Rule of Law dan Hak Asasi Manusia

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Disusun Oleh:
Aldila Mega Trianita

(1413100040)

Rangga Aditya Putra

(1413100053)

Rifka Fidela

(1413100079)

Clarissa Welny Saleh

(1413100092)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2014
Rules of Law dan HAM | 1

DAFTAR ISI

Rules of Law dan HAM | 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hak asasi manusia atau disingkat dengan HAM sering diartikan sebagai hak yang
dimiliki seseorang sejak ia masih dalam kandungan, sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha
Esa. HAM berlaku secara universal. Dengan HAM kita tidak membedakan manusia
berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, budaya,
dan lain-lain serta menghormati hak asasi manusia lainnya. Seterusnya HAM dinyatakan
sebagai bagian dari hukum internasional.

Dalam kehidupan manusia, pasti adanya segelintir orang yang sengaja atau tidak sengaja
melanggar HAM, seperti pada kasus yang dialami oleh Marsinah, aktivis pejuang nasib
buruh dari Sidoarjo yang dibunuh dan hingga sekarang masih menjadi misteri pelaku
penculikkan, penyiksaan dan pembunuhannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk menjelaskan kasus Marsinah yang masuk dalam
ranah permasalahan hak asasi manusia dan menjelaskan upaya pemerintahan mengenai
problem ini serta solusi yang kita ambil mengenai kasus ini.
1.3 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana menjelaskan secara rinci pada kasus
Marsinah serta bagaimana menjelaskan upaya yang dilakukan pemerintahan serta solusi yang
kita ambil dalam menghadapi kasus ini.

Rules of Law dan HAM | 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HAM
Hak asasi adalah hak – hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan

kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau kebebasan, hak
milik dan hak – hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat
diganggu gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata – mata bukan dari
manusia sendiri tetapi dari Tuhan yang Maha Esa, yang dibawa sejak lahir. Hak – hak asasi
ini menjadi dasar hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM).
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak –
hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati
yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini
sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
2.2 Sejarah HAM
Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris
pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang
melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada
waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan


Rules of Law dan HAM | 4

hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna
Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi
sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke 13 di inggris. Pada masa raja Inggris John
Lackland (1199-1216) memerintah secara sewenang – wenang telah timbul protes keras
dikalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah piagam agung yang dikenal
dengan nama Magna Charta. Di dalam piagam ini pengertian hak asasi belum sempurna
karena terbatas hanya memuat jaminan perlindungan terhadap hak – hak kaum bangsawan
dan gereja.
Pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles I dengan
parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the hause of sommons) yang menghasilkan petition
of rights. Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak – hak istimewa harus
dengan izin parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan – tuduhan
yang sah.Perjuangan hak asasi manusia yang lebih nyata terjadi pada tahun 1689 ketika raja
willem III revolution. Revolusi ini besar mengawali babak baru kehidupan demokasi di
Inggris dengan suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.
Pemikiran John Locke mempengaruhi Montesquieu dan Rousseau sehingga

mereka menentang kekuasaan mutlak raja. Montesquieu menyusun teori trias politica, yaitu
konsepsi pemisahan kekuasaan antara legislative,eksekutif dan yudikatif. Sedangkan dalam
hukum du contract social Rousseau menyatakan bahwa Negara dilahirkan bebas yang tak
boleh dibelenggu oleh manusia lain termasuk oleh raja. Pandangan demikian ini
menmbulkan semangat bagi rakyat tertindas ,khususnya di prancis ,untuk memperjuangkan
hak asasinya.
Pemerintahan raja yang sewenang – wenang dan kaum bangsawan yang
feodalistik menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa pemerintahan
Raja Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale,
yaitu dewan nasional sebagai perwakilan bangsa perancis. Pada masa pemerintahan Raja
Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale, yaitu
dewan nasional sebagai perwakilan bangsa perancis. Masyarakat Perancis baru berani

Rules of Law dan HAM | 5

mengubah strukturnya dari feodalistis menjadi lama (kerajaan) dihapuskan dan disusunlah
pemerintah baru.

2.3 Jenis-Jenis HAM di Dunia
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia antara lain:

1.

Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
5. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilaN
Rules of Law dan HAM | 6

Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

2.4 Hubungan HAM dengan Negara Hukum (Rule of Law)
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan
atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama:
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan

melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah;
kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal,
melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum.
Sedangkan untuk Rule of law adalah istilah dari tradisi common law dan berbeda
dengan persamaannya dalam tradisi hukum Kontinental, yaitu Rechtsstaat (negara yang
diatur oleh hukum). Keduanya memerlukan prosedur yang adil (procedural fairness), due
process dan persamaan di depan hukum, tetapi rule of law juga sering dianggap memerlukan
pemisahan kekuasaan, perlindungan hak asasi manusia tertentu dan demokratisasi. Baru-baru
ini, rule of law dan negara hukum semakin mirip dan perbedaan di antara kedua konsep
tersebut menjadi semakin kurang tajam. Rule of law tumbuh dan berkembang pertama kali
pada negara-negara yang menganut system seperti Inggris dan Amerika Serikat, kedua
negara tersebut mengejewantahkannya sebagai perwujudan dari persamaan hak, kewajiban,
dan derajat dalam suatu negara di hadapan hukum. Hal tersebut berlandaskan pada nilai-nilai
hak asasi manusia (HAM), di mana setiap warga negara dianggap sama di hadapan hukum
dan berhak dijamin HAM-nya melalui sistem hukum dalam negara tersebut.
Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hokum
1. Demi kepastian hokum
Rules of Law dan HAM | 7


2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh
berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam
negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran.
Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas
pembelaan atau bantuan hukum. Berdasarkan pertemuan ahli hukum di bangkok tahun 1965
telah memperluas makna atau syarat Rule of law tersebut, yaitu:
 Adanya perlindungan konstitusional
 Adanya kehakiman yang bebas dan tidak memilihak.
 Pemilihan umum yang bebas
 Kebebasan untuk menyatakan pendapat
 Kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan beroperasi
 Pendidikan warga Negara
Sehingga, setiap undang-undang atau aturan dasar harus memuat nilai HAM sebagai asasasasnya.

2.5 Dasar-dasar HAM di Indonesia
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan menjadi :

a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X A
Pasal 28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini:

Rules of Law dan HAM | 8

 HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
**)”
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.**)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. **)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja “)
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggakannya, serta berhak kembali.**)

Rules of Law dan HAM | 9

2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.**)
Pasal 28 F
“Setiap

orang

berhak

untuk

berkomunikasi

dan

memperoleh

informasi

untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.**)”
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang rnerendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara politik dari negara lain. **)
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapalkan
lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memperoleh pefayanan kesehatan **)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.**)
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat. **)
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.**)
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. **)
Rules of Law dan HAM | 10

2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif **)
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.**)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, Terutama pemerintah.**)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. **)
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. **)
Ketetapan

MPR

Nomor

XVII/MPR/1998

tentang

Hak

Asasi

Manusia

Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam ketetapan MPR tersebut
disebutkan antara lain:
1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah
untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak
asasi manusia kepada seluruh masyarakat.
2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (mengesahkan) berbagai
instrumen hak asasi manusia internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945
3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara untuk
menghormati, menegakkan hak dan menyebarluaskan hak asasi manusia melalui
gerakan kemasyarakatan.

Rules of Law dan HAM | 11

4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian serta menyediakan
media tentang hak asasi manusia yang ditetapkan dengan undang-undang
5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan susunan Pandangan
dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia dan, Piagam hak asasi manusia
6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
ketetapan ini.
7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal 13 November 1998

Rules of Law dan HAM | 12

BAB III
PERMASALAHAN HAM DI INDONESIA

3.1 Permasalahan HAM di Indonesia
Menurut Undang-Undang Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan
pelanggaran hak asasi manusia, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.
Pelanggaran itu, bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, baik secara
perorangan ataupun kelompok. Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua
jenis, yaitu :
a.

Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :



Pembunuhan masal (genisida)



Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan



Penyiksaan



Penghilangan orang secara paksa



Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

b.

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :



Pemukulan



Penganiayaan



Pencemaran nama baik



Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Rules of Law dan HAM | 13



Menghilangkan nyawa orang lain
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan

keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada
pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain,
menjarah dan lain-lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara
aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering
terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat.
Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa
peristiiwa besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang
tinggi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti :
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang
berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi
pelanggaran HAM dimana terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan
penembakan.
b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong,
Jatim (1994)
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT
Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga
menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari
harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya
ditemukan sudah tewas.
d. Peristiwa Aceh (1990)
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban,
baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga
Rules of Law dan HAM | 14

dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh
merdeka.
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap
para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang
dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).
f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan
lainnya luka-luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang
warga sipil meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang
mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka).
g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999
di timor timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan
Persahabatan (KKP) Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.
h. Kasus Ambon (1999)
Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat
kemasala SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan
dan pembunuhan yang memakan banyak korban.
i. Kasus Poso (1998 – 2000)
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri
dengan bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II
Poso.

Rules of Law dan HAM | 15

j. Kasus Dayak dan Madura (2000)
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga
memakan banyak korban dari kedua belah pihak.
k. Kasus TKI di Malaysia (2002)
Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari
persoalan penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar.

3.2 Identifikasi dan Analisa Masalah HAM di Indonesia
Untuk membahas seluruh permasalahan mengenai HAM di Indonesia maka akan
sangat banyak. Diambil salah satu contoh pelanggaran HAM yang menarik dan masih
menimbulkan ketidakadilan dan menyisakan banyak tanda Tanya yaitu kasus aktivis buruh,
Marsinah. Marsinah (10 April 1969–Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT.
Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian
ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya
ditemukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda
bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono
(pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian
Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat
penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama. Kasus
ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No.
50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan
karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut
tentunya disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti
tambahannya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT.
Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah.

Rules of Law dan HAM | 16

Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993
menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 menjadi Rp 2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif
dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara
lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di
Tanggul Angin Sidoarjo.
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon
Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh
mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah
pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka
perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekanrekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah
seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak
perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut
unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka
dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan
mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo
untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim.
Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan
Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi
mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim
untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai
penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse
Polda Jatim dan beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap,
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang
kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa
Rules of Law dan HAM | 17

mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik
PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan
Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto,
Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari
kambing hitam pembunuh Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga
terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan,
Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat
rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke
rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono
(satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya
yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke
Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada
tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari
segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah
menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan
kasus ini adalah "direkayasa".

3.3 Tindak Lanjut Pemerintah dan Saran Penyelesaian
Untuk mengetahui pelaku dibalik penculikan, penganiyaan dan pemubunuhan
terhadap Marsinah, Pemerintah membuat suatu tim penyidik yang bertugas khusus untuk
menangani kasus Marsinah. Walaupun, sudah ditetapkan tersangka pada kasus ini namun
pada kenyataannya tersangka dibebaskan dari dakwaan. Pada Kasus Marsinah ini, kebenaran
tidak mampu diungkapkan sepenuhnya karena terdapat konspirasi besar di dalamnya.
Sebaiknya dibentuk suatu tim penyelidikkan yang independen dalam menganalisis
penyebab kematian Marsinah sehingga yang sebenarnya terjadi tidak terpengaruh oleh
kepentingan siapapun baik perusahaan yang mempekerjakan Marsinah maupun pihak lain
Rules of Law dan HAM | 18

yang diduga terlibat. Baik pihak yang terkait yang diduga dalang dibalik kasus Marsinah
sebaiknya tidak mengetahui jalannya penyidikan dan keberadaan tim penyidik sehingga
meminimalisir adanya intervensi pihak lain. Di samping itu, sebagai mahasiswa kita mampu
mempelajari kasus Marsinah lebih dalam, mengikuti berbagai seminar atau diskusi
mengenai pelanggaran HAM serta turut aktif dalam kegiatan sosial HAM yang tidak
anarkis.

Rules of Law dan HAM | 19

BAB IV
KESIMPULAN

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan Hak lahir yang dimiliki oleh semua orang
sejak lahir dan tidak dapat digantikan maupun diambil. HAM merupakan salah satu Hak
yang dilindungi oleh Negara manapun di Dunia dan keberadaanya tidak dapat ditolak. HAM
di Indonesia diatur oleh Undang-undang Dasar 1945. Pada Kasus Marsinah, aktivis buruh
yang meninggal setelah diculik dan dianiaya merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM
dalam hal menghilangkan nyawa seseorang. Walaupun sudah ada tindakkan pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini, namun akhir dari peradilan para tersangka yang dijatuhi
kebebasan membuat banyak kalangan yang meragukan kenetralan pemerintah dan kasus ini
masih menjadi tanda Tanya bagi banyak kalangan tentang keseriusan pemerintah dalam
menangani masalah pelanggaran HAM. Sebagai Mahasiswa yang dapat dilakukan adalah
mengikuti berbagai seminar atau diskusi mengenai pelanggaran HAM serta turut aktif dalam
kegiatan sosial HAM yang tidak anarkis.

Rules of Law dan HAM | 20

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_hukum
http://pemahamantentanghakasasimanusia.blogspot.com/
http://aria-herjon.blogspot.com/2009/04/hubungan-ham-dengan-negara-hukum.html
http://zuhdiachmad.blogspot.com/2010/05/ham-dalam-undang-undang-1945.html
http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/pengertian-pengertian-hak-asasi-manusia/

Rules of Law dan HAM | 21