dampak psikologis yang ditimbulkan akiba

MAKALAH
PSIKOLOGI KEJAHATAN
“ Kondisi Psikologis yang ditimbulkan pada Korban Perdagangan Manusia “

Oleh :
Nitya Amalia Y.
Hubungan Internasional / 140 104 111 000 86 / 023
Kelas : Selasa 09.30 – 12.00
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perdagangan manusia memang telah menjadi fenomena umum yang terjadi di
banyak negara berkembang. Perdagangan manusia merupakan salah satu bentuk tindak
kejahatan yang termasuk dalam kejahatan transnasional karena tidak hanya dalam
lingkup nasional saja tetapi antar negara. Perdagangan manusia menjadi salah satu
masalah yang penting untuk dibahas mengingat hal ini melibatkan banyak aktor dan
sifatnya yang transnasional. Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan

manusia, perbedaan yang tampak jelas adalah dari tujuannya. Bahwa perdagangan
adalah mereka yang tidak ingin untuk “dieksploitasi” tujuan awal mereka adalah untuk
bekerja. Berbeda dengan penyulundupan adalah mereka yang memang ingin untuk
“dieksploitasi”. Menurut data dari IOM tahun 2010 (International Organization of
Migration) sekitar 200.000 orang lebih menjadi korban perdagangan manusia yang
terjadi di Asia Tenggara. Banyak dampak yang ditimbulkan dengan adanya perdagangan
manusia tersebut tidak hanya merugikan negara saja tetapi juga pada korban dari
perdagangan manusia tersebut. Menurut Jose Ferraris sebagai perwakilan dari UNFPA
mengatakan bahwa “perdagangan manusia terdiri dari berbagai bentuk, termasuk
paksaan dalam eksploitasi seksual komersial, pelacuran anak dibawah umur, jeratan
hutang atau kerja paksa dan lain sebagainya.”1 Pengalaman-pengalaman yang tidak
menyenangkan dirasakan oleh mereka, bahkan terjadi kekerasan kepada mereka. Tidak
hanya dampak fisik yang dirasakan tetapi dari segi psikologis menjadi salah satu hal
1UNFPA:Perdagangan Manusia timbulkan Luka Psikologis dalam
http://beritasore.com/2013/10/22/unfpa-perdagangan-manusia-timbulkan-lukapsikologis/

yang penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh pada kehidupan para
korban perdagangan manusia di masa depan. Korban dari perdagangan manusia tidak
hanya pada orang dewasa tetapi juga terjadi pada anak-anak yang tidak mengerti apaapa. Hak yang seharusnya dimiliki seorang anak tidak dapat mereka dapatkan karena
mereka tidak memiliki kekuatan untuk memberontak. Dengan mengetahui kondisi

psikologis korban maka polisi atau badan terkait lainnya dapat mengungkap tindak
kejahatan ini. Maka permasalahan tersebut menjadi latar belakang penulis untuk
memaparkan kondisi psikologis yang ditimbulkan bagi anak korban perdagangan
manusia.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah
ini yaitu :
1. Apa itu psikologi kejahatan?
2. Apa itu perdagangan manusia?
3. Apa saja penyebab terjadinya perdagangan manusia?
4. Apa saja bentuk perdagangan manusia?
5. Siapa saja yang menjadi korban dalam perdagangan manusia?
6. Dampak apa saja yang ditimbulkan bagi para korban perdagangan manusia?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Psikologi Kejahatan
Psikologi kejahatan didefinisikan sbegai studi ilmiah tentang tingkah

laku dan mental yang mempengaruhi dalam pemahaman kejahatan. Kejahatan
muncul dapat dipengaruhi oleh kondisi biologis atau lingkungan. Menurut
Cessare Lombrosso mengatakan bahwa manusia bertindak jahat karena bawaan
dari lahir. Namun untuk mengetahui lebih dalam apa yang menjadi alasan para

tindak kejahatan melakukan kejahatan yaitu dari segi psikologis. Dalam studi ini
membahas bagaimana pengalaman individu mempengaruhi kejahatan atau
tindak kejahatan yang berhubungan dengan bagaimana biologi individu,
personality, pola asuh dan bagaimana proses berfikir, persoalan yang dihadapi
akan mempengaruhi seseorang melakukan kejahatan. Fungsi dari studi psikologi
kejahatan ini ada dua yaitu untuk mengetahui apa alasan mereka melakukan
tindak kejahatan dan informasi psikologi yang diberikan berguna untuk
mencegah tindak kejahatan selanjutnya.
2.2. Pengertian Perdagangan Manusia

