Perbedaan penerimaan kondisi fisik dari penderita paraplegia korban gampa yang mendapatkan pendampingan psikologis dan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis - USD Repository

  

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI

PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA

  

NIM : 029114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI

PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA

  

NIM : 029114010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersuka cita.

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan

bersorak-sorak

  

(Mzm 126:3,5)

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN,

Yang menjadikan langit dan bumi

(Mzm 124: 8)

  Kupersembahkan karya untuk,

Orang tua ku yang telah mendukung dengan kasih dan memberikan yang terbaik

bagiku Adik-adik yang telah membantu dengan semangat yang diberikan

  

Putri “kekasih hati” yang dengan semangat dan dukungan yang diberikan secara

terus menerus

Semua orang yang telah menginspirasiku dan memberiku semangat untuk terus

maju.

  I Love You All

  

PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI

PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN

PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS

Bonaventura Bhuwana Yudistira

  

ABSTRAK

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penerimaan diri para kurban gempa bumi yang menderita kecacatan fisik yaitu penderita paraplegia. Penelitian ini adalah penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerimaan diri korban bencana yang menderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang pria dan wanita yang mendapatkan pendampingan dan 30 orang pria dan wanita yang tidak mendapatkan pendampingan. Data diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,3 dengan koefisien realibilitas sebesar 0,969. Data penelitian dianalisis menggunakan uji-t, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara membandingkan dengan t hitung dengan t tabel. Hasil perhitungan menunjukkan

  

mean empiris penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar dibandingkan

mean empiris yang tidak mendapatkan pendampingan (176 > 133). Dari hasil uji-t didapatkan t

  hitung 18,584 dan t tabel sebesar 1,671 serta p=0,000. Karena t hitung lebih besar (>) daripada t tabel, dan nilai p < 0,005 dengan demikian hipotesa penelitian ini diterima. Artinya, penerimaan diri penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar atau lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan.

  Kata Kunci : pendampingan, penerimaan diri, paraplegia

  

THE DIFFERENCES OF PHYSICAL CONDITION ACCEPTANCE OF

PARAPLEGIC DISABILITY BECAUSE EARTHQUAKE

WICH RECEIVED PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE

AND NOT RECEIVED ANY PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE

Bonaventura Bhuwana Yudistira

  

ABSTRACT

The purpose of this research was to see the differences of physical condition of

acceptance from paraplegic disability keep up with that assistance and not received any

resistance.This research was an comparison research. This hypothesis in this research was self

acceptance that disaster victims who have suffered paraplegia better mentoring or higher than

paraplegia patients who did not received any assistance. Subjects in this study consisted of 30 men

and women who received assistance and 30 men and women who did not received any assistance.

Data obtained by using self- acceptance scale. Scale using the power of discrimination limit ≥ 0.3

values with reliability coefficient of 0.969. Research data were analyzed using t-tests, and in

determining acceptable or reject the hypothesis, carried out by comparing the calculated t with t

table. The calculations showed a mean empirical paraplegia patients who received greater

assistance than the empirical mean not received any assistance (176>133). From the results

obtained t-test and t table 18,584 of 1,671, and p = 0.000. Because the calculated t is greater (>)

than t table, and the p-value < 0.005 with the hypothesis that this research is received. That is,

self-acceptance that disabled people get assistance paraplegia bigger or better than paraplegia

with disabilities who do not get assistance.

  Key Word : assistance, self-acceptance, paraplegia

  

KATA PENGANTAR

Puji Syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan,

penyertaan, dan kasihNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga

dengan bantuan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus, Pelindungku, Tumpuan hidupku, Tujuan hidupku, Sahabatku, Guruku. Terima kasih Tuhan karena telah menuntun jalanku hingga saat ini. Walaupun kadang aku tidak setia dengan malas mengerjakan dan kesalahan-kesalahanku yang lain, Engkau selalu datang dengan bisikan yang lembut dan meneduhkan hatiku, sehingga aku sering

kali terselamatkan oleh karena Belas Kasihmu. Terima Kasih Tuhan.

