Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 Sri

PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai
tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat
ASEAN, Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar
bebas telah menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia
dihadapkan pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak
menentu. Kita juga dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya
akses terhadap media massa terutama media elektronik, seperti jejaring
sosial internet.
Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Hampir setiap hari, kita disuguhi
contoh-contoh menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas
mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, kekerasan, premanisme,
kejahatan, dan korupsi. Tidak sedikit dari para pemuda, pelajar, mahasiswa
yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan
perkelahian antar pelajar, narkoba, perjudian, dan lain-lain. Nilai-nilai
tradisional yang dianggap sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah
bergeser seiiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi.

Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan
persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi, diperlukan perubahan yang
cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh
berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang
diberikan dianggap kelebihan muatan tetapi tidak mampu memberikan
bekal dan mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsabangsa lain di dunia. Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan

1

kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan
berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan yang lain.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, dalam perjalanan dunia
pendidikan Indonesia telah menerapkan tujuh kurikulum yaitu kurikulum
1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004
atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir kurikulum 2013 yang lebih
menekankan pada pendidikan karakter. Berbagai pihak menganalisis dan
melihat perlunya diterapkan


kurikulum berbasis kompetensi sekaligus

berkarakter (competency and character based curriculum), yang dapat
membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang
sesuai dengan tuntutan zaman dan tuntutan teknologi yang akan menjawab
tantangan arus globalisasi.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

dalam


pengembangan kurikulum?

b. Bagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam
pengembangan kurikulum?

c. Bagaimana

peluang

dan

tantangan

Kurikulum

2013

dalam

pembaharuan kurikulum?


3. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam
pengembangan kurikulum

b. Untuk mengetahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam pengembangan kurikulum

c. Untuk mengetahui peluang dan tantangan kurikulum 2013 dalam
pembaruan kurikulum.

2

B. PEMBAHASAN
1. KEBIJAKAN PEMBAHARUAN KURIKULUM
Istilah “Kurikulum berasal dari bahasa latin “curiculum”, sedang
menurut bahasa Perancis “cuurier” artinya “to run” berlari. Istilah
kurikulum pada awalnya dipakai dalam dunia olahraga dengan istilah
“curriculae” yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta
dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Dari dunia olahraga istilah

kurikulum masuk ke dunia pendidikan yang berarti jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.”1
Beberapa

tafsiran

dalam

Oemar

Hamalik

mengemukakan

“Kurikulum antara lain adalah :
a. Kurikulum memuat isi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan.
b. Kurikulum sebagai rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah

suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Dengan program itu para siswa melakukan kegiatan
belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar.
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini
menunjukkan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja,
melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak
ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua
kegiatan
yang
memberikan
pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.”2
Menurut Crow and Crow dalam Ramayulis, “Kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.”3

Sedangkan menurut M. Arifin memandang “Kurikulum sebagai seluruh
1 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 122
2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 16
3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), hal. 150

3

bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam
suatu sistem institusional pendidikan.”4
Selanjutnya Zakiah Daradjat memandang “Kurikulum sebagai suatu
program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”5
Selain itu, Addarmasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang ditulis
kembali oleh Al-Syaibani, menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah
sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.”6

Sementara itu menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”7
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak
hanya sebatas bidang studi dan dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi,
meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang
pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional
adalah kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti
dinamika yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab
kebutuhan masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang
dihadapi.

4 Ibid.,
5 Ibid.,

6 Ibid.,
7 Kunandar, op. cit, hal.124

4

Dalam pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidi berpendapat bahwa:
“Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan
pembenahan kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan
keterampilan dasar minimal (minimum basic skill), menerapkan
konsep belajar tuntas (mastery learning), dan membangkitkan sikap
kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi peserta didik.”8
Menurut Sudjana, “Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan pembaharuan kurikulum, yakni :
a. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum,
artinya menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus
dilakukan perubahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian
dan pengukuran pendahuluan terhadap kurikulum yang sedang
berjalan.
b. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum, artinya setelah ditemukan
pokok yang menjadi garapan perubahan kurikulum, barulah

