Analisis Perencanaa n Pembangunan Daerah

TUGAS 3
Metode Penelitian Bisnis

PROPOSAL
TESIS

OLEH
HASANUDDIN
NIM. 530013214

POKJAR KOTA BIMA-UPBJJ UT MATARAM
MASA REGISTRASI 2018.1

UNIVERSITA TERBUKA
TAHUN 2018

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

1

PROPOSAL

TESIS
ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI
KABUPATEN BIMA (STUDI KASUS PERENCANAAN
PARTISIPATIF TAHUN 2015-2017)

OLEH
HASANUDDIN
NIM. 530013214

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Ceacilia Srimindarti, M.Si

Pembimbing Utama
Dr. Etty Puji Lestari

Pembimbing Pendamping 1
Dr. I Nyoman Nugraha, SE., MM
Pembimbing Pendamping 2

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN BIDANG MINAT SUMBER DAYA MANUSIA


POKJAR KOTA BIMA-UPBJJ UT MATARAM
MASA REGISTRASI 2018.1
UNIVERSITA TERBUKA
TAHUN 2018

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

2

Apa alasan instrumen yang akan digunakan harus diuji-coba untuk menilai validitas dan
reliabilitasnya?
Alasannya adalah diakrenakan beberapa argumen sebagai berikut:
a. Keabsahan atau Validasi data dalam penelitian, seperti yang terjadi pada
instrumen penelitian dilakukan dengan menentukan nilai validitas dan reliabilitas,
langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kehandalan dan kesahihan alat
ukur yang digunakan.
b. Uji validitas data untuk masing-masing dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
instrumen yang telah disusun mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, jika
dalam pengujian ada instrumen yang tidak valid, maka instrumen tersebut perlu

diperbaiki atau direvisi, sehingga bernilai valid dan layak digunakan.
c. Arikunto menyatakan bahwa uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran tentang adalah ketepatan alat ukur yang digunakan dan kemampuan ala
ukur mengukur apa yang akan diukur.
d.
Sementara mengapa harus relibael? Karena suatu data dinyatakan reliabel apabila
dua atau lebih peneliti yang sama dalam waktu yang berbeda haruslah
menghasilkan data yang sama, sekalipun diuji berulang. Karenanya reliabel
ini berkaitan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data temuan. Artinya, jika
suatu penelitian diterapkan pada objek yang berbeda dengan menggunakan
metode dan teknik penelitian yang sama akan dihasilkan hasil penelitian yang
sama.
e. Data harus valid dan reliabel karena data akan dipertanggung jawabkan secara
kebenaran ilmiah

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

3

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN PROPOSAL TESIS


Proposal Tesis dengan judul :
ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI
KABUPATEN BIMA (STUDI KASUS PERENCANAAN
PARTISIPATIF TAHUN 2015-2017)

Yang disusun oleh :
Nama

:

Hasanuddin

NIM

:

530013214

Porgam


:

Program Magister Manajemen Bidang Minat Sumber Daya Manusia

Bahwa Proposal Tesis tersebut dibuat sebagai persyaratan Penyusunan Tesis yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal Juli 2018.

Malang, 23 Maret 2018
Dosen Pembimbing,

Dr. Ceacilia Srimindarti, M.Si.

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

4

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.

Latar Belakang
Perencanaan berperan sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan

dalam skala daerah dan nasional. Daerah sebagai suatu bagian dari organisasi
pemerintahan harus menyusun perencanaan guna mencapai tujuan pembangunan
dengan memperhitungkan sumber daya yang dimiliki.

Perencanaan

karena

sedangkan sumber

keinginan

masyarakat

yang


tak

terbatas

diperlukan
daya

(anggaran) yang ada terbatas. Anggaran merupakan instrumen penting bagi
Pemerintah untuk menetapkan prioritas program pembangunan di tingkat daerah.
Anggaran dalam APBD menjadi dasar pengelolaan keuangan daerah untuk satu tahun,
yang mana merupakan hasil akhir dari proses perencanaan dan penganggaran daerah
selama setahun penuh sebelum tahun anggaran.
Dalam periode tahunan terdapat RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah),
yang merupakan hasil dari penjaringan aspirasi masyarakat melalui musrenbang
yang

dimulai dari tingkat desa/kelurahan hingga musrenbang tingkat kabupaten.