  

2. Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi selaku Kepala Program Studi Psikologi.

  4. Ibu A. Tanti Arini, S Psi., M Psi., selaku dosen pembimbing akademik.

  Terimakasih ibu sudah sangat sabar dan memberikan keceriaan sekaligus ketegasan dalam menyelesaikan studi. Terima kasih pula atas bimbingan ibu beberapa tahun terakhir kepada saya selama menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma ini.

  

5. Ibu M. L. Anantasari yang sudah sangat sabar dalam membimbing

kemajuan skripsi dan selalu memberikan semangat, senyuman dan dorongan. Terimakasi ibu, atas bimbingan dan nasehat-nasehatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

6. Bapak dan ibu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukkan

yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

  

7. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji dan Mas Doni. Terima kasih atas

keramahan dan sapaan yang diberikan setiap waktu, dan telah banyak membantu dalam banyak hal dan memberi kemudahan bagi penulis selama penulis belajar di fakultas psikologi ini

  

8. Pak Gi, terimakasih atas segala senyuman, semangat, dan ketulusan hati

bapak dalam melayani kami selama kami belajar di fakultas ini

  

9. Papa dan Mama tercinta yang selalu terus memberikan semangat. Terima

kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, dukungan, jerih payah dan segala- galanya. Kesabaran untuk menunggu sehingga akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini.

  I Love You Mam n Pap….

  

10. Bimo dan Dimas, adik-adikku yang selalu memahamiku dan

mendukungku hingga aku berhasil sampai sejauh ini. Thanks ya bro … 11.

  Tyas Ajeng Chris “cakmano” Putri. Kekasihku, sahabatku dan teman dalam suka dan duka.Temen ngobrol sekaligus temen berkelahi, berneda pendapat. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa dan kesabaranmu kepadaku, tanpa itu mustahil bagiku untuk bisa sampai sejauh ini. Terimakasih untuk bisa selalu disisiku ya….Doaku dan berkat Tuhan selalu besertamu

  

12. Eyang Soewondo kakung (alm) dan eyang putri, eyang Roesnawi kakung

dan putri. Matur nuwun kagem doa dan restu yang selalu diberikan terus menerus. Semoga cucu mu ini bisa memberikan yang terbaik buat eyang semuanya.

  

13. Om-om, tante-tante, tante Rita yang memberiku semangat dan pantang

menyerah dan selalu memberiku makanan yang enak- enak, hehehe…. dan sodara, sepupuku semua yang selalu mendukung, menyemangatiku dan mendoakanku supaya aku dapat menyelesaikan skripsiku. Dita, makasi ya uda mau kur epotin untuk cari buku yang jauh letakny, he…Terimakasi semuanya…. I Love You All

  

14. Temen-temen seperjuangan yang membuat hidupku lebih bersemangat dan

penuh arti: Aan, Hoany, Tisa, dan Iant “Tiny”. Aan makasih uda jadi temen ngobrol dalam hal skripsi, kerjaan sampai masalah-masalah yang pribadi, hehehe….Hoany kapan lagi makan lotek baeng-bareng, hehe….Thanks ya hany untuk perhatian mu ke aku . Tisa „artis kita‟…ayo kapan ke perpus lagi nongkrong, hehe…Makasi ya atas doa, dukungan dan nasehat yang diberikan ke aku, I always remember. Tinyyy….kapan ngejus bareng lagi neh…makasi uda mau menjadikan tempatmu berkumpul temen-temen, ngobrol bareng dan terimakasi untuk selalu mau kuajak pergi… God Bless You All

  

15. Robot, Kamcik, Bean, Ina dan Kucing. Wah aku akhirnya selesai

neh…..Terimakasi untuk dukungannya. Robot yang selalu kurepotin pinjem komputer untuk ngerjain statistic dan yang mau nemenin nongkrong kalo lagi suntuk, kalo mau nonton aja-ajak lagi ye.hehe he…. Ucik “kamcik”, yang selalu mendukungku dan ngajarin aku dari awal sampai sekarang, wah tidak terbilang sudah bantuan darimu, tunggu aku di Jakarta ya cik, ntar kita nongrong lagi. Bean yang selalu menyemangatiku dan mendukungku sampai saat ini. Ina dan Kucing dua ibu muda ini yang selalu berdoa dan menduk ung, walau kalian terpisah jauh, hiks…Betty, kapan kita di undang ke Singapura bet?  Thanks for all that you have done to me pren ….