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam salah satu dari 3 Protokol Palermo
mendefinisikan human trafficking sebagai

perekrutan, pengiriman, pemindahan,


penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan
atau bentuk-bentuk lain dari pemaksanaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran
atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang
berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk, paling tidak,
eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk bentuk lain dari eksploitasi seksual,
kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan,
perhambaan atau pengambilan organ tubuh.2
Banyak negara yang salah paham dalam

mengartikan definisi perdagangan

manusia bahwa perdagangan manusia dalam negara atau menggolongkan migrasi tidak
tetap sebagai perdagangan. Menurut Traffiking Victims Protection Act (TVPA), Undang2 The Palermo
palermo-protocol

Protocol

dalam


http://www.palermoprotocol.com/general/the-

undang Perlindungan Korban Perdagangan Orang Amerika Serikat menyebutkan
perdagangan orang adalah:3
a. Perdagangan seks dimana tindakan seks komersial diberlakukan secara paksa,
dengan cara penipuan, atau kebohongan, atau dimana seseorang diminta secara
paksa melakukan suatu tindakan demikian belum mencapai usia 18 tahun; atau
b. Merekrut, menampung, mengangkut, menyediakan atau mendapatkan
seseorang untuk bekerja atau memberikan pelayanan melalui paksaan, penipuan,
atau kekerasan untuk tujuan penghambaan, penjeratan hutang atau perbudakan.
Dalam definisi-definisi ini, para korban tidak harus secara fisik diangkut dari
satu lokasi ke lokasi lainnya. Definisi ini juga secara jelas berlaku pada tindakan
merekrut, menampung, menyediakan, atau mendapatkan seseorang untuk maksudmaksud tertentu. Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan. Pada
penyelundupan, orang-orang yang diselundupkan umumnya meminta bayaran dari para
penyelundup, sedangkan dalam kasus perdagangan manusia, umumnya terjadi penipuan
sehingga korban tidak mendapatkan timbal balik apapun. Dalam penyelundupan, orangorang yang diselundupkan tidak diberi kewajiban apapun, dalam arti mereka datang
ketempat tujuan secara cuma-cuma. Sedangkan para korban trafficking mengalami
perbudakan yang merugikan saat mereka sampai di tempat tujuan.
Dari definisi-defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
perdagangan manusia adalah sebagai berikut :

a. Adanya tindakan atau perbuatan, seperti perekrutan, transportasi, pemindahan,
penempatan dan penerimaan orang.

3Victims of Trafficking and Violence Protection Act of 2000
http://www.state.gov/j/tip/laws/61124.htm

b. Dilakukan dengan cara, menggunakan ancaman atau penggunaan kekerasan
atau bentuk-bentuk paksaan lain, penculikan, tipu daya,
kekuasaan, pemberian atau penerimaan

penyalahgunaan

pembayaran/keuntungan untuk

memperoleh persetujuan.
2.2.Penyebab Terjadinya Perdagangan Manusia
Perdagangan manusia muncul karena ada berbagai faktor pemicu yaitu :
- ekonomi
Alasan ekonomi menjadi salah satu faktor utama mengapa terjadi perdagangan
manusia. Kebutuhan hidup yang semakin mahal, sedikitnya lapangan pekerjaan