Selanjutnya rencana kerja dan pendanaan pada RKPD dijadikan pedoman dalam proses

pembuatan anggaran (penganggaran). Penganggaran diawali dengan penyusunan
PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) setelah diketahui informasi berapa
ketersediaan anggaran. PPAS berfungsi sebagai dokumen untuk pembicaraan
pendahuluan APBD yang menjembatani antara perencanaan (RKPD) dengan kebijakan
dan rancangan anggaran berdasar pada ketersediaan atau pagu anggaran. Kemudian
PPAS yang telah disepakati dijadikan pedoman untuk menyusun RAPBD yang
kemudian disahkan menjadi APBD.
APBD merefleksikan alokasi anggaran untuk melaksanakan program dan
kegiatan prioritas yang telah disepakati dalam dokumen PPAS untuk satu tahun

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

5

anggaran. Rencana pembangunan yang memperoleh alokasi anggaran tercermin dalam
pos belanja di APBD. Melalui belanja, Pemerintah menghasilkan barang dan jasa yang
ditujukan kepada masyarakat. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 261 (1) Perencanaan pembangunan Daerah
menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, politis, serta atas-bawah dan
bawah-atas., yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar dan lainnya.

Dari ketiga dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut (RKPD, PPAS
dan APBD) dapat diukur atau dinilai derajad konsistensi dan komitmen Pemerintah
Daerah bersama DPRD dalam hal mengakomodasi kebutuhan prioritas dan aspirasi
masyarakat dalam alokasi anggaran. Adanya konsistensi antar dokumen perencanaan
dan penganggaran diharapkan nantinya akan meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan keuangan dan pelayanan publik. Kegagalan menjaga integrasi dan
konsistensi ketiga dokumen tersebut dapat berdampak ketidakefektivan pada
pencapaian sasaran prioritas dan target pembangunan daerah, kinerja pelayanan publik
dan pada ujungnya

mempertaruhkan kredibilitas Pemerintah Daerah dalam

menjalankan amanat prioritas pembangunan nasional dalam formulasi prioritas
pembangunan daerah (Khusaini, 2009).
Sementara itu perencanaan pembangunan dalam bentuk kebijakan maupun
program dan kegiatan akan tinggal sebagai dokumen yang sia-sia jika tidak dikaitkan
dengan dokumen lainnya. Ini disebabkan karena anggaran merupakan bagian yang
sangat penting untuk merealisasikan rencana dan target-target pembangunan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Namun di sisi lain, keterbatasan anggaran semakin
menuntut adanya perencanaan yang matang agar pemanfaatan sumber daya yang

tersedia benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien (Mulyati dalam Meldayeni,
2011).
Konsistensi

antar

dokumen

perencanaan

dan

penganggaran

penting

diperhatikan karena merupakan indikator dalam menilai kinerja pemerintah daerah.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap capaian dari visi, misi, tujuan, sasaran dan
kebijakan yang telah direncanakan dalam dokumen perencanaan serta memiliki peran


Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

6

yang penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat melalui program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, seperti pendidikan dan kesehatan. Menyadari pentingnya peran
pemerintah daerah dalam proses pencapaian tujuan pembangunan, maka perlu
disiapkan dengan baik perencanaan dan penganggarannya, sehingga semua dokumen
perencanaan dan penganggaran di daerah harus dijaga konsistensinya.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa seperti yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan
makmur, baik material maupun spiritual perlu strategi pembangunan yang handal,
pembangunan yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam
menentukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri. Hal ini mengandung
arti bahwa masyarakat harus terlibat secara utuh dalam semua proses pembangunan.
Pembangunan merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat
dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan akurat. Untuk
mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek atau hal-hal
yang

harus

diperhatikan,

diantaranya

adalah

partisipasi

masyarakat

dalam

pembangunan.
Partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat secara
utuh dalam semua proses pembangunan yang diawali dari proses perencanaan
pembangunan. Partisipasi masyarakat mengenai kondisi dan kebutuhannya.
Selain itu, masyarakat akan lebih memercayai program pembangunan jika merasa
dilibatkan dan tumbuhnya rasa memiliki yang tinggi untuk ikut mengawasi jalannya
suatu pembangunan, sehingga pembangunan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah daerah menyiapkan Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai penjabaran dari RPJMD, dan RPJMD dalam
penyusunannya berpedoman pada RPJPD. Seluruh dokumen perencanaan pembangunan
yang disusun oleh pemerintah daerah, harus mengacu, memperhatikan dan
menyelaraskan dengan dokumen – dokumen perencanaan pembangunan pemerintah

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

7

provinsi dan pusat. RKPD Kabupaten yang disusun diserasikan dengan dokumen RKPD
provinsi dan RKP dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

1.2 Masalah
Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap hasil musrenbang Kecamatan
yang terealisasi pada Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Oleh sebab itu sangat memerlukan suatu perencanaan yang tepat, disamping
pengelolaan

keuangan dengan prinsip value for money yang berorientasi pada

kepentingan masyarakat (public oriented). Dalam upaya untuk melibatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, pemerintah melalui Musrenbang sesuai amanat
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan partisipatif
dan bagaimana perkembangannya dalam

penyerapan

partisipasi masyarakat pada

APBD Kabupaten Bima tahun 2015-2017, serta faktor-faktor yang memengaruhi
besar kecilnya penyerapan partisipasi masyarakat dalam APBD Kabupaten Bima
tahun 2015-2017
Adapun tujuan dilaksanakannya penyusunan adalah untuk mengetahui
prosentase kegiatan yang terealisasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
tahun Berjalan terhadap usulan yang bersumber dari Rencana Pembangunan Tingat