  

16. Teman-teman Psikologi angkatan 2002 : Yanuar, Barjo, Windra, Danang,

Niko, Dodi, Dhani, Ellen, Nining, Dika, Dina, Ian “pongky”, Dimas, Ardi “eyang”, Wiwik, Panji, Ivanty, Obet, Vincent, Irfan, Rio, Ina “penari ular”, Iput, Echa dan semua temen yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasi atas pertemanan dan kebersamaan yang indah selama ini.

  

17. Karyawan YAKKUM : Ibu Maria, Mbak Retno, Pak Tomo, Ibu Nur, Ibu Ruth, Dokter Ester, bu Endang, mas Sigit, bu Gita, bu Sari, Bu Isti, Mbak Yuni, Mbak Yuli, Mbak Sheny, Mas Jimanto, Mas Bodro, Mas Kukuh, Pak Guruh, Mabak Dania, Mbak Dewi, Mas Sabarno, dan semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasihh atas pertemanan dan pengalaman yang berharga yang kalian berikan sehingga saya bisa bersyukur dan bisa diberikan kesempatan untuk melayani teman- teman kita yang luar biasa.

  

18. Temen-temen PS : Wawan, Mbak Lia, Mbak Edina, Vembri, Sius, Tina,

Mas Timbo, Bimo, Mbak Eni, Mbak Ike, pak Frans, Mas Muji. Terima kasih, kalian adalah guru-guruku dan rekan yang paling TOP dalam

membimbingku untuk mengembangkan kemampuanku. Thanks guys.

  

19. Mbak Thia. Terimakasih sudah percaya dan menerimaku menjadi bagian

dari pelayan di YAKKUM, sehingga aku bisa belajar menjadi guru, mendengarkan dan mengatur emosi dalam diriku, dan banyak hal lain yang diajarkan bagiku.

  

20. Mbal Lia Alva, terimakasih sudah mau membimbingku dalam

mengerjakan skripsi dan memberikan banyak kesempatan-kesempatan

besar dalam diriku, salah satunya mempertemuakan dengan “kekasihku”.

  

21. Lisna, guru statistik pertama ku, terimakasih ya atas bantuan dan

kesabaranmu sampai malam-malam mengganggumu hanya untuk mengajariku statistik .

  Kalo butuh temen ngobrol aku siap lo lis, he….

  

22. Temen-temen anak binaan YAKKUM : Mikocik Rohim, Ari, Puji, Ndaru,

Eko, Desta, Roisah, dan buanyak temen-temenku disana. Semangat ya teman, jangan takut, jangan minder karena kalian sangat hebat. Jadilah orang yang mandiri dan percaya diri dan kuat dalam hidup. OK. Dan terimakasih sudah memberikan keceriaan, canda tawa, air mata, semoga

hal itu menjadi bagian termanis dalam hidup kita. Tuhan memberkati.

  23. Temen-temen posko di daerah bantul dan sekitarnya. Wawan, kapan neh kita bisa cari es rujak bareng lagi, makasi uda mau membantu dalam pengambilan data skripsi dan jadi temen curhat jadi aku gak ketinggalan berita-berita menghebohkan, hehehe... thanks ya bro…Sigit (sukses buat kerjaanmu ya), Supri (sering dirumah pri, jaga ibu dan bapak, he…), Mbak Win (kapan neh kita hunting „salome‟ lagi), Mas Tri ( kapan-kapan kita nginep di posko maneh yo mas, hi...)