menjadi alasan mereka.
- pendidikan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari perdagangan
manusia. Selain itu kurangnya informasi yang didapat korban perdagangan manusia
membuat mereka terlena dengan harapan-harapan yang diberikan para agen human
trafficking.
2.3. Bentuk – Bentuk Perdagangan Manusia
Ada beberapa bentuk perdagangan manusia yang ditemukan di Indonesia.
Bentuk pertama adalah buruh migran. Buruh migran adalah orang yang bermigrasi dari
wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut
dalam jangka waktu relatif menetap. Pekerja migran mencakup sedikitnya dua tipe:
pekerja migran internal dan pekerja migran internasional. Pekerja migran internal
(dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di
tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena perpindahan
penduduk umumnya dari desa ke kota (rural-to-urban migration), maka pekerja migran

internal seringkali diidentikan dengan “orang desa yang bekerja di kota.” Pekerja
migran internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk
mengisi pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang
Indonesia yang bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).
Bentuk kedua adalah perdagangan anak. Perdagangan anak dapat diartikan
sebagai segala bentuk tindakan dan percobaan tindakan yang melibatkan perekrutan,
transportasi baik di dalam maupun antar negara, pembelian, penjualan, pengiriman, dan
penerimaan anak dengan menggunakan tipu daya, kekerasan, atau dengan pelibatan
hutang untuk tujuan pemaksaan pekerjaan domestik, pelayanan seksual, perbudakan,
buruh ijon, atau segala kondisi perbudakan lain, baik anak tersebut mendapatkan
bayaran atau tidak, di dalam sebuah komunitas yang berbeda dengan komunitas di mana
anak tersebut tinggal ketika penipuan, kekerasan, atau pelibatan hutang tersebut pertama
kali terjadi. Namun tidak jarang perdagangan anak ini ditujukan pada pasangan suami
istri yang ingin mempunyai anak.
Bentuk ketiga adalah tindakan prostitusi. Secara harfiah, prostitusi berarti
pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi
perdagangan. Secara hukum, prostitusi didefinisikan sebagai penjualan jasa seksual
yang

meliputi

tindakan


seksual

tidak

sebesar

kopulasi

dan

hubungan

seksual.Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk uang atau modus lain kecuali untuk
suatu tindakan seksual timbal balik. Banyak yang merasa bahwa jenis definisi dengan
penegakan semua dukungan bahasa termasuk selektif hukum sesuai dengan keinginan
dan angan-angan dari badan penegak terkemuka untuk mengontrol mutlak perempuan.
Prostitusi dibagi ke dalam dua jenis, yaitu prostitusi di mana anak perempuan

merupakan komoditi perdagangan dan prostitusi di mana wanita dewasa sebagai
komoditi perdagangan. Prostitusi anak dapat diartikan sebagaitindakan mendapatkan

atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak oleh seseorang atau kepada orang
lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya.
Bentuk lainnya adalah perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan.
Biasanya, praktik perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan dilakukan
oleh pria warga negara asing dengan wanita warga negara Indonesia. Hal yang
membendakan antara perbudakan berkedok pernikajan dengan pengantin pesanan
adalah tidak semua kasus pengantin pesanan berakhir dengan nasih yang mengerikan.

2.4. Sasaran Korban Perdagangan Manusia
Umumnya para korban Trafficking adalah orang yang mudah terbujuk oleh
janji-janji palsu sang traffickers. Beberapa traffickers menggunakan taktik-taktik
manipulasi untuk

menipu

korbannya

diantaranya

dengan


intimidasi,

rayuan,

pengasingan, ancaman, penyulikan dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Orang-orang yang dijual umumnya berasal dari daerah miskin dimana
peluang untuk mendapatkan penghasilan amat terbatas. Bisa juga mereka berasal dari
korban pengungsian atau orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Kebanyakan
dari

mereka

masuk

ke

negara

lain

dibawa oleh

traffickers

melalui

perbatasan. Karena kontrol yang kurang diperbatasan inilah, mereka bisa dengan
leluasa lolos dan masuk ke negara tersebut.
Korban – korban Perdagangan manusia sebagian besar adalah wanita. Mereka
dijual untuk menjadi pekerja seks komersial. Umumnya, para wanita menerima ajakan

