Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi Cinta Reinkarnasi

Cinta
Reinkarnasi
Reinkarnasi adalah salah satu hal yang bisa
dikatakan mustahil untuk bisa terjadi di dunia ini,
apalagi di dunia yang sudah modern ini. Tapi masih
banyak juga orang yang mempercayai adanya
reinkarnasi. Salah satunya adalah Muhammad Anjasta
Karindra atau yang biasa disapa Rindra. Dia adalah
salah satu siswa kelas 9 di SMP N 1 Cilacap. Dia
mengalami kisah cinta yang sangat sulit untuk
dimengerti, karena cintanya adalah Cinta Reinkarnasi.
Dua tahun yang lalu, dia memiliki pacar yang
bernama Vio. Namun cintanya itu harus berakhir
setelah 8 bulan jadian, karena dia ditinggal oleh Vio
untuk selamanya. Vio ternyata telah mengidap
penyakit kanker hati stadium lanjut. Karena kematian
Vio, Rindra sangat terpukul dan dia terpuruk dalam
kesedihan yang berlarut. Hal itu juga yang
menyebabkan Rindra menjadi trauma untuk pacaran
lagi dan susah move on.
Setahun setelah kematian Vio, ada anak baru

pindahan dari Jakarta yang mempunyai wajah, sifat,
tingkah laku bahkan nama sama dengan Vio. Dan anak
baru itu satu kelas dengan kembarannya yaitu Stefan
Arian Putra Nugraha atau yang biasa dipanggil Arian.

Arian bingung dan nggak percaya akan hal itu.
Akhirnya dia menceritakan hal itu kepada Rindra.
“Rin, gue mau ngomong sama lo.” ujar Arian.
“ngomong apaan, sih? Kayaknya penting banget.”
jawab Rindra.
“ada anak baru di kelas gue, lo pasti nggak bakal
percaya deh.” kata Arian.
“emang kenapa sama tuh anak baru?” tanya
Rindra.
“besok aja lo ke kelas gue, biar lo bisa liat
langsung dia itu gimana?!” saran Arian.
“idiih. Gue? Ke kelas lo? Nggak ah. Males gue,
ngapain coba? Gue itu orangnya nggak kepo kayak lo.
Kalo lo kan orangnya kepo pake banget, apalagi yang
berurusan sama lo.” tolak Rindra.

“udah deh, nggak usah nolak. Lo pasti kaget
banget dan nggak nyangka hal itu bisa terjadi.” kata
Arian.
“emang apaan sih, Ian? Kasih tau gue sekarang aja
deh.” jawab Rindra penasaran.
“tuh kan jadi kepo kan lo!! Tadi katanya gue nggak
kepo kayak lo. Nah itu buktinya apaan? Kepo juga kan
lo.” ledek Arian.
“gue nggak kepo tapi cuma penasaran aja.” jawab
Rindra.

“ye... itu mah sama aja kali. Ya ampun bego
banget sih twin gue, kepo sama penasaran aja pake
dibedain.” ucap Arian.
“iya juga sih, hehe...” aku Rindra.
“sekarang gimana? Mau kan ke kelas gue besok?”
tanya Arian lagi.
“ya udah deh, gue besok ke kelas lo. Tapi awas
kalo gue nggak kaget, gue jitak kepala lo!!” jawab
Rindra.

“okee, siapa takut. Tapi kalo lo kaget, lo harus
traktir gue makan di kantin selama 1 minggu?! Berani
nggak?” tantang Arian.
“siiph...” terima Rindra.

Paginya Rindra pun pergi ke kelas Arian yang tidak
terlalu jauh dari kelasnya. Setelah sampai didepan
kelas Arian, Rindra langsung memanggil Arian untuk
memastikan apa yang dimaksud Arian semalam.
“Ian, sini cepet!!” perintahnya.
“iya, bentar. Udah siap lo?!” jawab Arian.
“siap apaan sih?” tanya Rindra.
“udahlah, Rin. Bentar ya dia belum dateng.” kata
Arian. Tak lama kemudian yang dicari pun telah
datang. “nah itu dia yang gue maksud.” kata Arian
sambil menunjuk ke arah Vio.
Rindra langsung menengok kearah Vio yang
sedang berjalan menuju kelas. Dia melihat Vio dengan

mata yang berbinar dan mulut yang menganga, sampai

lalat pun bisa hinggap.
“Vio.” katanya tidak percaya. “itu Vio kan, Ian?!”
tanyanya pada Arian yang melihatnya dengan mata
yang tersenyum puas karena dia akan di traktir makan
selama 1 minggu.
“iya itu Vio, tapi bukan Vio cewek lo.” jawab Arian
“maksud lo??” jawab Rindra bingung.
“daripada bingung mending lo tanya langsung deh
sama orangnya.” ujar Arian.
Tak lama kemudian Vio tiba didepan kelas, namun
langkahnya terhenti karena dihalang oleh Arian dan
juga Rindra.
“permisi, gue mau lewat.” kata Vio berusaha
melewati Arian dan Rindra.
“bentar, ada yang mau kenalan nih.” jawab Arian
sambil menengok ke Rindra. Vio pun langsung
menengok kearah Rindra juga.
“hai, gue Rindra twinnya Arian.” kata Rindra
memperkenalkan
dirinya

sambil
mengulurkan
tangannya.
“gue Viola Oryta, panggil aja Vio.” jawab Vio
sambil
membalas
uluran
tangan
Rindra
dan
mengumbar senyum manisnya. Rindra pun membalas
senyuman Vio. Arian menatap kembarannya dengan
bahagia, karena dia sudah mengurangi kesedihan yang
dialami Rindra selama ini. Pada saat itu juga bel masuk
berbunyi. Kriiingg...

“udah bel nih, gue masuk dulu ya.” ujar Vio
meninggalkan saudara kembar itu dan tak lupa dengan
mengembangkan senyumnya. Rindra hanya membalas
perkataan Vio dengan anggukan kepala.

