analisis proksimat dan mineral makro

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur adalah jenis ayam penghasil telur dengan produktivitas
tinggi, mulai umur dua puluh minggu sampai dengan diafkir (BSN, 2006).
Menurut WINARNO (1993), ayam petelur yang baik produksinya dapat
mencapai 240-250 butir/tahun. Mulai memproduksi telur pada umur 5-6 bulan
dan dapat terus berproduksi sampai umur 18 bulan.

Setelah satu tahun

berproduksi, produksi telur menurun.
Jenis–jenis Ayam Petelur
Menurut RASYAF (2009), ayam petelur digolongkan menjadi dua tipe,
yaitu tipe ayam petelur ringan dan tipe ayam petelur medium.
Tipe Ayam Petelur Ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini
mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni
white leghorn. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi
hen house. Ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua
kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya

sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas, keributan, dan
mudah kaget. Produksi telur akan cepat turun apabila ayam ini kaget maupun
kepanasan. Ayam petelur ringan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ayam Petelur Ringan

3

4
Tipe Ayam Petelur Medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat, beratnya masih berada diantara berat
ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu, ayam ini disebut tipe
ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat
gemuk.

Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang

banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Ayam ini disebut
dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang coklat
juga. Ayam petelur medium dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Ayam Petelur Medium
Di pasaran orang mengatakan telur coklat lebih disukai daripada telur
putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang coklat
daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang
berbeda adalah harganya di pasaran, harga telur coklat lebih mahal daripada telur
putih. Hal ini disebabkan oleh telur coklat lebih berat daripada telur putih dan
produksinya telur coklat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu, daging dari
ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa
yang enak (RASYAF, 2009).
Ayam yang berproduksi tinggi pasti dalam keadaan sehat. Segala upaya
untuk meningkatkan produksi telur harus disertai dengan pemeliharaan kesehatan
secara terpadu, sehingga ayam terhindar dari bakteri, virus, dan mikroorganisme
lain yang dapat mengganggu kesehatan ayam. Adapun ciri-ciri ayam petelur yang
sehat dan tidak sehat dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Perbandingan Ayam Petelur Sehat dan Ayam Tidak Sehat
No


Uraian

1

Daerah kepala

2

Bulu

3

Sayap

4

Kaki

5


6
7
8

Ayam petelur sehat
(Produktif)
Muka cerah, mata bening,
jengger merah, lubang hidung
dan mulut bersih tidak
berlendir atau tidak ada lendir
(exudate), serta ayam tidak
mengamuk.
Cerah, tidak kusam, dan
kelihatan berminyak.
Kuat dan posisi tidak terkulai.

Ayam berdiri tegak, kaki
kokoh dan berminyak.
Kloaka
Bersih, besar, tidak ada

kotoran di bagian bulu sekitar
anus dan kelihatan seperti
berminyak (basah).
Tulang pubis
Lebar, sekitar tiga jari.
Produksi telur
Lebih dari 300 butir per
siklus hidup.
Penampakan umum
Lincah dan aktif, nafsu
makan dan minum normal.
Sumber: (FADILAH & POLANA, 2011)

Ayam petelur tidak sehat
(Non produktif)
Muka buram, mata sayu,
kadang-kadang berair dan
mengantuk, jengger pucat dan
mengecil, lubang hidung dan
mulut berlendir atau ada

exudate.
Kusam, kelihatan lusuh, tidak
berminyak (kering), dan
posisi bulu seperti berdiri.
Lemah dan posisi sayap
terkulai.
Ayam duduk lesu dan lemah,
kaki kelihatan kering.
Kotor, kecil, ada pasta putih,
bulu-bulu di sekitar anus
kotor dan kelihatan kering.
Sempit, kurang dari dua jari.
Kurang dari 300 butir per
siklus hidup.
Lesu, tidak aktif, nafsu
makan berkurang.

Pakan
Pakan adalah makanan jadi yang siap diberikan pada ternak yang tersusun
dari berbagai jenis bahan berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang

diperlukan oleh ternak. Pakan yang dikonsumsi ternak sebaiknya dapat dicerna
tanpa mengganggu kesehatan ternak. Pakan yang sempurna terdiri dari berbagai
zat gizi, yaitu cukup zat-zat protein, zat organik, dan zat vitamin dan mineral
(ALAMSYAH, 2005). Menurut BSN (2006), pakan (feed) adalah campuran dari
beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan
dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencakupi
kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

6
Peranan pakan ternak sangat besar dalam kehidupan ternak yang dipelihara
karena berfungsi sebagai sumber energi, penunjang pertumbuhan dan reproduksi
ternak. Produk ternak yang berkualitas dapat diperoleh dengan pemberian pakan
yang bermutu tinggi karena apabila pakan yang digunakan tidak memiliki mutu
yang baik maka produksi ternak yang didapatkan juga tidak baik. Oleh karena itu,
kandungan nutrisi pakan ternak perlu diketahui agar pakan ternak yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan ternak yang dipelihara (MURTIDJO, 2006).
Bentuk Pakan
Berdasarkan bentuknya, pakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Pakan bentuk mash
Mash adalah bentuk pakan yang paling sederhana yang merupakan

campuran serbuk (tepung) dan granula berbagai jenis bahan baku pakan yang
komposisinya telah dihitung dan ditentukan sebelumnya. Pakan yang berbentuk
halus sering diberikan pada ayam mulai umur sehari sampai dengan dua bulan.
Keuntungan pakan halus antara lain konsumsi ransum lebih seragam dan
bagian-bagian penting dalam bentuk kecil dan sangat halus dapat ikut termakan.
Pakan bentuk mash dapat dilihat pada Gambar 3a.
2. Pakan bentuk pellet
Pellet adalah bentuk pakan yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan
perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan.

Bahan-bahan

tersebut kemudian diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer).

Pakan

berbentuk pelet mempunyai beberapa keuntungan, yaitu ketersediaan nutrisi
terjamin, memperbaiki efisiensi pakan dan meningkatkan laju pertumbuhan,
unggas dapat mengambil dan menelan pakan lebih cepat, sehingga proses
pencernaan relatif singkat, ayam tidak memilih-milih pakan, dan mengurangi

debu pakan. Pakan bentuk pellet dapat dilihat pada Gambar 3b.