dipikirkan wadah yang akan mengorganisasi perubahan tersebut.
Wadah tersebut bisa berupa badan atau komite yang bisa bekerja
secara rutin.
c. Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat, artinya dalam
mengembangkan suatu kurikulum dilakukan analisis terhadap
sektor-sektor
masyarakat,
baik
masalahnya
maupun
kebutuhannya.
d. Studi tentang karakteristik dan kebuttuhan peserta didik, artinya
memperhatikan perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat,
kesanggupan, dan kebutuhan peserta didik.
e. Formulasi tujuan pendidikan, artinya dalam mengembangkan
kurikulum harus menjabarkan tujuan pendidikan secara umum
yang bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologis ke dalam tujuan
institusional yang bersifat tingkah laku operasional sehingga
mudah dipahami oleh para guru di lapangan.
f. Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran,artinya memilih

dan menerapkan aktivitas belajar (sebagai isi kurikulum) yang
memadai dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
g. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit
pelajaran.
h. Pengujian kurikulum yang diperbaharui, artinya kurikulum yang
diperbaharui sebelum dilaksanakan di lapangan harus
diujicobakan terlebih dahulu (tryout) terlebih dahulu agar
mencapai hasil yang optimal.
i. Pelaksanaan kurikulum baru, artinya kurikulum baru yang telah
disusun, direvisi dan telah diujicobakan hendaknya diterapkan
dengan mengerahkan seluruh opini masyarakat agar meneima ideide pembaharuan dalam kurikulum tersebut.
8 Ibid., hal. 114

5

j. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinya kurikulum baru yang
sudah diberlakukan dievaluasi dan dimonitoring untuk melihat
kualitas dan efektivitas kurikulum tersebut untuk selanjutnya
dilakukan revisi kalau diperlukan.”9
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis serta
harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat
mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pembaharuan kurikulum adalah suatu keharusan
dalam kerangka menuju mutu pendidikan yang berkualitas dan mampu
merespon terhadap tuntutan terhadap kehidupan berdemokrasi, globalisasi.
2. Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum 2013
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

digagas

ketika

menteri

Pendidikan dijabat oleh Abdul Malik Fadjar. Dalam dokumen
kurikulum 2004 dirumuskan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. KBK lebih
ditekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
McAshan menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah suatu pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai
perilaku kognitif, afektif, dan psikomoriknya.”10
Sebagaimana Gordon dalam Ramayulis menjelaskan bahwa:
“Aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk
melakukan sesuatau, misalnya akan dapat melakukan proses
berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala
9 Ibid, hal. 119
10 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta :
Kencana, 2008), hal. 2

6

2.

3.
4.
5.
6.

ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkahlangkah berpikir ilmiah.
Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan
afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya
mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia
memahami konsep-konsep ekonomi.
Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.
Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini
dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu
yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak
senang terhadap munculnya aturan baru.
Minat (interest), yaitu kecendrungan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau perbuatan.”11

Selanjutnya Masnur Muslich menyatakan bahwa: “Proses
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi didasarkan pada
beberapa prinsip yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur
Penguatan integritas nasional
Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika
Kesamaan dalam memperoleh kesempatan
Abad pengetahuan dan teknologi informasi
Pengembangan kecakapan hidup (lifeskill)
Belajar sepanjang hayat
Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
dan komprehensif
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan”12
Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki empat komponen, yaitu :
1. Kurikulum dan hasil belajar (KHB). KHB memuat perencanaan
pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara
keseluruhan, yaitu sejak TK sampai dengan kelas 12. Dan ini
merupakan rangkaian kompetensi siswa untuk maju secara bertahap
seiring dengan perkembangan dan kematangan psikologisnya. KHB
11 Ibid, hal. 6
12 Masnur muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2009), hal. 18

7

ini juga memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan
program pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kehidupan,
keadaan sekolah atau lingkungan, dan kebutuhan serta kemampuan
siswa
2. Penilaian berbasis kelas (PBK). PBK memuat prinsip, sasaran, dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten
sebagai akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi atau
hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan standar yang harus
dicapai, peta kemajuan belajar siswa, dan pelaporan. Penilaian ini
disebut berbasis kelas karena penilaian dilaksanakan secara terpadu
dalam pembelajaran di kelas.
3. Kegiatan belajar mengajar (KBM), memuat gagasan-gagasan pokok
pembelajaran

untuk

mencapai

kompetensi

yang

ditetapkan.