Sebelum Rindra kembali ke kelasnya Arian
menagih janjinya pada Rindra. Mereka berdua
memutuskan untuk makan bareng saat istirahat nanti.

Jam pelajaran demi jam pelajaran telah berlalu,
saat jam istirahat Rindra pun langsung ke kantin untuk
makan. Setelah tiba di kantin, dia mencari Arian.
Akhirnya sosok yang dia cari ketemu. Arian sudah
menunggunya di depan penjual bakso langganannya.
Rindra pun menghampiri Arian dan mereka memesan
makanan. Setelah itu mereka mencari tempat yang
kosong. Dan kebetulan tempat yang kosong hanyalah
tempat yang diduduki Vio dan salah satu temannya.
Karena tidak ada tempat lain, Arian berinisiatif untuk
duduk dengan mereka.
“gue boleh gabung sama kalian nggak??” tanya
Arian kepada Vio.
“boleh kok, duduk aja.” jawab Vio.
“okee, makasih ya.” kata Arian. “lo duduk di depan
Vio aja ya, Rin.” kata Arian pada Rindra.

“ya udah deh.” jawab Rindra.
Saat makan, mereka saling mengobrol berbagi
cerita satu sama lain. Tak terkecuali Vio dan Rindra,
mereka pun saling bertukar informasi. Bahkan sampai
bertukar nomor handphone.

“boleh minta nomor handphone lo nggak?” tanya
Rindra ke Vio.
“boleh, nih.”
handphonenya.

jawab

Vio

sambil

menyodorkan

“makasih ya. Lo ternyata seru ya orangnya.” ujar

Rindra.
“sama sama, masa sih?! Biasa aja lagi.” kata Vio.

Setelah saling kenal satu sama lain, Rindra dan Vio
menjadi semakin dekat. Mereka suka makan bareng,
pulang sekolah bareng bahkan Rindra pernah mengajak
Vio jalan bareng. Akhirnya perasaan saling suka muncul
dalam diri masing masing. Hingga pada suatu sore
Rindra menyatakan perasaannya kepada Vio.
“Vi, gue mau ngomong sesuatu sama lo.” kata
Rindra.
“ngomong aja.” jawab Vio.
“gue nggak tau perasaan itu muncul kapan? Tapi
semenjak gue kenal sama lo, gue jadi suka sama
semua yang ada pada diri lo. Gue sayang sama lo Vi. Lo
mau nggak jadi pacar gue?!” kata Rindra.
“gue juga, Rin. Semenjak gue kenal sama lo, hidup
gue jadi lebih berwarna. Gue juga sayang sama lo. Gue
mau kok jadi pacar lo.” jawab Vio.
“beneran Vi?” tanya Rindra kepada Vio yang

dijawab dengan anggukan kepala. Rindra pun langsung
memeluk kekasihnya itu. “makasih ya, sayang.” bisik
Rindra di telinga Vio.

“sama sama, sayang” jawab Vio

Setelah mereka jadian, mereka lebih sering
menghabiskan waktu bersama. Dari mulai berangkat
sekolah, makan di kantin, pulang sekolah, pergi ke toko
buku bahkan belajar pun mereka lakukan bersama.
Rindra melihat sosok pacarnya yang udah meninggal
ada pada diri Vio, hingga dia menganggap bahwa Vio
adalah pacarnya yang udah meninggal. Tetapi Vio tidak
tau bahwa Rindra memilihnya karena dia mirip dengan
pacarnya yang udah meninggal. Sampai suatu hari Vio
diberitahu oleh salah satu teman sekelas Rindra. Waktu
itu Vio tidak berangkat bersama Rindra karena dia piket
dan dia pun menunggu Rindra didepan kelasnya. Saat
sedang menunggu Vio di hampiri oleh salah satu teman
cewek Rindra.

“Vio!!” kata teman Rindra.
“iya, gue Vio. Kok lo bisa tau?” tanyanya heran
karena mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.
“lo Vio pacarnya Rin kan?” tanya teman Rindra
meyakinkan.
“iya, gue pacarnya Rindra. Emang kenapa sih?”
jawab Vio yang udah mulai sebal.
“nggak mungkin kalo lo Vio. Vio pacarnya Rin kan
udah meninggal satu tahun yang lalu gara gara kanker
hati, jadi nggak mungkin dia masih disini. Dan lo jangan
jangan arwahnya Vio ya?!” katanya yang malah
menuduh Vio udah meninggal.

“gue beneran Vio pacarnya Rindra dan gue bukan
hantu. Lihat nih gue nginjak tanah dan jantung gue
masih berdetak. Kanker hati? Gue nggak menderita apa
apa kok, gue sehat.” jawab Vio meyakinkan.
“jadi lo beneran Vio tapi bukan Vio pacarnya Rin
yang udah meninggal?” tanyanya masih tidak percaya.
“iya, gue beneran Vio. Tapi kenapa lo ngiranya gue

udah meninggal?” ujar Vio.
“gue boleh tau nama panjang lo nggak?” tanyanya
balik tanpa menjawab pertanyaan Vio.
“Viola Oryta. Emang kenapa lo ngira kalo gue udah
meninggal?” tanya Vio untuk kedua kalinya.
“nama lo beda sama Vio pacarnya Rin yang udah
meninggal, yang sama itu nama panggilan lo, muka lo
dan tingkah laku lo kalo bicara. Makanya waktu gue
lihat lo tadi, gue kira lo Vio pacarnya Rin yang udah
meninggal.” terangnya.
“jadi, maksud lo dulu Rindra pernah punya pacar
yang namanya Vio dan mukanya, tingkah lakunya
sama kayak gue gitu?! Tapi dia meninggal sebelum
mereka putus gara gara Vio mengidap kanker hati,
iya!?” jawab Vio.
“iya, bener. Waktu Vio meninggal, Rin itu sedih
banget dan dia nggak bisa melupakan sosok Vio.
Bahkan setelah Vio meninggal dia nggak pernah
pacaran lagi karena dia nggak bisa move on dari Vio.”
jawabnya yang membuat Vio mulai naik darah.
“jadi, maksud lo gue itu reinkarnasinya Vio gitu?!
Dan Rindra jadian sama gue gara gara muka dan

