Fasilitas Pajak Penghasilan fasilitas perusahaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PAPER TUGAS FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

Disusun oleh:

Fitri Dwi Wijayanti /17/ 153020009015
Genta Aulia Ramadhan/18/153020009202
Lukman Nul Hakim/23/153020009392

Mahasiswa Program Studi Diploma III Pajak
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan
Tahun 2018

Latar Belakang
1. Untuk lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan
ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu;

2. Dalam rangka percepatan penciptaan lapangan kerja sebagaimana termuat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, perlu mendorong
peningkatan investasi pada industri padat karya;
3. Untuk mendorong peningkatan investasi tersebut perlu diberikan Fasilitas Pajak

Penghasilan sesuai dengan Pasal 31 A Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu
dengan menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah
Tertentu;
Dasar Hukum
1. Pasal 31 A Undang-Undang Pajak Penghasilan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015;
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 41/PJ./2013;
5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 15/PJ/2015
Ketentuan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan
1. Fasilitas PPh ini dapat diberikan kepada Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang
melakukan Penanaman Modal, baik Penanaman Modal baru maupun perluasan dari

usaha yang telah ada, pada:
a.

Bidang-bidang Usaha Tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016; dan/atau

b.

Bidang-bidang Usaha Tertentu dan Daerah-daerah Tertentu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016,

2. Yang dimaksud dengan:
a. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
b. Bidang-bidang Usaha Tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.
c. Daerah-daerah Tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi
yang layak dikembangkan.
3. Kepada Wajib Pajak tersebut dapat diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan berupa :

a. Pengurangan penghasilan neto (Investment Allowance)
b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun
4. Wajib Pajak yang melakukan Penanaman Modal sebagaimana dimaksud diatas dapat
diberikan fasilitas Pajak Penghasilan sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
b. memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau
c. memiliki kandungan lokal yang tinggi.
5. Terhadap Wajib Pajak yang telah mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan tetapi tidak
lagi memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Poin 1 dan/atau Pasal 4:
a. fasilitas yang telah diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dicabut;
b. dikenai pajak dan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
di bidang perpajakan; dan
c. tidak dapat lagi diberikan fasilitas berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
Pengurangan Penghasilan Neto (Investment Alowance)
Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
Penanaman Modal berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk
kegiatan utama usaha, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5%
(lima persen) pertahun yang dihitung sejak saat mulai berproduksi secara komersial.


Contoh: PT Wakacipaywakacipuy melakukan penanaman modal sebesar Rp 120
milyar berupa pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan dan mesin. Terhadap PT
Wakacipaywakacipuy dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment
allowance) sebesar 5% x Rp 120 milyar = Rp 6 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun
yang dimulai sejak tahun pemberian fasilitas.
Terhadap aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan pengurangan
penghasilan neto, dilarang digunakan selain untuk tujuan pemberian fasilitas, atau
dialihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap dimaksud kecuali diganti dengan aktiva tetap
baru, sebelum berakhirnya jangka waktu yang lebih lama antara:
a. jangka waktu 6 (enam) tahun sejak saat mulai berproduksi secara komersial; atau
b. masa manfaat aktiva sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Poin
3 huruf b.
Penyusutan dan Amortisasi Dipercepat
Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat atas aktiva
tak berwujud yang diperoleh dalam rangka Penanaman Modal baru dan/atau perluasan usaha
1. Tabel 1 : Untuk penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud
Kelompok Aktiva

Masa Manfaat


Tarif Penyusutan Berdasarkan

Berwujud

Menjadi

Metode
Garis Lurus Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan
Kelompok I

2 tahun

50%

4 tahun
8 tahun
10 tahun


25%
12,5%
10%

100% (dibebankan
sekaligus)
50%
25%
20%

10 tahun
5 tahun

10%
20%

-

Kelompok II
Kelompok III

Kelompok IV
II. Bangunan
Permanen
Tidak Permanen

2. Tabel 2 : Untuk amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud
Kelompok Aktiva

Masa Manfaat

Tarif Amortisasi Berdasarkan

Tak Berwujud

Menjadi

Metode

Kelompok I


2 tahun

Garis Lurus
50%

Kelompok II
Kelompok III

4 tahun
8 tahun

25%
12,5%

Saldo Menurun
100% (dibebankan
sekaligus)
50%
25%


Kelompok IV

10 tahun

10%

20%

Terhadap aktiva tak berwujud yang mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan dilarang
digunakan selain untuk tujuan pemberian fasilitas, atau dialihkan sebagian atau seluruh aktiva
tak berwujud dimaksud kecuali diganti dengan aktiva tak berwujud baru, sebelum
berakhirnya masa manfaat aktiva tak berwujud dimaksud sesuai dengan ketentuan dalam
tabel amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud (Tabel 2)
Ketentuan :
1.