para Traffickers dengan tujuan untuk memperbaiki perekonomian keluarganya. Mereka
diiming-imingi pekerjaan layak atau pendidikan gratis. Tipe pekerjaan yang ditawarkan
umumnya adalah pekerjaan di catering dan hotel, di bar dan club, kontrak sebagai
model, dan pekerjaan paruh waktu. Traffickers biasanya membujuk dengan janji akan
menikahi korban, atau memaksa dan menculik korban. Dan pada akhirnya korbankorban tersebut akan diterjunkan pada bisnis prostitusi.
Perdagangan manusia juga terjadi pada pria. Pria yang berpendidikan rendah
umumnya dijadikan korban untuk menjadi pekerja kasar dengan upah yang sangat
rendah. Sebagian dari mereka juga ada yang dijadikan korban perkawinan paksa atau
pekerja seks. Departemen Negara Amerika Serikat menduga ada sekitar 600.000 820.000 pria, wanita dan anak-anak yang dijual ke negara-negara didunia setiap
tahunnya. Dan 80% diantaranya adalah wanita. Data tersebut juga menyebutkan bahwa
kebanyakan dari para korban perdagangan manusia dijual untuk eksploitasi seks
komersial.
Sedangkan perdagangan anak umumnya dilakukan oleh orang tua yang benarbenar miskin. Alasan mereka menjual anaknya adalah untuk membayar hutang atau
untuk mendapatkan uang. Ada juga yang menjual anaknya karena belum siap untuk
mengurus anak tersebut sehingga mereka dijual dengan harapan bisa memperoleh masa
depan yang lebih baik. Di Afrika Barat, penjualan anak kerap terjadi akibat kematian
satu atau kedua orang tuanya yang disebabkan oleh HIV AIDS.
2.5. Konsekuensi Psikologis Perdagangan Manusia
Para korban perdagangan manusia telah mengalami banyak hal yang tidak
menyenangkan. Banyak dampak negatif yang mereka alami. Korban tidak hanya hanya

dalam bentuk fisik seperti luka, cacat, atau meninggal saja tetapi bagi mereka yang
terkena pelecahan seksual atau kekerasan tetapi juga dari segi psikologis. Tentu akan
ada dampak pada mental mereka yang akan berpengaruh pada kehidupan mereka.
Dampak psikologis merupakan luka permanen bagi korban perdagangan manusia
daripada dampak yang ditimbulkan dalam hal fisik.
Mereka mengalami stress, trauma bahkan depresi setelah apa yang mereka
alami. Rasa takut akan sering muncul pada diri korban perdagangan manusia. Ciri lain
yang tampak adalah korban terkadang berfikir untuk bunuh diri, kepercayaan dan harga
diri yang kurang, selalu merasa bersalah, merasa takut, merasa ketakutan sering mimpi
buruk, kehilangan harga diri, kehilangan kontrol atas diri sendiri cenderung korban yang
disuntikan narkoba oleh pelaku.
Dampak psikologis yang terjadi pada korban trafficking :
Trauma
Sebagian besar korban perdagangan manusia akan mengalami trauma dari
dampak kekerasan atau pengalaman yang tidak menyenangkan bagi mereka. Trauma
adalah :
“The essence of trauma is that it overwhelms the victim’s psychological and
biological coping mechanisms. This occurs when internal and external resources are
inadequate to cope with the external threat.”4
Pengalaman traumatis yang diderita oleh korban perdagangan manusia seringkali rumit,
karena berdampak dalam jangka waktu yang panjang. Bagi banyak orang yang
4

Saporta, J. and B.A. van der Kolk, Psychobiological consequences of trauma, in Torture and its
consequences: Current treatment
approaches, M. Basoglu, Editor. 1992, Cambridge University Press: Cambridge.