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

8

Kecamatan (RPTK), Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah, Pokok-pokok Pikiran
DPRD, Kunjungan Kerja Kepala Daerah dan Propoal Masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian
Dengan tersedianya Peneliian diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui realisasi Kegiatan terdapat pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) ;
2. Tersedianya Data dan Informasi terkait porsentase relaisasi kegiatan hasil
musrenbang Kecamatan;
3. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam rangka peningkatan dan pengembangan
bahwa musrenbang Kecamatan dapat memberikan dampak yang baik dalam
proses perencanaan pembangunan berbasis partisipatif .

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISIS
KERANGKA TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu
Mengikuti

Penelitian

sebelumnnya

seperti

tingkat

penyerapan

aspirasi

masyarakat dalam APBD serta berapa kegiatan dari jumlah kegiatan yang disepati
bersama pada tingkat kecamatan yang terdapat pada belanja langsung. Faktor yang
memengaruhi tingkat penyerapan aspirasi adalah (1) ketersediaan anggaran, (2)
kepentingan politik, (3) kualitas usulan, dan (4) tingkat kepentingan (urgensi).

2.2. Konsep Perencanaan
Dikutip dari Conyers (1994: 4), menurut Waterston perencanaan adalah usaha yang
sadar, erorganisasi, dan terus-menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik
dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sebenarnya makna
perencanaan sangat tergantung pada paradigm yang dianut. Dikutip dari Hadi,
menurut Davidoff, et al (2005:19) bahwa dari perspektif paradigm rasional
memberikan batasan tentang perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan masa
depan melalui suatu urutan pilihan. Kemudian menurut Dror dalam Hadi (2005)
perencanaan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan seperangkat keputusan
untuk melakukan tindakan masa depan. Sedangkan menurut Fridman dalam Hadi
(2005), perencanaan

merupakan

suatu

strategi

untuk pengambilan keputusan

sebelumnya sebagai suatu aktivitas tentang keputusan dan implementasi. Dari
beberapa definisi tersebut jelas bahwa perencanaan dapat dilihat sebagai bentuk strategi
yang diterapkan untuk organisasi publik maupun privat. Apabila dikaitkan dengan
perencanaan pembangunan daerah, maka perencanaan pembangunan yang dibuat
daerah berkaitan dengan pembangunan nasional. Oleh sebab itu, perencanaan

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

10

pembangunan daerah di samping menggambarkan kepentingan lokal juga merupakan
penjabaran dari perencanaan pusat (nasional). Menurut Abe (2002: 30) pengertian
perencanaan daerah ada 2 macam:
1. Perencanaan daerah sebagai suatu bentuk perencanaan (pembangunan) yang
merupakan implementasi atau penjabaran dari perencanaan pusat (nasional). Dalam
hal ini, bisa terjadi dua kemungkinan

yaitu (1) perencanaan

daerah adalah

bagian dari perencanaan pusat dan (2) perencanaan daerah adalah penjelasan
mengenai rencana nasional yang diselenggarakan di daerah. Proses penyusunannya
bisa dilakukan melalui top down atau bottom up.
2. Perencanaan

daerah sebagai suatu

hasil pergulatan

daerah

dalam

merumuskan kepentingan lokal. Dalam soal ini terjadi dua kemungkinan yaitu
(1)perencanaan daerah sebagi rumusan murni kepentingan daerah tanpa
mengindahkan koridor dari pusat dan (2) perencanaan daerah tidak lebih sebagai
kesempatan yang diberikan pusat untuk diisi oleh daerah.

2.3. Konsep Partisipasi
Dikutip dari Rahayu (2008:6), menurut Mubyarto bahwa partisipasi merupakan
ketersediaan membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap

orang

tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Partisipasi akan lebih menjamin
terakomodasinya kepentingan masyarakat dalam pembangunan. Keterlibatan masyarakat
secara aktif merupakan elemen kunci dalam pembangunan, dipengaruhi oleh kondisi
kontekstual tempat program pembangunan dilaksanakan. Terlebih lagi, partisipasi juga
beragam menurut kondisi dasar (nature) proyek pembangunan (Ali, 2007: 86). Di
sejumlah negara besar, partisipasi masyarakat dalam pembangunan terjabar pada sebuah
rangkaian jajaran dari partisipasi tingkat tinggi sampai partisipasi nominal. Keragaman
ini tergantung pada banyak faktor, termasuk model pembangunan, gaya manajemen,
tingkat pemberdayaan, dan konteks sosio-kultural suatu masyarakat. Kemauan politik
pihak pelaksana (implementator) program guna mendulang partisipasi dan potensi
kelompok sasaran agar berpartisipasi juga merupakan faktor penentu. Pemberdayaan

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

11

merupakan suatu onsep yang berputar di sekitar partisipasi. Tema ini mengimplikasikan
proses fasilitasi masyarakat agar mereka mampu memahami realitas lingkungannya,
memikirkan faktor-faktor yang membentuk lingkungan, dan bertindak untuk mendorong
perubahan demi perbaikan keadaan (Gajayanake and Gajayanake, 1996) .

