Kajian Komprehensif Prinsip dan Karakter

ARTIKEL ILMIAH
DISUSUN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS UJIAN AKHIR
SEMESTER
HUKUM LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
Nama
NIM
Kelas

: Azizah Imamatun Nisa
: E0014058
:H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jalan Ir. Sutami 36 A, Surakarta, 57126
Telp. (0271) 646994 Fax. (0271) 646655
2016
KAJIAN KOMPREHENSIF PRINSIP DAN KARAKTER HUKUM
LINGKUNGAN

Azizah Imamatun Nisa
zizijee@gmail.com
Abstrak

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah
penerapan prinsip-prinsip ekologi dalam kegiatan manusia terhadap dan atau yang
berdimensi lingkungan hidup. Seperti diketahui, bahwa masalah lingkungan hidup
adalah masalah ekologi, khususnya ekologi manusia, yang intinya terletak pada
interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Hukum Lingkungan sebagai salah
satu sarana penunjang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam arti modern, merupakan hukum yang berorientasi dan berguru pada
ekologi, sehingga sifat dan hakikatnya lebih mengikuti sifat dan hakikat
lingkungan hidup itu sendiri. Tujuannya adalah mencapai keselarasan hubungan
antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun
lingkungan sosial budaya. Hukum lingkungan yang pada hakikatnya adalah sarana
penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka di samping berguru pada
ekologi juga dituntut agar respon secara dinamis terhadap masalah lingkungan
yang dihadapi. Masalah lingkungan sendiri berfokus pada penyerasian antara
pemanfaatan dan pemeliharaan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya
hidupnya yang menghadapkan pada dua sisi, yakni risiko dan kualitas lingkungan.

Kata Kunci : prinsip, karakter, hukum lingkungan
Metode Penulisan
Metode penulisan dalam artikel ini saya menggunakan metode penulisan secara
deskriptif.

Penulisan

secara

deskriptif

adalah

sesuatu

penulisan

yang

menggambarkan suatu permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, sehingga

dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tidak hanya berdasarkan fakta
tetapi penulis bisa memasukan opini untuk memperjelas masalah yang
digambarkan dalam artikel ini.
Pendahuluan
Ada berapa aspek mendasar dalam kajian dan pengembangan hukum
lingkungan di antaranya adalah “prinsip” yang mendasari dan membawanya pada
suatu sistem hukum tersendiri, dan “karakter” atau sifat yang membawanya 3
pada kesesuaian objek yang diaturnya, yakni masalah lingkungan hidup dalam arti
luas, khususnya masalah-masalah yang di hadapi dalam Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Kedua aspek ini menjadi penting artinya,

terutama untuk memberi arah dan tuntunan bagi pengembangan hukum
lingkungan, dan untuk menyesuaikan diri pada pada karakter atau sifat masalah
lingkungan hidup itu sendiri, sehingga dapat berfungsi sebagai sarana penunjang
PPLH yang efektif.
Hukum lingkungan sebagai salah satu sistem hukum harus dipandang dan
ditempatkan sebagai “subsistem” dan satu kesatuan dari sistem hukum hukum
nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu, prinsip utama yang harus mendasari
hukum lingkungan (termasuk peraturan perundang-undangan mengenai PPLH)
adalah pemikiran dasar yang terkandung dalam UUD 1495 sebagai kaidah dasar

yang melandasi PPLH Indonesia dan kebijaksanaan nasional PPLH itu sendiri.
Hal ini dapat dipahami, oleh karena hukum lingkungan pada hakikatnya adalah
sarana penunjang bagi PPLH.
Sebagai sarana penunjang (instrument yuridis) PPLH, hukum lingkungan
berakar, tumbuh dan berkembangan sesuai dan mengikuti masalah lingkungan
hidup yang dihadapi. Masalah lingkungan hidup yang dihadapi dalam konteks
PPLH pada hakikatnya adalah masalah ekologi, khususnya ekologi manusia,
yakni masalah yang timbul dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya.
Oleh karena itu, hukum lingkungan harus berguru pada ekologi dengan
pendekatan holistik yang dianutnya. Hal ini dapat dipahami karena masalah
lingkungan hidup bersifat multi kompleks, multi aspek, multi disipliner, antar dan
lintas sektoral. Salah satu aspek penting dalam kajian dan penerapan hukum
lingkungan ialah nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam
penegakan hukumnya, yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan
masyarakat setempat.