diperdagangkan, penyalahgunaan atau peristiwa lain dari trauma mungkin telah dimulai
jauh sebelum proses trafficking terjadi. Pada umumnya trauma yang dirasakan korban
perdagangan manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu unpredictability of event dan
uncontrollability of events. Namu saat ini umumnya faktor yang kedua yang paling
mempengaruhi. Bentuk-bentuk kontrol yang sangat umum digunakan oleh mereka yang
melakukan perdagangan manusia (traffickers) yaitu :
Pembatasan gerak
Yaitu kontrol yang dilakukan oleh para traffickers telah melampaui batas.
Bahkan yang paling intim seperti ketika makan, pergi ke toilet, bekerja, tidur, ke
mana mereka pergi, dengan siapa mereka. Dalam kasus lain , kontrol mungkin
relatif lemah pada tahap awal tetapi meningkat sebagai korban pergi melalui
proses perdagangan , menjadi kuat karena mereka dari dekat dan mencapai
tujuan lokasi / eksploitasi fase.
Mereka di eksploitasi dengan beberapa cara seperti eksploitasi seksual yang
dibayar dengan harga rendah, terlibat dalam kejahatan kecil seperti mencuri, mengemis
atau bekerja di industri ilegal, misalnya perdagangan narkoba. Sedikit dari mereka yang
melaporkan apa yang terlah meeka alami. Ada rasa trauma yang mereka alami, sulit
bagi mereka untuk menceritakan apa yang telah mereka alami. Dalam perdagangan
untuk eksploitasi seksual, penelitian telah menunjukkan bahwa di beberapa lokasi hanya
3 persen korban yang melaporkan bahwa mereka tidak bayar. Dengan adanya kontrol
dari para traffickers membuat korban menjadi tidak bisa mengambil keputusan apa yang
seharusnya mereka putuskan.
Multiple Trauma
Mengalami beberapa atau kronis peristiwa traumatis atau kasar telah ditemukan
memiliki efek yang lebih negatif dari trauma tunggal. Sebuah kecemasan korban dapat
diungkap, karena banyak korban yang masih menghadapi bahaya nyata terkait

pengalaman perdagangan mereka bahkan setelah terjadi eksploitasi. Hal ini diperlukan
di sini untuk mengingat bahwa dalam satu studi tentang perdagangan perempuan, 89
persen dari perempuan terancam sementara dalam perdagangan manusia, dan 36 persen
melaporkan bahwa traffickers mengancam keluarga korban. Para korban perdagangan
banyak juga yang diperdagangkan oleh anggota keluarga atau seseorang dari tempat
asal mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan yang diperdagangkan
terus menerima ancaman melalui telepon dan orang 5, baik terhadap diri mereka sendiri
dan keluarga mereka, dan bahwa perlindungan oleh pemerintah sangat terbatas. Ketika
seseorang menunjukkan ketakutan dan kecemasan, perlu untuk mempertimbangkan
bahwa ini mungkin merupakan dampak yang berbahaya bagi korban.
Violence
Korban perdagangan pasti telah mengalami kekerasan baik sebelum dan selama
proses perdagangan. Kekerasan sebelum perdagangan terlihat pada sebagian besar
korban perdagangan untuk eksploitasi seksual. Dalam kasus eksploitasi seksual hingga
70 persen wanita telah melaporkan kekerasan fisik dan 90 persen kekerasan seksual
ketika sedang diperdagangkan.6 Dapat dikatakan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh
majikan atau traffickers adalah cara untuk mengontrol para korban perdagangan.
Abuse
Hal ini biasanya digunakan oleh para traffickers bagi korban yang kurang
pengetahuaanya untuk dipengaruhi secara negatif agar mau melaksanakan apa yang dia
perintah. Sebenarnya, sebagian besar korban perdagangan adalah mereka yang dari
5 United Nations.”Psychological reactions of victims of trafficking in persons”
6

Zimmerman, C., M. Hossain, K. Yun, B. Roche, L. Morison, and C. Watts, 2006. Stolen smiles. The
physical and psychological
health consequences of trafficking in women. London School of Hygiene & Tropical Medicine: London.

lingkungan buruk seperti orang tua bercerai, menjadi anak yatim piatu akibat perang,
korban kekerasan dalam rumah tangga dll. Latar belakang yang buruk tersebut
dimanfaatkan traffickers untuk mempengaruhi atau menyalahgunakan wewenang agar
korban dapat dipaksa dan melakukan apa yang ia perintah.
Gejala Trauma apa yang ditimbulkan pada korban perdagangan manusia
Trauma mungkin memiliki efek pada kesehatan korban. Penyidik memiliki tugas
umum untuk perawatan kepada korban, tetapi itu bukan alasan utama kesehatan korban
dieksplorasi di sini. Kesehatan fisik korban perdagangan akan membekas pada diri
korban setelah diperdagangkan dan dapat disembuhkan karena itu berupa fisik.
Sedangkan untuk beberapa gejala kesehatan mental mengalami lebih lama. Bukti saat
ini dari efek kesehatan dari kekerasan fisik dan seksual menjadi penting bahwa ketika
pelecehan tersebut sering terjadi, dam kemungkinan untuk menghasilkan sejumlah
masalah kesehatan, termasuk cedera fisik, masalah kesehatan seksual, konsekuensi
kesehatan somatik kronis, dan miskin kesehatan mental jangka panjang.
Concurrent Symptoms7
Setelah mengalami perdagangan sebagian besar wanita memiliki banyak
simultan masalah kesehatan fisik dan mental. Di antara korban perdagangan gejala
kesehatan fisik menyebabkan mereka merasa sakit dan tidak nyaman. Beberapa gejala
kesehatan mental mengalami lebih lama.
Physical symptoms8

7
8

Zimmerman C, Hossain M, 2006
Zimmerman C, Hossain M, 2006

Kelelahan dan penurunan berat badan, gejala neurologis, dan gastrointestinal
adalah masalah yang paling sering dilaporkan. Banyak korban perdagangan yang hanya
memiliki sedikit waktu untuk tidur karena dipaksa untuk melakukan aktivitas terusmenerus. Kurang tidur kronis atau berkepanjangan tidak hanya mempengaruhi
kemampuan individu untuk berkonsentrasi dan berpikir jernih, tetapi juga melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan kemampuan untuk menahan rasa sakit.
Gejala kesehatan mental
Depresi, cemas dan permusuhan adalah gejala yang sering ditemukan pada
korban penyiksaan dan korban peristiwa traumatis lain dan juga diidentifikasi sebagai
dampak psikologis. Dalam studi pada perempuan yang dibantu di Eropa, tingkat sakit
jiwa korban perdagangan ditemukan jauh lebih tinggi dibandingkan pada populasi
wanita secara umum. Sementara dalam perawatan LSM, tingkat gejala perempuan
melakukan penurunan tetapi terjadi sangat lambat dan tidak terlalu banyak. Bahkan
setelah tiga bulan perawatan, perempuan melaporkan tingkat depresi masih pada level
atas 10 persen dari perempuan yang paling tertekan dalam rata-rata populasi wanita. Hal
ini mungkin menghambat korban perdagangan orang untuk kembali menjalani kegiatan
normal sehari-hari. Bagi penyidik, dengan tingkat gejala kuat korban perdagangan
sangatlah sensitif dan melakukan pendekatan tepat waktu untuk mewawancarai korban.
Ciri yang nampak pada korban perdagangan adalah menjadi mudah tersinggung, mdah
marah, terganggu oleh segala sesuatu, memiliki rasa marah yang meledak-ledak.
Post-traumatic stress disorder (PTSD)
PTSD adalah istilah yang menggambarkan gangguan kesehatan mental yang
disebabkan, sebagian, oleh satu atau lebih peristiwa traumatis. Gangguan ini

berlangsung dalam jangka waktu lama dalam gejala psikologis yang parah dialami oleh
mereka yang telah terkena pengalaman yang telah memiliki efek traumatis pada mereka.
Hampir semua orang yang memiliki pengalaman traumatis akan memiliki perasaan
shock, sedih dan penyesuaian dan tidak semua orang yang mengalami peristiwa
traumatis akan menyebabkan PTSD. Karakteristik umum PTSD adalah kecenderungan
gejala menurun dari waktu ke waktu di sebagian orang. Studi korban trafficking
( khususnya untuk eksploitasi seksual ) telah menemukan bahwa korban menunjukkan
banyak gejala PTSD. Pola penurunan dalam gejala PTSD juga ditemukan dalam korban
trafficking. PTSD tercermin dalam studi tentang perdagangan orang adalah bahwa
beberapa korban masih memiliki beberapa gejala setelah perdagangan.

Untuk mengatasi dampak psikologis yang terjadi maka salah satu bentuk untuk
merehabilitasi atau memulihkan kondisi korban seperti semula adalah psychosocial
yaitu pengembalian situasi dan tingkah laku seperti semula, memperbaiki kondisi
korban setelah trauma. Beberapa usaha yang dapat dilakukan yaitu memberikan
pendidikan dan informasi kepada korban, menjadikan korban sebagai teman cerita agar
korban menjadi lebih nyaman untuk bercerita, diberikan pelatihan ketrampilan. Apalagi
jika korbannya adalah anak-anak yang akan berdampak pada kondisi psikologis anak di
masa datang. Anak-anak menjadi perhatian lebih dalam kasus ini.

BAB III
KESIMPULAN
Perdagangan manusia merupakan salah bentuk tindak kejahatan transnasional.
Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia, perbedaan yang tampak
jelas adalah dari tujuannya. Bahwa perdagangan adalah mereka yang tidak ingin untuk
“dieksploitasi” tujuan awal mereka adalah untuk bekerja. Berbeda dengan
penyulundupan adalah mereka yang memang ingin untuk “dieksploitasi”. Mereka yang
menjadi korban sebagian besar berasal dari lingkungan yang buruk sehingga mereka
tidak mengerti apa dampaknya bagi mereka dan lingkungan sekitarnya. Untuk
melakukan proses penyedikan atau mengungkap kejahatan dibalik perdagangan manusia
maka di butuhkan bantuan psikologis untuk mengungkapnya. Biasanya polisi atau

bidang terkait lainnya meminta bantuan untuk dapat mengeksplor lebih dalam apa saja
yang telah dia alami karena sebagain besar korban perdagangan tidak ingin
melaporkannya dengan berbagai alasan. Dampak yang ditimbulkan pada korban tidak
hanya dalam bentuk fisik tetapi juga mental. Kondisi psikologis korban akan sangat
terganggu ketika dan sesudah perdagangan. Kekerasan tidak lepas dari kegiatan
perdagangan ini dan menyebabkan trauma pada korban. Banyak gejala yang
ditimbulkan pada korban seperti taruma, kondisi mental yang terganggu, PTSD.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
United Nations Office on Drugs and Crime in Vienna2008. An Introduction to
Human Trafficking:Vulnerability, Impact and Action:New York
Yvonne Rafferty. The Impact of Trafficking on Children: Psychological and
Social Policy Perspectives Volume 2, Number 1,
The Threat of Transnational Crime in Southeast Asia Drug Trafficking human
Smuggling

and

Trafficking

and

Sea

Piracy

http://pendientedemigracion.ucm.es/info/unisci/revistas/Ralf.pdf
Yakushko, Okasana. Human Trafficking: “A Review for Mental Health

dalam

Professionals”: Published in International Journal for the Advancement of Counselling
31 (2009)
Office for Victims of Crime Training and Technical Assistance Center. “Human
Trafficking”
Internet
UNODC

on

human

trafficking

and

migrant

smuggling

https://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/index.html?ref=menuside

dalam
diakses

pada 22 Oktober 2013 pukul 20.05 WIB
Buku
Webber, Craig. 2010. Psychology and Crime. Sage Publication:New Delhi