2 . 4 . Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif

merupakan perencanaan yang melibatkan semua

(rakyat) dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi yang bertujuan untuk
mencapai kondisi yang diinginkan. Sedangkan menurut Abe (2002:81), perencanaan
partisipatif merupakan perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan
rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tujuan dan caranya harus dipandang sebagai satu kesatuan, di mana
suatu tujuan ditujukan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa
melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusan tersebut akan
berpihak pada masyarakat. Lebih lanjut, menurut Abe (2002: 71), langkah-langkah
perencanaan yang disusun dari bawah (bottom up) dan bukan dari perencanaan atas
inisiatif dari pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a. Penyelidikan
Penyelidikan

adalah

sebuah

proses

untuk

mengetahui,

menggali,

dan

mengumpulkan persoalan-persoalan bersifat lokal yang berkembang di masyarakat.
Penyelidikan di sini bukan sebagai kegiatan akademis, melainkan kegiatan yang
menjadi bagian dari upaya perubahan. Dalam proses ini, keterlibatan masyarakat
menjadi faktor kunci yang tidak bisa ditawar. Dengan demikian, proses
penyelidikan adalah

proses

mengajak

masyarakat

untuk mengenali secara

seksama problem yang mereka hadapi.
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Data

atau

informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah sedemikian rupa sehingga

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

12

diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh, dan mendalam.
c. Identifikasi daya dukung
Dalam masalah ini daya dukung tidak diartikan sebagai dana kongkrit (uang),
melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktivitas
dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung sangat
tergantung pada (1) persoalan yang dihadapi, (2) tujuan yang hendak dicapai, dan
(3) aktivitas yang akan dilakukan. Kejelasan mengenai segi-segi ini pada dasarnya
akan sangat membantu dalam memahami apa yang dimiliki oleh masyarakat. Daya
dukung yang dimaksudkan pada permasalahan ini bisa bermakna ganda yaitu (1)
daya dukung konkrit, aktual, ada tersedia dan (2) daya dukung yang merupakan
potensi (akan ada atau bisa diusahakan). Pemahaman mengenai daya dukung ini
diperlukan agar rencana kerja yang disusun tidak bersifat asal-asalan, tetapi
benar-benar merupakan hasil perhitungan yang tepat.
d. Perumusan tujuan
Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai, sesuatu keadaan yang diinginkan
(diharapkan), dan karena itu dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya. Untuk
menghasilkan program pembangunan yang efektif, syaratnya

adalah sebagai

berikut:
1. Transparan, bahwa proses dan mekanisme pengambilan keputusan yang
dibangun sejak mulai tingkat kelurahan sudah diketahui dan dapat dipantau
oleh masyarakat.
2. Responsif, bahwa program pembangunan yang dihasilkan lebih disebabkan
adanya upaya merespon apa yang menjadi isu di masyarakat, bukan karena
rancangan dari pihak-pihak tertentu saja.
3. Partisipatif, keterlibatan masyarakat menjadi satu keniscayaan dalam pengertian
perumusan yang terjadi dilakukan bersama dan selalu memerhatikan
masalah/isu yang diangkat oleh masyarakat.
4. Akuntabel, sepanjang seluruh proses dilakukan secara transparan, menjawab
kebutuhan dan melibatkan masyarakat dalam berbagai tahapan, hasilnya pasti

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

13

dapat dipertanggungjawabkan.
e. Menetapkan langkah-langkah secara rinci Penetapan langkah - langkah adalah
proses menyusun apa saja yang akan dilakukan. Sebetulnya proses ini merupakan
proses membuat rumusan yang lebih utuh, perencanaan dalam sebuah rencana
tindak. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat (1) apa yang akan
dicapai, (2) kegiatan yang hendak dilakukan, (3) pembagian tugas atau pembagian
tanggung jawab (siapa bertanggung jawab atas apa), dan (4) waktu (kapan dan
berapa lama kegiatan akan dilakukan). Untuk menyusun langkah yang lebih
baik, maka diperlukan kejelasan rumusan dengan

menggunakan

pernyataan

tegas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda- beda.
f. Merancang anggaran
Perencanaan anggaran di sini bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu
usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang
Penyusunan

anggaran

ini

tersedia.

akan sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah

perencanaan. Kekeliruan dalam menyusun alokasi, akan membuat suatu rencana
kandas di tengah jalan. Anggaran juga bisa bermakna sebagai sarana kontrol.

2.5.