7
3. Pakan bentuk crumble
Crumble adalah pakan berbentuk pellet yang dipecah menjadi dua atau
tiga bagian dengan tujuan untuk memperkecil ukurannya agar bisa dimakan oleh
ternak. Kelebihan pakan bentuk crumble adalah distribusi bahan pakan lebih
merata sehingga nutrisi terjamin serta tidak akan tercecer pada saat dikonsumsi
ternak (MURTIDJO, 2006).

Pakan bentuk crumble dapat dilihat pada

Gambar 3c.

(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Pakan Bentuk (a) Mash, (b) Pellet, dan (c) Crumble
Bahan Baku Pakan Ayam Ras Petelur
Pakan ternak adalah campuran dari beberapa bahan baku, baik yang sudah

lengkap maupun yang masih akan dilengkapi dan disusun secara khusus untuk
dapat dipergunakan sesuai dengan jenis dari mutu ternaknya. Pakan yang baik
harus mengandung zat-zat penghasil energi yaitu protein, lemak, dan karbohidrat.
Pakan ternak juga harus mengandung vitamin, mineral, serat kasar, dan air yang
diperlukan untuk proses-proses fisiologi lainnya (MULYANTINI, 2010).
Menurut SUCI & HERMANA (2012), komposisi bahan pakan yang
digunakan dalam formulasi pakan ternak jenis ayam ras petelur terdiri dari bahan
pakan sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan
sumber asam amino.
Sumber Energi
Bahan pakan sumber energi

merupakan bahan pakan yang memiliki

kandungan energi yang tinggi. Bahan pakan ini paling banyak berasal dari
biji-bijian atau limbah pengolahan biji-bijian. Bahan pakan sumber energi utama
yang digunakan dalam pakan antara lain jagung kuning, dedak padi, polar, serta
berbagai minyak nabati dan minyak hewani (SUCI & HERMANA, 2012).
a. Jagung Kuning (Yellow Corn Grain)


8
Menurut SUCI & HERMANA (2012), jagung merupakan bahan
baku pakan sumber energi utama dalam pakan unggas karena beberapa faktor
antara lain berenergi tinggi, tidak terdapat zat antinutrien, mengandung
banyak pati dalam bentuk amilopektin, serta kecernaan tinggi. Jagung yang
biasa digunakan dalam pembuatan pakan adalah jagung kuning karena
mempunyai pigmen kuning yang disebut xantofil rata-rata 5 ppm dan
karotena 0,5 ppm. Penggunaannya yang besar dalam pakan dapat
menyebabkan warna kuning pada kulit dan kuning telur yang sangat disukai
oleh pasar. Penggunaan jagung dalam formulasi pakan unggas dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Penggunaan Jagung dalam Formulasi Pakan Unggas
Umur Unggas

Min.

Maks.

Keterangan
Umumnya tidak terdapat masalah
0-4 minggu
60% apabila digunakan sampai batas
maksimal.
4-18 minggu
70% Level penggunaan yang tinggi
Layer dewasa
70%
menyebabkan masalah pellet durability.
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)

b. Dedak Padi
Menurut MULYANTINI (2010), dedak merupakan hasil samping
proses penggilingan padi yang dihasilkan pada proses pengupasan kulit gabah
dan penyosohan beras pecah. Dedak padi sering digunakan dalam pakan
karena mempunyai potensi ketersediaan yang tinggi yaitu sebagai sumber
energi dan asam amino pada unggas, tetapi keseimbangan asam aminonya
kurang baik.
Penggunaan dedak padi dalam pakan terbatas, terutama pada ayam
muda karena kandungan serat kasarnya tinggi, yaitu 11%.

Serat kasar

merupakan nutrien yang sedikit dapat dicerna oleh ayam.

Dedak padi

mengandung kadar lemak yang tinggi dan apabila disimpan terlalu lama dapat
berbau tengik. Penggunaan dedak dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggunaan Dedak dalam Pakan
Umur Unggas
0-4 minggu

Min
.
-

Maks.
10%

Keterangan
Perlu diperhatikan ketengikan karena

9
kandungan lemak dedak padi.
4-18 minggu
20%
Perlu diperhatikan kandungan pitat.
Layer dewasa
25%
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)
c. Pollard
Menurut SUCI & HERMANA (2012), pollard merupakan hasil
samping dari penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Bahan pakan ini
mengandung karbohidrat yang tinggi yaitu antara (58,80-66,20)%; protein
kasar 19,66%; serat kasar 6,84%; dan lemak kasar 4,80%. Penggunaan
pollard dalam formulasi pakan dibatasi oleh kandungan serat kasar dan
tingkat energi metabolismenya yang rendah.
d. CPO (Crude Palm Oil)
Minyak kelapa sawit banyak mengandung provitamin A dan xantofil.
Minyak atau lemak digunakan dalam pakan yang membutuhkan energi tinggi.
Penggunaan minyak atau lemak dapat meningkatkan efisiensi pakan,
mengurangi pakan berdebu, serta memperbaiki warna, palatabilitas, dan
tekstur pakan. Kelemahan dari minyak kelapa sawit adalah kemampuan
dicerna kurang dan mudah tengik (ICHWAN, 2003).
Asam lemak sawit merupakan hasil pengolahan kelapa sawit yang
dapat digunakan sebagai campuran pakan unggas.