Penghitungan fasilitas Pajak Penghasilan dimulai sejak bulan berlakunya keputusan
persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan.

2.


Penghitungan penyusutan atas aktiva berwujud dan amortisasi atas aktiva tak
berwujud untuk bulan sebelum berlakunya keputusan persetujuan pemberian fasilitas
Pajak Penghasilan, dilakukan sesuai ketentuan mengenai penyusutan dan amortisasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 11A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

3.

Dasar penyusutan dan amortisasi dipercepat adalah:
1) harga perolehan aktiva bagi Wajib Pajak yang menggunakan metode penyusutan garis
lurus;
2) nilai sisa buku aktiva bagi Wajib Pajak yang menggunakan metode penyusutan saldo
menurun.

4.

Masa manfaat dipercepat aktiva adalah setengah dari sisa masa manfaat aktiva
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan beserta perubahannya dengan ketentuan bagian bulan
dihitung sebagai 1 (satu) bulan penuh.


5.

Dalam hal aktiva tetap yang lama diganti dengan aktiva tetap yang baru, dasar
penyusutan aktiva tetap baru adalah harga perolehan aktiva baru dimaksud.

Contoh Soal :
1. PT Cahaya Mandiri adalah perusahaan yang berskala nasional telah dikukuhkan haknya
untuk mendapatkan fasilitas Pasal 31A.
Pada bulan januari 2017, PT Cahaya Mandiri membeli sebuah gedung bertingkat di
Jakarta. Gedung ini mempunyai nilai perolehan sebesar Rp 35.000.000.000 nilai residu
Rp 500.000.000 Gedung ini mempunyai masa manfaat selama 25 Tahun.
Selain itu diketahui aset perusahaan ini berupa :

a. Mobil perusahaan dengan harga perolehan Rp 350.000.000, dibeli pada awal tahun
2015, dengan metode penyusutan saldo menurun dan masa manfaat selama 10 tahun
b. Mesin dengan harga perolehan Rp 90.000.000, dibeli pada bulan Juli 2015, dengan
masa manfaat selama 15 tahun. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus.
Hitunglah :
1) Penyusutan secara komersiil 2017
2) penyusutan secara fiskal 2017
3) penyusutan fiskal 2017 (fasilitas penyusutan dipercepat)
4) Jurnal koreksi
Jawab
1) Penyusutan Komersial
a. Gedung: (harga- nilai residu)/masa manfaat
= (35.000.000.000 – 500.000.000)/25
=1.380.000.000
b. Mobil
Tahun

Nilai Buku

Penyusutan (20%)

2015

350.000.00

70.000.000

Nilai Sisa Buku
350.000.000
280.000.000

2016

0
280.000.00

56.000.000

224.000.000

2017

0
224.000.00

44.800.000

179.200.0

0
c. Mesin
Tahun
2015
2016
2017

Penyusutan = (harga /15) x (bulan/12)
3.000.000
(90.000.000/15) x (6/12)
6.000.000
6.000.000

Total Penyusutan Komersial : 1.439.800.000
2) Penyusutan Fiskal
a. Gedung : Harga x Tarif : 35.000.000.000 x 5% : 1.750.000.000
b. Mobil
Tahun

Nilai Buku

Penyusutan (25%)

Nilai Sisa Buku
350.000.000

2015

350.000.000

87.500.000

262.500.000

2016

262.500.000

65.625.000

196.875.000

2017

196.875.000

49.218.750

147.656.250

c. Mesin
Tahun

Penyusutan ( Harga x Tarif x (bulan/12))

2015

2.812.500

2016

5.625.000

2017

5.625.000

(90.000.000 x 6,25%) x (6/12)

3) Penyusutan fiskal 2017 ( fasilitas penyusutan dipercepat)
a. Gedung = Harga x Tarif : 35.000.000.000 x 10% = 3.500.000.000
b. Mobil
Tahun

Nilai Buku

Penyusutan (50%)

Nilai Sisa Buku
350.000.000

2015

350.000.000

175.000.000

175.000.000

2016

175.000.000

87.500.000

87.500.000

2017

87.500.000

43.750.000

43.750.000

c. Mesin
Tahun

Penyusutan ( Harga x Tarif x (bulan/12))

2015

5.625.000

2016

11.250.000

2017

11.250.0

(90.000.000 x 12,5%) x (6/12)

Total penyusutan fiskal 2017 ( fasilitas penyusutan dipercepat) : 3.571.875.000
4) Jurnal
Komersial
Depreciation Expense

1.439.800.000

Accumulated Depreciation Expense 1.439.800.000

Koreksi
Depreciation Expense

2.132.075.000

Accumulated Depreciation Expense 2.132.075.000
Perpanjangan Kompensasi Kerugian
Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh)
tahun, dengan ketentuan sebagai berikut :
1.

tambahan 1 tahun : Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha
tertentu yang dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat;

2.

tambahan 1 tahun : apabila Wajib Pajak yang melakukan Penanaman
Modal baru mengeluarkan biaya untuk infrastruktur ekonomi dan/atau sosial di lokasi
usaha paling sedikit sebesar Rp10.000.000.000,00;

3.

tambahan 1 tahun : Apabila menggunakan bahan baku dan atau
komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke 4;

4.

tambahan 1 atau 2 tahun :
a. tambahan 1 tahun apabila memperkerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga
kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut; atau
b. tambahan 2 (dua) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 1000 (seribu)
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

5.

tambahan 2 tahun : Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan
pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi
produksi paling sedikit 5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun;

6.

tambahan 2 tahun : Apabila Penanaman Modal berupa perluasan dari
usaha yang telah ada pada Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah
Tertentu yang diatur pada ayat (1) huruf a dan/atau huruf b sebagian sumber
pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax) Wajib Pajak pada satu
tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip perluasan penanaman modal;
dan/atau

7.

tambahan 2 tahun : Apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari nilai total penjualan, untuk Penanaman Modal pada bidang-bidang
usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang dilakukan diluar kawasan berikat.

Pelaksanaan ketentuan perpanjangnan kompensasi kerugian adalah adalah sebagai berikut:
a.

diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai berproduksi secara
komersial atas penanaman modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada;

b.

besarnya kerugian fiskal sebagaimana dimaksud pada huruf a dihitung berdasarkan
proporsi laba setelah pajak (earning after tax) yang ditanamkan kembali dalam perluasan
usaha terhadap nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap pada akhir tahun pajak saat
dimulainya berproduksi secara komersial sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Contoh: PT. Minakjinggo berdiri pada tahun 2009. Pada Tahun Pajak 2016 Wajib Pajak
memperoleh laba fiskal sebesar Rp 20.000.000,00. Adapun keuntungan/ kerugian fiskal
tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai berikut :
2009 rugi Rp 65.000.000

2013 laba Rp 10.000.000

2010 laba Rp 5.000.000

2014 rugi Rp 5.000.000

2011 laba Rp 30.000.000

2015 Laba Rp 10.000.000

2012 laba Rp 5.000,000

Pada tahun 2014 PT minakjingo mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam
negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi sebanyak 6% dari jumlah
penanaman modal.
Jawab : Karena PT Minakjinggo memenuhi salah satu syarat perpanjangan kompensasi
kerugian, maka jangka waktu kompensasi diperpanjang selama 2 tahun.
PH netto

Kompensasi Kerugian

Tahun

Jumlah

2010

2011

2012

2013

2015

2016

2009

(65.000)

5.000

30.000

5.000

10.000

10.000

5.000

2010

5.000

2011

30.000

2012

5.000

2013

10.000

2014

(5.000)

2015

10.000

2016

20.000

15.000

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

1 43 21

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Usulan tata letak fasilitas lantai produksi di CV.Karya Mekar

0 18 43

Tinjauan seksi penagihan terhadap tata usaha piutang pajak kantor pelayanan pajak Bandung Karees Wilayah VII Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat

2 91 29

Tinjaun Atas Pelaksanaan Pemotongan Pajak Pertambahan Nilai Sewa Infrastruktur Tower Pada PT. Sarana Inti Persada Bandung

2 31 1

Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E Filling (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama Soreang)

12 68 1

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pengahsilan (SPT PPn) Dengan Menggunakan Elektronik Surat Pemberitahuan (E-SPT PPn 1111) Pada PT. INTI (Persero) Bandung

7 57 61

Analisis Atas Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wiliyah Kota Bandung

8 99 165