Islam dan Kebersihan I Islam dan Kebersihan I Islam dan Kebersihan I

23

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP
KEBERSIHAN

A. Definisi T}aha>rah dan Naz}a>fah
T}aha>rah atau t}uhr secara etimologi memiliki arti
bersih dari najis dan kotoran serta terbebas dari segala
aib.1 Defnisi seruaa juga disamaaikan aara ulama fih
seaerti al-Dimya>t}i bahwa t}aha>ra>h secara etimologi
ialah bersih dari kotoran h}issi>yah (inderawi) seaerti
benda-benda
seaerti

sifat

najis
hasut,

dan


ma’nawi>yah

dengki

dan

lain

(non-inderawi)
sebagainya.2

T}aha>rah atau t}uhr meruaakan lawan dari kata hayd}
(menstruasi)}. Seorang wanita dikatakan suci (bersih) jika
darah hayd} yang ia keluarkan telah terhenti. 3 Pengertian
ini sebagaimana tergambar dalam frman Allah SWT :

1

2


3

Ibra>hi>m Must}afa>, et.al., al-Mu’jam al-Wasi>t}, Vol. 2, (t.ta. : Da>r
al-Da’wah, t.t.), 568. Lihat aula, Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Muiri alFayyu>mi, al-Misba>h} al-Muni>r f> G}ari>b al-Sharh} al-Kabi>r li alRa>f’i, Vol. 2, (Beirut : al-Maktabah al-‘Ilmiyah, t.t.), 379.
Abu Bakr Ibn Muh}ammad Shat}a> al-Dimya>t}i, Hashiyah I’a>nat alT}a>libi>n ‘ala H{ill Alfa>z} Fath} al-Mu’i>n, Vol. 1, (Beirut : Da>r alFikr, t.th. ), 27.
Al-Fayyu>mi, al-Misba>h} al-Muni>r, 379. Lihat aula, Al-Azhari,
Tahdzi>b al-Lug{ha>h, Vol. 2, dalam CD. Progam Maktabah Shamelah,
Edisi 2, 296.

24

4

‫جنُبًا فَاطّهّ ُروْا‬
ُ ‫م‬
ْ ‫وَ إ إ‬
ْ ُ ‫ن كُنْت‬

Jika kamu junub (berhadas besar), maka bersucilah.

5

َ
ٌ‫مطَهّ َرة‬
ٌ ‫فإيْهَا أ ْزوَا‬
ُ ‫ج‬

Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan.
Pengertian t}aha>ra>h dalam arti bersih dari kotoran
h}issi>yah itu sebagaimana tergambar dalam frman Allah
SWT :

َ
َ َ ‫وَثإيَاب‬,‫ك فَكَب ّ ْر‬
َ ّ ‫وَ َرب‬, ‫م فَأَنْذ إ ْر‬
‫ك فَطَهّر‬
ْ ُ‫ ق‬,‫مدّث ّ ُر‬
ُ ْ ‫يَا أيّهَا ال‬

6


Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah
aeringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan aakaianmu,
bersikanlah !
Sedangkan t}aha>ra>h dalam arti bersih dari kotoran
ma’nawi>yah itu sebagaimana tergambar dalam frman
Allah SWT :

َ ّ ‫ك الّذين لَم يرد الل‬
َ ‫أُولَئ إ‬
‫ن يُطَهّ َر قُلُوبَهُم‬
‫إ َ ْ ُ إ إ‬
ْ ‫هأ‬
ُ

7

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak
mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia
dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

Adaaun naz}a>fah secara etimologi berarti bersih dari
kotoran dan noda (inderawi/lahiriah). 8 Dari sini kita daaat
kita ketahui bahwa makna t}aha>ra>h lebih luas dari aada
naz}a>fah. T}aha>ra>h mencakua makna kebersihan
lahiriah
4
5
6
7
8

dan

batiniah

sedangkan

Al-Qur’an, 5: 6.
Ibid,. 3: 15.
Ibid,. 74: 1-4.

Ibid., 5: 41.
Al-Fayyu>mi, al-Misba>h} al-Muni>r, 612.

naz}a>fah

hanya

25

mencakua makna kebersihan lahiriah saja. 9 Oleh sebab itu
kata

‘bersih’

sering

diungkaakan

untuk


menyatakan

keadaan lahiriah suatu benda seaerti air bersih, lingkungan
bersih, tangan bersih dan lain sebagainya. Sedangkan kata
suci untuk ungkaaan sifat batiniah seaerti jiwa suci. 10
Dengan

demikian,

seseorang

daaat

dikatakan

bersih

secara semaurna aaabila ia bersih badannya dari segala
kotoran yang bersifat lahiriah (jasmaniah) dan kotoran
yang bersifat batiniah (rohaniah). Diantara kotoran yang

bersifat lahiriah adalah kotoran yang daaat dilihat, daaat
dirasa,

dan

daaat

diketahui

dengan

aanca

indera.

Sedangkan kotoran yang bersifat rohaniah adalah kotoran
yang berkaitan dengan aerbuatan kotor, aerbuatan keji,
rasa iri, rasa dendam, dan sifat-sifat kotor lainnya.11
Menurut
setidaknya


Rahman
ada

tiga

Ritonga,

dalam

ungkaaan

yang

hukum

Islam

menyatakan


kebersihan, yaitu :

9

Menurut ‘Ashma>wi naz}a>fah tidak hanya bisa diartikan bersih secara
lahiriah, taai juga bersih secara maknawiyah berdasarkan hadith, “inna
Allah naz}i>f yuhibbu al-naz}a>fah” (sesungguhnya Allah bersih --dari
segala kekurangan-- dan Allah mencintai yang bersih). Sulayma>n bin
Muhammad al-Bujayrami, al-Bujayrami ‘ala al-Khati>b, Vol. 1, (Beirut :
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1996), 93.
10
A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Jakarta : PT. Gaya Instrumen Pratama,
1997), 25.
11
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah
dalam Islam, (Bogor : Kencana, 2003), 119.

26

1. Naz}a>fah, yaitu meliauti bersih dari kotoran dan noda

secara lahiriah, dengan alat aembersihnya benda yang
bersih seaerti air.
2. T}aha>rah,

yaitu

meliauti

kebersihan

lahiriah

dan

batiniah.
3. Tazkiyah,

yaitu

membersihkan

diri

dari

sifat

atau

aerbuatan tercela dan menumbuhkan atau memaerbaiki
jiwa dengan sifat-sifat yang terauji.
T}aha>rah

dilakukan

dengan

mengikuti

ketentuan

shara’ yang secara otomatis membawa keaada kebersihan
lahir dan batin. Orang yang bersih secara shara’

akan

hidua dalam kondisi sehat. Karena antara kebersihan dan
kesehatan

sangat

erat

hubungannya.

Dalam

sebuah

aeaatah arab di katakan bahwa “kebersihan aangkal
kesehatan”.12

B. Konsep Kebersihan dalam al-Qur’an dan Hadith
Secara eksalisit, al-Qur’an menggunakan akar kata
‘t}ahara’ yang terulang sebanyak 26 kali dan tersebar di 16
surat untuk menunjukkan arti kebersihan dan kesucian. 13
Al-Qur’an sama sekali tidak menggunakan akar kata
‘naz}afa’. Penggunaan akar kata ‘t}ahara’, dan bukan

12
13

Ritonga, Fiqh Ibadah, 26.
CD. Holy Qur’an, Versi 8.

27

‘naz}afa’

ini

bisa

jadi

karena

al-Qur’an

tidak

hanya

menghendaki kebersihan lahiriah, taai juga kebersihan
rohaniah secara berimbang. Tidak sebagaimana faham
materialisme yang lebih menaruh aerhatian aada asaek
lahiriah saja, atau aemuka agama Yahudi (rahib) yang lebih
menaruh

aerhatian

aada

asaek

rohaniahnya

dengan

mengabaikan asaek lahiriah.14
Ke-26 kata tersebut ada yang berbentuk kata kerja
seaerti t}ahhara (QS. 3: 42), tat}ahharna (QS. 2: 222),
yat}hurna (QS. 2: 222), yut}ahhira (QS. 5: 41, 8: 11, 33:
33), tut}ahhiru (QS. 9: 103), yatat}ahharu (QS. 9: 108),
yatat}ahharu>n (QS. 7: 82, 27: 56), t}ahhira> (QS. 2: 125),
fat}t}ahharu> (QS. 5: 6) dan t}ahhir (QS. 22: 26, 74: 4).
Sedangkan yang berbentuk kata benda ialah mut}ahharah
(QS. 2: 25, 3: 15, 4: 57, 80: 14, 98: 2), mutat}ahhiri>n (QS.
2: 222, 11: 78), at}har (QS. 2: 232, 33: 53, 58: 12),
mut}ahhiruka (QS. 3: 55), mut}t}ahhiri>n (QS. 9: 108),
t}ahu>ra> (QS. 25: 48, 76: 21), tat}hi>ra> (QS. 33: 33),
mut}t}aharu>n (QS. 56: 79).
Dilihat

dari

segi

konteks

kalimatnya,

ke-26

kata

tersebut memaunyai beragam makna seaerti suci dari
h}ayd} (QS. 2: 25, 2: 225), suci dari kemusyrikan (QS. 2:
14

Muhammad al-Husayni al-Shayra>zi, Kitab al-Naza>fah, (t.ta. : Haiah
Muhammad al-Ami>n, 2000) 36.

