dan
garam;

c.

mengukus campuran pada suhu 90oC selama 15 menit;

d.

mengadon campuran yang sudah dikukus hingga tercampur
rata;

e.

menambahkan tepung jagung bagian 2 pada adonan;

f.

mencampurkan adonan dengan tepung jagung bagian dua
hingga tercampur rata;

g.

menekan adonan dengan menggunakan grinder;

h.

memipihkan, mencetak dan menyisir adonan hingga
diperoleh untaian mi;

i.

mengukus untaian mi pada suhu 90oC selama 20 menit;

j.

mengeringkan mi pada suhu 60oC selama 70 menit;

k.

mengemas dalam kemasan.

2. Proses produksi mi jagung yang disubstitusi tepung jagung termodifikasi HMT seperti pada
klaim 1 dimana tepung jagung bagian 1 merupakan campuran antara tepung jagung alami
dan tepung jagung termodifikasi HMT dengan kisaran 50 – 70% dari total tepung jagung
untuk tepung jagung alami dan 0 – 20% dari total tepung jagung untuk tepung jagung
termodifikasi HMT.
3. Proses produksi mi jagung yang disubstitusi tepung jagung termodifikasi HMT seperti pada
klaim 1 dimana tepung jagung bagian 2 merupakan tepung jagung alami dengan jumlah 30%
dari total tepung jagung.
4. Proses produksi mi jagung yang disubstitusi tepung jagung termodifikasi HMT seperti pada
klaim 1 dimana jumlah air, guar gum dan garam yang digunakan masing-masing adalah 50%,
1% dan 1 % dari total tepung jagung.
5. Tepung jagung termodifikasi HMT seperti pada klaim 2 dibuat dengan tahapan:
a.

mengatur kadar air tepung jagung menjadi 24%;

b.

memasukkan tepung jagung ke dalam loyang tertutup;

c.

menyimpan loyang tertutup berisi tepung jagung pada
refrigerator selama 1 malam;

d.

memanaskan loyang berisi tepung jagung pada oven bersuhu
100 – 120oC selama 3 – 6 jam hingga diperoleh tepung jagung termodifikasi HMT;

e.

mengeringkan tepung jagung termodifikasi HMT pada suhu
50oC selama 4 jam;

f.

mengayak tepung jagung termodifikasi HMT dengan ayakan
100 mesh.

Abstrak
PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI
DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI
Proses produksi dan formulasi mi jagung kering yang disubstitusi dengan tepung jagung
termodifikasi menggunakan bahan baku tepung jagung alami dan tepung jagung termodifikasi
HMT. Tepung jagung termodifikasi HMT yang digunakan diproduksi melalui tahapan
pengaturan kadar air, penyeimbangan kadar air, pemanasan, pengeringan dan pengayakan.
Tepung jagung termodifikasi tersebut mempunyai karakteristik yang lebih baik sebagai bahan
baku mi jagung sehingga substitusinya pada tepung jagung yang digunakan sebagai bahan baku
mi jagung dapat memperbaiki kualitas mi jagung. Proses produksi mi jagung yang disubstitusi
dengan tepung jagung termodifikasi dilakukan melalui tahap pencampuran bahan, pengukusan
bahan, pembuatan adonan, penekanan adonan, pembentukan lembaran, pembentukan untaian mi,
pemotongan mi, pengukusan mi, pengeringan mi, pendinginan dan pengemasan.
Invensi ini menghasilkan mi dengan karakteristik kimia, fisik, organoleptik dan fungsional
yang lebih baik bila dibandingkan dengan mi yang dibuat dari tepung jagung alami saja. Dengan
demikian diharapkan mi jagung ini akan lebih diterima oleh konsumen sehingga
industrialisasinya dapat mendukung program diversifikasi pangan pokok.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Spesifikasi Dokumen Permohonan Paten terdiri dari 4
prinsip yaitu pembukaan, pemeriksaan dokumen permohonan paten, prinsip-prinsip dasar
penulisan dokumen paten, dan persyaratan fisik dokumen paten. Pada prinsip-prinsip dasar
penulisan dokumen paten terdapat Struktur Dokumen Paten yang harus sesuai dengan ketentuan
kantor Paten Indonesia yaitu deskripsi yang terdiri dari Judul, Bidang Teknik invensi, Latar
Belakang Invensi, Ringkasan Invensi, Uraian Singkat Gambar (jika ada), Uraian Lengkap
Invensi, Klaim, Gambar (jika ada), dan Abstrak.
Deskripsi dan klaim paten dari produk paten yang berjudul “Proses Produksi dan Formulasi
Mi Jagung Kering yang Disubstitusi dengan Tepung Jagung Termodifikasi” telah sesuai dengan
ketentuan kantor Paten Indonesia dan dibuktikan dengan mi jagung sudah terdaftar pada dirjen
HKI departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan nomor pendaftaran
P00200600052.
3.2 Saran
Dengan adanya prinsip-prinsip dasar pembuatan spesifikasi dokumen permohonan paten
dapat mewujudkan penyelenggaraan perlindungan hak paten di Indonesia menjadi lebih aman
lagi karena dapat mengurangi kecurangan yang dilakukan oleh pihak lain untuk menjiplak hasil
teknologi produk orang lain , dan perlunya peningkatan sosialisasi mengenai hak paten harus
dilakukan supaya bagi pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan produknya dapat secara
mudah dan terorganisir secara baik.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
Munandar, Haris. 2008. Mengenal HAKI Hak Kekayaan Intelektual Hak Cipta, Paten, Merek
dan seluk Beluknya. Jakarta: Erlangga.
lpp.uad.ac.id/08/wp-content/penulisan-klaim-contoh-4-erlina.doc
http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2013/Sample%20of%20Description%20Patent
%20%20Mi%20Jagung.doc.