Hasil pengumpulan data dan Pembahasan - Hasil Survei Kampung Salam

  

Hasil survei kesehatan dan sanitasi lingkungan

di Kampung Salam, Desa Angsana, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang,

Provinsi Banten

  Oleh : Holani Achmad

  Pendahuluan

  Pada awal bulan Oktober 2011 telah dilakukan survei sanitasi dan kesehatan penduduk di Kampung Salam, Desa Angsana, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Tujuan dari survei ini adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Serang, khususnya petugas kesehatan di Puskesmas Mancak, agar menyadari kondisi kesehatan penduduk di wilayahnya serta kegiatan apa yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.

  Metoda survei

  1. Variabel-variabel

  Data yang dikumpulkan meliputi data tentang kondisi kesehatan, sarana sanitasi lingkungan, upaya pencarian pengobatan, perilaku kesehatan, kunjungan petugas kesehatan, pengeluaran belanja rumah tangga, pandangan penduduk terhadap pendidikan dan kepemilikan tanah penduduk serta cara pengelolaannya.

  2. Subyek penelitian

  Sumber data ialah 40 Kepala Keluarga (KK), yang dipilih secara acak sederhana dari seluruh 70 KK yang ada di Kampung Salam. Kondisi keluarga yang diungkap KK dianggap dapat mencerminkan atau merefleksikan kondisi dari individu-individu yang ada di dalam keluarga yang bersangkutan.

  3. Cara pengumpulan dan pengolahan data

  Pengumpulan data dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan cara mendatangi rumah KK yang terpilih. Petugas mengadakan wawancara langsung secara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Agar pengumpulan data akurat petugas pengumpul data dilatih terlebih dahulu. Pengumpulan data dilakukan selama satu minggu pada awal bulan Oktober 2011. Data yang terkumpul kemudian direkap secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel yang selanjutnya dianalisis untuk dibuat kesimpulan dan saran.

  Hasil pengumpulan data dan Pembahasan

  1. Gambaran Umum KK

  Peran KK dalam suatu keluarga demikian strategis, karena KK merupakan lokomotif penggerak maju mundurnya status keluarga. Gambaran umum kondisi 40 KK di Kampung Salam dapat dilihat pada berikut:

  Tabel 1. Gambaran umum kondisi KK di Kampung Salam Kondisi KK Jumlah (%) Anggota keluarga <4 orang = 18 (45) 5-9 = 22 (55) >10 orang = 0 Umur KK (tahun) <19 = 0 20-49 = 30 (75) >50 = 10 (25) Pekerjaan Tani = 23 (57,5) Dagang = 1 (2,5) Kuli = 1 (2,5) TB = 15 (37,5) Pendidikan SD = 15 (37,5) SLP=3 (7,5) SLA = 0 TST = 22 (55) Bisa baca tulis Bisa = 32 (80) Tidak bisa = 8 (20) Kesehatan KK Sehat = 33 (82,5) Sakit = 7 (17,5) Keluhan KK (n = 7) B/I = 3 (42,8) M/M=1 (14,3) G/K = 2 (28,6) K/P = 1 (14,3) Keterangan: TB = Tidak bekerja, TST = Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD, B/I = Batuk/Ispa, M/M = Muntah/ Mencret, G/K = Gatal/Kulit dan K/P = Sakit Kepala/Pening

  a. Jumlah anggota keluarga

  Tabel 1 menunjukkan bahwa program KB di Kampung Salam belum berjalan dengan semestinya, karena jumlah KK yang memiliki anak atau anggota lebih dari 4 orang (5 - 9 orang) masih cukup besar yaitu sekitar 55%.

  b. Kelompok Umur

  Kelompok umur KK terbesar di Kampung Salam adalah kelompok usia produktif (21 - 49 tahun), yaitu 30 KK (75%), sedangkan sisanya termasuk dalam kelompok usia manula atau lebih dari 50 tahun, yaitu ada 10 KK (25%). Tidak ada KK yang termasuk dalam kelompok usia kurang dari 20 tahun, karena orang dari kelompok usia ini pada umumnya masih serumah dengan orang tuanya. Status KK di Kecamatan Mancak pada umumnya dipegang oleh laki-laki tertua yang ada di rumah itu. Wanita ditunjuk sebagai KK bila tidak ada lelaki dewasa. Piramida penduduk yang jumlah kelompok usia tuanya besar dapat menunjukkan umur harapan hidup di daerah tersebut cukup tinggi, dan sebaliknya. Dari data Tabel 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa umur harapan hidup di daerah ini rendah. Dewasa ini umur harapan hidup nasional manusia Indonesia untuk wanita 71 tahun dan untuk pria 70 tahun. Ada kemungkinan umur harapan hidup penduduk di Kampung Salam akan lebih rendah dari rata-rata umur harapan hidup nasional.