  24. Bapak dan ibu, mas dan mbak semua yang dengan sudi dan mau meluangkan waktu untuk mengisi angket ini, saya sangat berterima kasih, tanpa bantuan dari semuanya mustahil bagi sya untuk dapat menyelesaikan studi saya. Semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi kita semua untuk seterusnya.

  25. Teman-teman dan sodaraku yang tidak tersebutkan namanya diatas, namun sudah memberiku semangat dan doa. Dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan banyak terima kasih atas semuanya.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang

membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini.

  Yogyakarta, Penulis B. Bhuwana Yudistira

  

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ........................................................................................ i Halaman Persetujuan Pembimbing....................................................... ii Halaman Pengesahan .............................................................................. iii Halaman Moto ......................................................................................... iv Halaman Persembahan ........................................................................... v Pernyataan Keaslian Karya ................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................... vii ABSTRACK ............................................................................................ viii Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................ ix KATA PENGANTAR ............................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xx DAFTAR TABEL ................................................................................... xxi

  BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

  A. Latar Belakang ....................................................................... 1

  B. Rumusan Masalah .................................................................. 8

  C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8

  D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

  1. Manfaat Teoritis ................................................................. 8

  2. Manfaat Praktis .................................................................. 9

  

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 10

A. Penerimaan Diri kondisi Fisik................................................ 10

  1. Pengertian Penerimaan Diri Kondisi Fisik ......................... 10

  2. Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik ....................... 12

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ......... 13

  B. Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ............................... 15

  1. Pengertian Penyandang Cacat ............................................ 15

  2. Pengertian Paraplegia ........................................................ 17

  3. Penyebab Paraplegia ......................................................... 18

  4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia .... 21

  5. Akibat Paraplegia .............................................................. 23

  C. Pendampingan Psikologis ...................................................... 25

  1. Pengertian Pendampingan Psikologis ................................ 25

  2. Jenis-Jenis Pendampingan .................................................. 27

  3. Fungsi-Fungsi Pendampingan ............................................ 28

  D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Diri Penyandang Cacat Penderita Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan psikologis dan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis ..................... 30

  E. Hipotesis ................................................................................. 37

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 38

A. Jenis Penelitian ....................................................................... 38 B. Identifikasi Variabel ............................................................... 38 C. Definisi Operasional ............................................................... 39 D. Subjek Penelitian.................................................................... 41 E. Prosedur Penelitian ................................................................. 43 F. Metode dan Alat Pengumpul Data ......................................... 44 G. Pertanggungjawaban Mutu .................................................... 48

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 52 B. Deskripsi Subjek .................................................................... 53 C. Uji Asumsi Analisis Data ....................................................... 54

  1. Uji Normalitas .................................................................... 54

  2. Uji Homogenitas ................................................................ 55

  D. Uji Hipotesis .......................................................................... 56

  E. Analisis Tambahan (Kategorisasi) ......................................... 58

  F. Pembahasan ............................................................................ 61

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 70

A. Kesimpulan ............................................................................ 70 B. Saran ....................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 SKALA UJI COBA Lampiran 2 DATA UJI COBA (PENELITIAN) Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA Lampiran 4 SKALA PENELITIAN Lampiran 5 UJI NORMALITAS Lampiran 6 UJI HOMOGENITAS Lampiran 7 UJI HIPOTESIS

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Skor untuk Item Favorable dan Unfavorabe ...............................

  46 Tabel 2 Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri .............................

  47 Tabel 3 Spesifikasi Item Uji Coba dan Penelitian ...................................

  50 Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................

  54 Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ...........

  54 Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji-t, pendampingan dan non pendampingan ..