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Slamet

pembangunan
dalam

(2003:8)
adalah

menyatakan

partisipasi

masyarakat

dalam

sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut

kegiatan-kegiatan

menikmati

bahwa,

pembangunan, dan ikut

serta

memanfaatkan

dan

hasil-hasil pembangunan. Hal senada juga di ungkapkan Adisasmita

(2006: 34) bahwa partisipasi anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek
pembangunan

yang

dikerjakan

di dalam masyarakat lokal. Bryant and White

menyatakan bahwa partisipasi masyarakat didorong melalui (1) proyek pembangunan
bagi masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat;
(2) organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat; dan (3) peningkatan peranan masyarakat dalam

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

14

pembangunan (Rahayu, 2008: 6).
Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling belajar
melalui pendekatan learning by doing menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup
yang lebih baik. Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan,

keterampilan

maupun sikap yang merupakan potensi untuk pembangunan.
Menurut Adi (2008: 110) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan ataupun
keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah, pengidentifikasian
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif,
solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya
keterlibatan masyarakat

dalam

proses

mengatasi

mengevaluasi

Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap

masalah, dan juga

perubahan yang terjadi.

perubahan ini

masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat semakin memiliki

akan

membuat

ketahanan

dalam

menghadapi perubahan. Sebaliknya, bila masyarakat tidak dilibatkan dalam berbagai
tahap perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap perubahan yang direncanakan
oleh pelaku perubahan (misalnya, pihak lembaga pemerintah, LSM, maupun sector
swasta), masyarakat cenderung akan menjadi lebih dependent (tergantung) pada
pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, maka ketergantungan
masyarakat pada pelaku perubahan akan menjadi semakin meningkat.
2.5.

Partisipasi Masyarakat dalam APBD
Menurut Suharto (2006), masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki

perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas,
kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya tinggal pada
satu tempat yang sama. Sedangkan menurut Budiardjo dalam Fadil (2013),
mengutip pendapat Harold J. Laski, bahwa masyarakat adalah suatu kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginankeinginan mereka bersama (a society is a group of human beings living together
and working together for the satisfaction of their mutual wants).

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

15

2.6.

Kerangka Pemikiran
Menghadapi kondisi Kabupaten Bima dengan kompleksitas permasalahannya

dibutuhkan

suatu kajian yang mendalam untuk merumuskan strategi/perencanaan

pembangunan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik, agar anggaran daerah
lebih dekat dengan gerak dinamis kebutuhan dan prioritas masyarakat. Adapun
kerangka

pemikiran

yang mendasari pendekatan tersebut, secara diagramatis dapat

sebagai berikut :
Analisis Perencanaan Pembangunan
wawancara

Pengkajian Dokumnen

Perencanaan Partisipatif
Proses dan Pengembangan
Perencanaan dalam Penyerapan
pada APBD

Faktor yang
mempengaruhi usulan
Kesimpulan dan
Rekomendasi

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

16

2.7.

Perencanaan Anggaran
Proses perencanaan anggaran merupakan salah satu langkah penting dalam

pengelolaan anggaran. Sejak dua belas bulan sebelum tahun anggaran dimulai, proses
perencanaan anggaran sudah mulai berjalan (BPKP, 2012). Menurut Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (2013:127) perencanaan sebagai acuan bagi
penganggaran pada dasarnya adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan,
belanja,dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu.
Aspek perencanaan yang tidak matang dalam penentuan anggaran yang akan
disajikan akan berdampak pada tidak akan berjalannya program kerja dengan baik, hal
ini dikarenakan tidak selarasnya antara perencanaan anggaran dan program kerja yang
akan dilaksanakan sehingga menjadi salah satu faktor penyebab minimnya penyerapan
anggaran (Arif&Halim, 2013).
Persiapan dokumen perencanaan anggaran bukanlah proses yang mudah.
Dibutuhkan dokumen pembangunan nasional strategis yang menyeluruh yang
digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan anggaran (Hovart, 2005}.
Glenngard & Maina (2007) mengidentifikasi permasalahan terkait dengan kemampuan
untuk menghabiskan anggaran yang tersedia disebabkan oleh terpecahnya proses
perencanaan dan alokasi keuangan karena lemahnya kapasitas perencanaan di semua
tingkatan dalam sistem. Pendekatan top-down yang diterapkan di tingkat pusat tanpa
kejelasan peran dan tanggung jawab, arahan yang tidak tepat dan komunikasi yang
buruk menyebabkan ketidakpastian dan menghambat proses perencanaan bagi SKPD
terkait.