Pembahasan
Prinsip hukum digunakan dalam pengertian yang sama dengan asas hukum
dan dasar hukum dengan pengertian ada hierarki tertentu dari prinsip tersebut.
Ada prinsip, dan ada prinsip dari prinsip itu. Menurut Ronal Dworkin (teori

content), prinsip merupakan pertimbangan moral tentang apa yang benar dan apa

yang buruk, yang meliputi prinsip tentang political morality dan political
orgazation yang membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang
membenarkan metoda melakukan penafsiran menurut undang-undang, dan prinsip
tentang hak asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi keputusan
pengadilan. Pemahaman sementara yang dapat diperoleh dari 5 pandangan ini
ialah bahwa prinsip Hukum Lingkungan adalah prinsip-prinsip hukum tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik dalam konteks nasional,
regional maupun internasional. Atas dasar ini, maka prinsip Hukum Lingkungan
bagi Indonesia harus digali dari dasar konstitusional yang melandasi perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
Menurut Hardjasoemantri, kaidah dasar perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup Indonesia terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, alinea ke4 pada kalimat “…Pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum...”. Ketentuan ini menegaskan Kewajiban Negara dan Tugas
Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia.
Dalam konteks Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, segenap
bangsa Indonesia ini adalah sumber-sumber insani dalam lingkungan hidup

Indonesia sebagai komponen manusia yang membentuk sosiosistem. Seluruh
tumpah darah Indonesia sebagai komponen fisik yang mencakup komunitas benda
hidup dan komunitas benda mati yang membentuk ekosistem. sosiosistem dan
ekosistem pada sejatinya menyatu sebagai satu tatanan secara utuh sebagai suatu
“sosioekosistem” yang dalam Hukum Lingkungan dan pembicaraan lain dikenal
dengan lingkungan hidup. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 33
ayat (3) dan Pasal 28H UUD 1945. Dalam konteks ini segenap bangsa Indonesia
bermakna, baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Dengan
demikian, prinsip utama Hukum Lingkungan ialah Pemerintah wajib memelihara
dan melindungi Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup Indonesia untuk
kepentingan

dan

kesejahteraan

seluruh

rakyai


Indonesia

secara

berkesinambungan. Hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Deklarasi, konvensi dan pemikiran
mengenai Hukum Lingkungan dari luar hendaknya diartikan dan ditafsirkan
dalam kerangka amanat konstitusi tersebut, sesuai dengan kondisi yang dihadapi
dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hardjasoemantri
memandang bahwa dalam rangka pengaturan tata kegunaan dan penggunaan
lingkungan, Hukum Lingkungan / Hukum Tata Lingkungan juga perlu
memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB). Dengan
demikian, diperoleh petunjuk bahwa asas-asas dalam AUPB dimaksud juga
merupakan bagian dari prinsip Hukum Lingkungan. Setidaknya, merupakan
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengaturan dan penegakan Hukum
Lingkungan, sebagian atau secara keseluruhan sesuai dengan kondisi yang
dihadapi secara nyata. Seperti diketahui bahwa AUPB itu mencakup antara lain:
asas kepastian hukum; asas keseimbangan; asas kesamaan; asas bertindak cermat;
asas keadilan atau kewajaran; asas menanggapi harapan yang ditimbulkan.

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik merupakan asas-asas umum yang
hidup dalam masyarakat berkaitan dengan etika-etika pemerintahan yang
dipandang baik yang kemudian dikaitkan dengan konsep clean governmet dan
mendorong ke arah good governance, yang disebut sebagai prinsip untuk
terciptanya pemerintahan yang baik. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
merupakan aturan hukum yang tidak tertulis yang mengikat penguasa dalam
melaksanakan fungsinya. Ia merupakan norma-norma hukum kebiasaan yang
tidak tertulis yang harus menjadi pedoman bagi penguasa dalam menafsirkan
suatu ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan dasar yang
menjadi sumber kewenangan yang akan digunakan dalam menetapkan suatu
kebijaksanaan.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah
penerapan prinsip-prinsip ekologi dalam kegiatan manusia terhadap dan atau yang
berdimensi lingkungan hidup. Seperti diketahui, bahwa masalah lingkungan hidup
adalah masalah ekologi, khususnya ekologi manusia, yang intinya terletak pada
interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Hukum Lingkungan sebagai salah
satu sarana penunjang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam arti modern, merupakan hukum yang berorientasi dan berguru pada

ekologi, sehingga sifat dan hakikatnya lebih mengikuti sifat dan hakikat

lingkungan hidup itu sendiri. Tujuannya adalah mencapai keselarasan hubungan
antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun
lingkungan sosial budaya. Hukum lingkungan yang pada hakikatnya adalah sarana
penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka di samping berguru pada
ekologi juga dituntut agar respon secara dinamis terhadap masalah lingkungan
yang dihadapi. Masalah lingkungan sendiri berfokus pada penyerasian antara
pemanfaatan dan pemeliharaan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya
hidupnya yang menghadapkan pada dua sisi, yakni risiko dan kualitas lingkungan.
Hukum lingkungan sebagai sarana penunjang pengelolaan lingkungan hidup,
dituntut pula untuk menjangkau atau berakar pada pokok masalah lingkungan
secara substansial, baik sebagai social engineering maupun sebagai pengikut
perubahan sosial yang dinamis. Melepaskan diri dari akar masalah, akan
menghadirkan ketidakefektifan hukum, bahkan dapat menimbulkan kekacauan.
Dalam kajian-kajian lingkungan hidup, upaya demikian disebut pembangunan
berkelanjutan atau berwawasan lingkungan yang merupakan peletak dasar hukum
lingkungan di Indonesia. Hukum Lingkungan harus merupakan hukum yang
berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan modern. Di sinilah
kaitannya dengan hukum lingkungan yang berorientasi pada perilaku berwawasan
lingkungan dalam berbagai aspek kegiatan manusia (Pasal 2 dan Pasal 3 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009). Ketika manusia mulai memasuki kehidupan
dalam dunianya, ia pun menatap lingkungan hidupnya. Ia mengenal hal-hal yang

ada di luar dirinya seperti matahari, bulan dan bintang dengan segala hukumhukumnya, terbit, terbenam, siang dan malam, dsb. Manusia mendapat
pengetahuan tentang lingkungan hidupnya, dan benda-benda alam dalam lingkup
indra kehidupannya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup antara lain menegaskan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan tanggung jawab Negara, berkelanjutan dan manfaat
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Dengan sasaran tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup, serta terewujudnya manusia Indonesia yang

memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup (Pasal 68
dan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). Ditegaskan pula bahwa
“setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat” (Pasal 65 ayat (1)) dan “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup...” (Pasal 67). Dalam konteks pelaksanaannya,
“Pemerintah tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat” (Pasal 2 dan Pasal 3 jo Pasal 70). Ketentuanketentuan tersebut, antara lain mengamanatkan bahwa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup wajib diperhatikan secara rasional potensi, aspirasi,
dan kebutuhan serta nilai- nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Hukum lingkungan pada dasarnya dibangun dan dikembangkan untuk

mewujudkan keserasian hubungan antar manusia dan lingkungngan hidupnya,
baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial budaya dalam dan
menurut kondisi sosioekosistem. Oleh karena itu ia harus berguru pada ekologi
dan berakar pada pokok masalah lingkungan hidup, yakni interaksi manusia
dengan lingkungan hidupnya. Dikemukakan bahwa hanya prinsip 22 (jo 17 dan
21) dari Deklarasi Stockholm yang merupakan prinsip Hukum Lingkungan, yakni
bahwa negara-negara akan bekerja sama dalam mengembangkan mengenai
tanggung jawab hukum dan ganti kerugian atas pencemaran atau perusakan
lingkungan hidup yang brsifat lintas wilayah negara. Prinsip Hukum Lingkungan
yang perlu dikembangkan antara lain adalah tentang tanggung jawab negara,
tentang perlindungan kepentingan umum; dan tentang eksploitasi Sumber Daya
Alam. Dari beberapa literatur, diperoleh petunjuk bahwa prinsip-prinsip
kebijaksanaan LH itu mencakup:
a. Prinsip penanggulangan pada tempatnya yang memberikan prioritas pada
penanganan masalah lingkungan hidup secara preventif yang dikaitkan
dengan perizinan bagi berbagai kegiatan;
b. Prinsip sarana praktis yang terbaik/sarana teknis yang terbaik;
c. Prinsip pencemar membayar;
d. Prinsip cegat-tangkal;

e. Prinsip perbedaan regional yang menekankan bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sesuai dengan kenyataan tentang
adanya ketidaksamaan wilayah. Situasi dan kondisi lingkungan hidup
berbeda

menurut

daerahnya,

sehingga

dibutuhkan

kebijaksanaan

lingkungan hidup yang sesuai dan ditujukan kepada daerah setempat;
f. Prinsip beban pembuktian terbalik yang menekankan bahwa barang siapa
yang melakukan kegiatan wajib membuktikan bahwa ia tidak merugikan
lingkungan hidup atau memang merugikan.
Simpulan dan Saran
Prinsip hukum lingkungan bertitik tolak pada amanat UUD 1945,
kebijaksanaan PPLH nasional, dan dengan penyesuaian pada perkembangan
global-internasional yang juga merupakan faktor penting dalam PPLH. Dengan
demikian, “prinsip HL” yang harus dikembangkan adalah: Prinsip tanggung jawab
Negara, hak atas LH adalah bagian dari HAM, prinsip konservasi; Prinsip
keterkaitan, berkelanjutan, pemerataan, Sekurity dan Risiko Lingkungan,
Pendidikan dan komunikasi yang berwawasan lingkungan; dan prinsip Kerja sama
nternasional. Juga perlu dikembangkan: Prinsip penanggulangan pada tempatnya
(“principle of abatement at the suorce”); Prinsip sarana praktis/teknis yang terbaik
(“the best practicable means/technical means”); Prinsip pencenar membayar
(“The polluter pays principle”); Prinsip cegat-tangkal (“stand-still-principle”);
Prinsip perbedaan regional (“principle of regional differentiation”); dan prinsip
beban pembuktian terbalik; serta prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik.
Adapun karakter hukum lingkungan adalah multi aspek dan multi disipliner yang
berorientasi pada pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup dengan
pendekatan utuh menyeluruh (holistik). Ia juga haru merupakan hukum yang
berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan modern. Ini berarti,
bahwa ia terkait dan harus sejalan dengan nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat. Karakter NHL versi Lontarak Latoa dan realitas sosialnya,
diantaranya:,

kejujuran;

religius;

mengutamakan

pelaksanaan

hukum;

keteladanan; dan keseimbangan, yang merupakan prasyarat bagi tercapainya

kebenaran dan keadilan substansial (tongeng) sebagai suatu kesatuan subsistem
yang utuh berdasar dan berpuncak pada Sulapa’ Eppa’e (sistem hubungan empat
dimensi). Dalam konteks kekinian, konsep “Sulapa’ Eppa’e” ini harus dimaknai
dan ditambah dengan dimensi hukum, ilmu dan teknologi sehingga bermakna
sistem hubungan tujuh dimensi. Dengan demikian, dalam penegakan hukum
lingkungan, juga mutlak digunakannya pendekatan multi aspek dan multi
disipliner, baik berkaitan dengan perusakan maupun dengan pencemaran
lingkungan hidup.
Demikian uraian singkat ini, semoga ada manfaatnya, terutama bagi
pengembangan hukum lingkungan yang responsif dan pada gilirannya bermanfaat
21
bagi Pengelolaan Lingkungan Hidup, setidaknya upaya ini mengendung nilai
ibadah. Amin.

Daftar Pustaka
 Buku
1. Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO
14001. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
2. M. Husein, Harun. 1992. Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan
Penegakan Hukumnya. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Akib, Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional.
Jakarta: Raja Grafindo.
4. Akib, Muhammad. 2012. Politik Hukum Lingkungan Dinamika dan
Refleksinya dalam Produk Hukum Otonomi Daerah. Jakarta: Rajawali Press.
5. Samekto, Adi dan Hidayat, Arief. 2007. Kajian Kritis Penegakan Hukum
Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Semarang: Badan Percetakan UNDIP.
6. Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.
7. Amsyari, Fuad. 1981. Prinsip-Prinsip Masalah Pengelolaan Lingkungan.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
8. Supardi, Niniek. 1992. Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum
Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.

9. Mohammad, Askin. 2008. Hukum Lingkungan. Jakarta: Penerbit Yayasan
Peduli Energi Indonesia (YPEI).
10. Absori. 2001. Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era
Perdagangan Bebas. Surakarta: Muhammidyah University Press.
11. Arifin, Syamsul. 2004. Upaya Penegakan Hukum Lingkungan dalam
Mewujudkan Pembanguna Berwawasan Lingkungan di Sumatera Utara.
Medan: Pustaka Media Bangsa.
12. Danusaputro, St. Munadjat. 1981. Hukum Lingkungan. Bandung: Bina Cipta.
13. Hardjosoemantri, Koesnadi. 1986. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
14. Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi
Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Rineka Cipta.
15. Supriadi, 2005. Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
16. Abdurrahman, 1986. Pengantar Hukum Lingkungan. Bandung: Alumni
Bandung.
17. Zain, Alam Setia. 1995. Hukum Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
18. Suratmo, F. Gunawan. 1990. AMDAL. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
19. Manik. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
20. Hardjosoemantri, Koesnadi. 1991. Hukum Perlindungan Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
21. M. Hamdan. 2000. Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup. Bandung:
CV. Mandar Maju.
22. Subagyo, Joko. 2002. Hukum Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

23. Usman, Rahmadi. 1993. Pokok-Pokok Hukum Lingkungan Nasional. Jakarta:
Aka Press.
24. Soemarwoto. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
25. Iskandar, Untung. 1999. Kerja Sama Internasional Menuju Pengelolaan
Hutan Lestari. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
26. Keraf, A. Sonny, 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
27. Kusumaatmadja, Mochtar. 1975. Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan
Hidup Manusia: Beberapa Pikiran dan Saran. Bandung: Bina Cipta.
28. Danusaputro, St. Munadjat. 1984. Bina Mulia Hukum dan Lingkungan.
Bandung: Bina Cipta.
29. Hadrjasoemantri, Keosnadi. 1999.

Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.
30. Soemarwoto, Otto. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Jakarta: Djambatan.
31. Wijoyo, Suparto. 2005. Hukum Lingkungan: Kelembagaan Pengelolaan
Lingkungan Di Daerah. Surabaya: Airlangga University Press.
32. Rahmadi, Takdir.

2011. Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.
33. Tobing, M.L. 1983. Ikhtisar Hukum Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
34. Muhammad, Peter. 2004.
Bakti.

Hukum dan Penelitian. Bandung: Citra Aditya

35. Suryabrata, Sumadi., 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
36. Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
37. Soemartono, R.M. Gatot P. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.

 Internet
1. Helwan

Kasra,

“Hukum

Lingkungan”,

diakses

dari,

https://helone.wordpress.com/2008/06/16/halo-dunia/, pada tanggal 20 Maret
2016 pukul 16.42.
 Jurnal Ilmiah
1. Absori, Deklarasi Pembangunan Berkelanjutan Dan Implikasinya Di Indonesia.
Jurnal Ilmu Hukum. Volume 9 No.1 Tahun 2005.
2. Absori. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan Di Era Reformasi. Jurnal Ilmu
Hukum, Volume 8 No.2.
3. Absori. 2004. Peran Serta Masyarakat Dalam Penegakan AMDAL. Jurnal
Yurisprudence, Volume1 No.2.
4. Fakrullah, Zudan Arif. 2005. Penegakan Hukum Sebagai Peluang Menciptakan
Keadilan. Jurnal Jurisprudence, Volume 2 No. 1.
5. Mutiari, Yunial Liaili. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan : Sanksi
Administratif Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Simbur Cahaya, No.27 Tahun X.

6. Sutrisno. 2011. Politik Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 18 No. 3.
7. Deviani, Eka. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan terhadap AMDAL
Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 6
No. 1.
8. Yudistiro. 2011. Kegagalan dalam Penegakan Hukum Lingkungan Hidup.
Jurnal Yudisial, Volume 4 No.2.
9. S. Atalim. 2011. Perusakan Lingkungan Hidup dan Kepentingan Masyarakat
dari Perspektif Hukum Progresif. Jurnal Yudisial, Volume 4 No.2.
10. Kusuma Dewi, Dahlia dan Tarigan, Pendastaren. 2014. Izin Lingkungan
dalam Kaitannya dengan Penegakan Administrasi Lingkungan dan Pidana
Lingkungan Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 2 No. 1.
11. R.B Budi Prastowo. 2006. Tindak Pidana Lingkungan Sebagai Tindak Pidana
Ekonomi Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia.. Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 24 No.1.
12. Akhmad Sukris Sarmadi. 2010. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam
Pembangunan Dan Industrialisasi. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No.2.
13. Indonesian Center For Enviromental Law. 2014. Demokrasi Lingkungan.
Jurnal Hukum Lingkungan, Volume 1 No.1.
14. Maret Priyanta. 2012. Penerapan Tindak Pidana Lingkungan Bagi Korporasi
Dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 11 No.3.
15. Deni Bram. 2011. Pertanggungjawaban Negara Terhadap Pencemaran
Transnasional. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 18 No.2.
16. Ariella Gitta Sari. 2011. Analasis Mengenai Dampak Lingkungan Serta
Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Perspektif Yuridis Normatif.
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 5 No.8.

17. Melissa Justine Renjaan. 2013. Studi Kearifan Lokal Sasi Kelapa Pada
Masyarakat Adat Di Desa Ngilngof Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Ilmu
Lingkungan, Volume 11 No.1.
18. Akbar Kurnia Putra. 2015. Transboundary Haze Pollution Dalam Perspektif
Hukum Lingkungan Internasional. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No.3.
19. Leonardo Simanjuntak. 2008. Analisis Kebijakan Lingkungan. Jurnal
Konstitusi, Volume 2 No. 2.
20. Tedy Sutomo. 2010. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penegakan Hukum
Lingkungan. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 9 No. 3.