tingkah laku gue sama kayak Vio?! Jadi gue cuma
dianggep sebagai pelariannya dia aja?” kata Vio yang
sudah mulai marah.
“gue nggak tau kalo itu, yang gue tau Rin emang
nggak bisa ngelupain Vio dan membuat dia trauma
untuk pacaran juga susah move on. Dan lo adalah
pacar pertama Rin setelah kematian Vio.” jawabnya.
“oh jadi gitu, thanks infonya. Gue mau balik
kekelas dulu.” jawab Vio sambil meninggalkan
temannya Rindra.

Setelah sampai dikelas Vio masih mengingat
perkataan temannya Rindra dan dia mencerna kembali
perkataanya. Dia tidak menyangka bahwa dia hanya
dijadikan pelarian oleh pacarnya. Dia sangat kecewa
dengan sikap Rindra. Kenapa Rindra tidak terus terang
dari awal kalo dia itu mirip dengan pacarnya yang udah
meninggal. Padahal jika Rindra terus terang dari awal
sebelum
mereka
jadian,
Vio
masih
bisa
memaklunminya dan masih bisa memaafkannya.

Saat jam istirahat Rindra menghampiri Vio
dikelasnya untuk makan di kantin. Vio tidak seperti
biasanya, saat Rindra mengajaknya berbicara dia tidak
meresponnya. Rindra bingung melihat pacarnya tidak
seperti biasanya. Saat di kantin pun Vio tetap bersikap
seperti itu. Pada waktu pulang sekolah Vio baru mau
buka mulut tentang apa yang terjadi sebenarnya.

“Rin, aku mau tanya sama kamu.” ucap Vio
memecahkan keheningan.
“mau nanya apa? Kamu kenapa dari tadi
ngediamin aku kayak gitu, aku punya salah ya sama
kamu!? Kalo aku punya salah aku minta maaf sama
kamu.” jawab Rindra.
“kamu beneran sayang sama aku? Tulus nggak
sayang sama aku?” tanya Vio yang membuat Rindra
ketawa geli.
“kamu itu ada ada aja. Ya jelas lah aku sayang
sama kamu, aku beneran tulus sayang sama kamu.
Emangnya kenapa? Mau bukti apa?” jawab Rindra yang
sedikit meledek.
“beneran?! Bukannya kamu mau pacaran sama
aku karena aku mirip sama seorang cewek yang udah
meninggal gara gara mengidap penyakit kanker hati
stadium lanjut dan memiliki nama, wajah, serta tingkah
laku yang sama kayak aku, hah?” tutur Vio panjang
lebar yang membuat Rindra kaget.
“maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti” elak
Rindra.
“kamu nggak usah bohong lagi sama aku. Kamu
pacaran sama aku karena aku mirip banget sama pacar
kamu yang udah meninggal, kan? Aku nggak habis pikir
sama kamu, kenapa kamu tega ngebohongin aku
selama ini? Kamu udah buat aku kecewa. Aku benci
sama kamu!!” kata Vio sambil menangis.
“kamu tau darimana semua itu?” tanya Rindra.

“aku tau dari teman kamu. Tadi pagi aku nunggu
kamu didepan kelas kamu. Terus ada teman kamu
lewat dan manggil aku. Aku nggak tau kenapa dia bisa
tau nama aku dan tau kalo aku itu pacar kamu, padahal
kita belum pernah ketemu sebelumnya. Terus dia
menceritakan semuanya ke aku tentang Vio pacar
kamu yang udah meninggal setahun yang lalu gara
gara kanker hati. Karena kematian Vio kamu jadi
trauma untuk pacaran dan susah move on. Dan aku
adalah pacar pertama kamu setelah kematian Vio. Itu
pun karena kamu melihat sosok Vio dalam diri aku. Iya
kan Rin?” tutur Vio dengan sabar walaupun dia sedang
marah dengan Rindra.
Tapi Rindra tidak menjawab pertanyaan Vio, Rindra
menunduk dan terdiam karena dia tidak mampu
berbicara lagi. “jawab Rin!! Jawab!!” perintah Vio
sambil menangis dan memukuli dada Rindra.
Rindra terus terdiam tanpa kata. Kemudian dia
memeluk Vio yang masih menangis dan Vio pun
menangis dalam pelukan Rindra. Sampai akhirnya
Rindra mau membuka mulutnya.
“aku minta maaf sama kamu karena nggak jujur
dari awal. Aku takut kamu marah sama aku dan kamu
bakal ninggalin aku. Aku nggak mau kehilangan kamu.
Kamu tau kan gimana aku waktu kehilangan Vio.
Selama itu aku nggak bisa ceria seperti dulu. Tapi
semenjak kamu datang di kehidupan aku, aku merasa
hidupku kembali lagi seperti semula. Cuma kamu yang
bisa buat aku tertawa bahagia lagi setelah Vio
meninggal. Kamu juga yang membuat aku memiliki
semangat untuk terus hidup. Jadi tolong maafn aku.

