Makalah Pertumbuhan Ekonomi II pendapatan

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI II
Mata Kuliah : Ekonomi Makro I
Dosen Pengampu :
Dr. Sebastiana Vipindhratin, M.Kes.

Oleh:
Muhammad Ilyas

(130810101046)

Rabhani Segara

(130810101147)

Fatchur Rozi

(130810101173)
Kelas : B

FAKULTAS EKONOMI
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi II ini merupakan penerus dari pertumbuhan ekonomi I.
Pertumbuhan ekonomi II lebih mengerucut pada analisis tentang kekuatan-kekuatan yang
mengarahkan ekonomi jangka-panjang. Dengan versi dasar dari model pertumbuhan Sollow
sebagai titik awal.
Pada pertumbuhan ekonomi II , membuat model Sollow lebih umum dan realistis. Pada
pertumbuhan ekonomi I, model Sollow menunjukkan bagaimana perubahan modal (tabungan
dan investasi) dan perubahan angkatan kerja (pertumbuhan populasi) mempengaruhi output. Dan
dalam pertumbuhan ekonomi II ini akan menambahkan sumber lainnya yakni perubahan
teknologi.
Pada pertumbuhan ekonomi II ini juga mengkaji bagaimana kebijakan publik suatu
Negara bisa mempengaruhi tingkat dan pertumbuhan standar kehidupanya. Berpindah dari teori
empiris yaitu mempertimbangkan apakah model Sollow sesuai fakta. Selama tahun 1990-an,
sebuah literature besar memeriksa prediksi model Sollow dan model pertumbuhan ekonomi

lainnya, ternyata ada beberapa yang sesuai dan ada yang tidak. Model Sollow dapat mencakup
banyak pengalaman dalam pertumbuhan internasional, tetapi masih agak jauh dari pertumbuhan
itu sendiri. Dan pada pertumbuhan II ini, mempertimbangkan hasil dari model Sollow. Model ini
dapat membantu kita untuk memahami dunia ini dengan membuatnya menjadi sederhana. Oleh
karenanya, setelah menyelesaikan analisis tentang suatu model adalah penting untuk
mempertimbangkan apakah kita telah membuatnya menjadi terlalu sederhana.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana model Sollow dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam lingkup
1.2.2

perekonomian jangka panjang?
Bagaimana pengaruh dari kemajuan teknologi dalam model pertumbuhan ekonomi

1.2.3

Solow?
Apa saja kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk dapat mendiskripsikan model Sollow dalam lingkup pertumbahan ekoomi jangka
1.3.2

panjang.
Untuk menjelaskan pengaruh variabel kemajuan teknologi dan beberapa variabel lain

1.3.3

kedalam model pertumbuhan ekonomi Solow dalam skala dan lingkup jangka panjang.
Untuk menyebutkan kebijakan pemerintah untuk dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. (Jhingan, 2000)

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi dimana terjadinya perkembangan GNP

yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup
masyarakat. (Asfia, 2009)
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam
pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori
mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka
perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang
cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat
(Boediono, 1992)
2.2 Model Sollow Dalam Pertumbuhan Ekonomi II
Pada baagian pertumbahan ekonomi II ini, akan menjelaskan analisis tentang kekuatankekuatan yang mengarahkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pada bagian pertumbuhan
ekonomi II juga membuat model solow lebih umum dan realistis. Pada bab ini juga akan
dimasukkan factor pertumbuhan ketiga yaitu, perubahan teknologi kedalam teori pertumbuhan
ekonomi Solow.
Model Sollow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara input modal dan
tenaga kerja serta output barang dan jasa. Tetapi model Sollow ini dapat dimodifikasi untuk
mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variable eksogen, yang meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu. Selanjutnya yang akan dibahas
adalah berpindah dari fakta empiris yaitu, mempertimbangkan apakah model Solow sesuai
dengan fakta. Dalam pertumbuhan ekonomi II, juga akan dibahas bagaimana kebijakan public

pada suatu Negara bisa mempengaruhi tingkat dan pertumbuhan standar kehidupannya. Bagian
terakhir yang dibahas adalah mempertimbangkan hasil dari model Solow untuk memahami dunia
ini dengan membuatnya lebih sederhana.
Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi pertumbuhan populasi dan
kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang
waktu (Mankiw:2007). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel
yang eksogen. Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk
fungsi sebagai berikut.
y = f (k) ........(1)

Dari persamaan (1) terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari capital stock
per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the law of deminishing return”,
dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah output per
pekerja lebih banyak, tetapi pada titik tertentu penambahan capital stock per pekerja tidak akan
menambah output per pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan
fungsi investasi dituiskan sebagai berikut.
i = s f(k) .........(2)
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock
per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana
investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.