  c. Pekerjaan KK Dari data pada Tabel 1 diketahui bahwa responden yang mengaku bekerja sebagai Petani ada 23 orang (57,5%), Pedagang 1 orang (2,5%) dan Kuli bangunan 1 orang (2,5%). Hasil survei juga menunjukkan bahwa selain jenis pekerjaan di atas, tidak ada jenis pekerjaan lain yang bisa diraih dan dikerjakan, seperti menjadi pegawai swasta, pegawai negeri atau ABRI. Rendahnya kemampuan KK dalam meraih pekerjaan ini mungkin disebabkan karena rendahnya tingkat keterampilan dan pendidikan KK. Selanjutnya jumlah KK yang mengaku tidak bekerja cukup besar, yaitu ada sekitar 15 orang (37,5%). Tidak diketahui alasan KK tidak bekerja, apakah karena mempunyai tabungan yang cukup, karena usia tua, karena sakit atau malas bekerja. Namun bila dikaitkan dengan kondisi kesehatan dan usia KK tampak dari Tabel 1 bahwa KK yang mengaku sedang sakit pada saat survei dilakukan ada 7 orang KK (17,5%) dan ada 10 orang KK (25%) yang termasuk manula. Kemampuan dan keterampilan penduduk perdesaan untuk bekerja di bidang lain, seperti dagang, bekerja di pabrik atau perusahaan hampir tidak ada. Semuanya hidup dari hasil pertanian. Pohon tangkil (melinjo) merupakan tanaman andalan yang sudah ada sejak lama. Oleh karena itu, apabila buah tangkil tidak ada (sedang tidak musim) pohon lainnya (seperti pohon jengkol dan durian) ditebang untuk dijual pohonnya. Sehingga menambah perusakan hutan dan lingkungan. Karena kemiskinan sedikit dari penduduk Kampung Salam yang melirik dan tertarik terhadap pelestarian lingkungan.

  d. Pendidikan KK

  Tingkat pendidikan KK di Kampung Salam masih sangat rendah. Tabel 1 menunjukkan bahwa KK yang mengaku tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD 22 orang (55%), tamat SD 15 orang (37,5%) dan tamat SLP ada 3 orang (7,5%). Dari hasil survei ini diketahui juga bahwa masih ada 8 orang (20%) KK yang mengaku tidak bisa baca tulis.

  e. Kesehatan KK saat ini.

  Kesehatan, kemiskinan dan kebodohan merupakan lingkaran setan yang saling terkait. Dari data pada Tabel 1 di atas tampak bahwa pada saat survei ini dilakukan terdapat 7 orang (17,5%) KK yang mengaku sedang menderita sakit dengan keluhan batuk 42,85%, muntah atau mencret 14,3%, gatal-gatal 28,6% dan sakit kepala atau pusing 14,3%. Keluhan-keluhan ini pada umumnya mengindikasikan penyakit menular yang terkait lingkungan dan yang banyak diderita rakyat miskin di tanah air.

2. Kondisi rumah penduduk

  Kondisi sebagian besar rumah penduduk di Kampung Salam sangat memperihatinkan, tidak layak huni dan tidak layak pakai karena tidak sesuai dengan persyaratan rumah sehat. Sebagian besar rumah sempit, dinding terbuat dari bambu, lantai terbuat dari tanah serta tidak ada jendela, kamar mandi dan WC. Akibat negatifnya terhadap kesehatan penghuninya sangat nyata. Para penghuninya banyak yang menderita berbagai penyakit menular terkait lingkungan, seperti TBC, ISPA, diare, typhus, kecacingan, kudis dan berbagai jenis penyakit kulit lainnya. Kondisi rumah penduduk Kampung Salam dapat