Jangan tinggalin aku. Aku sayang banget sama kamu.”
terang Rindra.
Vio melepas pelukan Rindra dan menampar pipi
kiri Rindra. Plaakk... Rindra hanya terdiam karena dia
merasa memang pantas mendapatkan tamparan itu.
“Kalo kamu jujur dari awal, aku masih bisa terima
dan masih bisa maafn kamu. Tapi sekarang semuanya
udah terlanjur. Apa gunanya kita ngejalanin hubungan
ini kalo kamu aja nggak jujur sama aku? Percuma
hubungan ini dipertahanin. Kamu udah bohongin aku,
aku kecewa banget sama kamu. Tolong jangan temuin
aku lagi, aku nggak mau lihat muka kamu lagi. Kamu
pengecut!!” ucap Vio yang kemudian berjalan
meninggalkan Rindra sambil menangis
“Vio maafn aku, pliss..!! Aku nyesel udah bohong
sama kamu. Aku emang pengecut nggak berani bilang
sama kamu dari awal. Tolong jangan tinggalin aku, Vi.
Aku nggak mau kehilangan kamu.” kata Rindra yang
melihat pacarnya pergi meninggalkannya.
Tapi Vio tidak memedulikan perkataan Rindra, dia
terus berjalan pergi meninggalkan Rindra sambil
mengusap air matanya. “Vio!! Vio!! Vio maafn aku!!
Vio!!”
teriak
Rindra
tetapi
Vio
masih
tidak
memedulikannya.

Keesokan harinya, Rindra pergi ke rumah Vio untuk
menjemput Vio seperti biasanya. Tetapi setelah sampai
di rumah Vio, ternyata Vio sudah berangkat. Akhirnya
Rindra berangkat ke sekolah sendirian. Sesampainya di

sekolah Rindra tidak langsung ke kelasnya, melainkan
ke kelas Vio untuk menemuinya. Tapi Vio belum sampai
di kelas. Rindra bingung, dimanakah Vio sebenarnya?!
Saat jam istirahat pun Rindra mencari Vio di kelasnya,
tapi hasilnya sama Vio tidak ada di kelasnya. Kata
teman Vio, dia pergi ke kantin untuk membeli minum.
Akhirnya Rindra pergi untuk menyusulnya. Setelah
sampai di kantin Rindra tidak juga menemukan Vio.
“Vio kamu dimana sih? Aku bingung mau nyari kamu
kemana lagi. Kenapa kamu menghindar dari aku? Aku
khawatir sama kamu Vio” gumam Rindra dalam hati.
Karena bingung mau mencari kemana lagi, Rindra
memutuskan untuk kembali ke kelas.

Disisi lain, Vio tau bahwa Rindra sedang mencari
cari dirinya. Dia sengaja bersembunyi di perpustakaan
untuk menghindari Rindra karena dia sedang tidak
ingin untuk berdebat dengan Rindra. Saat bel masuk
berbunyi, Vio memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
Kebetulan kelas Vio lagi ada jam kosong dan tidak ada
tugas dari gurunya, Vio pun tidak menyia-nyiakan
waktu itu. Dia menghampiri Arian dan bertanya apakah
yang di bilang teman Rindra kemarin benar atau tidak.
“Ian, gue boleh duduk nggak? Ada yang pengen
gue omongin sama lo.” kata Vio sambil memegang
kursi disamping Arian.
“duduk aja, emang lo mau ngomong apaan?” ucap
Arian.
“lo tau kan tentang mantan pacarnya Rin yang
sebelum gue.” kata Vio dengan sorot mata yang tajam

untuk memastikan Arian tidak berbohong tentang hal
ini.
“tau, emang kenapa?” tanya Arian.
“namanya siapa?” ujar Vio.
“namanya...” jawab Arian ragu
menatapnya dengan sangat tajam.

karena

Vio

“siapa namanya?” paksa Vio.
“namanya.. em.. eh anu.. itu apa..” kata Arian
mulai gugup.
“cepetan siapa?” kata Vio tidak sabar.
“namanya...” ucap Arian terputus.
“Vio.” potong Vio. “ iya kan? Namanya Vio dan
wajahnya, tingkah lakunya itu sama kayak gue, bener
kan?”
“I...i...iya.” jawab Arian gugup. “kenapa nih anak
bisa tau? Tau darimana dia ya? Masa sih Rin yang
ngasih tau? Ah itu jelas nggak mungkin, emang dia
mau hubungannya berakhir gitu aja. Bener bener
bencana besar. Bakalan perang dunia tiga nih.” gumam
Arian dalam hati.
“heran kenapa gue bisa tau??” tanya Vio.
“iya. Lo tau darimana kalo pacarnya Rin itu sama
kayak lo?” kata Arian bingung kenapa Vio bisa tau.
“nggak penting gue tau darimana. Tapi yang jelas,
gue udah tau semuanya sekarang.” ujar Vio.

“berarti lo juga udah tau kalo Vio itu udah em..”
Arian tidak menyelesaikan ucapannya.
“udah meninggal maksud lo? Gara gara kanker
hati stadium lanjut, kan?” jawab Vio.
“iya” kata Arian.
“sekarang gue mau nanya, Rin pacaran sama gue
itu gara gara gue mirip sama Vio apa bukan?” tanya Vio
yang membuat Arian melotot karena dia tidak
menyangka Vio akan menanyakan hal itu. “kenapa
mata lo melotot? Bingung mau jawab apaan karena
emang kenyataanya gitu? Iya?” kata Vio ketika melihat
mata Arian melotot.
“Vio, itu nggak seperti apa yang lo pikirin kok. Dulu
emang Rindreh pernah punya pacar yang namanya Vio
juga. Kebetulan wajah dan tingkah lakunya itu sama
kayak lo. Tapi Vio mengidap penyakit kanker hati
stadium lanjut yang merenggut nyawanya, itu yang
membuat Rindreh sangat menyesal. Dia menyesal
karena selama itu dia merasa belum sempat
ngebahagiain Vio tapi Vio udah diambil duluan sama
Yang Maha Kuasa. Gue kasian sama Rindreh, semenjak
kematian Vio dia nggak bisa ceria seperti dulu lagi. Dan
waktu lo datang kesini, gue kaget banget dan nggak
percaya ini beneran apa cuma imajinasi gue. Tapi
ternyata itu nggak mimpi, akhirnya gue ceritain ke
Rindreh karena gue tau dia pasti seneng banget kalo
tau hal ini. Dan itu bener, semenjak dia kenal sama lo
dia bisa kembali ceria seperti dulu. Dia jadi punya
semangat lagi. Menurut gue lo adalah penyemangat
dalam hidup Rindreh. Jadi, jangan tinggalin Rindreh.