  56 Tabel 7 Norma Kategorisasi Skor ............................................................

  58 Tabel 8 Kategori Skor Penerimaan Diri Penderita Paraplegia ................

  59 Tabel 8.1 Kategori Skor Penerimaan Diri; pendampingan .........................

  60 Tabel 8.2 Kategori Skor Penerimaan Diri, tanpa pendampingan ................

  60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam berupa gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta dan

  

sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05:54:00.0 WIB. Gempa Gempa

dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan pusat gempa berada di laut 37,2 km

selatan Yogyakarta dengan posisi 8 LS

  • – 110.31 BT dan kedalaman 11,8 km

    (Berita Gempa Bumi No: 66/NSC/V/2006, BMG). Gempa menyisakan kerusakan

    yang parah pada aspek fisik dan non-fisik. Akibat utama yang ditimbulkan gempa

    bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya

    korban jiwa biasanya karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor dan

    kebakaran (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006).

  Para korban gempa banyak yang mengalami kehilangan orang-orang yang

dicintai, kehilangan barang-barang pribadi yang berharga dan mengalami luka

fisik (Vivinne, dalam Bencana dan Kita, 2006). Hasil dari pendataan Seksi Bina

Program Dinas Kesehatan DIY (pemda-diy.go.id, 2010) mencatat 891 orang

penderita cacat tubuh permanen akibat cedera gempa sehingga menempati urutan

tertinggi dibandingkan penderita cacat yang lain. Salah satu kecacatan permanen

dan yang paling parah adalah cedera sumsum tulang belakang atau paraplegia.

Cedera ini biasanya diakibatkan oleh kecelakaan yang memutuskan atau sangat

  Kondisi kecacatan paraplegia ini termasuk dalam kategori kecacatan yang

parah karena mereka tidak mampu lagi untuk bisa berjalan kembali, kaki menjadi

layuh yang berakibat terhambatnya mobilitas gerakan. Werner (2002) mengatakan

bahwa ciri-ciri khusus paraplegia adalah penderita merasakan hilangnya gerakan

terkendali dan daya rasa di tungkai, panggul dan sebagian batang tubuh mungkin

berpengaruh. Semakin tinggi letak cedera, semakin banyak yang terpengaruh.

  

Penderita mengalami kehilangan kontrol urine dan usus besar sebagian bahkan

menyeluruh. Selain itu, penderita mengalami spastisitas atau kejang-kejang otot

serta tungkainya lemas dan lunglai.

  Kondisi dimana sebelumnya mereka sehat secara fisik dan mampu

melakukan banyak aktivitas menjadi lumpuh, mobilitas terganggu dan berakibat

pada munculnya masalah terhadap mental mereka seperti merasa tidak berdaya,

cemas, takut, dan marah karena tidak bisa menerima kondisi kecacatannya

tersebut (Sharma, 2005). Hal tersebut dipertegas oleh Dianawati (2005) menjadi

cacat diartikan oleh sebagian besar orang adalah menjadi orang yang gagal dan

tidak mampu.

  Paraplegia termasuk dalam kategori penyakit akut yang dapat

mengakibatkan penderita mengalami gangguan psikologis (Kinshi, Robinson and

Kosier, 2001), mereka menjadi sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya karena

menjadi cacat. Hal tersebut bisa disebabkan karena tingkat kesembuhan yang

dialami penderita paraplegia sangat kecil dan penyakit ini bersifat permanen. Hal

tersebut dikuatkan oleh Suhartono (1976) berpendapat bahwa mereka yang

  Kompleksnya masalah penerimaan akan kondisi fisik yang dialami oleh

penderita paraplegia seperti terhambatnya mobilitas, gangguan saluran

pencernaan, gangguan s aluran kemih (O‟Connor, dkk, 2004) hingga masalah

fungsi seksual (Stien, 1999) berakibat pada munculnya gejala psikologis seperti

depresi, kurang percaya diri, malu, kecewa, menjadi pemurung hingga perubahan

perilaku (Brown, 1999). Hal tersebut akan memperkuat seseorang untuk menolak

atau bahkan acuh tak acuh akan kondisi dirinya yang sekarang, atau berpikir

kurang realistis.