  Tabel 2. Kondisi rumah penduduk. Kondisi Rumah Jumlah (%) Kepemilikan Sendiri = 19 (47,5) Orang lain = 21(52,5) Dinding Tembok = 14 (35) Kayu = 1(2,5) Bambu = 25 (62,5) Lantai rumah Keramik = 5 (12,5) Semen = 16 (40) Tanah = 19 (47,5) 2 2 2 2 Luas rumah 21m = 5 (12,5) 22-45m = 32 (80) 46-60m = 2 (5) 90m = 1 (2,5) Atap Gnteng = 40 (100)

  Sumur Ada = 9 (22,5) Tidak ada = 31(77,5) Jendela Ada = 20 (50) Tidak ada = 20(50) WC Ada = 3 (7,5) Tidak ada = 37 (92,5)

  Anggota KK yang tidak memiliki sumur mengambil air untuk keperluan sehari-hari dari ceruk sungai. Tanah yang dianggap ada sumber air digali dengan cangkul agar rembesan air terkumpul di situ. Penduduk kemudian beramai ramai mengambil airnya untuk keperluan sehari-hari. Sumur yang dimiliki penduduk umumnya sumur gali dengan kedalaman sekitar 20m dan sebagian kecil saja yang membuat sumur bor dengan kedalaman 40-50 m. Menurut keterangan penduduk biaya pembuatan sumur bor sekitar Rp 1,5 juta rupiah ditambah biaya untuk beli pompa jet dan pipa pralon seharga Rp 1,5 juta. Jadi biaya seluruhnya sekitar Rp 3 juta. Dari hasil pengamatan sumur bor ini tidak kering pada saat musim kemarau.

  3. Pengeluaran belanja sehari-hari.

  Jenis pengeluaran KK di Kampung Salam serta besarnya dana yang dikeluarkan dapat dilihat di tabel berikut:

  Tabel 3. Jenis dan besarnya pengeluaran KK di Kampung Salam sehari hari Jenis pengeluaran Jumlah (%) Pengeluaran dalam 1000 Rupiah (%) Tidak Ya Beli rokok 8 (20) 32 (80) < 5 = 11 (34,4) 6-9 = 21 (65,6) > 10 = 0 Beli beras 40 (100) < 8 = 8 (20) 9-19 = 24 (60) > 20 = 8 (20) Beli lauk pauk 7 (17,5) 33 (82,5) < 2 = 19 (57,6) 3-5 = 10 (30,3) > 6 = 4 (12,1) Uang sekolah 6 (15) 34 (85) < 2 = 24 (70,6) 3-5 = 8 (23,5) > 6 = 2 (5,8) Jajan sekolah 14 (35) 26 (65) < 2 = 11 (42,3) 3-5 = 15 (57,7) > 6 = 0 Lain-lain 5 (12,5) 35 (97,5) < 5 = 17 (48,6) 6-9 =18 (51,4) > 10 = 0

D ari tabel di atas tampak bahwa sebagian besar (80%) KK di Kampung Salam

  membelanjakan uangnya sehari-hari untuk membeli rokok. Bila dibuat rata-rata besarnya pengeluaran KK berdasarkan data pada Tabel 3 (yaitu Rp6000/hari) akan diketahui bahwa pengeluaran untuk beli rokok jauh lebih besar persentasenya dibandingkan dengan pengeluaran untuk keperluan pokok keluarga yang lain.

  4. Perilaku hidup sehat Secara teoritis ada empat faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu: kondisi lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor perilaku kesehatan masyarakat yang selaras dengan anjuran-anjuran kesehatan akan dapat mencegah penularan penyakit terkait lingkungan sebesar 35%.

  Tabel 4. Perilaku kesehatan masyarakat Kampung Salam. Perilaku terkait kesehatan Jumlah (%) Ambil air sehari-hari Sumur = 27 (67,5) Ceruk Sungai = 13 (32,5) Memasak air untuk minum Ya = 37 (92,5) Tidak =3 (7,5) Meludah sembarangan Ya = 23 (57,5) Tidak = 17 (42,5) Cuci tangan sebelum makan Ya = 23 (57,5) Tidak = 17 (42,5) Tempat BAB WC = 3 (7,5) Kebun = 37 (92,5) 5. Kondisi kesehatan anggota keluarga.

  Kondisi kesehatan anggota keluarga masing-masing KK pada saat ini dan pada bulan yang lalu serta apakah ada terjadi kematian dari anggota keluarga pada waktu belakangan ini atau pada tahun yang lalu, serta apa gejala sakit dan penyebab kematiannya dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 5. Kondisi kesehatan anggota keluarga. Kondisi anggota keluarga Jumlah KK (%) Jumlah keluhan (%) Tidak Ada Batuk Mencret Demam Gatal Ada yang sakit sekarang 24 (60) 16 (40) 8 (50) 1 (6,2) 6 (37,5) 1 (6,2) Ada yang sakit bulan yang lalu 29 (73,5) 11 (27,5) 6 (54,5) 2 (18,2) 3 (27,3) Ada yang mati tahun yang lalu 31 (77,5) 9 (22,5) 2 (22,2) 1 (11,1) 4 (44,4) Lain-lain = 2 (22,2)

  Dilihat dari pengakuan gejala penyakit yang banyak diderita penduduk pada saat ini dan beberapa waktu sebelumnya serta penyakit penyebab kematian, tampak bahwa gejala penyakit dan penyebab kematian penduduk Kampung Salam adalah penyakit menular terkait lingkungan yang mudah diatasi dengan melaksanakan program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan dan penyuluhan kesehatan.

6. Pola pencarian tempat berobat bila sakit

  Pola pencarian pengobatan penduduk Kampung Salam bila sakit sebagian besar (87,5%) telah benar, yaitu dengan datang berobat ke Puskesmas Mancak yang lokasinya sekitar 3 km. Ada juga yang mengaku berobat ke petugas kesehatan dan ke dukun dengan alasan biayanya murah.

  Tempat berobat Jumlah (%) Alasan memilih tempat berobat

Murah Dekat Gratis

  Rumahsakit 0 (0,0) Puskesmas 35 (87,5) 30 (85,71) 4 (11,42) 1 (2,85) Petugas Kesehatan 1 (2,5) 1 (100) Dukun 4 (10) 2 (50) 2 (50) Total 40 (100) 32 (80) 7 (17,5) 1(2,5)

  Dari alasan pemilihan tempat berobat tampak bahwa KK akan mengutamakan tempat pengobatan yang murah.

  7. Kunjungan petugas kesehatan

  Ketika KK ditanya apakah ada kunjungan petugas kesehatan di kampung 19 (47.5%) menjawab ada dan 21 (52.5%) menjawab tidak ada. Kemudian ketika KK yang menjawab ada kunjungan (n = 19) ditanya apa kegiatan petugas yang datang di Kampung Salam 63.15% menjawab untuk melakukan pengobatan dan 15.78% menjawab untuk melakukan ceramah kesehatan. Hanya 8 KK (20%) yang mengetahui ada program KB.

  8. Kepemilikan dan pemanfaatan tanah

  Walapun tinggal di daerah pertanian namun tidak semua penduduk Kampung Salam memiliki sawah dan kebun. Bahkan ada yang memiliki sawah atau kebun numun tidak dikelola sendiri karena tanahnya digadaikan.

   Tabel 7. Kepemilikan dan pemanfaatan tanah Jumlah (%) Pemilik Jumlah (%) pemilik menurut luas tanah 2 2 2 Pemilik Sawah 5 (12.5) < 1000m = 3 (60) 1000-5000m = 2 (40) > 6000m = 0 2 2 2 Pemilik Kebun 22 (55) <1000m = 6 (27,3) 1000-5000m = 14 (63,6) >6000m = 2 (9,1) Pemanfaatan tanah Jumlah (%)

  Cara pengelolaan (n = Sendiri = 20 (90,9) Digadai = 2 (9,1) Disewakan = 0 22) Tanaman pilihan (n = 12) Tangkil = 9 (75) Campuran = 3 (25) Lain-lain = 0 Alasan Tangkil (n = 9) Cocok = 7 (77,7) Hasil rutin = 2 (22,3) Lain-lain = 0

  Dari tabel ini tampak bahwa sebagian besar KK penduduk Salam tidak memiliki sawah (87,5%), dan bahwa sebagian besar KK mengaku memiliki sawah dengan luas kurang dari 100m2 (60%). Sawah pada umumnya adalah sawah tadah hujan yang dikelola sendiri dengan menanam padi. Selanjutnya ada 22 KK (55%) yang mengaku memiliki kebun, dan sebagian besar KK mengaku memiliki kebun dengan luas antara 1000- 5000m2 (63,3%).

  KK yang memiliki anak usia sekolah ada 27 (67,5%) dan KK berupaya sekuat tenaga untuk menyekolahkan anaknya. Namun karena alasan tidak ada biaya ada 3 KK (11,2%) yang tidak menyekolahkan anaknya. Semua KK tersebut menganggap bahwa pendidikan atau sekolah itu penting bagi masa depan kehidupan anak.