Asam lemak sawit

mengandung asam linoleat yang esensial untuk ayam. Asam linoleat adalah
asam lemak tidak jenuh berantai panjang yang harus disediakan dalam pakan
karena ayam tidak dapat mensintesis asam ini (MULYANTINI, 2010).
Penggunakan CPO dalam pakan juga dapat meningkatkan warna
kuning dalam pakan sehingga menambah nilai jual. Hal tersebut disebabkan
oleh pakan yang berwarna kuning lebih disukai peternak dibandingkan
dengan pakan yang berwarna pucat. CPO yang baik mempunyai kandungan
lemak 99,5% dan kandungan air tidak lebih dari 0,5%.
Sumber Protein
Bahan pakan sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung
protein tinggi yang dapat bersumber dari hewan (hewani) dan tumbuhan (nabati).
Sumber protein hewani misalnya tepung ikan (fish meal) dan tepung daging dan

10
tulang (meat and bone meal). Sumber protein nabati misalnya bungkil kedelai
dan bungkil kelapa.
a. Bungkil Kedelai (Soybean Meal)
Bungkil kedelai dapat meningkatkan nilai energi metabolis dalam
pakan, kandungan energi tergantung metode pengolahan yang digunakan.
Kandungan protein kasar yaitu 38% dan mengandung keseimbangan asam
amino yang lengkap dan tinggi (MULYANTINI, 2010).
Bungkil kedelai berbentuk tepung, tekstur kasar, berwarna kuning, dan
berbau khas. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein terbaik
dibandingkan sumber yang lain, namun memiliki kandungan kalsium, fosfor,
dan vitamin D yang rendah (SUPRIJATNA dkk, 2005).

Penggunaan

bungkil kedelai dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan Bungkil Kedelai dalam Pakan
Umur
Min.
Maks.
Keterangan
Unggas
0-4 minggu
30%
Penggunaan bungkil kedelai dalam pakan
dibatasi tidak lebih dari 30% karena dapat
4-18 minggu
30%
menyebabkan feses basah.
Layer
30%
dewasa
Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)
b. Tepung Ikan (Fish Meal)
Tepung ikan merupakan sumber protein hewani yang baik untuk
unggas karena mengandung asam amino terutama metionin dan lisin, serta
sejumlah vitamin dan mineral. Namun, penggunaannya dalam pakan ternak
tetap harus diperhatikan.

Penggunaan tepung ikan dalam pakan > 2%

menyebabkan bau amis pada telur dan daging. Penggunaan yang berlebihan
tersebut menyebabkan terjadinya gejala erosian pada rampela, terutama ayam
muda. Penggunaan tepung ikan dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penggunaan Tepung Ikan dalam Pakan
Umur Unggas
0-4 minggu
4-18 minggu

Min.
-

Maks.
8%
10%

Penggunaan
menyebabkan

Keterangan
lebih
dari
masalah dalam

2%
bau

11
Layer dewasa
10%
produk yang dihasilkan.
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)
c. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang diperoleh dari ekstraksi
daging buah kelapa segar atau kering dan dapat digunakan sebagai sumber
protein. Keterbatasan pemakaian bungkil kelapa pada pakan disebabkan oleh
rendahnya kecernaan protein, ketidakseimbangan lisin dan metionin, serta
mudah tengik apabila disimpan terlalu lama karena kandungan minyaknya
tinggi (SUCI & HERMANA, 2012).
d. Tepung Daging dan Tulang (Meat and Bone Meal)
Tepung daging dan tulang merupakan bahan pakan sumber protein
hewani.

Kualitasnya bervariasi tergantung dari jumlah tulang yang

digunakan.

Tepung daging sebagai bahan baku pakan sumber protein

mempunyai kandungan protein 50%, kandungan lisinnya tinggi, tetapi
kandungan asam amino yang lainnya rendah, seperti metionin, sistin, dan
triptofan.

Apabila tulang yang digunakan untuk membuat bahan pakan

tersebut tinggi, maka terlihat dari kandungan abu atau mineral kalsium dan
fosfor yang tinggi. Penggunaan tepung daging dan tulang dalam pakan dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penggunaan Tepung Daging dan Tulang dalam Pakan
Umur Unggas
Min.
Maks.
Keterangan
0-4 minggu
6%
Kadar abu, kalsium, dan fosfor harus
diperhatikan.
4-18 minggu
8%
Layer dewasa
8%
Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)
Sumber Mineral
Mineral ialah suatu senyawa anorganik yang menyusun ± 4% dari tubuh
ayam. Mineral merupakan zat gizi berikutnya yang penting untuk ayam petelur.
Jumlah kebutuhannya memang tidak terlalu besar, tetapi peranannya penting

12
sekali. Banyak fungsi tubuh misalnya aliran darah, tekanan darah, pembentukan
telur, kulit telur, bulu, dan tulang memerlukan mineral (RASYAF, 2009).
Menurut SUCI & HERMANA (2012), bahan baku pakan sumber mineral
dibagi dua, yaitu mineral alami (organik) dan anorganik. Bahan pakan yang
merupakan sumber mineral alami adalah bahan pakan yang mengandung mineral
tinggi dan berasal dari alam, yaitu batu kapur (lime stone). Bahan pakan yang
merupakan sumber mineral anorganik yang biasa digunakan dalam formulasi
pakan, yaitu dikalsium fosfat (DCP).
a. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur (lime stone) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari
mineral kalsit (CaCO3). Sumber utama dari kalsit adalah organisme laut.
Batu kapur merupakan bahan sumber mineral yang tinggi kalsium dalam
bentuk kristal kalsit dan dapat dicerna dengan baik oleh unggas untuk proses
pembentukan cangkang telur.
b. Dikalsium Fosfat (DCP)
Dikalsium

fosfat

(DCP)

merupakan

suplemen

yang

banyak

dimanfaatkan sebagai sumber mineral kalsium dan fosfor untuk pakan ayam
petelur. DCP berbentuk serbuk atau granula, berwarna putih hingga keabuan,
dan tidak memiliki bau yang spesifik. Asam fosfat dengan batu gamping
akan membentuk dikalsium fosfat yang merupakan bahan dasar pasta gigi dan
pakan ternak.

DCP merupakan bahan yang telah dimurnikan sehingga

penyerapan kalsium dan fosfornya mudah dan memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan sumber mineral lain.

13
Sumber Vitamin
Vitamin adalah bagian organik yang sebagian besar tidak dapat dibentuk
dalam tubuh, dapat digunakan sebagai sumber tenaga maupun untuk membangun
jaringan tubuh.

Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang kecil apabila

dibandingkan dengan protein dan energi.