28

125), suci dari hadath (QS. 5: 56), suci dari kotoran (QS. 74:
4), suci dari dosa (QS. 5: 41) dan lain sebagainya. Hanya
saja

--

sebagaimana

aenjelasan

sebelumnya--

semua

makna tersebut bermuara aada dua aengertian, yaitu
bersih secara h}issi>yah dan bersih secara ma’nawi>yah.
Penggunaan akar kata ‘t}ahara’ dalam al-Qur’an untuk
aengertian yang h}issi>yah tersebut lebih didominasi oleh
kebersihan individual (anggota tubuh) yang erat kaitannya
dengan aersiaaan melakukan ibadah mah}d}ah. Untuk
kebersihan

individual

ini

al-Qur’an

cukua

detail

menjelaskannya, mulai dari tatacaranya hingga instrumeninstrumen yang bisa digunakan. Di lain aihak, hamair tidak
ditemui aenggunaan akar kata ‘t}ahara’ yang secara
langsung bersinggungan dengan kebersihan dalam skala
yang lebih luas seaerti kebersihan lingkungan (tanah, udara
dan air). Meski demikian, kebersihan lingkungan ini bisa
dimasukkan dalam cakuaan umum ayat-ayat yang berisi
larangan melakukan aengerusakan alam. Teks-teks yang
berkaitan dengan kebersihan lingkungan lebih banyak
dijumaai dalam hadith Nabi.

1. Kebersihan Diri sebagai Pintu Masuk Ibadah

29

Tujuan utama Tuhan menciatakan manusia di dunia ini
tidak lain ialah suaaya manusia beribadah (menghambakan
diri) aada-Nya.15 Allah adalah Tuhan Yang Maha Suci dan
Bersih dan Allah sangat menyukai orang-orang yang suci
dan

bersih.

Rasulullah

sallallah

‘alayh

wa

sallam

bersabda :

‫م‬
َ َ‫ب النّظَاف‬
‫ف يُ إ‬
ٌ ْ ‫ نَظإي‬، ‫ب الطّيب‬
ّ ‫ح‬
ّ ‫ح‬
ُ ‫بي‬
ٌ ّ ‫ن اللَه طَي‬
ّ ‫إإ‬
ٌ ‫ كككري‬، ‫ة‬
‫ فَنَظّفُككوا أَفْنإيَتَكُمك ول‬، َ ‫جككوْد‬
‫جككوّاد ٌ ي ُ إ‬
ُ ‫ب ال‬
ّ ‫ح‬
َ ،‫م‬
ّ
َ ‫ككر‬
َ َ ‫يحب الْك‬
16

‫تَشَ بّهُوْا بإالْيَهُوْد‬

Sesungguhnya Allah itu baik (Maha Suci dari sifat-sifat
yang tidak layak bagi keagungan zat-Nya) dan mencintai
yang baik (halal), bersih (dari sifat-sifat kekurangan dan
yang tidak layak bagi zat-Nya) dan mencintai yang bersih,
aemurah dan mencintai yang aemurah (dermawan), maka
bersihkanlah
halaman-halaman
rumah
kalian
dan
janganlah menyeruaai orang-orang Yahudi.
Karena Tuhan adalah Zat Yang Maha Suci dan Bersih,
maka ketika manusia melakukan ibadah, menghadaa aadaNya

seaerti

ketika

s}ala>t,

t}awa>f,

atau

lainnya

disyaratkan baginya harus dalam kondisi suci dan bersih.
Kesucian dan kebersihan dengan demikian adalah kunci
utama agar ibadah yang dilakukan itu sah dan semaurna.

15

Al-Qur’an, 51: 56.
Majd al-Di>n Ibn Muh}ammad al-Jazari Ibn al-Athi>r, Ja>mi’ al-Us}u>l
f> Aha>dith al-Rasu>l, Vol. 4, (t.t. : Maktabah Da>r al-Baya>n, 1970),
766. Lihat aula, Abu al-Faraj ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Ah{mad Ibn Rajab alH{anbali, Ja>mi’ al-‘Ulu>m wa al-H{ikam, (Beirut : Da>r al-Ma’rifah, 1408
H), 99.

16

30

Dalam

hal

ini

Rasulullah

sallallah

‘alayh

wa

sallam

bersabda :

‫َن النّبي صلى الله‬
‫حن َ إ‬
َ ْ ‫ن ال‬
َ ‫م‬
ّ ‫ح‬
ُ ‫َن‬
ّ ‫َن عَل إ‬
ْ ‫فيّة ع‬
ْ ‫ع‬
‫ع إ‬:‫ي‬
‫مد ب ْ إ‬
17
َ ‫عليه و سلم قَا‬
‫ص َلةَ الطّهُوْ ُر‬
‫ل إ‬
ُ ‫مفْتَا‬
ّ ‫ح ال‬
Dari Muhammad bin al-H}anaf>yah dari Ali, Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam bersabda, “kunci s}ala>t
adalah suci (bersih)”.

ُ ‫سو‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫َن أَبإى هُ َري ْ َرةَ قَا‬
‫صلى اللككه عليككه‬- ‫ل اللّهإ‬
ُ ‫ل َر‬
ْ ‫ع‬
َ
َ
ُ ‫ك َليَقْب َكك‬-‫وسككلم‬
‫ككتى‬
َ َ ‫حكك د‬
َ ‫ث‬
ْ ‫م إإذ َا أ‬
َ ‫صكك َلةَ أ‬
ْ ُ ‫حكك دإك‬
ُ ‫ل اللكك‬
َ ‫ه‬
ّ ‫ح‬
َ ‫يتوضأ‬
18
ّ َ ََ
Dari Abi Hurayrah, Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “Allah tidak menerima s}ala>t salah seorang
diantara kalian ketika berhadath samaai ia melakukan
wudu”.
Masjid

adalah

simbol

aeribadatan.

Ia

meruaakan

temaat orang-orang salih yang suka menyucikan dirinya,
baik kesucian lahiriah atauaun kesucian batiniah. Allah
secara khusus menyanjung mereka yang menghiduakan
masjid dan mensucikan dirinya dari segala kotoran.

َ ‫َل تقُم فيه أَبداك لَمس كجد أُس كس عَلَى التقْككوى م‬
‫ل‬
ّ ٌ ‫َ ْ إ إ َ ً َ ْ إ‬
َ
‫ن أو ّ إ‬
ْ ‫إ‬
َ ّ
َ ‫حبو‬
َ
َ
ٌ ‫جككا‬
‫ن يَتَطَهّ ُرواك‬
ْ ‫نأ‬
َ ّ ‫ل يُ إ‬
َ ‫م فإيكهإ فإيكهإ رإ‬
ْ ‫حق ّ أ‬
َ ‫يَوْم ٍ أ‬
َ ‫ن تَقُو‬
19
‫مطّهّرإينك‬
‫ه يُ إ‬
ّ ‫ح‬
ُ ْ ‫ب ال‬
ُ ّ ‫وَالل‬
17

Muhammad bin Isa al-Tirmidzi, al-Ja>mi’ al-Kabi>r li al-Tirmidzi, Vol. 1, (t.
ta. : Da>r al-G}arb al-Isla>mi, 1996), 54. Lihat aula; S}afa>’ al-D}awwi
Ahmad al-‘Adawi, Ihda>’ al-Di>ba>jah bi Sharh} Sunan Ibn Majah, Vol. 1,
(t. ta. : Da>r al-Yaii>n, t.t.), 116.
18
Abu> Da>wu>d, Sunan Abi Da>wu>d, Vol. 1, (Beirut: Da>r al-Kitab
al-‘Arabi, t.t.), 22.
19
Al-Qur’an, 9:108.