  Masalah Penerimaan akan kondisi fisik diri pada penderita paraplegia

harus didukung dengan kemampuan untuk mengenal dan mengetahui kondisi fisik

diri, hal tersebut akan memunculkan penerimaan akan dirinya (Jung, dalam

Schultz, 1991). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Rubin (Gardner, 2002)

yaitu suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan

kenyataan yang ada sehingga individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel

dalam menghadapi perasaannya, disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak

dibuat-buat dan tanpa ada yang disembunyikan.

  Penerimaan diri merupakan suatu sikap akan kepuasan terhadap diri akan

perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya (Chaplin, 1999). Rasa puas yang

diikuti rasa bangga, percaya diri akan kondisi diri yang dapat meningkatkan

penerimaan diri yang positif pada dirinya. Menurut Perls (dalam Schultz, 1991)

orang yang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh

terhadap diri mereka siapa dan apa.

  Penerimaan akan kondisi fisik diri penderita paraplegia yang diakibatkan

karena gempa, tidak begitu saja muncul, memerlukan waktu dan proses yang lama

terlebih karena kecacatannya tersebut bukan dari kecil atau lahir. Seiring dengan

munculnya penerimaan akan kondisi fisik diri yang menimpa penderita

paraplegia dipengaruhi pula oleh dukungan, bantuan, maupun pendampingan dari

pihak diluar diri yaitu anggota keluarga, masyarakat dan lembaga yang

dipersiapkan untuk membantu para korban bencana penderita paraplegia.

  Dukungan maupun pendampingan dari keluarga sangat dibutuhkan bagi

mereka penderita paraplegia dikarenakan kondisi mereka yang memang

membutuhkan bantuan dari pihak luar. Keluarga yang mendampingipun harus

mengetahui bagaimana merawat dan mengetahui kebutuhan dari penderita

paraplegia . Perawatan secara fisik saja tidak cukup untuk membuat penderita

paraplegia dapat menerima kondisi fisik kecacatannya, memerlukan bantuan dan

pendampingan dari pihak lain yang memang dipersiapkan untuk membantu secara

psikologis dalam menangani masalah psikologis penderita paraplegia dalam

upaya untuk memaksimalkan kemampuan diri.

  Pendampingan di dalam keluarga adalah upaya untuk mendampingi

penderita kecacatan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

  

Keluarga mengambil peran yang penting untuk kesembuhan penderitanya, namun

setiap keluarga memiliki sifat dan perlakuan yang berbeda, jika dalam proses

pendampingan ternyata kurang tepat maka akan berakibat buruk pada

perkembangan fisik dan mental si penderita. Banyak kasus penyandang cacat

  

yang dalam kesehariannya kurang mendapat dukungan dari orang sekitarnya

maupun keluarganya karena dianggap tidak mampu (Affrida, 2007).

  Jenis bantuan lain yang juga berpengaruh terhadap kesembuhan dan

kehidupan penyandang cacat paraplegia adalah berupa bantuan fisik, yang dapat

berupa rumah atau bangunan, sarana kesehatan, dana atau uang, pemberian alat

bantu kecacatan hingga dalam wujud perawatan kesehatan. Kenyataan yang ada

dilapangan banyaknya bantuan fisik yang diberikan oleh pihak pemerintah,

donatur, lembaga sosial baik dari dalam maupun luar negeri, namun terkadang

bantuan secara fisik tidak banyak membantu, hal tersebut dikarenakan

permasalahan yang dihadapi penderita kecacatan paraplegia sangat kompleks.

  

Selain permasalahan secara fisik, mereka juga mengalami permasalahan secara

psikologis, salah satunya adalah penerimaan akan kondisi fisik diri.

  Bantuan yang diberikan bukan berupa bantuan fisik adalah bantuan non-

fisik yang salah satunya berupa pendampingan secara psikologis. Pendampingan

adalah salah satu jenis layanan psikologis (Wiryasaputra, 2006), yang hanya bisa

diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan atau memiliki pengetahuan untuk

mendampingi para korban akibat bencana alam. Pendampingan diberikan supaya

orang yang didampingi dapat sembuh, berdaya dan berfungsi pnuh untuk

mencukupi kebutuhannya secara mandiri.