Komponen ini menyebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif
siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian,
dalam praktiknya, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan
4. Pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). PKBS memuat
berbagai pola pemberdayaaan tenaga kependidikan dan sumber daya
lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar yang dilengakapi dengan
gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat
kurikulum

pembinaan

profesional

tenaga

kependidikandan

pengembangan sistem informasi kurikulum.
Keempat komponen KBK ini merupakan satu kesatuan yang utuh
karena praktiknya komponen-komponen ini saling menunjang. Dalam
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

siswa

dituntut

untuk

bisa

mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan siswa masingmasing. Kurikulum Berbasis kompetensi juga memberikan kesempatan
kepada orangtua untuk peduli dan terlibat dalam kegiatan persekolahan
sejak jenjang TK hingga pendidikan menengah. Selain itu, para

8

pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan untuk berperan aktif
di setiap tingkat satuan pendidikan.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Masnur
Muslich adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Menurut Masnur Muslich,
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam
rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan/sekolah.”13
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah14
KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan individual
maupun klasik
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi
13 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 10
14 Ibid, hal.11

9

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi15
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki empat
komponen, yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan KTSP, kalender pendidikan dan silabus dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pengajaran). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kemampuan yang harus dicapai dinyatakan dengan
standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai
lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan yang
terjadi dalam era globalisasi adalah persaingan sumber daya manusia.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
ditemukan beberapa kelemahan :
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan
dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta
didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan,
pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik serta jiwa
kewirausahaan, belum terakomodasi dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peeka dan tanggap terhadap berbagai persoalan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

15 Kunandar, op. cit, hal. 138

10

6. Standar

proses

pembelajaran

belum

menggambarkan

urutan

pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada
guru.
7. Penilaian

belum

menggunakan

standar

penilaian

berbasis

kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan
pengayaan secara berkala.
Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran
yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat
dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus
berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya
sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD),
sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam hal ini tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku tersebut. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup
tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi dan penutup.
c. Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa, “Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, serta sesuai
dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Mengacu pada
penjelasan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bagian umum dikatakan bahwa :
“Strategi Pembangunan pendidikan nasional dalam undangundang ini meliputi..., 2. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi...” dan penjelasan pasal 35 bahwa
“Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan

11

yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati” maka diadakan
perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.”16
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK
atau (Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan
pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan ranah
pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh
jenjang dan jalur pendidikan khususnya pada jalur pendidikan luar
sekolah. Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensikompetensi tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati
dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan.
Selain itu, kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan berbasis
karakter. Menurut Simon Philips, “Karakter adalah kumpulan tata nilai
yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku yang ditampilkan”17. Sementara itu, Koesema A menyatakan
bahwa “Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga.”18

16 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosda
Karya), hal. 153
17 Manur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 70
18 Ibid

12

Sedangkan Imam Ghozali berpendapat bahwa: “Karakter lebih
dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika
muncul tidak perlu dipikirkan lagi.”19
Dalam Masnur Muslich, “Istilah karakter yang diambil dari
bahasa Yunani berarti “to mark” (menandai) lebih fokus pada tindakan
atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama ia
menunjukkan bagaimana seseorang berperilaku tidak jujur, kejam,
tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya,
apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong tentulah seseorang
tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, karakter erat
ikatannya dengan personality. Seseorang baru disebut orang yang
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.”20
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakter berkaitan dengan kekuatan moral. Orang yang berkarakter
adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan
demikian, melalui kurikulum 2013 yang berfokus pada pembentukan
kompetensi dan karakter peserta didik diharapkan akan memberi
peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang produktif, inovatif,
afektif, melalui penguatan sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik),
dan pengetahuan (kognitif) yang terintegrasi.

3. Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan

kurikulum

2013

adalah

proses

perencanaan

kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengembangan kurikulum yang
19 Ibid
20 Ibid, hal. 71

13

mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran
kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Ada beberapa karakteristik
dalam pengembangan kurikulum 2013 sebagai berikut :
a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang
jelas.
b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
merupakan bagian dari kerikulum yang dirancang selaras dengan
prosedur pengembangan kurikulum.
c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya
proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan
minat siswa.
d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong
diversitas di antar pelajar.
e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar
mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat
pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
f. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan
karakteristik siswa pengguna.
g. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang
banyak digunakan di sekolah.
h. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk
memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.
i. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan
antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.”21
Pengembangan kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum
pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu pengembangan
kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat wilayah,
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan
silabus, dan pengembangan program pembelajaran.

a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar
nasional Pendidikan (SNP), terutama pada Standar kompetensi Lulusan
21 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2007), hal. 184