  Kesimpulan dan saran

  Ada tiga temuan penelitian yang perlu diperhaikan instansi terkait:

  1. Gejala penyakit dan penyebab kematian penduduk

  Gejala penyakit yang banyak diderita sekarang dan beberapa waktu yang lalu, serta gejala penyakit yang menyebabkan anggota keluarganya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu adalah batuk, demam dan mencret. Ini merupakan gejala-gejala dari penyakit menular yang pada umumnya diakibatkan oleh lingkungan dan perilaku yang tidak sehat.

  2. Kondisi Sanitasi Lingkungan

  Kondisi sanitasi lingkungan penduduk Kampung Salam sangat memperihatinkan. Rumah penduduk pada umumnya sempit, berdinding bambu, berlantai tanah dan tidak berjendela, Penduduk pada umumnya mengkonsumsi air dari ceruk-ceruk air yang digali di pinggir sungai dan tidak mempunyai sarana jamban keluarga.

  3. Perilaku kesehatan

  Penduduk pada umumnya meludah di sembarang tempat di dalam rumah, tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak minum air yang dimasak, dan tidak BAB di jamban. Di samping itu, walaupun penghasilan penduduk sangat rendah dan tidak menentu sekitar 80% menghamburkan uangnya untuk membeli rokok. Pengeluaran KK setiap hari untuk membeli rokok sekitar 16% dari biaya pengeluaran sehari-hari. Upaya penyuluhan kesehatan sangat sedikit dilakukan petugas kesehatan setempat. Petugas kesehatan yang datang ke Kampung Salam pada umumnya untuk kegiatan pengobatan bukan untuk ceramah kesehatan. Program KB masih sedikit diketahui dan belum banyak menyentuh penduduk Kampung Salam.

  Penyakit menular terkait lingkungan dan perilaku kesehatan merupakan penyebab dan akibat dari kemiskinan dan kebodohan. Ketiganya saling terkait dan saling mempengaruhi. Penanggulangannya tidak cukup melalui intervensi di bidang kesehatan, tetapi harus disertai dengan peningkatan pengetahuan dan pencerahan pendidikan. Upaya ini akan memerlukan waktu yang lama serta dana yang cukup besar. Kesehatan dan pendidikan merupakan unsur penting bagi terciptanya tingkat kesejahteraan penduduk sehingga perlu terus diperjuangkan oleh segenap aparatur pemerintah. Tugas pemerintah dianggap gagal bila tidak dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.

  Berdasarkan temuan ini disarankan supaya pemerintah setempat, melalui PusKesMas Mancak, melakukan upaya-upaya berikut:

  1. Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit menular - melakukan surveilans penyakit, penemuan dan pengobatan penderita, serta imunisasi. Petugas jangan hanya pasif duduk di kantor Puskesmas namun pada waktu-waktu tertentu secara rutin aktif terjun ke lapangan ke kampung-kampung guna mencari, menemukan dan mengobati penduduk yang menderita penyakt menular.

  2. Untuk upaya peningkatan sarana sanitasi lingkungan - melaksanakan program sanitasi lingkungan, khususnya program penyehatan perumahan, pengadaan sarana air bersih dan jamban keluarga.

  3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penduduk tentang hidup bersih dan sehat - secara rutin dan terus menerus melakukan penyuluhan kesehatan.

  Kegiatan penyuluhan yang dilakukan perlu memperhatikan budaya dan kondisi lokal yang ada dengan melibatkan segenap potensi dari tokoh masyarakat dan agama yang menjadi panutan masyarakat. Kampung Salam, Desa Angsana, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, merupakan salah satu potret kampung tertinggal di Indonesia. Kita menyadari bahwa walaupun Indonesia sudah merdeka selama 65 tahun namun kondisi kesehatan dan sarana sanitasi lingkungan pendudukya masih banyak yang memperihatinkan. Survei ini diprakarsai oleh penulis sendiri dan terlaksana dengan baik berkat bantuan sukarela dan dukungan tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat Kampung Salam. Ucapan khusus terima kasih disampaikan kepada saudara Humaedi, seorang tokoh pemuda dan agama di Kampung Salam, yang dengan sungguh-sungguh telah mencurahkan tenaga dan fikirannya guna membantu pelaksanaan kegiatan survei ini hingga selesai.