Δk = i - ∂ kt ...............(3),
Dimana ; ∂ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock
Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan
akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah
mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama
dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.
Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi.
Pertumbuhan populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per
pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan
mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut.
Δk = sf(k) - (∂ + n) kt, .......................(4)
dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi.
Dalam teori ini diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan
memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).
Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen. Dalam
perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga
kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh

dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

Δk = sf(k) - (∂ + n + g) kt, .......................(5)
dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak dari
kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan
karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus tumbuh.
Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik
dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan
pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor
swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.
2.2.1 Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, maka harus kembali ke fungdi produksi yang
mengkaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y.
Jadi fungsi produksi itu dapat ditulis:
Y = F(K,L)
Kini dapat ditulis fungsi produksi sebagai
Y = F(K,L x E)
E disini adalah variable baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga

kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi, ketika teknologi
mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g. Bentuk
kemajuan teknologi disebut pengoptimalan tenaga kerja, dan g disebut tingkat kemajuan
teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting technological progress). Karena
angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n, dan efisiensi dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh
pada tingkat g, maka jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g .
2.2.2 Kondisi Mapan dengan Kemajuan teknologi
Mengekspresikan kemajuan teknologi sebagai pengoptimalan tenaga kerja membuatnya
analog dengan pertumbuhan populasi. Pada pertumbuhan ekonomi II menganalisis

perekonomian dalam kaidah jumlah per pekerja efektif dan membiarkan jumlah pekerja efektif
meningkat.
Untuk melakukan hal tersebut, maka perlu mempertimbangkan kembali notasi. yaitu
k = KI (L x E) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = YI (L x E) menunjukkan output
per pekerja efektif. Dengan demikian dapat ditulis y = f(k). Notasi tersebut sebenarnya tidak
baru. Efisiensi tenaga kerja E konstan pada nilai arbitrer 1, sebagaimana dilakukan secara
emplisit, maka definisi k dan y akan mengganti definisi lama. Namun, ketika efisiensi tenaga
kerja meningkat maka harus diingat bahwa k dan y sekarang mengacu pada jumlah per pekerja

efektif (bukan per pekerja aktual).
Analisis tentang perekonomian membuahkan hasil ketika mengkaji pertumbuhan
populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu berubah menjadi:
∆k = sf (k) – (∂ + n + g )k.
Persediaan modal ∆k sama dengan investasi sf (k) dikurangi investasi pulang-pokok (∂ + n + g)k.
Namun demikian, karena k = KI EL, maka investasi pulang-pokok menjadi tiga kaidah untuk
menjaga k tetap konstan, yaitu:
a. ∂k dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi
b. Nk dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja baru
c. gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja efektif baru yang diciptakan oleh
kemajuan teknologi.

2.2.3 Dampak Kemajuan Teknologi
Pada table dibawah menujukkan bagaimana kinerja empat variabel kunci dalam dalam
kondisi mapan dengan kemajuan teknologi. Sebagaiman kita lihat, model per pekerja efektif k
adalah konstan dalam kondisi mapan. Karena y = f(k),maka output per pekerja efektif juga
konstan. Variabel inilah yang menunjukkan kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi
mapan. Berdasarkan informasi ini, kita juga dapat menduga apa yang akan terjadi dengan
variabel lainnya, yang tidak dinyatakan per pekerja efektif. Sebagai contoh, perhatikanlah output
per pekerja actual Y/L = y X E. Karena y konstan pada keadaan yang stabil dan E tumbuh

sebesar g, output per pekerja juga harus tumbuh sebsar g pada keadaan yang stabil. Demikianlah
pula, total output perekonomian adalah Y

= y X (E X L). Karena y adalah konstan pada

keadaan yang stabil, E tumbuh pada tingkat g,
dan L tumbuh pada tingkat n, maka output
total tumbuh sebsar n + g pada keadaan yang
stabil. Dengan adanya kemajuan teknologi
dan mengacu pada model Solow, hanya
kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan
peningkatan

standar

kehidupan

berkelanjutan. Dengan adanya
teknologi


,

model

Sollow

yang

kemajuan
akhirnya

menjelaskan kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang di amati, yaitu
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan
dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat
pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada pada
kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya bergantung pada tingkat kemajuan
teknologi. Mengacu pada model Sollow, hanya kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan
peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidan Emas. Tingkat modal
Kaidah Emas didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi per pekerja
efektif. Dengan mengikuti argument yang sama, dapat menunjukkan bahwa konsumsi per
pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :
c* = f(k*) – (∂ + n + g)k*
Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika
MPK = ∂ + n + g
Atau
MPK - ∂ = n + g
Yaitu , pada tingkat modal Kaidah Emas, produk marginal modal neto, MPK - ∂ , sama dengan
tingkat pertumbuhan output total, n + g . Karena perekonomian aktual mengalami pertumbuhan
populasi dan kemajuan teknologi, maka harus menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi
apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil dari kondisi mapan Kaidah
Emas.

2.3 Kebijakan Untuk Mendorong Pertumbuhan
Setelah menggunakan model Sollow untuk menyingkap hubungan di antara sumbersumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, maka nisa digunakan teori tersebut untuk
membantu menuntun pemikiran tentang kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan yaitu:
2.3.1 Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Mengacu pada model Sollow, seberapa banyak Negara menabung dan berinvestasi adalah
determinan penting dari standar kehidupan penduduknya. Tingkat tabungan menentukan tingkat
modal dan output pada kondisi mapan (stady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan
kondisi mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus
kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa dibandingkan dengan
perekonomian AS.
Untuk memutuskan apakah perekonomian AS berada pada diatas, atau di bawah Kaidah
Emas, maka perlu membandingkan produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK - ∂) dengan
tingkat pertumbuhan output total (n + g). Pada Kaidah Emas, MPK - ∂ = n + g. Jika
perekonomian beroperasi dengan modal lebih kecil dari Kaidah Emas, maka produk marjinal
yang kian menurun menyatakan bahwa MPK - ∂ > n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat bunga
secara bertahap akan mengarah ke kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi. Di sisi
lain, jika perekonomiana beroperasi dengan terlalu banyak modal, maka MPK - ∂ < n + g, dan
tingkat tabungan harus dikurangi.
Fakta membuktikan bahwa persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah
Kaidah Emas. Dengan kata lian, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian
yang lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan

akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi. Penemuan ini menyatakan
bahwa para pembuat kebijakan sebenarnya ingin menaikkan tingkat tabungan dan investasi.
Dalam kenyataannya, selama bertahun-tahun, peningkatan formasi modal menjadi prioritas
tinggi dari kebijakan ekonomi.
2.3.2 Mengubah Tingkat Tabungan
Cara yang paling tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi tabungan
nasional adalah melalui tabungan masyarakat, perbedaan antara jumlah penerimaan pajak
pemerintah dan pengeluarannya. Apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya,
maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang menunjukkan tabungan
masyarakat negatif. Defisit anggaran meningkatkan tingkat bunga dan menyusutkan atau mengcrowding out investasi. Penurunan persediaan modal yang diakibatkannya adalah bagian dari
beban utang nasional pada generasi mendatang. Sebaliknya, jika pengeluaran pemerintah lebih
kecil penerimaannya, dikatakan telah terjadi surplus anggaran. Pemerintah bisa membayar
sebagian utang nasional dan mendorong investasi.
Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan
swasta, tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa banyak
orang yang menabung tergantung pada intensif yang mereka terima, dan intensif ini dibedakan
oleh berbagai kebijakan publik. Banyak ekonom berpendapat bahwa tariff pajak atas modal yang
tinggi termasuk pajak pendapatan perusahaan , pajak pendapatan federal, dan berbagai jenis
pajak pendapatan Negara bagian yang menghambat tabungan swasta dengan mengurangi tingkat
pengembalian yang diterima oleh para penabung.
2.3.3 Mengalokasikan Investasi Perekonomian

Model Sollow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia,
tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi dalam
jenis-jenis modal tradisional, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis modal baru,
seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam berbagai bentuk modal
masyarakat, yang disebut infrasturktur, seperti jalan, jembatan, dan sistem pembuangan air.
Meskipun model dasar Solow hanya mencakup modal fisik dan tidak berusaha
menjelaskan efisiensi tenaga kerja, dalam banyak hal modal manusia analog dengan modal fisik.
Seperti modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan
jasa. Menaikkan tingkat modal manusia membutuhkan investasi dalam bentuk para pengajar,
perpustakaan, dan waktu belajar.
Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus
menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian. Para
pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis
investasi alternatif. Industry-industri dengan produk marjinal modal tertinggi secara alami akan
bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk mendanai investasi baru. Sebagian besar
ekonom bersikap skeptic terhadap kebijakan industri, karena dua alasan. Pertama, mengukur
eksternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit seperti menggantang asap. Jika
kebijakan didasarkan pada pengukuran buruk, maka pengaruhnya akan mendekati acak dan
dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis
adalah jauh dari sempurna. Sekali pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industriindustri tertentu dengan subsidi dan pengahapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada
kepentingan politis sebagai besaran eksternalitas. Salah satu jenis modal yang perlu melibatkan
pemerintah adalah modal masyarakat. Pemerintah daerah, Negara bagian, dan federal selalu

memutuskan apakah akan meminjam untuk mendanai jalan raya, jembatan, dan sistem transit
baru.
2.3.4 Mendorong Kemajuan Teknologi
Model Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan dalam pendapatan
per pekerja harus berasal dari kemajuan teknologi. Namun, model Solow menganggap kemajuan
teknologi sebagai variable eksogen, model Solow tidak dijelaskannya. Sehingga, determinan
kemajuan teknologi tidak dipahami dengan baik.
Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan public dirancang untuk
mendorong keamjuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor swasta
untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Misalnya, sistem paten memberikan
monopoli sementara kepada investor produk-produk baur, prinsip perpajakan menawarkan
penghapusan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penelitian dan
pengembangan serta kantor-kantor pemerintah National Scicnce Foundation secara langsung
mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain itu, sebagaimana telah dibahas, kebijakan
industri juga menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif
dalam mempromosikan industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan
teknologi yang pesat.
2.4 Teori Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) merupakan teori yang muncul
karena menolak asumsi model Solow tentang pertumbuhan teknologi eksogen. Sebagai ilustrasi
dari model pertumbuhan endogen dapat dijelaskan sebagai berikut;
Y = AK ……………… (1)
Dimana Y adalah output, K adalah persediaan modal dan A adalah konstanta yang mengukur
jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Terlihat bahwa pada fungsi produsi
diatas tidak menunjukkan adanya muatan dari pengembalian modal yang kian menurun. Satu
unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan A, tanpa memperhitungkan banyak

modal disini. Keberadaan pengembalian modal yang kian menurun merupakan perbedaan
penting antara model pertumbuhan endogen dengan model Solow.
ΔK = sY – δK ………….. (2)
Persamaan (2) menunjukkan bahwa perubahan pada persediaan modal (ΔK) sama dengan
investasi (sY) dikurangi dengan penyusutan (δK). Dengan menggabungkan antara persamaan (1)
dan (2) akan didapatkan
ΔY/Y = ΔK/K = sA – δ ……………… (3)
Persamaan (3) menunjukkan apa yang menentukan pertumbuhan output (ΔY/Y). selama sA > δ ,
pendapatan perekonomian tumbuh selamanya bahkan tanpa ada asumsi kemajuan teknologi
eksogen.
Dalam model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan sementara, tetapi
pengembalian modal yang kian menurun secara berangsur-angsur mendorong perekonomian
mencapai kondisi mapan dimana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi
eksogen. Sebaliknya dalam model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa
mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model Solow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara input modal dan
tenaga kerja output barang dan jasa. Tetapi model Sollow ini dapat dimodifikasi untuk mencakup
kemajuan teknologi yang merupakan variable eksogen, yang meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu. Model Solow mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yakni:
a. Efisiensi tenaga kerja
b. Kondisi mapan dengan kemauan teknologi
c. Dampak kemajuan teknologi
Model Solow dalam teori pertumbuhan ekonomi II lebih menjelasakan pada data dan
bukti empiris tentang pengaruh variabel teknologi kedalam pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi jangka panjang merupakan determinan terpenting dari

kesejahteraan ekonomi penduduk suatu Negara. Meskipun teori Soow dalam pertumbuhan
ekonomi II tidak memberikan pil ajaib unruk menjamin perekonomian mencapai pertumbuhan
ekonomi yang pesat, teori-tori tersebut memberikan banyak wawasan, dan kerangka kerja
intelektual lagi bagi banyak perdebatan tentang kebijakan public yang bertujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonom., Yogyakarta : BPFE
Jhingan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali Press
Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Bandung
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.