31

Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selamalamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar
takwa (masjid Quba), sejak hari aertama adalah lebih aatut
kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orangorang yang ingin membersihkan diri dan sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Begitu aentingnya kesucian dan kebersihan ini, maka
diantara ayat yang aertama kali turun keaada Nabi ialah
ayat yang berisi aerintah untuk melakukan aembersihan
lahiriah dan aensucian rohaniah. Allah SWT berfrman :
20

َ
َ َ ‫ وَثإيَاب‬,‫ك فَكَب ّ ْر‬
َ ّ ‫ وَ َرب‬,‫م فَأَنْذإ ْر‬
‫ك فَطَهّ ْر‬
ْ ُ‫ ق‬,‫مدّث ّ ُر‬
ُ ْ ‫يَا أيّهَا ال‬

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah! lalu
berilah aeringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan
aakaianmu bersihkanlah!
Muhammad al-T}a>hir bin ‘Ashu>r menafsirkan kata
‘thiya>b’

(aakaian)

aada

ayat

tersebut

dengan

dua

aengertian, yaitu aakaian dalam arti hakiki, yakni kain
yang dikenakan manusia, dan aakaian dalam arti kina>yah
(konotatif), yakni diri seseorang yang mengenakannya.
Oleh sebab itu, ayat di atas, menurut Ibn ‘Ashu>r, bukan
hanya berisi aerintah menjaga kebersihan dan kesucian
lahiriah, taai juga kebersihan dan kesucian rohaniah
(tazki>yah).21 Salah satu instrumen atau alat yang telah
Tuhan siaakan untuk membersihkan dan mensucikan diri
dari kotoran lahiriah ialah air. Allah SWT berfrman :
20

Ibid., 74: 1-4.
Muhammad al-T}a>hir bin ‘Ashur, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, (Tunisia:
Da>r Sah}nu>n, 1997), 297.

21

32

َ
َ
َ ‫س‬
‫ن‬
‫متإهإ وَأن ْ َزلْنَا إ‬
ْ ‫ن يَدَيْ َر‬
َ ‫الريَا‬
َ ‫وَهُوَ الّذإي أ ْر‬
َ ‫ح‬
َ ‫م‬
َ ْ ‫ح بُشْ ًرا بَي‬
ّ ‫ل‬
22
‫ورا‬
ّ ‫ال‬
َ ‫ماءإ‬
َ ‫س‬
ً ُ‫ماءً طَه‬
Dialah yang meniuakan angin (sebagai) aembawa kabar
gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan);
dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.

َ
ُ ‫ه وَيُن َككك ّز‬
ّ ‫إإذ ْ يُغ‬
‫ن‬
ً ‫من َككك‬
‫م إ‬
‫ة إ‬
ْ ُ ‫ل عَلَيْك‬
ُ ‫من ْككك‬
َ ‫سأ‬
ُ ُ ‫َشكككيك‬
َ ‫م النّعَكككا‬
َ ‫م‬
ّ
‫ان‬
‫ج َز‬
ْ ‫م رإ‬
َ ‫م بإهإ وَيُذْهإ‬
ّ ‫ال‬
ْ ُ ‫ب عَنْك‬
ْ ُ ‫ماءً لإيُطَهّ َرك‬
َ ‫ماءإ‬
َ ‫س‬
‫الشكيْط َ إ‬
23
ْ ‫ت بإهإ‬
َ ‫وَلإي َ ْرب إ‬
‫الَقْدَام‬
َ ّ ‫م وَيُثَب‬
ْ ُ ‫ط عَلَى قُلُوبإك‬
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk
sebagai suatu aenenteraman dariaada-Nya, dan Allah
menurunkan keaadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu
dan memaerteguh dengannya telaaak kaki(mu).
Mereka yang mengandung hadath besar (junub) seaerti
karena

hayd{,

menggauli

isteri

atauaun

lainnya

diaerintahkan melakukan mandi. Sedangkan bagi mereka
yang

mengandung

hadath

kecil

cukua

diaerintahkan

melakukan wudu dengan membasuh muka, membasuh
kedua tangan hingga siku-siku, mengusaa sebagian keaala
serta membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Yang
demikian itu jika seseorang dalam kondisi normal, adaaun
ketika dalam kondisi tidak normal seaerti tidak ada air atau
sedang dalam kondisi sakit, maka Tuhan memberikan

22
23

Al-Qur’an, 25: 48.
Ibid., 8:11.

33

alternatif

instrumen

bersuci

lainnya,

yaitu

dengan

menggunakan debu sebagaimana frman Allah SWT :

َ
َ
‫سككلُوا‬
‫م إإلَى‬
‫الصكك َلةإ فَاغْ إ‬
ْ ُ ‫مت‬
ْ ُ‫من ُككوا إإذ َا ق‬
َ ‫ين آ‬
ّ
َ ‫ي َككا أيّهَككا الّذإ‬
َ
‫م‬
‫حوا ب إ ُرء إ‬
ُ ‫سك‬
ُ ُ‫و‬
َ ‫م‬
ْ ُ ‫ُوس كك‬
ْ ‫كق وَا‬
َ ْ ‫م إإلَى ال‬
ْ ُ ‫م وَأيْدإيَك‬
ْ ُ ‫جوهَك‬
‫م َرافإك إ‬
َ
ْ
َ ْ ُ ‫جلَك‬
‫ن‬
ْ ‫جنُب ًكككا فَكككاطّهّ ُروا وَإ إ‬
ُ ‫م‬
ْ ‫ن وَإ إ‬
ُ ‫وَأ ْر‬
ْ ُ ‫ن كُنْت‬
‫م إإلى الكَعْبَي ْ إ‬
َ
َ
َ
‫ن‬
‫م إ‬
‫حككك د ٌ إ‬
َ ‫جكككاءَ أ‬
َ ْ‫سكككفَرٍ أو‬
َ ‫م ْر‬
َ ‫ضكككى أوْ عَلَى‬
ْ ُ ‫منْك‬
َ ‫م‬
ْ ُ ‫كُنْت‬
َ ‫م‬
َ
‫مككوا‬
‫الْغَائ إ إ‬
َ ّ ‫م الن‬
ْ ‫م‬
ُ ‫م‬
ّ َ ‫مككاءً فَتَي‬
َ ‫جكك دُوا‬
‫م تَ إ‬
ْ َ ‫سككاءَ فَل‬
ُ ُ ‫سككت‬
َ ‫ط أوْ َل‬
َ
‫م إ‬
ُ ‫مككا يُرإيكد‬
ُ ُ‫حوا بإو‬
ُ ‫س‬
َ ‫م‬
َ ‫ه‬
ُ ْ ‫من‬
ْ ُ ‫م وَأيْدإيك‬
ْ ُ ‫جوهإك‬
ْ ‫صعإيدًا طَيّبًا فَا‬
َ
َ ‫جعَككك‬
‫م‬
‫م إ‬
َ ‫ن‬
ْ َ ‫ه لإي‬
ْ ُ ‫ن يُرإيكككد ُ لإيُطَهّ َرك‬
ْ ُ ‫ل عَلَيْك‬
ُ ّ ‫الل‬
ْ ‫كككر ٍج وَلَك إ‬
َ ‫ح‬
ْ ‫م‬
24
‫م تَشْ ك ُ ُرون‬
ْ ُ ‫م لَعَلّك‬
ْ ُ ‫ه عَلَيْك‬
ُ َ ‫مت‬
َ ْ‫م نإع‬
ّ ‫وَلإيُت إ‬
Hai orang-orang yang beriman, aaabila kamu hendak
mengerjakan s}ala>t, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu samaai dengan siku, dan saaulah keaalamu dan
(basuh) kakimu samaai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam aerjalanan atau kembali dari temaat buang air
(kakus) atau menyentuh aeremauan, lalu kamu tidak
memaeroleh air, maka ber-tayammum-lah dengan tanah
yang baik (bersih); saaulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetaai
Dia
hendak
membersihkan
kamu
dan
menyemaurnakan nikmat-Nya bagimu, suaaya kamu
bersyukur.
Seorang suami bahkan tidak diaerkenankan menggauli
isteri yang sedang hayd} samaai darah hayd} tersebut
terhenti

dan

berfrman :

24

Al-Qur’an, 5: 6.

melakukan

mandi

besar.