Walaupun jumlahnya kecil, tetapi

pengaruh vitamin besar sekali (HARPER dkk, 1985).
Beberapa peranan vitamin dalam kelangsungan hidup ayam ras petelur
seperti vitamin D3 perlu diperhatikan ketersediannya dalam pakan. Kekurangan
vitamin D3 akan mempengaruhi kualitas kerabang telur dan tulang ayam. Vitamin
B1 berperan sebagai koenzim dalam proses metabolisme energi dan diperlukan
saat ayam terserang penyakit enterik jika pakan tercemar mikotoksin. Ayam
cenderung kekurangan vitamin B2 karena vitamin ini tidak banyak terkandung
dalam biji-bijian sebagai bahan pakan, sehingga perlu ditambahkan dalam vitamin
premix.

Defisiensi vitamin B2 pada ayam ras petelur dapat menyebabkan

penurunan produksi telur harian dan daya tetas telur (MULYANTINI, 2010).
Bahan baku pakan alami mempunyai vitamin yang sangat rendah
penyerapannya. Oleh karena itu, ayam perlu diberi tambahan suplemen vitamin
yang dapat dicampur di dalam pakan atau diberikan melalui air minum. Berikut
adalah bahan pakan sumber vitamin dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bahan Pakan Sumber Vitamin
Vitamin
Riboflavin
Asam Pantotenat

Ketersediaan (%)
5
20-40
38-45
Pyrodoksin
58-65
Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)

Bahan Baku Pakan
Jagung dan bungkil kedelai
Biji-bijian
Jagung
Bungkil kedelai

Komposisi Nutrisi Pakan Ayam Ras Petelur
Pakan ayam harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap antara lain,
karbohidrat, lemak, protein, asam amino, mineral, vitamin, dan unsur air. Hasil
yang maksimal dapat diperoleh apabila kandungan nutrisi dalam bahan pakan
tersebut tepat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ayam.

Tabel 8

menunjukkan contoh penyusunan pakan seimbang untuk ayam ras petelur.

14
Tabel 8. Penyusunan Pakan yang Seimbang pada Ayam Ras Petelur
Bahan Pakan
Jagung
Dedak
Bungkil Kedelai
Bungkil Kelapa
Tepung Ikan
Crude Palm Oil (CPO)
Meat and Bone Meal (MBM)
DL-Metionin
L-Lisin
Premix
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)

Kadar (%)
52,8
10
8,5
8
11
2
5,6
0,4
0,5
1,2

Air
Menurut WINARNO (2008), kandungan air dalam bahan makanan ikut
menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan tersebut. Sebagian
besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang
ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri. Fungsi air dalam tubuh
ayam ras petelur, yaitu sebagai komponen darah dan cairan limpa yang merupakan
bagian yang paling vital dalam proses kehidupan, sebagai bahan pengangkut zatzat makanan dalam proses pertukaran zat dalam tubuh ayam (metabolisme),
sebagai pengatur stabilitas suhu tubuh ayam, dan sebagai pelembut bahan
makanan sehingga lebih mudah dicerna.
Protein
Menurut WINARNO (2008), protein merupakan suatu zat makanan yang
amat penting karena zat ini selain sebagai bahan bakar dalam tubuh ayam juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asamasam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat.
Sebagai

zat

pembangun,

protein

merupakan

bahan

pembentuk

jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh ayam ras petelur. Protein
juga mengganti jaringan tubuh ayam yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi
utama protein bagi tubuh ayam ras petelur ialah untuk membentuk jaringan baru
dan mepertahankan jaringan yang sudah ada. Sebagai zat pengatur, protein juga

15
turut memelihara serta mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh,
seperti proses pencernaan dan pH tubuh.
Kelebihan protein yang dikonsumsi dapat menyebabkan membesarnya
kelenjar adrenal dan pertumbuhan tubuh ayam ras petelur menjadi terlambat.
Perlu diperhatikan keseimbangan antara asam amino dalam menyusun pakan
ayam. Menurut MULYANTINI (2010), kebutuhan protein untuk ayam petelur
sangat erat hubungannya dengan kecepatan produksi telur dan besarnya telur.
Pada saat produksi telur mencapai puncaknya kebutuhan protein yaitu
(17,00-19,00)%. Pada akhir siklus produksi kebutuhan menurun sampai 14,00%.
Karbohidrat dan Serat
Menurut WINARNO (2008), karbohidrat dalam tubuh ayam ras petelur
berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh ayam yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak
dan protein. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi guna untuk
melakukan aktivitas sehingga ayam dapat berjalan, tahan terhadap dingin, panas,
dan penyakit. Jenis karbohidrat yang paling umum terdapat dalam pakan adalah
amilum (pati). Sumber pati yang utama adalah jagung dan butiran jenis lainnya.
Bagian dari karbohidrat ini yang terpenting adalah glukosa atau zat gula.
Selulosa yang biasa disebut serat kasar adalah jenis karbohidrat yang lebih
tahan terhadap pencernaan dan tidak larut dalam air. Selulosa ini tidak dapat
dicerna oleh ayam karena alat pencernaan ayam sangat sederhana. Apabila kadar
serat kasar yang terkandung dalam pakan melebihi batas maksimal standar yang
telah ditentukan maka nilai gizi pakan tersebut akan menjadi rendah.
Lemak
Menurut WINARNO (2008), lemak merupakan sumber energi yang lebih
efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Lemak terdapat pada hampir
semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda.

Lemak juga

berfungsi sebagai pelarut bagi vitamin A, D, E, dan K.
Lemak diperlukan oleh ternak untuk mengatur atau mempengaruhi
pembetukan karkas. Sumber lemak bisa berasal dari bahan pakan seperti jagung

16
kuning, bungkil kedelai, dan minyak ikan. Ayam petelur yang konsumsi pakannya
rendah tidak dapat mengonsumsi energi yang cukup kecuali pakan tersebut
ditambahkan lemak. Pakan yang kelebihan lemak dapat memberikan pengaruh
yang kurang baik terhadap produksi telur karena kelebihan lemak akan tertimbun
di sekitar ovarium dan mengganggu ovulasi (ALAMSYAH, 2005).
Asam lemak utama yang membentuk sebagian besar lemak bahan pakan
dan lemak tubuh adalah asam-asam palmitat, stearat, oleat, linoleat. Palmitat dan
stearat adalah asam lemak jenuh, sedangkan linoleat dan oleat adalah asam lemak
tidak jenuh. Menurut MULYANTINI (2010), linoleat merupakan asam-asam
lemak esensial sehingga harus tersedia dalam pakan. Kekurangan asam linoleat
dalam pakan menyebabkan pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak,
dan daya tahan tubuh berkurang terhadap infeksi pernapasan. Pada ayam petelur
gejalanya adalah produksi telur berkurang, telur kecil, dan daya tetas rendah.
Mineral
Menurut WAHJU (2004), ayam tidak bisa membuat mineral, maka
mineral harus disediakan dalam pakan dengan perbandingan yang tepat dan
jumlah yang cukup.

Mineral ada yang dibutuhkan dalam jumlah besar

(mineral makro), yaitu kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), kalium (K), dan
klor (Cl). Kalsium dan fosfor merupakan bagian utama dalam pembentukan
tulang dan kulit telur bagi ayam petelur. Natrium dan kalium berfungsi mengatur
keseimbangan asam basa dalam tubuh ayam. Klor berfungsi memproduksi asam
hidroklorik untuk pencernaan. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
disebut mineral mikro, yaitu seng (Zn), besi (Fe), selenium (Se), iodium (I),
tembaga (Cu), kobalt (Co), dan mangan (Mn).

Meskipun dibutuhkan dalam

jumlah sedikit, mineral mikro ini sama pentingnya karena dapat berfungsi sebagai
enzim atau hormon.
Mineral juga merupakan zat pembangun pertumbuhan dan produksi.
Kebutuhan beberapa jenis mineral relatif sedikit, tetapi kekurangan salah satu
jenis mineral akan memberikan efek yang tidak menguntungkan

(RAHAYU

dkk, 2011). Sumber mineral dalam pakan ayam ras petelur diperoleh dari adanya

17
penambahan bahan pakan kaya mineral, yaitu penambahan fish meal dan meat
and bone meal. Kebutuhan mineral ayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kebutuhan Mineral untuk Ayam Ras Petelur
Mineral
Kalsium (Ca)
Fosfor (P)
Natrium (Na)
Klor (Cl)
Mangan (Mn)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Sumber: (MULYANTINI, 2010)

Kadar
3,25%
0,25%
0,15%
0,13%
20 mg/kg
0,06 mg/kg
35 mg/kg

Kalsium dan Fosfor
Menurut MULYANTINI (2010), ketika produksi telur dimulai, kebutuhan
kalsium lebih besar daripada periode pertumbuhan karena digunakan untuk
pembentukan kulit telur.

Namun, terlalu banyak kalsium dalam tubuh ayam

selama produksi telur dapat membahayakan karena dapat menurunkan nafsu
makan dan juga tidak ekonomis karena akan terbuang melalui kotoran.
Kalsium sebaiknya diberikan dalam bentuk butiran atau grit seperti
campuran lime stone (batu kapur) dan kulit kerang.

Semakin besar ukuran

partikel, maka keberadaannya dalam tubuh akan semakin lama, sehingga akan
dilepas secara perlahan yang berguna untuk pembentukan kulit telur. Sumber
kalsium sangat penting karena kelarutan (solubility) tinggi. Apabila kelarutan
kalsium rendah, maka akan menghasilkan kulit telur yang tipis meskipun
kandungan kalsium mencukupi dalam pakan.
Jumlah kalsium pada pakan petelur ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Kecepatan bertelur. Semakin cepat laju bertelur, maka kebutuhan kalsium
semakin tinggi.
2) Besar ayam. Ayam yang besar mengonsumsi lebih banyak pakan,
sehingga kadar kalsium dalam pakan harus diturunkan untuk memberikan
level kalsium yang sama dikonsumsi oleh ayam yang lebih kecil. Level
kalsium dalam pakan harus berdasarkan konsumsi pakan dan produksi
telur.

18
3) Umur ayam. Ayam membutuhkan kalsium lebih banyak setelah umur 40
minggu.
4) Suhu kandang. Pada suhu tinggi, ayam mengonsumsi pakan lebih sedikit,
sehingga kandungan kalsium harus ditingkatkan dalam pakan.
Menurut HARTONO & ISMAN (2013), apabila ayam kekurangan
kalsium dalam pakannya maka dapat menyebabkan daya tetas menurun, kaki
ayam pendek dan tebal (besar), kedua sayap dan rahang bawah pendek, paruh dan
kaki lunak, kulit telur tipis, dan tulang menjadi rapuh. Menurut MULYANTINI
(2010), kekurangan fosfor dalam pakan dapat menyebabkan demineralisasi pada
tulang ayam ras petelur, sehingga tulang ayam menjadi rapuh. Kelebihan fosfor
akan menghambat pembentukan kalsium karbonat untuk pembentukan kulit
sehingga dapat mengurangi kualitas telur. Ayam ras petelur hanya membutuhkan
sedikit fosfor karena hanya ada sedikit fosfor dalam kulit telur.
Pada umumnya, bahan pakan yang bersumber dari biji-bijian banyak
mengandung fosfor seperti jagung, dedak, atau tepung kedelai karena tanaman
tersebut mengandung asam fitat yang tinggi. Fitat adalah molekul yang kaya akan
fosfor, akan tetapi fosfor tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk proses
metabolisme ayam. Perlu adanya penambahan enzim fitase untuk menguraikan
fosfor dalam asam fitat. Enzim fitase berasal dari Aspergillus ficuum yang efektif
dalam menghidrolisa fitat ketika ditambahkan pada pakan berbahan dasar tepung
kedelai untuk ayam.
Jika ayam mengalami defisiensi fosfor parah, maka dapat menyebabkan
ayam kehilangan nafsu makan, ayam menjadi lemah, dan dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu 10-11 hari, dan apabila ayam mengalami defisiensi fosfor
ringan dapat menyebabkan rachitis dan gangguan dalam pertumbuhan.
Keseimbangan antara kalsium dan fosfor sangat berpengaruh dalam produksi
ayam ras petelur, jika tidak seimbang maka produksi telur akan terganggu
sehingga tidak optimal.

Penyeimbangan antara kalsium dan fosfor dapat

dilakukan melalui strategi pengaturan komposisi pakan yang tepat.

Kalsium

berperan sebagai pelengkap dan fosfor sebagai penunjang.
Apabila penggunaan kalsium lebih besar daripada fosfor maka kelebihan
kalsium tidak akan diserap tubuh ayam, melainkan akan bergabung dengan fosfor

19
membentuk tricalciumphosphate yang tidak dapat larut.

Sebaliknya, apabila

penggunaan fosfor lebih besar akan mengurangi penyerapan kalsium.
Vitamin
Vitamin berfungsi sebagai zat pengatur di dalam tubuh ayam ras petelur.
Peranannya antara lain mempertahankan kesehatan tubuh dan meningkatkan
produksi (RAHAYU dkk, 2011). Menurut RASYAF (2009), vitamin dibutuhkan
dalam jumlah yang kecil dibandingkan dengan protein dan energi.

Perlu

ditambahkan vitamin A, D3, B12, K, riboflavin, asam pantotenat, kolin, dan niasin
untuk pakan ayam yang sedang bertelur.

Vitamin D sangat penting dalam

metabolisme kalsium dan fosfor. Peranannya antara lain dalam pembentukan
tulang dan kulit telur.

Vitamin D mempunyai dua bentuk yaitu vitamin D 2

(C28H44O) dan D3 (C27H44O), struktur kimia vitamin D2 dan D3 sebagai berikut:

Vitamin D2

Vitamin D3

Di antara vitamin tersebut yang dapat langsung digunakan adalah vitamin
D3. Apabila ayam mendapat sinar UV matahari secara langsung, maka kulit ayam
dapat membuat vitamin D3. Vitamin D mempertinggi penyerapan kalsium dan
fosfor dari usus halus dan membantu menjaga kadar darah yang normal.
Vitamin D3 berpengaruh dalam pencegahan rachitis dan dapat diperoleh
dari minyak hati, ikan, kuning telur, ragi yang disinari, dan lemak susu. Apabila
tidak terdapat vitamin, proses perombakkan zat-zat makanan lainnya dalam tubuh
tidak berlangsung dengan baik akibatnya bahan-bahan yang dimakan tersebut
akan keluar sebagai kotoran dan hal ini merupakan pemborosan.

Analisis Proksimat

20
Analisis proksimat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam pakan. Analisis proksimat
adalah analisis yang dapat dikatakan berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah
dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud

(SUMARTINI

& KANTASUBRATA, 1992). Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui
komponen utama dari suatu pakan.

Komponen utama pada pakan ternak

umumnya terdiri atas kadar air, abu, lemak, protein, dan serat.
Kadar Air
Menurut KUSNANDAR (2010), air memiliki peranan penting dalam
sistem pangan, yaitu mempengaruhi kesegaran, stabilitas, dan keawetan pangan;
berperan sebagai pelarut universal untuk senyawa-senyawa ionik dan polar seperti
garam, vitamin, gula, dan pigmen; berperan dalam reaksi-reaksi kimia misalnya
pada reaksi polimerisasi pembentukan karbohidrat, protein, dan lemak;
mempengaruhi aktivitas enzim; faktor penting untuk pertumbuhan mikroba;
menentukan tingkat risiko keamanan pangan serta sebagai medium pemindah
panas.
Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses
pengeringan (WINARNO, 2008). Pada umumnya, metode penetapan kadar air
dengan menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan mengeringkan bahan
makanan dalam oven suhu (105-110) oC selama 3 jam atau sampai didapat berat
yang konstan.

Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan makanan

dengan jalan pemanasan kemudian menimbang bahan sampai bobot konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan.

Kehilangan bobot pada saat pemanasan

dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada contoh (WINARNO, 2008).
Kadar Abu
Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan.

Kadar abu dari suatu bahan menunjukan

kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta
kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Kadar abu total adalah bagian dari

21
analisis proksimat yang digunakan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu bahan
pangan. Pengabuan adalah tahap persiapan sampel yang harus dilakukan pada
analisis mineral (WINARNO, 2008).
Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu (500-600) oC selama
beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO 2,
H2O, dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang
disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam
mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu
dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein.
Adapula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya
Na (Natrium), Cl (Klor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat
digunakan untuk menunjukkan adanya zat anorganik di dalam pakan secara tepat
(MURTIDJO, 2006).
Kadar Lemak
Menurut WINARNO (2008), lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yang termasuk dalam golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan
mencirikan golongan lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya
tinggi dalam pelarut organik misalnya eter, benzena, dan kloroform atau
ketidaklarutannya tinggi dalam air. Penetapan kadar lemak dalam pelarut, selain
lemak juga terdapat fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen
yang lain, oleh karena itu hasil analisisnya disebut lemak kasar (crude fat).
Analisis bahan pangan yang mengandung lemak pada umumnya dilakukan
dengan memisahkan lemak dari matriks bahan menggunakan pelarut lemak
dengan metode soxhlet. Prinsip dari penetapan kadar lemak ini adalah ekstraksi
lemak oleh pelarut non polar untuk melarutkan asam lemak yang terikat. Pada
akhir ekstraksi, ekstrak dalam labu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC
hingga bobot tetap. Bobot residu dalam labu dinyatakan sebagai bobot lemak.
Metode ini merupakan metode efisien karena pelarut yang dipergunakan
dapat diperoleh kembali. Pelarut organik yang biasa digunakan adalah heksana
dengan titik didih 68,8 oC; petroleum eter dengan titik didih (40,0-60,0) oC; dan
benzena dengan titik didih 80,0 oC. Petroleum eter atau heksana adalah bahan

22
pelarut lemak non polar yang banyak digunakan karena harganya yang relatif
murah, kurang berbahaya terhadap risiko kebakaran dan ledakan, dan lebih
selektif untuk lipida non polar. Contoh yang digunakan dalam metode ekstraksi
harus cukup kering karena apabila contoh mengandung air maka akan
memperlambat proses ekstraksi dan menyebabkan air dapat turun ke dalam labu
lemak sehingga akan mempersulit penentuan bobot tetap labu lemak
(KETAREN, 1987).
Kadar Protein
Menurut WINARNO (2008), protein adalah molekul yang sangat vital
untuk organisme dan terdapat di semua sel yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
beberapa diantaranya mengandung atom sulfur, besi, fosfor, atau mineral lainnya.
Protein mengandung gugus asam atau karboksil (-COOH) dan gugus asam amino
(-NH2) yang bersifat basa, sehingga menyebabkan protein bersifat amfoter.
Dengan demikian, protein mempunyai mekanisme untuk mencegah pembentukan
pH yang tiba-tiba di dalam tubuh.
Kadar nitrogen dari bermacam-macam protein hampir sama yaitu sekitar
16% dan kadar protein dapat diketahui dengan cara mengalikan persen nitrogen
dengan faktor 6,25 dan berlaku untuk campuran senyawa-senyawa protein yang
belum diketahui secara pasti. Faktor 6,25 disebut tetapan protein (protein
constant) diturunkan dari 100/16 = 6,25.
Penentuan jumlah protein dalam pakan umumnya dilakukan mengunakan
metode kjeldahl berdasarkan penentuan kadar nitrogen. Metode ini sering disebut
sebagai penetapan kadar protein kasar (crude protein), karena ikut teranalisis dan
terukurnya nitrogen organik total misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat,
nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Metode ini pada dasarnya terbagi
menjadi

tiga

tahap,

yaitu

(SUDARMADJI dkk, 1996).
Tahap Destruksi

tahap

destruksi,

distilasi,

dan

titrasi

23
Pada tahapan ini contoh dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Senyawa organik dioksidasi oleh asam
sulfat membentuk karbondioksida dan air.

Gugus amina dari protein akan

bereaksi dengan asam sulfat menjadi ammonium sulfat (NH 4)2SO4. Katalisator
ditambahkan untuk mempercepat proses destruksi. Katalis yang umum digunakan
antara lain tembaga (tembaga sulfat), raksa, dan selen. Penambahan katalisator
dapat meningkatkan titik didih asam sulfat sehingga destruksi berjalan lebih
optimum.

Destruksi dianggap selesai jika larutan berwarna jernih atau tidak

berwarna. Dilakukan analisis blangko untuk koreksi adanya senyawa N yang
berasal dari reagensia yang digunakan. Reaksi yang berlangsung pada proses
destruksi:
Katalis
Contoh + H2SO4(p) →
(NH4)2SO4 + CO2↑ + H2O↑ + SO2↑
Tahap Distilasi
Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammoniak dengan
penambahan NaOH. Ammoniak yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap
oleh larutan asam standar sebagai penampung distilat dalam jumlah berlebih.
Perbedaan cara mikro dan makro kjeldahl terdapat pada penampung distilat yang
digunakan,
cara

pada

makro

cara

digunakan

mikro
asam

digunakan
klorida.

asam

borat,

Indikator

sedangkan

merah

metil

pada
atau

conway ditambahkan untuk mengetahui asam dalam jumlah yang berlebihan.
Ujung tabung distilasi tercelup sedalam mungkin ke asam standar agar kontak
antara asam dan ammoniak lebih baik. Distilasi diakhiri apabila semua ammoniak
terdistilasi sempurna dengan ditandai perubahan warna larutan dari merah menjadi
hijau. Reaksi yang berlangsung pada proses distilasi metode mikro kjeldahl:
(NH4)2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2NH3↑ + 2H2O
2NH3↑ + 2H3BO3 → 2NH4H2BO3
as. borat ammonium borat

Tahap Titrasi

24
Apabila penampung asam klorida maka sisa asam yang tidak bereaksi
dengan ammoniak dititar dengan NaOH standar.

Titik akhir titrasi ditandai

dengan perubahan warna larutan dari ungu kehijauan menjadi merah dan tidak
hilang selama 30 detik apabila menggunakan indikator fenolftalein.

Selisih

jumlah titrasi blangko dan contoh merupakan jumlah ekivalen nitrogen. Apabila
penampung distilasi menggunakan asam borat, maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammoniak dapat diketahui dengan menggunakan penitar asam
klorida 0,01 N dengan indikator conway.
perubahan

warna

larutan

(SUDARMADJI dkk, 1996).

dari

Titik akhir titrasi ditandai dengan
hijau

menjadi

merah

muda

Reaksi yang berlangsung pada proses titrasi

metode mikro kjeldahl:
2NH4H2BO3 + 2HCl → 2NH4Cl + 2H3BO3
Ammonium borat
Kadar Serat Kasar
Serat merupakan kelompok polisakarida yang tidak dapat dicerna yang
terdapat dalam bahan pangan seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, dan
gum. Serat ada yang bersifat larut dan tidak larut dalam air. Selulosa, lignin, dan
hemiselulosa adalah serat yang tidak larut dalam air, sedangkan pektin dan gum
termasuk serat yang larut dalam air (KUSNANDAR, 2010).
Serat kasar adalah residu dari bahan pakan yang direaksikan dengan asam
dan basa panas. Serat kasar terdiri atas selulosa (50-80)%, hemiselulosa 20%, dan
lignin (10-50)% yang hilang karena ekstraksi menggunakan asam sulfat dan
natrium hidroksida dalam kondisi panas. Metode pelarutan dengan asam dan basa
dalam keadaan tertutup pada suhu yang terkontrol disebut dengan proses
digestion. Penyaringan harus segera dilakukan setelah proses digestion selesai
karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan menurunnya hasil analisa.
Hal ini disebabkan terjadinya kerusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang
dipakai (SUDARMADJI dkk, 1996).
Informasi tentang serat kasar bahan baku pakan dapat digunakan untuk
menduga ketersediaan energi dan kecernaannya.

Bahan baku pakan yang

mengandung serat kasar tinggi tidak dapat dimanfaatkan lebih banyak oleh ayam
sehingga penggunaannya terbatas (SUCI & HERMANA, 2012).

25

Analisis Mineral Makro
Mineral adalah unsur-unsur kimia selain karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Sebagian besar unsur-unsur

tersebut berupa garam anorganik dalam makanan, namun beberapa juga terdapat
dalam senyawa organik. Mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur
di dalam tubuh.

Mineral merupakan zat gizi yang berperan penting

dalam

pemeliharan fungsi tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan (ALMATSIER, 2004).
Unsur mineral natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor terdapat
dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar sehingga dikenal sebagai unsur
mineral makro. Unsur mineral lain yaitu besi, iodium, tembaga, dan seng hanya
terdapat dalam tubuh dengan jumlah kecil sehingga disebut trace element atau
mineral mikro (WINARNO, 2008).
Kadar Kalsium (Ca)
Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam
proses fisiologis ternak sehingga dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi
yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut
defisiensi mineral (ANGGORODI, 1995). Kalsium menjadi mineral yang paling
banyak ditemukan di dalam tubuh ayam dan 99% mineral ini ditemukan di tulang.
Kandungan nutrisi mineral dari suatu pakan ternak sangat menentukan
pertumbuhan dari ternak dan juga kualitas telur yang dihasilkan sehingga perlu
dilakukan analisis kandungan mineral kalsium pada pakan ternak tersebut.
Permanganometri merupakan metode penetapan kadar kalsium dengan
menggunakan

titrasi

yang

melibatkan

reaksi

reduksi-oksidasi

(ANDARWULAN dkk, 2011). Prinsip dari penetapan tersebut yaitu kalsium
diendapkan terlebih dahulu sebagai kalsium oksalat kemudian endapannya
dilarutkan dalam asam sulfat encer, sehingga terbentuk asam oksalat yang akan
dititrasi dengan kalium permanganat sebagai oksidator. Reaksi oksidasi terhadap
asam oksalat berjalan lambat pada temperatur ruang sehingga diperlukan
pemanasan sampai dengan suhu (60-70) oC. Apabila suhu larutan di bawah

26
(60-70) oC maka akan mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa endapan
coklat sehingga titik akhir titrasi sulit untuk dilihat. Apabila suhu larutan di atas
(60-70) oC maka akan merusak asam oksalat dan terurai menjadi CO2 dan H2O
sehingga hasil akhir akan lebih kecil.
Menurut ROHMAN & SUMANTRI (2007), pada penetapan kadar
kalsium, ammonium oksalat akan mengendapkan kalsium menjadi kalsium
oksalat yang berupa endapan berwarna putih. Rekasi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Ca2+

+ (NH4)2C2O4 → 2NH4+
Amonium oksalat

+ CaC2O4↓
Kalsium oksalat

Kalium permanganat akan mengoksidasi oksalat dalam larutan asam
menjadi karbon dioksida, sementara kalium permanganatnya akan tereduksi
menjadi garam mangan (II), menurut reaksi:
5C2O42- + 2 MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ +10CO2 + 8H2O
Kadar Fosfor (P)
Fosfor adalah sumber mineral kedua setelah kalsium yang diperlukan
dalam pakan ternak. Fosfor merupakan mineral terbanyak kedua yang menyusun
tubuh ayam, dimana 80% dari jumlah fosfor ini terdapat dalam sistem kerangka
atau tulang dan sisanya terdistribusi ke seluruh tubuh ayam

(MULYANTINI,

2010).
Fosfor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik,
metabolisme karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak dan
bagian koenzim.

Fosfor sebagai fosfat memainkan peranan penting dalam

struktur dan fungsi semua sel hidup. Fosfor juga berfungsi sebagai komponen
pembentuk sel dalam bentuk fosfolipid dan fosfoprotein.
Penetapan kadar fosfor dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak.
Menurut ROHMAN & SUMANTRI (2007), pada penetapan kadar fosfor
digunakan deret standar untuk membuat kurva kalibrasi dengan persamaan garis
regresi linear (y = a + bx) yang digunakan pada perhitungan kadar fosfor dalam
contoh. Fungsi penambahan ammonium molibdovanadat sebagai zat pengikat
pada fosfor, karena fosfor mudah mengalami oksidasi.

Contoh direaksikan

27
dengan asam nitrat untuk mengubah semua metafosfat (PO 3-), dan pirofosfat
(P2O74-) menjadi ortofosfat (PO43-). Menurut SVEHLA (1990), ortofosfat lebih
stabil dibandingkan dengan metafosfat dan pirofosfat. Ortofosfat yang terlarut
dalam larutan asam berekasi dengan ammonium molibdovanadat menghasilkan
ammonium fosfomolibdat berwarna kuning yang dapat diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 400 nm. Reaksi
pembentukan ammonium fosfomolibdat sebagai berikut:
HPO42- + 3NH4+ + 12MoO42- + 23H+ → (NH4)3[P(Mo3O10)4] (s) (kuning) + 12H2O
Ammonium fosfomolibdat
Menurut DAY & UNDERWOOD (2002), metode spektrofotometri ini
telah digunakan dalam menganalisis mutu suatu contoh baik untuk keperluan
identifikasi maupun pemeriksaan kualitas dan penetapan kadar. Analisis dengan
spektrofotometer sinar tampak berdasarkan pada serapan sinar tampak terhadap
molekul-molekul zat yang dianalisis pada panjang gelombang tertentu. Pemilihan
panjang gelombang didasarkan pada spektrum absorbsi dari zat yang diukur yaitu
panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbansi terbesar dan memberikan
sensitifitas yang tinggi.
Prinsip kerja dari spektrofotometer sinar tampak adalah sumber cahaya
yang merupakan sinar polikromatis yang dilewatkan melalui monokromator,
kemudian sinar ini diserap oleh monokromator diteruskan melalui sel yang berisi
contoh. Sinar sebagian diserap oleh sel dan sebagian lagi diteruskan ke fotosel
yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Energi
listrik yang dihasilkan oleh fotosel memberikan sinyal pada detektor yang
kemudian diubah menjadi nilai serapan atau transmisi (transmitan) dari zat yang
dianalisis.