2.8.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran

merupakan

sebuah

instrument

pemerintah

dalam

menyelenggarakan roda pemerintahan. Kebijakan suatu pemerintah membutuhkan
sumber daya berupa alokasi anggaran yang tertuang dalam APBD. Menurut
Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang kemudian diganti dengan Permendagri No.
59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD adalah

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

17

rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD
merupakan operasionalisasi dari berbagai kebijakan yang ditetapkan, maka harus
mencerminkan suatu kesatuan sistem perencanaan yang sistematisdan dapat dianalisis
keterkaitan/benang merahnya

dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, sangat penting bagi pihak yang berkepentingan
terhadap kebijakan publik dalam memahami sistematika dalam perencanaan yang
bermuara pada anggaran (Nazaruddin, 2005: 1).

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

18

BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian
Fokus

dalam

penelitian

ini

adalah

pengkajian

mengenai

tingkat

konsistensi antar dokumen perencanaan dan penganggaran Kabupaten Tulungagung
bidang pendidikan dan kesehatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari dokumen
RKPD, PPAS dan APBD Kabupaten Tulungagung tahun 2010 hingga 2012.
Sedangkan data primer didapat dari wawancara dengan pejabat yang terkait dengan
perencanaan dan penganggaran daerah (Bappeda Kabupaten Tulungagung).
Metode analisis data menggunakan MKPP, yakni untuk menganalisis
konsistensi program dan kegiatan secara menyeluruh antara RKPD dan PPAS
serta antara PPAS dan APBD. Sedangkan konsistensi anggaran dianalisis dengan
korelasi.

Selanjutnya

diidentifikasi

apa

yang

menjadi

penyebab

terjadinya

ketidakkonsistenan antar dokumen dengan hasil wawancara penulis dengan pihak
Bappeda.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
lebih tepatnya di Kantor Bappeda Kabupaten Bima, Alasan pemilihan lokasi di
Kabupaten Bima adalah dikarenakan kedekatan peneliti dengan objek penelitian, di
mana Kabupaten Bima tempat peneliti bekerja sehingga mudah dalam pengumpulan
data.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Obesrvasi Lapangan
2. Studi Pustaka
3. Dokumentasi

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

19

3.4. Teknis Analisa Data
Fokus

dalam

penelitian

ini

adalah

pengkajian

mengenai

tingkat

konsistensi antar dokumen perencanaan dan penganggaran Kabupaten Bima bidang
Jalan dan Irigasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
dan data primer. Data sekunder didapat dari dokumen RKPD, PPAS dan APBD
Kabupaten Bima tahun 2015 hingga 2017. Sedangkan data primer didapat dari
wawancara dengan pejabat yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran
daerah (Bappeda Kabupaten Bima).
4.
Metode analisis data menggunakan MKPP, yakni untuk menganalisis
konsistensi program dan kegiatan secara menyeluruh antara RKPD dan PPAS
serta antara PPAS dan APBD. Sedangkan konsistensi anggaran dianalisis dengan
korelasi.

Selanjutnya

diidentifikasi

apa

yang

menjadi

penyebab

terjadinya

ketidakkonsistenan antar dokumen dengan hasil wawancara penulis dengan pihak
Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal atau obyektif akan tetapi internal atau
subyektif. Adapun yang dikatakan subyektif adalah berdasarkan penilaian peneliti
sendiri tanpa menggunakan tes, angket, atau eksperimen sedangkan

instrument

dengan sendirinya tidak menggunakan definisi operasional (Nasution, 1992: 29).
Instrumen

penelitian utama

yang

digunakandalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri dengan menggunakan wawancara mendalam (indepthinterview), sedangkan
untuk memandu wawancara peneliti menyiapkan panduan pertanyaan tentang halhal pokok yang ingin diketahui. Panduan ini mempermudah peneliti dalam
mengarahkanpembicaraan atau wawancara. Namum demikian halini tidak menutup
kemungkinan bahwa wawancara tersebut semakin berkembang sesuai dengan kondisidi
lapangan, seperti bola salju (snowball). Alat bantu yang digunakan metode wawancara
ini adalah taperecorder dan catatan-catatan wawancara.

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

20

3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian inimenggunakan wawancara dan
pengkajian dokumen.Hal ini di dasarkan atas pendapat Lincoln dan Gubadalam
Firman, (1997) yang menyatakan pengumpulandata kualitatif menggunakan wawancara,
observasi,dan dokumen (catatan atau arsip). Secara rincipengumpulan data dalam
penelitian ini diperolehdengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1.

Pengkajian dokumen
Dokumen yang digunakan untuk mendapatkaninformasi dalam penelitian ini
berupa: hasil Musrenbang Kecamatan, MusrenbangKabupaten, dan buku APBD
Kabupaten Bima.

2.

Wawancara
Wawancara

dengan

informan

sebagai

narasumber

data

dan

informasi

dilakukandengan tujuan penggalian informasi tentangfokus penelitian dan
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu untuk mengetahui faktorfaktor yang memengaruhi besar atau kecilnya penyerapan aspirasi masyarakat
dalam APBD Kabupaten Bima.
3.6. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.6.1. Penyerapan

Partisipasi

Masyarakat

dalam APBD Kabupaten Bima

Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan
menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang
disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti
dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan
prioritas (urutan berdasarkan

besar kecilnya tingkat kepentingannya),

dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan
terlaksana pula secara efektif dan efisien (Adisasmita, 2006: 35).

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

21

3.6.2. Indikator

Penyerapan

Partisipasi

Masyarakat

dalam

Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Bima
Masyarakat dalam konteks pembangunan merupakan unsur utama, oleh sebab
itu partisipasi masyarakat menjadi hal paling mendasar yang harus diserap agar
pembangunan yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan terarah. Tanpa adanya
partisipasi masyarakat, maka pembangunan akan bermakna ganda: pertama, sebagai
ajang tipu elit kepada masyarakat dan kedua, sebagai perwujudan demokrasi palsu,
sebab pembangunan tidak lebih sebagai gagasan dan kepentingan elit belaka.
Secara definitif, konsep partisipasi mengandung dua pengertian, partisipasi di
tingkat ide dan partisipasi di tingkat peran struktural. Di tingkat ide, konsep partisipasi
berarti sejumlah gagasan verbal dari lapisan masyarakat manapun. Di tingkat peran
dalam struktur, adalah keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan (Amiruddin, 2003: 3)
dan apabila mengacu

pada

Undang-Undang

No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 yang
mengatur Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah, Undang-Undang No. 32 dan 33
Tahun 2004 mengatur perencanaan dan penganggaran di daerah, dengan jelas dan tegas
dinyatakan bahwa rakyat berhak untuk ikut dalam penyusunan dan pengembalian
keputusan anggaran. Sehubungan dengan hal tersebut, maka indikator yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu merujuk kepada proses dan hasil Musrenbang Kabupaten
Bima, program kerja SKPD yang berhubungan dengan belanja langsung dan faktorfaktor yang berpengaruh dalam penyerapan partisipasi masyarakat di APBD adalah :
a. Musrenbang Kabupaten Bima
Proses perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat desa dimulai
sejak tahun 1981 dengan

dikeluarkannya

Instruksi

Menteri Dalam Negeri No. 4

Tahun 1981 tentang Mekanisme Perencanaan dari Bawah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan
Pengendalian Pembangunan

di

Daerah

(P5D)

yang bertujuan untuk memadukan

perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning) dengan perencanaan dari atas ke
bawah (top down planning).

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

22

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UndangUndang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan
adanya

penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran nasional, baik pada

aspek prosesdan mekanisme maupun tahapan pelaksanaan musyawarah perencanaan di
tingkat pusat dan daerah. Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan
tersebut diperlukan koordinasi antarinstansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku
pembangunan, melalui suatu forum yang disebut sebagai

Musyawarah Perencanaan

Pembangunan atau Musrenbang. Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk
menghasilkan kesepakatan antarpelaku pembangunan tentang rancangan RKPD, yang
menitikberatkan

pada

pembahasan

untuk

sinkronisasi

rencana

kegiatan

antarkementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional
dan daerah.
Musrenbang Kabupaten bertujuan untuk melakukan sinkronisasi antara usulan
masyarakat dari hasil Musrenbang Kecamatan yang dilakukan di masing-masing
kecamatan dengan Renja SKPD dan penentuan skala prioritas dari setiap kegiatan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dibentuklah Tim Perumus Musrenbang Kabupaten
Lombok Utara sekaligus sebagai delegasi Kabupaten Bima(masyarakat) untuk
mengikuti forum SKPD dan Musrenbang tingkat provinsi.
Lebih lanjut, Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa proses perencanaan pembangunan
menganut 4 pendekatan yaitu (1) pendekatan politik, (2) pendekatan teknokratik,
(3) pendekatan

partisipatif, dan (4)pendekatan

atas-bawah (top

down)

dan

pendekatan bawah-atas (bottom up).

b. Program Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Terbitnya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerahmemberi kejelasan hukum dan arah tindakan dalam proses

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

23

perumusan

perencanaan

pembangunan,karena

sejak

Proklamasi

RepublikIndonesia, baru kali inilah perencanaanpembangunan

Kemerdekaan

nasional dituangkan

dalam bentukundang-undang. Dalam undang-undang tersebut, dokumen perencanaan
pembangunan

nasionalterdiri

dari

perencanaan

pembangunan

secara terpadu oleh kementerian/lembaga dan perencanaan
pemerintah daerah
Pembangunan

sesuai

Jangka

dengan

Panjang

kewenangannya

yangdisusun

pembangunan

mencakup (1)

oleh

Rencana

(RPJP) dengan periode 20 tahun, (2) Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan periode 5 tahun, dan (3) Rencana
Pembangunan Tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKP dan RKPD) untuk periode 1(satu) tahun. Tugas pokok
dan fungsi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)/Organisasi Perangkat Daerah
sangat penting artinya dalam penyusunan perencanaan pembangunandaerah.

Salah

satu dokumen perencanaan daerahyang secara eksplisit berisi tugas pokok dan
fungsi SKPD adalah Rencana Strategis SKPD.

RencanaStrategi

(Renstra) yang

disusun oleh SKPD memuatvisi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas danfungsi SKPD tersebut.

3.6.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Partisipasi Masyarakat
dalam APBD Kabupaten Bima
Faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD
Kabupaten Bima dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.

Ketersediaan Anggaran
Tingkat ketersediaan dana dalam APBD menjadi faktor utama yang

memengaruhi tingkat penyerapan partisipasi masyarakat. Jumlah kegiatan yang
diusulkan oleh masyarakat selalu berbanding terbalik dengan anggaran yang tersedia.
Kondisi ini tentu akan terus terjadi hingga masa-masa datang, mengingat tingkat
kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh sebab itu, diperlukannya sinkronisasi
antara rencana pembangunan pemerintah daerah yang tertuang dalam RPJMD dan
Renja SKPD dengan kebutuhan masyarakat melalui forum perencanaan pembangunan,

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

24

seperti Musrenbang dan forum SKPD. Masyarakat juga diharapkan lebih cerdas dalam
membuat usulan kegiatan dengan benar-benar memerhatikan tingkat prioritas dan
urgensi suatu kegiatan. Hal ini tentu dapat dilakukan dengan apabila adanya kerja sama
yang baik antara masyarakat dan para stakeholder di tingkat kabupaten (eksekutif dan
legislatif) untuk membuka akses informasi seluas- luasnya kepada masyarakat.
b.

Kepentingan Politik
APBD seringkali menjadi ajang pertarungan politik, mulai elit politik di

tingkat desa maupun kabupaten (eksekutif dan legislatif), akibatnya banyak dari
kegiatan-kegiatan yang diusulkan dalam APBD merupakan

kegiatan “titipan” dari

pihak- pihak tertentu yang sudah pasti bukan merupakan hasil dari penyerapan
partisipasi masyarakat dalam Musrenbang, walaupun secara penganggaran relative
kecil. Fakta yang terjadi di Kabupaten Bima bahwa kegiatan-kegiatan titipan tersebut,
terkait dengan kegiatan-kegiatan fisik yang juga relevan dengan usulan Musrenbang,
sehingga pengaruhnya tidak terlalu nyata.
Intervensi politik memang sudah bukan lagi rahasia umum. Dengan dalih untuk
kepentingan masyarakat, berbagai pihak seringkali dengan kekuasaan yang dimilikinya
memaksakan suatu kegiatan untuk dimasukkan ke dalam APBD.
c.

Kualitas Usulan
Keterlibatan masyarakat yang rendah dalam setiap proses pembangunan

sebagai dampak dari apatisme terhadap pemerintah, ketidaktahuan akan perannya
dalam pembuatan keputusan, dan rendahnya tingkat pendidikan serta kurangnya
informasi yang dimiliki menyebabkan kualitas program/kegiatan yang diusulkan sangat
rendah. Akibatnya, masyarakat melalui perangkat desanya berlomba-lomba untuk
membuat usulan program/kegiatan sebanyak-banyaknya tanpa memerhatikantingkat
kebutuhan rogram/kegiatan tersebut. Selainitu, kecenderungan masyarakat untuk
mengusulkan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik (infrastruktur) dari pada kegiatankegiatan pemberdayaan ekonomi juga menyebabkan kurangnya partisipasi mereka
dapat diserap dalam APBD.

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

25

d.

Tingkat Kepentingan (Urgensi)
Prioritas suatu kegiatan biasanya ditentukan oleh seberapa besar tingkat

kebutuhan dan kepentingannya. Pada rentang waktu dari hasil penyusunan
Musrenbang ke proses penyusunan RAPBD hingga penetapan APBD dan APBD
Perubahan biasanya dapat memengaruhi prioritas dari usulan yang telah ditetapkan
dalam Musrenbang. Dalam rentang waktu tersebut banyak hal bisa terjadi, seperti
rusaknya infrastruktur akibat bencana alam ataupun aturan-aturan, adanya aturanaturan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat mengharuskan pengalokasian
dana pada pos-pos tertentu. Hal ini akan menyebabkan pergeseran-pergeseran bahkan
dihapuskannya suatu kegiatan yang dianggap belum benar-benar penting walaupun
kegiatan-kegiatan tersebut sudah disepakatisebelumnya dalam Musrenbang.

3.7. Daftar Pustaka
Bappeda Kabupaten Bima. 2015-2017. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Bima: Pemkab.Bima.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung. 2010-2012. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Tulungagung: Pemkab. Tulungagung.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung. 2010-2012. Plafon Prioritas Anggaran
Sementara (PPAS).Tulungagung: Pemkab. Tulungagung.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Bima (Studi Kasus Perencanaan Partisipatif Tahun 2015-2017)

26

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63