14

(SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013. Di
samping itu, juga dilakukan penataan terhadap empat mata pelajaran,
yakni : agama, PPKN, Matematika dan bahasa Indonesia. Pada tingkat
nasional, pengembangan kurikulum meliputi jalur pendidikan sekolah,
luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka
merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
b. Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah bermuara pada wilayah
tingkat I (Provinsi). Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
berkaitan dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk
berbagai mata pelajaran di luar matapelajaran kurikulum nasional.
Pengembangan kurikulum untuk kelompok wilayah ini dilakukan oleh
tim pengembang kurikulum tingkat wilayah di bawah koordinasi dinas
pendidikan provinsi. Termasuk dalam kurikulum tingkat wilayah ini
adalah muatan lokal dan bahasa daerah.
c. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Pada tingkat dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis
lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang ppendidikan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
1. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuantujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan
2. Berdasarkan

kompetensi

dan

tujuan

di

atas

selanjutnya

dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut
3. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan
(guru dan nonguru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan
4. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk
memberi kemudahan belajar
d. Pengembangan Silabus

15

Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh
guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik di
tingkat pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru tinggal
mengembangkan RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan
siswa dan buku sumber yang semuanya telah disiapkan.
e. Pengembangan program pembelajaran
Berdasarkan silabus, kompetensi inti, dan kompetensi lulusan
yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat
pencapaiannya,
pembelajaran.

selanjutnya
Dalam

dikembangkan

kurikulum

2013

program-program

program

pembelajaran

dikembangkan adalah tematik, dan terpadu, sehingga kegiatan
pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan
mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.
4. Inovasi Kurikulum 2013
Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan
yang produktif, kreatif, dan inovatif. Secara konseptual, kurikulum 2013
memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
a. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing.
b. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari

kemampuan-kemampuan

lain.

Penguasaan

ilmu

pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
c. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama berkaitan dengan keterampilan.

16

Hal-hal yang mendasari lahirnya kurikulum 2013 setidaknya ada
tujuh asumsi antara lain :
a. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak
mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal.
b. Banyak sekolah yang mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan
pengalaman, sehingga mengajar diartikan hanya sebagai kegiatan
menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
c. Peserta didik bukanlah tabung kosong yang dapat diisi atau ditulis
sekehendak guru melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi
yang harus dikembangkan.
d. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.
e. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu
peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilkinya secara
optimal.
f. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensikompetensi potensial yang tersusun secara sistematis sebagai jabaran
dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
g. kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai
kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensinya secara optimal.
Berdasarkan asumsi di atas, “menurut Mulyasa dalam penerapan
kurikulum 2013 dilakukan penambahan beban belajar pada semua jenjang
pendidikan, sebagai berikut :
Beban belajar di SD/MI
Kelas I, II, III, masing masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV,
V, VI masingmasing 36 jam setiap minggu, dengan lama belajarnya
yaitu 35 menit.
Beban belajar di SMP/MTs
Dari semula 32 menjadi 38 jam untuk masing-masing kelas VII, VIII
dan IX, dengan lama belajar untuk setiam jam belajarnya yaitu 40
menit.

17

Beban belajar di SMA/MA
Kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk
kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar,
dengan lama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 45 menit.”22
Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar guru memiliki
waktu yang lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi paada peserta didik atau mengembangkan pembelajaran aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Selain itu, guru dituntut untuk secara kreatif
menciptakan lingkungan yang kondusif, dengan manajemen kelas yang
efektif, untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga
peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan (joyfull teaching and
learning).
a. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan kompetensi operasionalisasi standar
kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh
peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, yang menggambarkann kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran.
Kompetensi

inti

berfungsi

sebagai

unsur

pengorganisasi

kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisas vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah
keterkaitan antar konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip
belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar
konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi

horizontal

adalah

keterkaitan

antara

konten

kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan isi isi kompetensi dasar

22 Mulyasa, op.cit., hal. 166

18

dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan
kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
b. Silabus dan Rencana Pembelajaran
Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis besar, ringkasan,
ikhtisar atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Menurut Abdul Majid,
“Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat
kompnen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar.”23
Sedangkan

menurut

Masnur

Muslich,

“RPP

(Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di
kelas.”24
Dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh pemerintah
sehingga guru tinggal mengembangkan rencana pembelajaran. Di
samping silabus, pemerintah juga sudah menyiapkan buku panduan
untuk guru dan peserta didik. Dengan demikian guru tidak perlu lagi
mengembangkan perencanaan tertulis, yang penting bagi guru adalah
memahami pedoman guru dan pedoman peserta didik, kemudian
memahami dan menguasai materi yang akan diajarkan. Setelah itu,
mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang
apa yang akan dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter, dan
kompetensi peserta didik serta penutup pelajaran.
Dalam kurikulum 2013, kemampuan dan kreativitas guru sangat
di nanti, dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan kritis,
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti
dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup
23 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 39
24 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, op.cit, hal. 45

19

dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam
kehidupan, memiliki kesiapan untu bekerja memiliki kecerdasan sesuai
bakat/minatnya serta memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.

5. Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 dalam Pembaharuan
Kurikulum
a. Peluang Kurikulum 2013
Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu
perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan
terhadap mutu pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk
dapat menjawab tantangan perubahan dan perkembangan itu. Hal itu
diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang
cerdas dan berkehidupan yang damai,terbuka, dan berdemokrasi, serta
mampu bersaing secara terbuka di era global. Untuk itu, pembenahan
dan penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal pokok, terutama
terhadap aspek substantif yang mendukungnya yaitu kurikulum.
Perubahan dan penyempurnaan kurikulum merupakan hal biasa
terjadi dinegara manapun didunia, sebagai wujud dari reponsifnya
sebuah kurikulum dengan adanya perubahan dan perkembangan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara. Perubahan tersebut
menjadi alasan utama yang digunakan oleh “perancang kurikulum”
untuk melakukan perubahan kurikulum tersebut . Tantangan bagi para
perancang kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan terkini sesungguhnya adalah bagaimana merancang
kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan.
Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 yang dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
kurikulum 2013 adalah merupakan bagian dari upaya untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun
identitas budaya bangsa, karena titik tekan pengembangan Kurikulum
2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
20

kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin
kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan
kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya
serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan
global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan
tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan.
Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis
dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa
depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa
prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi
lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga,
semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran
diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata
pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan
kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi
yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam
mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Keberhasilan
implementasi kurikulum 2013 diharapkan memberi peluang dalam
menghasilkan insan Indonesia yang mamp bersaing di era globalisasi.
b. Tantangan Kurikulum 2013
Pelaksanaan Kurikulum 2013 merupakan Tantangan dan bagian
dari upaya perbaikan kondisi pendidikan di Indonesia, dan kurikulum
2013 ini di harapkan akan mampu menjadi pedoman pendidikan di
tanah air. Disadari bahwa guru merupakan kunci utama keberhasilan
proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, harapan keberhasilan

21

pendidikan sering dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar yang
penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mental terhadap perubahan
perubahan kurikulum.
Substansi suatu kurikulum adalah program pendidikan yang
bertujuan membentuk siswa berkarakter, bertanggung jawab, pantang
menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme. Penerapan kurikulum 2013
menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan citacita pendidikan. Tenaga pendidikan dan kependidikan ditantang untuk
menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pengembangan kurikulum lebih
menekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki
siswa setelah melakukan pembelajaran.

b. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum
lebih menekankan pada kemampuuan yang harus dimiliki oleh lulusan
suatu jenjang pendidikan
c. Adanya

perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan

pendidikan menjadi kurikulum 2013 diharapkan memberi peluang
dalam menghasilkan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam
membangun

budaya

bangsa.

Kurikulum

2013

yang

berusaha

memadukan pesan-pesan dari kurikulum berbasis kompetensi dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan diharapkan memberi wawasan
baru terhadap sistem pendidikan. Implementasi

kurikulum 2013

menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mewujudkan cita-cita
pendidikan yaitu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif,

afektif,

melalui

penguatan

sikap,

keterampilan

dan

pengetahuan yang terintegrasi bisa terwujud dan mampu bersaing di era
globalisasi
22

2. Saran
Terkait dengan adanya kekurangan dalam makalah ini maka saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritikan dan tanggapan
sebagai penyempurna makalah yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

23

Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kuriikulum, Bandung : PT Remaja
Rosda Karya, 2011
, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku guru Al’qur-an dan Hadis
Madrasah Tsanawiyah kelas VII, Jakarta : Kementerian Agama, 2014
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta : Rajawali Pers, 2010
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
2011
Mulyasa. H. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya, 2013
Muslich, Masnur, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar
Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008
, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta : Bumi Aksara, 2009
, Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2011
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2008

24