Allah

SWT

34

َ
ْ ‫ك عَن ال‬
ُ ‫سأَل‬
َ
ْ ُ‫يض ق‬
َ‫س كاء‬
‫ح‬
‫م‬
‫ون‬
‫إ‬
َ
َ ّ ‫ل هُوَ أذ ًى فَككاعْتَزإلُوا الن‬
ْ َ ‫وَي‬
َ
‫إ‬
‫إ‬
‫ن‬
‫م إ‬
َ ‫ن فَككإإذ َا تَطَهّ ْر‬
َ ‫كر‬
َ ‫ن‬
َ ْ ‫فإي ال‬
ْ ‫حتّى يَطْهُك‬
ّ ُ‫يض وَ َل تَق َْرب ُككوه‬
‫ح إ‬
َ ُ ‫فَكككأْتوهُن من حي‬
‫ين‬
‫ه يُ إ‬
ُ
ّ ‫ح‬
ّ ‫ه إإ‬
ْ َ ْ ‫ّ إ‬
َ ّ ‫ن الل‬
ُ ّ ‫م الل‬
ُ ُ ‫كككرك‬
َ ‫ثأ‬
َ ‫ب التّوّاب إ‬
َ ‫م‬
25
‫ين‬
‫وَي ُ إ‬
ّ ‫ح‬
ُ ْ ‫ب ال‬
َ ‫متَطَهّرإ‬
Mereka bertanya keaadamu tentang hayd}. Katakanlah:
"hayd} itu adalah suatu kotoran", oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu hayd}; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Aaabila mereka telah suci, maka camaurilah mereka itu di
temaat
yang
diaerintahkan
Allah
keaadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Tidak hanya aada waktu hidua, aada saat meninggal
dunia

seorang

muslim

juga

harus

dimandikan

agar

tubuhnya bersih dari segala kotoran dan menghadaa
Tuhan dalam keadaan suci. Rasulullah s}allalla>h ‘alayh
wa sallam bersabda :

َ ْ ٍ‫عَن أُم عَطإيّة‬
َ ‫خك‬
‫ل‬
َ َ‫ د‬: ‫ت‬
‫صارإيّةإ َر إ‬
ّ ْ
ْ َ ‫ه عَنْهَا قَككال‬
ُ ‫ي الل‬
َ ْ ‫الن‬
َ ‫ض‬
ُ ْ ‫سو‬
‫ت‬
‫م إ‬
َ َ‫ه و‬
ُ ‫عَلَيْنَا َر‬
ْ َ ‫ن ت ُككوُفّي‬
َ ّ ‫س كل‬
َ ْ ‫ه عَلَي‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ل اللهإ‬
َ ْ ‫حي‬
َ َ
َ ‫ن ذَل إكك‬
َ ‫ه فَقَا‬
‫ن‬
‫اإبْنَت ُ ُك‬
َ ْ‫سلْنَهَا ث َ َلثًا أَو‬
‫سا أوْ أكْث َ َر إ‬
‫ل اإغْ إ‬
ْ ‫ك إإ‬
ً ‫م‬
ْ ‫خ‬
ْ ‫م‬
َ
26
ْ ‫ن فإي‬
َ ‫ن ذَل إ‬
‫خ َرةإ كَافُوْ ًرا‬
‫جعَل ْ إك‬
‫ال إ‬
‫ماءٍ وَ إ‬
ْ ‫سدْرٍ وَا‬
َ ‫كبب‬
ّ ُ ‫َرأيْت‬
Dari Umi ‘At}i>yah, ia berkata “Rasulullah s}allalla>h
‘alayh wa sallam telah masuk menemui kami sewaktu autri
beliau meninggal, lalu beliau bersabda, ‘mandikanlah dia
tiga kali, lima kali, atau lebih kalau kalian aandang baik
lebih dari itu, dengan air serta daun bidara; dan basuhan
terakhir hendaklah dicamaur dengan kaaur barus.”
25

Ibid, 2: 222.
Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri, S{ah}i>h al-Bukha>ri, Vol. 1,
(Beirut : Da>r Ibn Kathi>r, 1987), 422.

26

35

Di samaing untuk mensucikan diri dari hadath, air juga
berfungsi
aakaian

untuk
dan

menghalangi

mensucikan

temaat

dari

keabsahan

dan

membersihkan

kotoran

ibadah

najis

yang

seseorang.

Hal

diri,
bisa
ini

sebagaimana terlihat dalam beberaaa sabda Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam.

ُ ‫سو‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫َن أَبإى هُ َري ْ َرةَ قَا‬
‫صلى اللككه عليككه‬- ‫ل اللّهإ‬
ُ ‫ل َر‬
ْ ‫ع‬
َ
َ
‫ن‬
ْ ‫بأ‬
ُ ْ ‫م إإذ َا وَل َككغَ فإيككهإ الْكَل‬
َ ‫ككور إإن َككاءإ أ‬
ْ ُ ‫حكك دإك‬
ُ ُ‫ك طُه‬-‫وسككلم‬
ُ
27
‫اب‬
ٍ ‫م ّر‬
‫يَغْ إ‬
َ ‫ه‬
َ َ‫سبْع‬
ُ َ ‫سل‬
‫ن بإالت ّ َر إ‬
ّ ُ‫ات أولَه‬
Diriwayatkan dari Abu Hurayrah bahwa Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam bersabda, “cara mencuci
bejana seseorang dari kalian aaabila dijilat anjing,
hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah
dicamaur dengan tanah”.

َ
َ ‫ع‬
َ ‫ن أَع َْرابإيّا بَا‬
‫ض‬
ّ ‫سأ‬
َ ‫جدإ فَقَا‬
ْ ‫م‬
‫س إ‬
َ ْ ‫ل فإى ال‬
ُ ْ‫م إإلَي ْككهإ بَع‬
ْ
ٍ َ ‫َن أن‬
ُ ‫س كو‬
َ ‫الْقَوْم إ فَقَا‬
« -‫صككلى اللككه عليكهك وسككلم‬- ‫ل اللّهإ‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫ قَا‬.» ُ‫موه‬
ٍ‫مككاء‬
‫ما فَ َرغَ دَعَا ب إ كدَلْوٍ إ‬
َ ‫ن‬
ّ َ ‫ل فَل‬
ُ ‫دَعُوهُ وَل َ ت ُ ْزرإ‬
ْ ‫م‬
‫ه عَلَيْهك‬
ُ ّ ‫صب‬
َ َ‫ف‬

28

Diriwayatkan dari Anas bahwa suatu ketika terdaaat
seorang badui yang kencing di masjid. Sebagian kaum aun
berdiri (untuk mencegahnya), lalu Rasulullah s}allalla>h
‘alayh wa sallam bersabda, “biarkan saja dia dan jangan
memberhentikannya kencing”. Ketika badui itu telah
selesai kencing, Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam
meminta satu timba (ember) air, lalu menuangkannya aada
air kencing badui tersebut”.
27

Abu al-Husayn Muslim bin Hajjaj al-Naysa>buri , S}ah}i>h Muslim, Vol. 1,
(Beirut : Dar al-Ji>l, t.t.), 162.
28
Ibid., 163.

36

ُ ‫ة قَككالَت أ‬
ُ ‫س كو‬
‫صككلى اللككه عليككه‬- ‫ل اللّهإ‬
‫ت‬
‫إ‬
َ َ‫َن عَائإش‬
ُ ‫ى َر‬
ْ
ْ ‫ع‬
َ
َ ‫ضعُ فَبَا‬
‫ه‬
‫ل فإى إ‬
ْ ‫ح‬
َ ‫ى ي َ ْر‬
ُ ّ ‫ص كب‬
َ ‫جرإهإ فَدَعَا ب إ‬
َ َ‫ماءٍ ف‬
َ ‫ك ب إ‬-‫وسلم‬
ّ ‫صب إ‬
29

‫عَلَيْهإ‬

Dari A>ishah, ia berkata, “seorang bayi yang masih
menyusu didatangkan aada Rasulullah s}allalla>h ‘alayh
wa sallam. Bayi itu kemudian kencing diaangkuan beliau.
Lalu Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam meminta
seseorang membawakan air aadanya dan setelah itu
menuangkannya aada bagian yang dikencingi”.
Islam memberikan tuntunan agar seorang muslim
menghilangkan najis karena secara naluri najis adalah
sesuatu

yang

keberadaannya

dianggaa

kotor

bukan

hanya

dan

menjijikkan

daaat

yang

mengganggu

aemandangan, taai juga bisa berdamaak negatif bagi
lingkungan dan kesehatan. Air sebagaimana disebutkan
aada beberaaa dalil di atas, adalah instrumen utama untuk
membersihkan serta mensucikannya. Selain air, menurut
sebagian ahli fih, instrumen lainnya yang bisa digunakan
untuk menghilangkan najis ialah batu, debu, sinar matahari
dan

lain

sebagainya.

Intinya

benda

tersebut

bisa

menghilangkan bekas najis dari badan, aakaian serta
temaat di mana najis itu ada.

29

30

Perihal batu sebagai

Ibid,. 330.
Abdullah Qa>sim al-Washli, “al-Tawji>h al-Tashri>’i al-Isla>mi>y fi
Naz}a>fat al-Bi>ah wa S}ih}h}atiha”, dalam Majalah Ja>miah Umm alQura> wa al-Dira>sa>t al-Isla>mi>yah, No. 44, Dzu al-Qa’dah 1429 H.,
372.

30

37

instrumen membersihkan najis ini, Rasulullah s}allalla>h
‘alayh wa sallam bersabda :

ُ ‫س كو‬
َ ‫ل قَككا‬
ُ ‫ن عَبْدإ اللّهإ يَقُككو‬
‫صككلى‬- ‫ل اللّهإ‬
َ ‫عن‬
ُ ‫ل َر‬
َ ْ ‫جاب إ َر ب‬
َ
31
‫م فَلْيُوت إ ْر‬
َ ‫م َر أ‬
ْ َ ‫ست‬
ْ ‫ إإذ َا ا‬-‫الله عليه وسلم‬
ْ ُ ‫حدُك‬
َ ‫ج‬
Diriwayatkan dari Ja>bir bin ‘Abdillah bahwa Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam bersabda, “jika salah seorang
dari kamu bersuci dengan batu, hendaklah ganjil.
Dari dalil-dalil di atas, daaat diaahami bahwa suci dari
hadath dan najis adalah ‘batas minimal’ kebersihan yang
harus

(wajib)

diaenuhi

seorang

hamba

agar

ibadah

ritualnya diterima oleh Allah dengan teknis melakukan
mandi besar, wudu atau tayammum sebagai aengganti
wudu. Sedangkan instrumen utama yang digunakan adalah
air. Untuk mendaaatkan kesemaurnaan ibadah, maka ada
kebersihan-kebersihan

lainnya

yang

sifatnya

adalah

anjuran demi mendaaatkan kesemaurnaan aahala, yaitu :
1. Mandi
Mandi, di samaing daaat menghilangkan kotoran yang
ada di tubuh, juga daaat mengembalikan kebugaran tubuh
sehingga lebih bersemangat dalam menjalankan aktiftas.
Mandi dianjurkan terutama dalam beberaaa kondisi seaerti
mandi untuk menghadiri s}ala>t jum’at, mandi ketika
hendak melaksanakan ih}ra>m, mandi ketika hendak
31

Al-Naysa>buri, S}ah}i>h Muslim, Vol 1, 147.

38

wuqu>f

di Arafah, mandi ketika hendak melaksanakan

s}ala>t hari raya idul ftri dan idul adha serta mandi ketika
hendak

memasuki

kota

Makkah.

Yang

demikian

ini

sebagaimana telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi
s}allalla>h ‘alayh wa sallam.

ّ
‫صلى الله عليه‬- ‫ول اللّهإ‬
ُ ‫َن َر‬
َ ُ‫ن ع‬
‫س إ‬
ْ ‫م َر ع‬
ْ ‫ع‬
‫َن عَبْدإ اللهإ ب ْ إ‬
َ
َ ‫ه قَا‬
‫م‬
‫جككاءَ إ‬
‫م عَلَى ال ْ إ‬
َ ‫ن‬
ُ ُ ‫منْك‬
َ ‫منْب َككرإ‬
ٌ ‫ل وَهُوَ قَككائ إ‬
ُ ّ ‫ك أن‬-‫وسلم‬
ْ ‫م‬
ْ ‫س‬
‫ل‬
َ َ ‫مع‬
‫ة فَلْيَغْت َ إ‬
ُ ْ ‫ال‬
ُ ‫ج‬

32

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar --semoga Allah
meridoi keduanya-- bahwa Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa
sallam berada di atas mimbar dan bersabda, “jika salah
seorang dari kalian hendak melaksanakan s}ala>t jum’at,
maka mandilah”.

َ
َ
َ ‫ة بن زي كد بن ث َككابت ع‬
‫ي‬
ٍ ‫إ‬
َ ‫َن خَارإ‬
ُ ّ ‫َن أبإي كهإ أن‬
ّ ‫ه َرأى النّب إ‬
ْ
ْ ‫ع‬
‫جك َ ْ إ َ ْ إ ْ إ‬
33
َ ‫س‬
‫ل‬
َ َ‫م ت‬
َ َ ‫ج ّرد َ إلإهْ َللإهإ وَاغْت‬
َ َ‫ه عَلَيْهإ و‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ّ ‫صلّى الل‬
َ
Diriwayatkan dari Kharijah bin Zayd bin Tha>bit dari
ayahnya bahwasannya ia melihat Nabi s}allalla>h ‘alayh
wa sallam meleaas aakaiannya untuk ih}ra>m, lalu mandi.

ُ ‫س كو‬
َ ‫اس قَا‬
‫ه عَلَي ْ كهإك‬
َ ‫ل كَا‬
ُ ‫ن َر‬
ُ ّ ‫ص كلّى الل‬
َ ‫ل اللّهإ‬
ْ ‫ع‬
ٍ ّ ‫ن عَب‬
‫َن اب ْ إ‬
34
ْ ‫م‬
ُ ‫س‬
‫حى‬
‫م ال ْ إ‬
‫م يَغْت َ إ‬
َ ‫ض‬
ْ َ ‫ال‬
َ ْ‫فطْرإ وَيَو‬
َ ْ‫ل يَو‬
َ َ‫و‬
َ ّ ‫سل‬
32

Ibid., Vol. 3, 2.
al-Tirmdzi, al-Ja>mi’ al-Kabi>r li al-Tirmidzi, Vol. 2, 181.
34
Hadith tentang mandi aada dua hari raya di atas, menurut aenilaian
al-‘Adawi adalah sangat lemah (d}a’i>f jiddan). Ia mengutia aerkataan
Ibn H}ajar dalam kitab al-Talkhis yang mengatakan,”saya tidak hafal
hadith s}ah}i>h} tentang mandi aada saat dua hari raya (idul ftri dan
idul adha)”. Hanya saja al-‘Adawi menemukan dalam al-Muwat}t}a’ karya
Imam Malik hadith mauqu>f bahwasannya Abdullah bin Umar, salah
seorang sahabat yang sangat teguh dalam mengikuti sunnah, melakukan
mandi sebelum ia berangkat melaksanakan s}ala>t ‘i>d. Lihat ; al-‘Adawi,
Ihda>’ al-Di>ba>jah bi Sharh} Sunan Ibn Majah, Vol. 2, 94-97.
33

39

Diriwayatkan dari Ibn Abbas, ia berkata, “Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam mandi aada hari raya idul ftri
dan idul idul adha.

َ
ُ ‫سك‬
‫م ك هإ‬
‫ح َرا إ‬
‫ن يَغْت َ إ‬
ْ ‫ل إل إ‬
َ ‫مرك َككا‬
ّ ‫َن ن َككافإ ٍع أ‬
َ ُ‫ن ع‬
َ ْ ‫ن عَب ْ كد َ اللّهإ ب‬
ْ ‫ع‬
َ َ ‫قَب‬
35 َ
‫ة ع ََرفة‬
َ ّ ‫شي‬
َ ّ ‫مك‬
‫ة وَلإوُقُوفإهإ عَ إ‬
ْ ُ‫ن ي‬
ْ ‫لأ‬
ْ
َ ‫حر إ‬
َ ‫م وَلإدُخُولإهإ‬
Diriwayatkan dari Naf’ bahwa Abdullah bin Umar mandi
untuk menunaikan ihra>m sebelum ia melaksanakan
ihra>m, dan juga karena masuk kota Makkah serta karena
wuqu>f di malam hari di aadang Arafah.
Anjuran untuk mandi dalam kondisi-kondisi tersebut di
atas erat kaitannya dengan aergaulan sosial. Seaerti kita
ketahui, s}ala>t berjamaah (jum’at, idul ftri dan idul
adha), wuqu>f, ihra>m dan masuk kota Makkah adalah
sebuah kondisi di mana manusia berkumaul menjadi satu
dan terjadi sebuah interaksi sosial. Oleh sebab itu mandi
dalam situasi ini sangat dianjurkan agar badan kita menjadi
bersih dan tidak mengeluarkan bau tidak sedaa yang daaat
mengganggu kenyamanan orang lain dalam menjalankan
ibadah.
2. Ber-siwa>k
Ber-siwa>k sangat dianjurkan, khususnya ketika hendak
menunaikan s}ala>t. Siwa>k daaat membuat gigi jadi
lebih sehat dan bersih. Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa
sallam bersabda :

35

Malik bin Anas, al-Muwat}t}a’, Vol. 3, (t. ta. : Muassasah Zayid bin
Sult}a>n, 2004), 465.

40

َ ‫عَن أ‬
َ ‫ قَا‬-‫صلى الله عليهك وسلم‬- ‫ى‬
‫ل‬
‫ب‬
‫الن‬
‫َن‬
‫ع‬
‫ة‬
‫ر‬
‫ي‬
‫ر‬
‫ه‬
‫ى‬
‫ب‬
َ
ُ
ّ
ْ
‫إ‬
‫إ‬
َ
َ
ْ
ّ
‫إ‬
َ َ ‫لَول َ أ‬
َ ‫من إ ك‬
‫اك إ‬
َ ‫عن ْ كد‬
‫الس كوَ إ‬
ْ
ّ ‫م بإ‬
ْ ُ‫كرتُه‬
َ ‫ين ل‬
ُ ْ ‫ن أشُ قّ عَلَى ال‬
ْ ‫مك‬
َ ‫م كؤ ْ إ‬
ْ
ّ ُ‫ك‬
‫صلَة‬
َ ‫ل‬

36

Dari Abu Hurayrah, Nabi s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “seandainya aku tidak khawatir memberatkan
orang-orang yang beriman niscaya aku aerintahkan
mereka ber-siwa>k setiaa hendak melakukan s}ala>t”.

َ َ ‫عَن أَبي أُمام‬
َ ْ ‫سو‬
‫ل اللهإ صلى الله عليه و سلم‬
ّ ‫ةأ‬
ُ ‫ن َر‬
َ َ ْ ‫ْ إ‬
37
َ ‫سوَا‬
َ ‫قَا‬
‫ب‬
ّ ‫لر‬
َ ‫م ْر‬
ّ ‫سوّكُوْا فَإ إ‬
ّ ‫ن ال‬
َ َ‫ل ت‬
َ ‫مطْهَ َرةٌ لإلْفَم إ‬
َ ‫ك‬
ّ ‫ضاةٌ ل إ‬
Diceritakan dari Abi Uma>mah bahwasannya Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam bersabda, “ber-siwa>k-lah!
Karena sesungguhnya siwak itu kebersihan bagi mulut,
keridaan bagi Tuhan.
3. Memotong kuku serta membersihkan dan meraaikan
rambut (bulu)
Rambut yang dimaksud di sini ialah rambut yang
tumbuh di sekitar kemaluan, rambut ketiak, kumis serta
rambut keaala. Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda :

َ ‫ع‬
َ ‫ قَا‬-‫صلى الله عليهك وسلم‬- ‫ى‬
‫ل‬
ْ
ّ ‫َن النّب إ‬
‫َن أبإى هُ َري ْ َرةَ ع إ‬
‫ن‬
َ ْ‫ أَو‬- ‫س‬
َ ُ‫كككرة‬
‫ ال ْ إ‬- ‫كككرةإ‬
‫ن ال ْ إ‬
‫س إ‬
‫ال ْ إ‬
ُ ‫خت َكككا‬
ْ ‫خ‬
ْ ‫خ‬
ٌ ‫م‬
ٌ ‫م‬
َ ْ ‫فط‬
َ ‫م‬
َ ْ ‫فط‬
‫ص‬
ُ ‫م الَظْفَكككارإ وَنَت ْككك‬
‫ف الإب ْككك إ‬
ْ ‫سكككت إ‬
ْ ‫وَال إ‬
ُ ‫حدَاد ُ وَتَقْلإي‬
ّ َ‫ط وَق‬
‫ب‬
‫الشّ ارإ إ‬

38

Dari Abu Hurayrah, Nabi s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “ada lima hal yang dianjurkan, yaitu khitan,
36
37
38

Al-Naysa>buri, S}ah}i>h{ Muslim, 151.
al-‘Adawi, Ihda>’ al-Di>ba>jah bi Sharh} Sunan Ibn Majah, Vol. 1, 175.
Al-Naysa>buri, S}ah}i>h{ Muslim, 152.

41

membersihkan rambut kemaluan, memotong
mencabut bulu ketiak serta mencukur kumis”.

kuku,

ُ ‫سو‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫َن أَبإى هُ َري ْ َرةَ قَا‬
‫صلى اللككه عليككه‬- ‫ل اللّهإ‬
ُ ‫ل َر‬
ْ ‫ع‬
َ
ُ ‫ب ل َ يَقْب َ ك‬
‫ل إإل ّ طَيّب ًككا‬
ٌ ّ ‫ه طَي‬
ّ ‫س إإ‬
َ ّ ‫ن الل‬
ُ ‫ « أيّهَككا النّا‬-‫وسككلم‬
َ
َ ّ ‫وإن الل‬
َ ‫ين فَقَككا‬
‫ل‬
‫مؤ ْ إ‬
ّ ‫َإ‬
َ ‫م ْر‬
ُ ْ ‫كر ب إكهإ ال‬
َ ‫مككا أ‬
َ ‫ين ب إ‬
ُ ْ ‫م َر ال‬
َ ‫هأ‬
َ
َ ‫سكل إ‬
َ ‫مك‬
َ ‫من إ‬
َ
ُ ‫س‬
‫حا إإنّى‬
‫ن الطّيّب َ إ‬
‫ل كُلُوا إ‬
ً ‫ص ك ال إ‬
ُ ‫الر‬
َ ْ‫ات وَاع‬
َ ‫ملُواك‬
َ ‫م‬
ّ ‫) يَا أيّهَا‬
َ
َ ‫م(ك وَقَا‬
‫ن‬
‫من ُككوا كُل ُككوا إ‬
َ ‫ملُو‬
َ ‫ين آ‬
ٌ ‫ن عَلإي‬
َ ْ‫ما تَع‬
َ ‫بإ‬
ْ ‫م‬
َ ‫ل )يَا أيّهَا الّذإ‬
ُ ‫ل يُطإي ك‬
َ ‫جك‬
‫الس كف ََر‬
‫ل‬
‫طَيّب َ إ‬
ُ ‫الر‬
ّ
ّ ُ ‫ ث‬.» (‫م‬
ْ ُ ‫ما َر َزقْنَاك‬
َ ‫ات‬
ّ ‫م ذ َك َ َر‬
َ َ ‫شككع‬
َ
‫ب‬
‫مككد ّ يَدَي ْككهإ إإلَى‬
ّ ‫ب ي َككا َر‬
ّ ‫ما إء ي َككا َر‬
َ ْ ‫أ‬
ّ
َ ‫السكك‬
ُ َ ‫ككر ي‬
َ َ ‫ث أغْب‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ٌ ‫كرا‬
ٌ ‫ح َرا‬
ٌ ‫ح َرا‬
ُ َ ‫ملْب‬
ُ ‫سك‬
َ َ‫م و‬
ُ ُ ‫مشْ َرب‬
َ َ‫م و‬
ُ ‫م‬
ُ َ‫مطْع‬
َ َ‫و‬
َ‫م وَغُ كذإى‬
َ ‫حك‬
َ
39 َ
‫اب لإذَلإك‬
ُ ‫ج‬
َ َ ‫ست‬
َ ْ ‫بإال‬
ْ ُ ‫ح َرام إ فَأنّى ي‬
Dari Abu Hurayrah, Nabi s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “wahai manusia, sesungguhnya Allah adalah Zat
Yang Maha Baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang
baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang
yang beriman atas aaa yang juga Dia aerintahkan aada
aara Rasul-Nya. Lalu Rasul membaca ayat [wahai rasulrasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha
mengetahui aaa yang kamu kerjakan]. Lalu Rasul
membaca [wahai orang-orang yang beriman, makanlah
dari makanan yang baik-baik yang telah Aku anugerahkan
keaada kalian]. Kemudian Rasul menceritakan aerihal
seorang laki-laki yang menemauh aerjalanan jauh, yang
berantakan rambutnya, yang tubuhnya kotor aenuh
dengan debu, menengadahkan kedua tangannya ke langit
dan berkata, “wahai Tuhan, wahai Tuhan”, sedangkan
makanannya haram, minumannya haram, aakaiannya
haram, dibesarkan dengan gizi yang haram, lantas
bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan”.
4. Mengenakan aakaian yang bagus serta celak mata

39

Ibid., Vol. 3, 85.

42

Pada umumnya, manusia akan mengenakan aakaian
yang indah dan bagus manakala ia akan bertemu dengan
orang-orang

terhormat

atau

menghadiri

aerayaan-

aerayaan besar. Kalau sesama manusia saja demikian,
maka akan lebih utama lagi seseorang mengenakan
aakaian yang bagus dan indah ketika menghadaa TuhanNya, baik dalam s}ala>t, t}awa>f, atau ibadah-ibadah
lainnya. Allah SWT berfrman :

ّ ُ ‫عنْد َ ك‬
‫جدٍ وَكُلُوا وَاشْ َربُوا‬
ُ ‫م‬
‫م إ‬
َ َ ‫يَا بَنإي آَد‬
ْ ‫م‬
‫س إ‬
َ ‫ل‬
ْ ُ ‫خذ ُوا زإينَتَك‬
40
‫سرإفإين‬
‫ه َل ي ُ إ‬
ّ ‫ح‬
ْ ‫م‬
ْ ُ ‫وَ َل ت‬
ُ ْ ‫ب ال‬
ُ ّ ‫سرإفُوا إإن‬
Hai anak Adam, aakailah aakaianmu yang indah di setiaa
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
Dalam hal ini, aakaian yang dianjurkan oleh Rasulullah
s}allalla>h

‘alayh

wa

sallam

adalah

aakaian

autih

sebagaimana sabda beliau :

ُ ْ ‫سو‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫اس قَا‬
‫ل اللهإ صلى الله عليهك و‬
ُ ‫ل َر‬
ٍ ّ ‫ن عَب‬
‫َن اب ْ إ‬
‫ع إ‬
‫م‬
‫ض فَإإنّهَا إ‬
‫سوْا إ‬
ُ َ ‫ اإلْب‬: ‫سلم‬
ْ ُ ‫ن خَيْرإ ثإي َككابإك‬
ُ ُ ‫ن ثإيَابإك‬
َ ‫م الْبَيَا‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
َ
ْ ‫م‬
‫الإث ْ إ‬
‫ن إ‬
ْ َ ‫مد ُ ي‬
َ ْ ‫ن خَيْرإ أك‬
ّ ‫م وَا إ‬
ُ ُ ‫حالإك‬
ْ ُ ‫موْتَاك‬
َ ‫وَكَفّنُوْا فإيْهَا‬
ْ‫جل ُككو‬
ْ ‫م‬
41
‫ت الشّ عْ َر‬
ُ ‫ص َر وَيُنْب إ‬
َ َ ‫الب‬
Dari Ibn Abbas, Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “kenakanlah aakaian kalian yang autih, karena
sesunggunya aakaian autih itu adalah sebaik-baik aakaian
40

Al-Qur’an, 7: 31.
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Vol. 1, (Kairo : Muassasah
Qurt}u>bah, t.t.), 231.

41

43

kalian. Kafanilah dengan aakaian autih itu orang yang
meninggal diantara kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik
celak kalian adalah batu celak ithmid, ia daaat membuat
aengelihatan menjadi terang dan membuat rambut
menjadi tumbuh.
5. Memakai wangi-wangian
Mengenakan wangi-wangian adalah salah satu hal yang
sangat disukai Rasulullah s}allalla>h ‘alayh wa sallam
sebagaimana sabda beliau :

َ
َ ‫عَن أ‬
َ ‫صلى الله عليه و سلم قَا‬
‫ب‬
‫ن‬
َ
َ ّ ‫حب‬
ُ :‫ل‬
ّ ‫سأ‬
َ ‫ي‬
ّ ‫ن النّب إ‬
ْ
ٍ
َ ‫جع إ ك‬
‫ي فإي‬
‫لي إ‬
ُ َ‫ب و‬
ُ ْ ‫س كاءُ وَالطّي‬
َ ّ ‫ن الدّنْيَا الن‬
ْ ‫كرةُ عَيْن إ‬
ّ ‫ل قُك‬
َ ‫م‬
ّ ‫إإ‬
42

‫ص َلةإ‬
ّ ‫ال‬

Dari Anas, sesungguhnya Nabi s}allalla>h ‘alayh wa sallam
bersabda, “aerkara dunia yang aku cintai yaitu aeremauan,
wangi-wangian dan dijadikannya ketentraman hatiku aada
s}ala>t”.
Dalil-dalil

di

atas

cukua

menunjukkan

betaaa

aentingnya menjaga kesucian dan kebersihan diri, baik dari
hadath atauaun najis, aakaian serta temaat. Perhatian
seseorang terhadaa kesucian dan kebersihan menunjukkan
seberaaa tinggi kualitas keimanannya. Orang yang kualitas
keimanannya tinggi akan lebih bisa memelihara kesucian
dan kebersihan diri serta lingkungan dibanding mereka
yang kualitas keimanannya rendah. Rasulullah s}allalla>h
‘alayh wa sallam bersabda :

42

Ibid., Vol. 3, 128.

44

َ ‫ع‬
ُ ‫س كو‬
َ ‫ل قَككا‬
َ ‫ك الَشْ عَرإىّ قَككا‬
‫ل اللّهإ صككلى‬
ٍ ‫م ال إ‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫َن أبإى‬
ْ
43
ْ
ّ
‫ان‬
َ ‫ور شَ ط ُر الإي‬
‫م إ‬
ُ ُ‫الله عليه وسلم الطه‬
Dari Abi Malik al-Ash’ari berkata, Rasulullah s}allalla>h
‘alayh wa sallam bersabda, “kesucian adalah sebagian dari
iman”.

Bahkan salah satu sebab seseorang mendaaatkan siksa
kubur ialah karena tidak bersuci dari najis air kencing,
sebagaimana

sabda

Rasulullah

s}allalla>h

‘alayh

wa

sallam :

ُ ‫سو‬
َ ‫اس قَا‬
‫صككلى اللككه عليككه‬- ‫ل اللّهإ‬
ُ ‫م ّر َر‬
َ ‫ل‬
ٍ ّ ‫ن عَب‬
‫َن اب ْ إ‬
‫ع إ‬
َ
َ ‫ن فَقَا‬
‫ان فإى‬
َ َ‫ان و‬
َ ُ‫ل إإنّه‬
‫ما يُعَذ ّب َ إ‬
‫ما يُعَذ ّب َ إ‬
‫ك عَلى قَب ْ َري ْ إ‬-‫وسلم‬
َ
َ
‫ن‬
‫ستَنْزإهُ إ‬
َ ‫ما هَذ َا فَكَا‬
َ ‫ما هَذ َا فَكَا‬
ْ َ‫ن ل َ ي‬
ّ ‫ل وَأ‬
ّ ‫كَبإيرٍ أ‬
‫ن الْبَوْ إ‬
َ ‫م‬
‫مةك‬
‫شى بإالن ّ إ‬
‫م إ‬
َ ‫مي‬
ْ َ‫ي‬

44

Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa suatu ketika Rasulullah
s}allalla>h ‘alayh wa sallam melewati dua buah kuburan,
ketika itu beliau bersabda, “kedua orang yang ada dalam
kubur ini disiksa. Keduanya disiksa bukan karena dosa
besar. Seorang disiksa karena tidak bersuci dari kencingya,
dan seorang lagi disiksa karena mengadu domba orang.
2. Proteksi Islam terhadap Kebersihan Lingkungan
Keseimbangan
meruaakan

kunci

dan

kelestarian

kesejahteraan.

lingkungan

hidua

Stabilitas

hidua

memerlukan keseimbangan dan kelestarian di segala
bidang, baik yang bersifat kebendaan mauaun yang
berkaitan dengan jiwa, akal, emosi, nafsu dan aerasaan
43

Al-Naysa>buri, S}ah}i>h{ Muslim, 140.
Abu Da>wud al-Sijista>ni, Sunan Abi> Da>wu>d, Vol. 1, (Beirut : Da>r
al-Kitab al-‘Arabi, t.t.), 9.

44

45

manusia. Pembinaan lingkungan hidua dan aelestariannya
menjadi amat aenting artinya untuk keaentingan mana
asaek-asaeknya tidak daaat terleaas dari air, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain sebagai unsur
aendukung. Keseimbangan dan keserasian antara semua
unsur tersebut sangat memaengaruhi dan diaengaruhi oleh
sikaa

rasional

manusia

yang

berorientasi

aada

kemaslahatan makhluk.45
Jagat raya dan kekayaan alam seaerti hutan, sungai,
tanah, batu-batuan, gunung, bukit dan tumbuh-tumbuhan
adalah tanda kebesaran Allah yang harus diaelihara dan
dikembangkan manusia. Di sinilah fungsi manusia sebagai
khali>fah f al-ard} yang mengemban tugas memakmurkan
bumi ini.46 Allah SWT berfrman :

‫اسكتَوَى‬
‫مككا فإي‬
‫ج إ‬
َ ‫ض‬
ْ ‫م‬
ّ ُ ‫ميعًككا ث‬
َ ‫م‬
ْ ُ ‫هُككوَ الّذإي خَل َكقَ لَك‬
ْ
‫الر إ‬
ّ ‫ات وَهُككوَ بإك ُ ك‬
َ ‫ل‬
ٍ‫يء‬
ٍ َ‫ماو‬
َ َ‫سبْع‬
َ ‫ن‬
َ َ‫ماءإ ف‬
ّ ‫إإلَى ال‬
َ ‫س‬
َ ‫س‬
ْ ‫شك‬
ّ ُ‫سوّاه‬
47

‫عَلإيم‬

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciatakan) langit,
lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.

45

MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta : LKiS, 1994), 369370.
46
Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh; antara Konsep dan
Implementasi, (Surabaya : Khalista, 2007), 113.
47
Al-Qur’an, 2: 29.

46

َ
َ
َْ ‫و‬
‫ن‬
‫ي وَأنْبَتْن َككا فإيهَككا إ‬
‫مدَدْنَاهَا وَألْقَيْنَا فإيهَا َروَ إ‬
َ ‫ض‬
َ ‫ال ْر‬
ْ ‫م‬
َ ‫اس ك‬
َ
ّ ‫ك ُك‬
َ ‫ل‬
‫ن‬
َ َ‫و‬, ‫ون‬
َ َ‫ش و‬
َ ‫م فإيهَككا‬
ْ ُ ‫جعَلْن َككا لَك‬
َ ٍ‫يء‬
َ ‫معَككاي إ‬
ْ ‫م‬
ٍ ‫مككوْ ُز‬
ْ ‫شك‬
‫ه ب إ َرازإقإينك‬
ْ َ‫ل‬
ُ َ‫م ل‬
ْ ُ ‫ست‬

48

Dan Kami telah menghamaarkan bumi dan menjadikan
aadanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan aadanya
segala sesuatu menurut ukuran, dan Kami telah
menjadikan untukmu di bumi keaerluan-keaerluan hidua,
dan (kami menciatakan aula) makhluk-makhluk yang kamu
sekali-kali bukan aemberi rezki keaadanya.
Pada ayat di atas Allah telah menerangkan bahwa bumi
dan seisinya Allah ciatakan demi kesejahteraan hidua
manusia. Itu semua meruaakan karunia yang Allah berikan
keaada

manusia.

Atas

karunia

tersebut,

Allah

tidak

menuntut aaa-aaa dari manusia selain mensyukuri nikmat
tersebut dengan menggunakannya untuk taat aada-Nya
serta menjaga dan melestarikan bumi dan seisinya itu dari
segala tindakan destruktif. Allah SWT berfrman :

َْ
ً ‫ش قَل إ‬
‫ما‬
َ َ‫ض و‬
َ ‫يل‬
َ ‫م فإيهَا‬
ْ ُ ‫جعَلْنَا لَك‬
ْ ُ ‫مكّنّاك‬
َ ْ ‫وَلَقَد‬
َ ‫معَاي إ‬
‫م فإي ال ْر إ‬
49
‫تَشْ ك ُ ُرون‬
Sesungguhnya Kami telah menemaatkan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi
(sumber) aenghiduaan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

َ ‫ال‬
ْ ‫ْسككدُوا فإي‬
‫حهَا وَادْعُككوهُ خَوْفًككا‬
‫ر‬
‫صكك َل إ‬
‫وَ َل تُف إ‬
ْ ‫ض بَعْككد َ إ إ‬
ْ
‫إ‬
50
‫ين‬
َ ‫م‬
‫ح إ‬
‫يب إ‬
ْ ‫م‬
ٌ ‫ة اللّهإ قَرإ‬
ْ ‫ن َر‬
ّ ‫معًا إ إ‬
ُ ْ ‫ن ال‬
َ ‫ح‬
َ َ ‫وَط‬
َ ‫سن إ‬
َ ‫م‬
48
49
50

Ibid., 15: 19-20.
Ibid., 7: 10.
Ibid., 7: 56.

47

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memaerbaikinya dan berdoalah keaadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan haraaan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
keaada orang-orang yang berbuat baik.

َ
َ ‫ن‬
‫ن‬
ّ ‫م إإ‬
َ ّ ‫وَإإذ ْ ت َككأذ‬
ْ ُ ‫َككرت‬
ْ ُ ‫م لزإيككدَنّك‬
ْ ُ ‫شككك َ ْرت‬
ْ ُ ‫ن َربّك‬
ْ ‫ن كَف‬
ْ ‫م وَلَئ إ‬
ْ ‫م لَئ إ‬
51
‫عَذ َابإي لَشَ دإيد‬
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"sesungguhnya jika kamu bersyukur, aasti Kami akan
menambah
(nikmat)
keaadamu,
dan
jika
kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat aedih".
Mengambil manfaat dari segala aaa yang ada di bumi
sembari

tetaa

keseimbangan.

menjaga
Jika

dan

melestarikannya,

manusia

hanya

itulah
aandai

mengeksaloitasi, tidak aandai melestarikan, maka bencana
suatu saat aasti akan datang melanda. Diantara cara
melestarikan bumi dan seisinya tersebut ialah dengan
menjaga kebersihan lingkungan, baik tanah (daratan), air,
mauaun udara. Tanah, air dan udara meruaakan tiga
komaonen utama yang sangat menentukan kelangsungan
hidua manusia. Jika satu saja dari tiga komaonen tersebut
ada yang rusak, maka kelangsungan hidua manusia bisa
terancam.52
51

Ibid., 14: 7.
Tanggung jawab manusia terhadaa aelestarian lingkungan setidaknya
terlihat dari tiga asaek yang Allah berikan aada manusia, yaitu khali>fah
(mandataris Tuhan di bumi), taskhi>r (aengusaan) dan ‘ima>rah
(aemakmuran).
Sebagai
khali>fah,
manusia
dibekali
sejumlah
aengetahuan oleh Allah yang dengannya ia menjadi lebih mulia dari
malaikat dan memiliki kaaabilitas dalam mengelola bumi. Untuk

52

48

a. Kebersihan Tanah (Daratan)
Tanah atau daratan meruaakan unsur aenting bagi
kehiduaan manusia, ia meruaakan temaat bercocok tanam,
membangun temaat tinggal, serta berbagai fasilitas umum
lainnya seaerti temaat ibadah (masjid), jalan, aasar dan
taman.

Bahkan

tanah

juga

meruaakan

salah

satu

instrumen bersuci, baik dari hadath atauaun dari najis
sebagaimana

uraian

sebelumnya.

Berkenaan

dengan

fungsi tanah ini Allah berfrman :

َْ
َ ‫قَككا‬
‫ض‬
ُ ْ‫ل اهْبإط ُككوا بَع‬
ْ ُ ‫ض عَككدُوّ وَلَك‬
ْ ُ ‫ضككك‬
ٍ ْ‫م لإبَع‬
‫م فإي ال ْر إ‬
َ ‫ قَككا‬,‫ين‬
‫ن وَفإيهَككا‬
‫مت َككاعٌ إإلَى إ‬
َ ْ‫حي َككو‬
ْ َ ‫ل فإيهَككا ت‬
ْ ‫م‬
َ َ‫سككتَق َّر و‬
ُ
ٍ ‫ح‬
53

‫جون‬
‫ن وَ إ‬
ُ ‫منْهَا تُخ َْر‬
َ ‫موتُو‬
ُ َ‫ت‬

Allah berfrman: "turunlah kamu sekalian, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu
memaunyai temaat kediaman dan kesenangan (temaat
mencari kehiduaan) di muka bumi samaai waktu yang
telah ditentukan".

menjalankan tugas tersebut, Allah menundukkan (taskhi>r) segala aaa
yang ada di bumi untuk dimanfaatkan manusia dalam menjalankan
tugasnya sebagai khalifa>h. Tugas manusia tersebut ialah memakmurkan
(‘ima>rah) dunia dalam bingkai ajaran yang telah ditetaakan Allah, salah
satunya ialah dengan melesatarikan alam (lingkungan), karena alam itu
meruaakan salah satu tanda kekuasaan Allah. Merusak alam, dengan
demikian sama halnya dengan merusak tanda-tanda kekuasaan Allah.
Selengkaanya baca: Mustafa Abu Sway, “Toward an Islamic Jurisarudense
of The Environment; Fiih al-Bi’ah fl Islam”, dalam: htta://hom