  Tujuan pendampingan psikologis ini adalah membantu seseorang yang

berada dalam keadaan krisis. Krisis yang dimaksud adalah kondisi seseorang yang

sedang dalam masa-masa sulit yang berakibat pada kegoncangan batin karena

  

terkait oleh karena menderita suatu penyakit, sakit yang berkepanjangan, bencana

alam, tidak ada harapan, putus, depresi dan stress dalam kehidupan sehari-hari

(Thomas, dalam Wiryasaputra, 2006). Selain itu, pendampingan psikologis juga

bertujuan untuk menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki

hubungan dan mendayagunakan individu untuk kehidupan yang lebih baik.

  Proses pendampingan psikologis ini diberikan oleh para tenaga ahli yang

sudah dipersiapkan untuk keadaan darurat melalui suatu program rehabilitasi.

  

Program rehabilitasi tersebut adalah program yang didalamnya terdapat

serangkaian kegiatan seperti perawatan luka, sosialisasi dan pemberian alat bantu

maupun pendampingan psikologis. Rehabilitasi berarti proses mempercepat

sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya (Latipun, 2001).

  Rehabilitasi memiliki tujuan untuk mengembalikan persepsi dan emosi

sehingga para korban dapat memandang dirinya yang ada lebih positif dan dapat

berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Rehabilitasi ini hanya

bisa dilakukan oleh seseorang yang disiapkan dan ahli dalam bidangnya. Proses

ini diberikan oleh suatu lembaga yang bergeak juga dalam bidang rehabilitasi,

yaitu Pusat Reahabilitasi Yakkum, kepada penyandang cacat paraplegia korban

gempa.

  Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) adalah salah satu lembaga non-

pemerintah yang memberi pelayanan terhadap orang-orang cacat. Visi dan misi

dari PRY adalah merehabilitasi para penyandang cacat agar mereka bisa mandiri

dan hidup secara normal di masyarakat. Lembaga ini juga turut ikut ambil bagian

  

dalam proses pemulihan pasca gempa di Bantul. Pelayanan yang diberikan

meliputi assesment medis, perawatan luka, pemberian terapi yaitu Fisioterapi dan

Okupasi Terapi. Selain itu, PRY mempunyai program pendampingan psikologi

dari unit Psikososial.

  Bantuan dan pelayanan yang diberikan PRY meliputi bantuan fisik dan

non-fisik dengan melibatkan dan diawasi oleh para ahli dibidangnya. Tidak hanya

pada bantuan fisik saja yang diberikan kepada korban gempa Bantul, namun

bantuan lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan diri secara

mental yaitu berupa bantuan psikologis. Pendampingan secara psikologis ini

menjadi salah satu program yang dilakukan oleh PRY yang diberikan kepada

semua korban gempa, terutama mereka yang mengalami luka atau kecacatan yang

ringan maupun parah, yang sementara ataupun permanen, salah satunya adalah

penderita paraplegia.

  Penerimaan akan kondisi fisik diri bagi penderita paraplegia adalah salah

satu yang utama yang harus dilakukan sebagai proses pemulihan diri, yaitu untuk

menumbuhkan dan mengembangkan mental bagi penderitanya. Hal tersebut

menjadi topik dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan penerimaan kondisi

fisik diri penderita paraplegia korban gempa antara yang mendapatkan

pendampingan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan

pendampingan.

  B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah apakah penerimaan diri penyandang cacat

korban gempa yang mendapatkan pendampingan lebih baik daripada mereka yang

tidak mendapatkan pendampingan? C. Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah dalam penerimaan

diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan,

secara psikologis, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penderita paraplegia

yang tidak mendapatkan pendampingan.