Gue nggak mau dia kembali lagi seperti dulu saat Vio
meninggal. Cuma lo yang bisa buat dia kayak gini.
Cuma lo yang bisa buat dia semangat lagi. Tolong
maaafn dia. Semalem dia curhat sama gue katanya dia
nyesel banget nggak bilang sama lo tentang hal ini dari
awal sebelum kalian jadian. Dia nyesel udah jadi
pengecut.” jelas Arian dengan sabar.
“tapi tetep dia itu salah. Gue nggak suka sama
cowok pembohong. Gue benci!! Kalo dia emang bener
sayang sama gue kenapa kemarin dia nggak mau
ngejelasin ke gue. Padahal gue udah sabar buat
ngadepin dia, tapi dia malah diem aja. Kesabaran gue
udah abis dan akhirnya gue tampar dia. Kalo untuk
maafn dia kayaknya gue belum bisa. Sorry ya..” jawab
Vio.
“kenapa Vi? Kenapa lo belum bisa maafn Rindreh?
Lo juga menghindar kan dari dia? Lo sengaja sembunyi
biar dia nggak bisa ketemu lo, bener?!” tanya Arian.
“gue masih sakit hati sama dia, Ian. Gue kecewa
banget sama dia. Iya gue emang menghindar dari dia
dan gue emang sengaja buat sembunyi dari dia. Karena
gue yakin kalo gue ketemu sama dia kita pasti bakalan
berantem lagi. Gue nggak mau lagi berantem sama dia.
Gue capek Ian kalo harus berantem lagi sama dia.
Makanya gue menghindar dari dia.” terang Vio.
“tapi dia khawatir sama lo, Vi. Lo nggak jawab
telfon dari dia dan lo juga nggak ngebales sms dia.
kenapa Vi? Dia itu bingung gimana keadaan lo.” ujar
Arian.

“gue nggak mau berhubungan sama dia dulu untuk
saat ini, Ian. Kalo dia nanya sama lo tentang kabar gue,
lo bilang aja kalo gue baik baik aja. Tolong bilang sama
dia kalo gue juga minta maaf untuk saat ini gue belum
bisa maafn dia karena gue masih kecewa sama dia.
Makasih Ian udah mau denger cerita gue. Gue mau ke
toilet dulu ya, bye.” kata Vio beranjak dari kursi dan
keluar kelas.
“sama sama, Vi” jawab Arian.

Dan saat itu juga Arian memberitahu Rindra lewat
sms kalo Vio sedang pergi ke toilet.Melihat sms dari
Arian, Rindra langsung meminta izin kepada guru yang
sedang mengajar untuk ke toilet.
Setelah sampai didepan toilet Rindra menunggu
sampai Vio keluar. Ternyata Vio menangis di dalam
toilet. Akhirnya Vio sadar, walaupun dia menangis hal
itu sudah terjadi dan tidak dapat kembali lagi seperti
semula. Dia memutuskan untuk kembali ke kelas
meskipun matanya sembab karena menangis. Tapi saat
keluar dari toilet dia mendapati bahwa Rindra telah
berdiri
diluar
untuk
menunggunya.
Dia
tidak
memedulikan hal itu, dia berjalan untuk melewatinya.
Tapi tanpa disadarinya Rindra telah menggenggam
tangan kirinya dan itu membuat langkahnya terhenti.
“lepasin tangan gue nggak? Lo denger kan gue
bilang apa? Lepasin!!” ucapnya berusaha melepaskan
genggaman Rindra dan akhirnya itu berhasil.

“apa Vi? Kamu bilang apa tadi? Kamu panggil aku
pake sebutan ‘lo’ ?” tanya Rindra heran.
“emang kenapa? Nggak terima? Baru gue nyebut
lo gitu aja udah gitu. Gimana kalo lo ada diposisi gue?”
ujar Vio.
“Vio, aku tau kamu kecewa banget sama aku. Tapi
tolong jangan panggil aku pake sebutan ‘lo’ . Aku
nggak mau kamu samain sama yang lain, aku ingin
menjadi seseorang yang istimewa buat kamu.” jawab
Rindra.
“ya whatever lah. Sekarang kamu mau ngapain
lagi? Darimana kamu tau kalo aku lagi di toilet?”
tanyanya bingung.
“nah gitu dong. Nggak penting aku tau darimana,
yang penting aku sekarang mau ngejelasin semuanya
sama kamu. Pliss kasih aku kesempatan buat
ngejelasin
semuanya.”
pinta
Rindra.
“oke, aku bakal kasih kamu kesempatan buat
ngejelasin semuanya. Tapi nggak disekolah, karena
sekarang aku mau kembali ke kelas.” ucap Vio.
“makasih ya, Vi. Kalo gitu ntar sore kita ketemuan
ditaman ya. Ya udah kalo kamu mau kembali ke kelas
barengan aja, aku anterin kamu.” ajak Rindra.
“oke, jam 4 sore jangan lupa.” kata Vio sambil
berjalan tanpa menunggu jawaban Rindra.
Akhirnya Rindra pun langsung mengikuti langkah
pacarnya itu dari belakang. Sepanjang jalan menuju
kelas Vio, keduanya tidak berbicara sama sekali. Rindra

tidak berani untuk mengajak bicaara Vio, karena dia
masih
merasa
bersalah
dengannya.
Jadi
dia
memutuskan untuk menggandeng tangan Vio dan Vio
pun juga ikut menggandeng tangan Rindra. Rindra
tersenyum karena Vio mau tangannya digandeng
olehnya.

Setelah sampai dipintu kelas Vio, Rindra
melepaskan tangannya. Sebelum meninggalkan kelas
Vio, dia memanggil nama Arian sambil mengacungkan
jempol kananya dan mengedipkan 1 mata. Setelah itu
dia meninggalkan kelas Vio dan kembali ke kelasnya.
Melihat hal itu, Vio bisa menduga bahwa Arian lah yang
telah memberitahu Rindra kalo dirinya sedang pergi ke
toilet. Langsung saja dia menghampiri Arian.
“oh, jadi lo yang ngasih tau ke twin lo kalo gue ke
toilet!? Pantes aja dia tau. Rese ya lo, Ian.” ujar Vio.
“hehe...ya sorry Vi. Habisnya gue kasian lihat Rin,
dia khawatir sama lo. Tapi lo malah menghindar mulu
dari dia. Ya udah gue kasih tau Rin aja kalo lo lagi ke
toilet.” jawab Arian.
“dasar lo. Meskipun gue emang sebel sama lo, tapi
makasih juga ya.” kata Vio.
“makasih buat apaan?” tanya Arian bingung.
“nggak pa pa kok. Tapi sekali lagi makasih ya.”
jawabnya sambil berjalan menuju bangkunya.
“woii Vi, makasih buat apaan sih? Jawab dong!!”
tanya Arian yang masih belum paham sama ucapan
Vio.

“nggak pa pa kok, Ian.” ucap Vio.
“ah Vio. Lo tuh hobi banget sih bikin gue jadi
kepo.” kata Arian sebal.
“lo kepo? Bagus deh kalo lo kepo.” balas Vio
sambil tertawa kecil.
“lo mah gitu sama gue, ya udah deh kalo nggak
mau jawab terserah lo aja. Gue udah bete sama lo.”
jawab Arian yang akhirnya nyerah karena Vio tidak
memberitahunya.
“hahaha...” Vio tertawa.

Disebuah bangku taman Rindra duduk sambil
menunggu Vio. Hatinya resah apakah Vio akan bisa
menerima penjelasannya dan bisa memafkannya atau
malah sebaliknya. Tak lama kemudian Vio datang dan
langsung duduk disamping Rindra.
“udah lama nunggunya?” tanya Vio.
“nggak kok cuma setengah jam aja.” jawab Rindra
yang membuat Vio sontak kaget.
“apa? Setengah jam kamu nungguin aku? Kita kan
janjiannya jam 4 tapi kamu kok nunggunya udah dari
tadi? Maaf ya kalo aku udah bikin kamu nunggu lama.”
ucap Vio sedikit menyesal.
“nggak pa pa kok. Lebih baik aku yang nunggu
kamu daripada aku harus lihat kamu duduk sendirian
disini nungguin aku. Kalo baru nunggu kamu setengah
jam aja kecil buat aku, aku rela nunggu berjam-jam
buat kamu.” jawab Rindra.

“kamu ini masih sempet sempetnya gombalin
aku.” balas Vio sambil tertawa kecil.
“itu yang mau aku lihat dari kamu. Aku pengen
lihat kamu tersenyum lagi sama aku.” kata Rindra.
“iya iya. Sekarang buruan jelasin keburu malem
nih.” ujar Vio yang membuat Rindra terdiam sesaat dan
kemudian menjawab.
“kamu janji ya jangan marah dulu sama aku,
tunggu aku selesai jelasin dulu.” pinta Rindra.
“iya, aku janji.” jawab Vio yang membuat Rindra
menghela napas.
“setahun yang lalu aku emang punya pacar yang
namanya Vio. Wajah dan tingkah lakunya itu sama
kayak kamu. Tapi setelah 8 bulan jadian Vio meninggal
karena penyakit kanker hati yang udah dia derita sejak
lama. Waktu Vio meninggal aku sedih banget dan aku
menyesal karena aku merasa belum sempet
ngebahagiain dia tapi Tuhan udah manggil dia. Aku
terpuruk dalam kesedihan yang berlarut karena
peristiwa itu. Orang tua aku dan saudara aku sedih
ngeliat aku kayak gini terus. Aku mogok makan, nggak
mau bicara sama orang. Kerjaannya itu diem terus,
bengong sambil ngelihatin foto aku sama Vio waktu dia
lagi nyuapin aku hotdog. Aku juga nggak bisa ceria lagi
seperti saat Vio masih hidup. Setahun kemudian kamu
dateng. Waktu itu Arian cerita ke aku kalo ada anak
baru di kelasnya terus dia ngajakin aku buat ketemu si
anak baru itu karena dia ngerasa pasti aku nggak bakal
percaya kalo ini bener bener terjadi. Awalnya aku
kaget, dan aku nggak nyangka hal ini bisa terjadi. Aku

pikir itu cuma mimpi tapi ternyata iku bukan mimpi.
Terus Arian nyuruh aku kenalan sama kamu. Setelah
kenal sama ternyata bener kamu itu persis banget
sama dia. Aku melihat sosok Vio ada pada diri kamu.
Setiap malem aku selalu nanya sama Ian, gimana kamu
kalo dikelas. Dan hal yang dikatakan Ian sama aku itu
persis sama yang dilakuin Vio dulu saat dikelas. Tapi
setelah kita deket sampai akhirnya jadian, aku mulai
ngerasain adanya perbedaan antara kamu dan Vio.”
tutur Rindra panjang lebar yang membuat Vio kagum
terhadapnya.
Tapi karena Rindra menghentikan kata katanya
yang menurut Vio itu belum selesai, dia pun
memutuskan untuk menanyakannya.
“apa perbedaan antara aku dan Vio?” tanyanya
kemudian.
“bedanya kamu sama Vio itu, kalo kamu walaupun
kamu sedang marah sama aku tapi kamu masih bisa
sabar ngadepin aku. Seperti kemarin, kamu udah tau
semuanya tentang Vio. Jelas kamu marah sama aku,
tapi kamu masih mau memberi aku kesempatan buat
ngejelasin semuanya. Tapi akunya aja yang nggak bisa
memanfaatin kesempatan yang sudah kamu beri. Aku
malah diam aja, nggak mau bicara. Waktu itu, aku
kaget banget jelas aku syok kamu bisa tau tentang Vio.
Sampai aku nggak sadar, aku udah kehilangan tenaga
aku buat ngejelasin semua itu ke kamu. Jadi, aku
terpaksa diam dan ngebiarin kamu nampar aku. Aku
merasa kalo aku emang pantes buat ngedapetinnya.”
ujar Rindra.

“terus kalo Vio gimana?” tanya Vio lagi.
“Vio itu kalo udah marah mesti nggak pernah
ngasih aku kesempatan aku buat ngejelasin semuanya.
Setiap kita berantem kebanyakan dia selalu nyalahin
aku, jadi aku cuma bisa ngalah sama dia. Makanya aku
ngerasa kalo aku selalu nyakitin dia, nggak pernah bisa
ngebahagiain dia. Itu sebabnya waktu dia meninggal
aku nyesel banget. Sekarang kamu paham, kan?!” ucap
Rindra.
“iya, aku paham. Jadi...” Vio sengaja menggantung
kalimatnya.
“jadi, kamu sekarang mau maafn aku?” tanya
Rindra.
Vio tersenyum pipinya mulai merah karena
menahan malu “iya, aku mau maafn kamu. Aku juga
minta maaf ya sama kamu karena aku udah nampar
pipi kamu.” kata Vio sambil sedikit memelas.
“gimana ya? Maafn? Nggak usah? Maafn? Nggak
usah?” goda Rindra sambil pura pura berpikir.
“ah Rindra, maafn dong. Katanya kita udah
baikan.” jawab Vio.
“eitsss...kata siapa kita udah baikan? Nggak ada
yang bilang perasaan.” elak Rindra dengan masih
menggoda Vio.
“jadi, kita belum baikan nih? Ya udah deh kalo
kamu nggak mau maafn aku. Nggak pa pa kok.” kata
Vio sedikit menyesal.

Melihat perubahan wajah Vio, Rindra pun tertawa.
Karena dia puas sudah bisa menggoda Vio. Melihat itu
Vio menyadari kalo Rindra hanya mempermainkan
dirinya.
“ah Rindra!! Rese banget sih jadi orang!! Nggak
bosen apa kerjaannya ngisengin aku mulu? Kamu itu
emang nggak beda jauh ya sama Ian, sukanya
ngisengin orang terus.” gerutu Vio.
“emang enak aku kerjain?” ejek Rindra yang
membuat Vio semakin cemberut. “iya iya aku minta
maaf. Habisnya kamu juga aneh, ngapain coba aku
nggak mau maafn kamu. Ya jelas mau lah. Aku kan
udah bilang tadi, aku emang pantes ngedapetin itu. Ya
iyalah aku nggak beda jauh sama Ian, dia kan twin aku.
Meskipun wajah aku nggak begitu mirip sama dia dan
kata orang orang lebih gantengan dia dibanding aku
karena muka aku lebih sedikit dewasa bibanding dia.
Katanya aku juga lebih cocok jadi abangnya daripada
adiknya. Kalo kembar itu pasti ada kemiripannya. Kalo
nggak wajah, sifat, ya tingkah lakunya. Dan kemiripan
aku sama dia itu sifatnya.” terang Rindra.
“ya udah aku maafn. Tapi bener sekarang kita
udah baikan?” tanya Vio lagi.
“iya dong, sekarang kita udah baikan.” ucap Rindra
sambil tersenyum.

Setelah itu, mereka memutuskan untuk berkeliling
taman. Menikmati keindahan taman yang dihiasi oleh
berbagai macam bunga dan mereka juga dapat

menyaksikan sang raja dunia mulai tenggelam diujung
barat yang cahayanya mulai meredup dan memberikan
kesan warna langit menjadi jingga yang sangat indah.
Kebetulan mereka duduk di sebuah bangku yang
menghadap ke barat sehingga mereka bisa melihat
pegantian dari matahari yang berubah menjadi bulan
dan juga bintang yang menghiasi langit malam. Setelah
waktu menunjukkan pukul 6.30 mereka memutuskan
untuk pulang. Tapi sebelum itu mereka mencari makan
malam terlebih dahulu, karena Vio sudah mulai
merasakan bahwa perutnya sudah lapar dan Rindra
meng-iyakannya karena dia juga merasakan hal yang
sama. Setelah makan, Rindra mengantarkan Vio pulang
terlebih dahulu baru dirinya pulang.

Keesokan harinya, seperti biasa Rindra berangkat
lebih pagi. Dia tidak langsung berangkat ke sekolah
melainkan untuk menjemput Vio. Setelah sampai
didepan rumah Vio, ternyata Vio sudah menunggunya
diteras ditemani mamanya yang minum teh. Melihat
kedatangan Rindra, Vio pun langsung bertpamitan
kepada mamanya.
“ma, aku pergi dulu ya. Itu udah dateng
orangnya.” ucapnya sambil menunjuk kearah Rindra.
“iya, hati hati dijalan ya. Bye sayang.” jawab
mamanya sambil mencium kening putrinya itu dan
melambaikan tangan.
“Bye ma.” ujarnya.

Setelah Vio sampai diluar pagar, Rindra juga tak
lupa untuk berpamitan dengan mama Vio.
“tante, saya permisi dulu ya. Mari tante.” kata
Rindra tak lupa dengan mengembangkan senyumnya.
“iya, mari. Hati hati ya Rin.” balas mama Vio dan
tak lupa juga sambil tersenyum utuk membalas
senyum Rindra.
“iya Tante.” jawab Rindra.
“bye, Mama...” Vio juga tak mau kalah dari Rindra
“bye, Sayang...” ucap mama Vio kembali

Setelah sampai disekolah, mereka tetap berjalan
bersama. Hingga akhirnya mereka berpisah didepan
kelas Vio. Namun sebelum mereka berpisah, ada orang
yang menyindir mereka dari belakang yang tak lain
adalah Arian.
“oh, jadi ada yang udah baikan lagi. Bagus deh
kalo gitu. Jadi, nggak akan ada yang nangis nangis lagi
curhat sama gue.” ledek Arian yang sudah jelas
mengarah ke Rindra.
“apaan sih lo Ian? Malu maluin gue aja tau nggak?”
jawab Rindra.
“emang benerkan?!” ledek Arian lagi.
“gue jitak juga lo” kata Rindra sambil menjitak
kepala Arian.
“aduh...sakit tau
mengelus kepalanya.

nggak.”

ujar

Arian

sambil

“emang enak? Rasain lo.” ledek Rindra.
“gue bales juga lo. Nih rasain jitakan tangan gue.”
balas Arian tak mau kalah untuk menjitak Rindra balik.
“aduh...sakit kali
mengelus kepalanya.

Ian.”

ucap

Rindra

sambil

“salah siapa? Lo duluan kan yang mulai. Makanya
jangan macem macem sama gue. Rasain lo sekarang.
Sakit kan.” jawab Arian.
“wah, ngajakin berantem nih anak. Lo berani jitak
gue, berarti lo berani sama gue.” tantang Rindra.
“ayok...siapa takut? Gue nggak takut sama lo.”
terima Arian.
Melihat hal itu, Vio pun langsung mencegahnya.
Karena mereka akan berantem layaknya anak kecil
didepan kelasnya dan pasti akan menjadi tontonan
banyak siswa yang sedang melintas didepan kelasnya.
“eh, udah udah. Kalian ini udah besar juga masih
aja suka berantem. Kayak anak kecil tau nggak? Main
jitak jitakan” ucap Vio untuk mencegah twin itu
berantem seperti anak kecil.
“dia dulu yang mulai Vi. Aku kan jadi kesel.” kata
Rindra.
“udah deh ngadu, dibelain sih. Ya udah deh iya,
gue yang mulai duluan. Maafn gue ya.” jawab Arian.
“nah itu Ian udah minta maaf, maafn dong.”
perintah Vio.

“iya, aku maafn. Oke Ian, sekarang lo gue maafn
tapi awas kalo dirumah lo ledekin gue lagi gue jitak lagi
kepala lo.” ujar Rindra pada Arian dan sambil
mengulurkan tangannya, Arian membalasnya dan
masuk kekelas duluan. Rindra pun memutuskan untuk
kekelasnya karena sudah mau bel.
“Vi, aku kekelas dulu ya. Nanti istirahat aku
jemput,
bye...”
ucapnya
sambil
melambaikan
tangannya untuk Vio.
“iya, bye...” kata Vio dan memasuki kelas setelah
beberapa detik menunggu didepan kelas melihat
Rindra sampai masuk kekelasnya.

Setelah peristiwa itu, Rindra pun tersadar bahwa
pacarnya yang sekarang hanyalah kebetulan memiliki
nama, wajah dan tingkah laku yang sama dengan
pacarnya yang sudah meninggal. Dan dia sekarang
bisa mencintai Vio dengan tulus bukan karena Vio mirip
dengan pacarnya yang sudah meninggal. Dia juga
berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa telah
mengirimkan seorang kekasih yang tulus mencintainya,
sabar dan juga pengertian. Sekarang dia berjanji tidak
akan menyakiti Vio lagi. Dia tidak ingin membohongi
Vio lagi. Setiap ada masalah dia langsung membaginya
dengan Vio. Akhirnya senang dan sedihnya masa kelas
8 telah mereka lalui bersama...

THE END
Biodata Penulis
Nama
: Giftiyatul Fitriah
Alamat: Ds. Jepangrejo RT 01 RW 06, Kec.
Blora, Kab. Blora
Kontak:

Hp
: 089699001238

Email
:
arianafrendra@gmail.com

Facebook : Giftiyatul Fitriah

Dokumen yang terkait

KANDUNGAN PESAN DAKWAH DALAM FILM AYATAYAT CINTA (Analisis Isi Film Ayat Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)

0 39 2

PROSES PENCARIAN JATI DIRI SEORANG REMAJA (Analisis Semiotik pada Film Realita, Cinta dan Rock n Roll karya Upi)

3 48 2

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

UNSUR KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi Pada Film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita” Karya Robby Ertanto)

1 72 50

Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia di Radio Rase 102,3 FM Bandung (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Isi Pesan Acara Program Rase Cinta Indonesia Di Radio Rase 102,3 FM Bandung Dalam Meningkatkan Minat Dengar Khususnya di Kalangan K

0 57 205

Representasi Makna Wanita Korban Kekerasan Seksual Suami Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Makna Wanita Korban Kekerasan Seksual Suami Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)

2 12 1

Pengaruh Citra Merek Dan Iklan Menggunakan Selebriti Endorser Afgan Dan Cinta Laura Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Honda Beat Di PT. Sinar Rejeki Lembang

3 87 173

Perancangan Poster Acara Majelis Ta'aruf Bersama Ustadz Cinta Di PT. Salamadani Pustaka Semesta

0 10 1

Stategi Komunikasi Guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Melalui Kegiataan Menanam Di Polybag Terhadap Pembentukan Sikap Siswa Untuk Cinta Lingkungan Di SMP Gema Pancasila Bandung

0 13 1

Kampanye Cinta Produk Alami Ramah Lingkungan (Kasus Studi Anyaman Pandan Rajapolah)

0 4 1