  D. Manfaat

  1. Manfaat Teoritis Memberi tambahan informasi dalam bidang ilmu psikologi klinis akan penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapat pendampingan dengan yang tidak mendapatkan pendampingan dalam proses pemulihan secara psikologis, terutama dalam menerima kondisi fisiknya.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Klien, hasil penelitian akan berguna sebagai wacana reflektif untuk mencapai pemahaman pentingnya menerima diri akan kondisi fisik penyandang cacat, penderita paraplegia korban gempa terutama untuk perkembangan mental yang lebih baik. Dan bagi keluarga untuk mau membimbing dan memfasilitasi penderita untuk berkembang menuju kehidupan yang lebih baik.

  b. Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum hasil penelitian ini berguna sebagai evaluasi pentingnya pengadaan program pendampingan bagi penyandang cacat, terutama yang mengalami kecacatan yang berat seperti paraplegia, agar mereka mau menerima kondisi diri dan dapat berfungsi kembali, dan disarankan agar program ini terus diadakan untuk membantu penyandang cacat berfungsi optimal.

  c. Bagi pemerintah dan lembaga sosial yang bergerak dalam penanganan korban gempa, hasil penelitian sangat berguna sebagai evaluasi dalampilihan bantuan alternatif selain memberikan bantuan fisik, dan melihat apakah diperlukan adanya bantuan dalam wujud pendampingan psikologis bagi mereka yang menjadi cacat karena gempa, dan sebagai sarana tambahan informasi dalam upaya menciptakan pemulihan yang optimal bagi penyandang cacat korban bencana.

BAB II LANDASAN TEORI A. PENERIMAAN DIRI KONDISI FISIK

1. Pengertian Penerimaan Diri secara Fisik

  Secara umum, Penerimaan diri menurut Wiley (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia) mengandung pengertian adanya persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan keterbatasannya untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri, akan dapat mengkritik diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri, serta tidak menyalahkan ataupun mencela orang lain karena keadaan yang terjadi pada dirinya tersebut.

  Gea, dkk (2002) juga menyebutkan penerimaan diri adalah suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya.

  Pernyataan diatas adalah pernyataan yang melihat penerimaan diri secara umum, sedangkan penerimaan diri akan kondisi fisik terdiri dari beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

  Penerimaan diri secara fisik didefinisikan oleh Unger dan Crawford (1992) sebagai suatu evaluasi dan penilaian tentang raganya.

  Jersild (1979) mengatakan bahwa penerimaan diri secara fisik sebagai tingkat kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan tubuh secara keseluruhan.

  Penerimaan diri terhadap kondisi fisik seperti yang dikemukakan oleh Rubin (Gardner, 2002) menyatakan bahwa penerimaan diri, terutama keadaan fisik, merupakan suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya sehingga membuat individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel, serta mampu menyadari perasaannya. Menerima kondisi dirinya seperti apa adanya disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak dibuat-buat dan tanpa ada sesuatu yang disembunyikan.

  Dwiamalia (2002) melihat penerimaan diri seseorang akan penampilan secara fisik adalah suatu perasaan akan gambaran dan penilaian beserta sikapnya terhadap tubuhnya dilihat dari tingkat kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisiknya secara menyeluruh.

  Chaplin (1999) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merupakan rasa puas terhadap dirinya serta menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Pengakuan atas perubahan yang terjadi tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah diri, maupun rasa bersalah. Individu harus menerima kodrat mereka apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah atau memalsukan dirinya.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penerimaan diri akan kondisi fisiknya adalah suatu tingkatan perasaan senang atau puas terhadap diri dan keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannnya, memiliki kebanggaan dengan keadaannya tersebut tanpa merasa malu dan rendah diri akan keadaannya tersebut, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya dan perbuatan yang dilakukannya tanpa terikat oleh orang lain. Mampu memahami dirinya akan potensi yang dimiliki dan mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang diharapkan, tidak hanya menerima saja.

2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik

  Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang. Burns (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia, 1998) dan menurut shere (dalam Hjelle & Zieglaer, 1977) menyebutkan ada 3 aspek penerimaan diri terhadap kondisi fisik seseorang, yaitu: