Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil ( K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 - Repository utu

  

ABSTRAK

Ruliana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil (

  K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013. Dibawah bimbingan Firdaus, SKM.,MKM dan Zahari,SKM.,MARS.

  Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan waktu yang penting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan kehamilan Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan antenatal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin. Faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah social ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan professional tenaga kesehatan. Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan antara hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan terhadap kunjungan pertama ibu hamil (K1), porpusive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria peneliti yaitu Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang dilakukan pada bulan Pebruari 2013, data primer dari wawawancara dan data skunder yaitu dari puskesmas, dinas kesehatan dan referensi yang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data secara komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel serta narasi. Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013, Hasil penelitian menunjukkan tidak ada kecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil dengan kunjungan K-1 (ρ value = 0,892), Tidak ada kecenderungan hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,107, Tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,128), Ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Ada kecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Tidak ada kecenderungan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,171). Untuk meningkatkan kunjungan pertama ibu hamil diharapkan pada saat pelaksanaan posyandu selalu diberi penyuluhan pada ibu hamil agar selalu memeriksakan kehamilanya agar dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil.

  Kata Kunci : Ibu Hamil, Kehamilan, Kunjungan K-1.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan pperhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin ( Kemkes, 2010).

  Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah pendarahan, infeksi dan eklamsia. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain adalah anemia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “Empat Terlalu” yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak. Faktor lainnya adalah “Tiga Terlambat” yaitu terlambat mengenal resiko dan komplikasi yang menyebabkan terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kemudian terlambat dalam mencapai sarana kesehatan dan mendapat pelayanan di sarana kesehatan (Saifuddin,2002).

  Kunjungan ibu hamil secara dini dan teratur ke pelayanan antenatal telah terbukti paling efktif menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) akan menurunkan resiko premature atau berat badan lahir antenatal sering terlambat yang disebabkan beberapa factor. Menurut Chanlender (2002) dalam Deswani (2005) faktor tersebut antara lain psikososial (dukungan suami, keluarga, teman atau tetangga, penghasilan, kesulitan datang ke pelayanan antenatal, penerimaan terhadap kehamilan, dukungan profesional dan perilaku beresiko serta pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal), dan demografi ibu hamil (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan).

  Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan waktu yang penting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan Deswani (2003) di Jakarta menunjukkan bahwa ibu hamil yang terlambat melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah wanita dengan pendidikan rendah dan dukungan professional kurang.

  Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan antenatal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin.

  Faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah social ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan professional tenaga kesehatan.

  Angka kematian ibu (AKI) / Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan salah satu indicator kesehatan suatu Negara. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas, 2007) dikutip dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian bayi (AKB) menurun hidup pada tahun 2007. Upaya kesehatan masyarakat mengalami peningkatan capaian, seperti cakupan rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun 2008.

  Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23% pada tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Cakupan K1 selama tahun 2004 sampai 2009 terus mengalami peningkatan dari 88,09% pada tahun 2004 menjadi 94,51% pada tahun 2009 sedangkan cakupan K4 pada tahun 2004 sampai 2008 cenderung meningkat namun pada tahun 2009 sedikit menurun dari 86,04% pada tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009. Dari data diatas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara K1 dan K4. Pada tahun 2004 terjadi selisih antara K1 dan K4 sebesar 11% kemudian tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 6,6% (Kemkes, 2010). Perhatian perlu diberikan pada cakupan kunjungan bayi yang mengalami penurunan, perlu peningkatan mobilisasi ibu hamil untuk bersalin dan upaya peningkatan kualitas Posyandu menjadi Posyandu Mandiri (Kemkes, 2010).

  Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010 cakupan K1 adalah yaitu 103.436 (91,7%) dan cakupan K4 adalah 94.347 (83,06%) dari 113.584 bumil, ( Dinkes Aceh, 2010). Dari data tersebut Untuk Provinsi Aceh telihat belum tercapai target nasional yaitu Untuk K1 95% dan K4 yaitu 90%. Berdasarkan Riskesdas 2007 ibu memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan di Aceh sebesar 72,0% sementara indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90%. Cakupan kunjungan K4 pada tahun 2009 menurut Profil Kesehatan Aceh tahun 2010 sebesar 77,82%. Pemeriksaan kadar haemoglobin baru mencapai 38,5% jenis pemeriksaan tertinggi pada ante natal care adalah pemeriksaan Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya kunjungan K1 sebesar 82,75% pada tahun 2010 dan 91,7% pada tahun 2011. Untuk Puskesmas Beutong 86,80% pada tahun 2010 dan 74,10% pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 12,70% pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2012).

  Berdasarkan wawancara awal kepada beberapa ibu hamil pada umumnya mereka melakukan pemeriksaan tertunda atau tidak melakukan pemeriksaan sama sekali karena menganggap tidak ada keluhan selama ini sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan, selain itu ada ibu – ibu tidak tahu akan pentingnya pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama. Pengalaman pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama hamil tidak menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya tidak menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.

  Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan pembuktian melalui penelitian tentang kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya tahun 2012, terjadi penurunan kunjungan K1 pada Puskesmas Beutong sebesar 12,70%. Data kunjungan K1 tahun 2010 sebesar 82,75% dan 91,7% pada tahun 2011. Pernyataan ibu hamil pada survey pendahuluan, umumnya mereka melakukan pemeriksaan tertunda atau tidak melakukan pemeriksaan sama sekali karena menganggap tidak ada keluhan selama ini sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama. Pengalaman pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama hamil tidak menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya tidak menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1.Tujuan umum

  Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1.3.2.Tujuan khusus

  1.4.2.1. Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1.4.2.2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1..2.3.3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1.4.2.4 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1.4.2.6 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan bumil dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

  1.4.2.5 Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan

  Beutong tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

  1.5.1. Manfaat teoritis

  1.5.1.1 Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk dapat mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat.

  1.5.1.2 Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan kesehatan khususnya yang menyangkut dengan mutu pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

  1.5.2.Manfaat aplikatif

  1.5.2.1 Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah serta dapat membandingkan tiori-tiori yang telah dipelajari dengan kenyataan dilapangan.

  1.5.1.2 Sebagai bahan masukan atau informasi bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak.

  1.5.1.3 Sebagai bahan bacaan pada perpustakaan yang dimanfaatkan oleh mahasiswa, khususnya fakultas kesehatan masyarakat dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang masalah ini.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Ante Natal Care (ANC)

2.1.1 Pengertian ante natal care (ANC)

  Kunjungan pertama atau pemeriksaan dini kehamilan adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali atau kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes R.I, 1995). Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan bagi dokter untuk mengenali faktor resiko ibu dan janin (Arief Mansjoer, 2001).

  Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.

  Pemeriksaan dini kehamilan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan antenatal, dianjurkan pada kehamilan dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku (Manuaba, 1996).

2.1.2 Tujuan ante natal care (ANC)

  Menurut Manuaba (1996), tujuan pemeriksaan dini kehamilan adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intra uterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, nifas dan laktasi serta mempunyai pengetahuan tentang bayi. Sedangkan menurut Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan.

  Hasil akhir kehamilan yang diharapkan adalah kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Tujuan perawatan antenatal lebih dari itu, bukan hanya kelangsungan hidup tetapi juga kualitas hidup yang baik.

  Umur kehamilan seorang ibu turut menentukan kunjunganya ke pelayanan kesehatan. Di mana hal ini sesuai dengan alasan mereka yang terkait dengan budaya masyarakat setempat yang masih banyak melakukan persalinan dengan bantuan dukun. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini, 2005).

  Faktor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trisemester I adalah sosio-demografi, psikososial dan personal ( Chandler, 2002 dalam Deswani, 2004)

  Menurut May seperti dikutip Deswani (2005) Kunjungan pertama ke kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecacatan dan abortus, pada periode ini juga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pada ibu hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan.

  Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah : Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan , persalinan dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin dan menurunkan angka morbiditas ibu dan anak serta memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari- hari dan keluarga berencana , tentang kehamilan , persalinan , nifas dan laktasi (mochtar 1995).

2.1.3. Jadwal pemeriksaan kehamilan

  World Health Organitation (WHO) menganjurkan pemeriksaan antenatal

  minimal 4 kali dengan 2 kali pada trisemester ketiga ( rumus 1-1: 2-1 ; 3-2 ). Ingat 4 kali adalah yang minimal, berarti bahwa tambah sering pemeriksaan antenatal dilakukan tambah baik. Jadwal yang ideal adalah sekali sebelum sampai kehamilan 28 minggu, Dua minggu sekali sampai kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sampai melahirkan.

  Jadwal pemeriksaan kahamilan adalah sebagai berikut adalah Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah dini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan, Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan, Periksa sesudah kehamilan 9 bulan dan Periksa khusus bila ada keluhan – keluhan ( Mokhtar, 1995).

  Setiap kehamilan dan persalinan mengandung resiko, namun derajat bahaya atau resikonya berbeda-beda untuk ibu dan anak. Yang dimaksud dengan resiko adalah kemungkinan seorang wanita mengalami kesakitan/ kamatian akibat kehamilan dan persalinan , wanita dengan resiko tinggi lebih mungkin mengalami kesakitan / kematian akibat kehamilan dan persalinan.

  Resiko untuk Ibu hamil adalah Resiko Rendah adalah : Usia diatas 20 tahun, tidak ada gejala-gejala hipertensi dan tidak ada kelainan/penyakit, Resiko sedang adalah : Riwayat obstetri kurang baik : abortus berulang, lahir mati, keadaan kurang gizi dan tinggi badan kurang dari 145 cm, preeklamsi ringan, kelainan letak : lintang, sumsang, penambahan berat badan kurang : kurang 6 kg,

  

febris , kehamilan kembar, dan resiko tinggi adalah Riwayat obtetrik buruk

  (kelahiran mati berulang, prematurias berulang, pendarahan post pastum), Anemia berat, Pre eklamsi berat, Bekas bedah Ceasar, pendarahan ante pastum, penyakit berat : penyakit jantung, diabetes, ginjal, hepatitis, hidrosetalus,

  hidramnion .

  Faktor-faktor pada ibu hamil meliputi : umur yaitu terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun dan terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun, Paritas ( jumlah persalinan yang pernah dialami ibu) yaitu Poritas O (primigravida, belum pernah melahirkan) dan Poritas > 4, Interval yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurannya 2 tahun, tinggi badan yaitu kurang dari 145 cm, lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm dan kelainan bentuk tubuh yaitu kelainan tulang

2.1.4. Pelayanan kunjungan ibu hamil K-1 dan K-4

  Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandingan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil pada masa kehamilan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil yang datang pertama kali, dilakukan penilaian keadaan umum, status gizi, dan tanda vital (Arief Mansjoer dkk, 2001).

  Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 adalah cakupan pelayanan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimister pertama kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Dinkes Aceh, 2011).

  Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. oleh karena itu, setiap wanita memerlukan empat kali kunjungan selama priode antenatal.

  Kunjungan pertama ke pelayanan antenatal trisemester I merupakan waktu yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini juga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pada ibu hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani (2004).

  Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan bagi dokter untuk mengenali faktor resiko ibu dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada Ibu diberi tahutentang kehamilannya perencanaan tempat bersalin juga perawatan bayi dan menyusui, informasi yang dapat diberikan seperti: a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal

  b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.

  c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.

  d. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.

  e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaanya.

  Suami pun perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil (Arief Mansjoer.dkk, 2001).

  Pada kehamilan pada trisemester I umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin muntah, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 0,7 – 1,4 kg (Mellyna, 2006).

  Pada trisemester II kehamilan telah terbentuk organ tubuh, ari – ari sudah sempurna, sudah mulai bisa mendengar suara dari luar, pada kehamilan pada trisemester II umunya nafsu makan ibu pulih kembali, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 6,7 – 7,4 kg.

  Pada trisemester III kehamilan janin mulai menghisap jari, struktur tubuh mulai sempurna dan kuat tidak ada kerutan di wajah hilang. Pada kehamilan pada trisemester I umunya nafsu makan sangat baik, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 12,7 – 13,4 kg.

  Berikut informasi dan pentingnya kunjungan antenatal.

  

TABEL 2.1

  

INFORMASI DAN PENTINGNYA KUNJUNGAN ANTENATAL

Kunjungan Waktu Informasi Penting

  Trisemester I Sebelum Membangun hubungan saling percaya antara petugas minggu ke kesehatan dan ibu hamil

  14 Mendekteksi masalah dan menanganinya Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi Mendorong perilaku yang sehat ( gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya)

  Trisemester Sebelum Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan khusus

  II minggu ke mengenati preeklampsia

  28 Trisemester Sebelum Sama seperti di atas ditambah palpalasi abdominal

  III minggu ke untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda 28 - 36 Trisemester Sebelum Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi

  III minggu ke yang tidak normal, atau kondisi lain yang 36 memerlukan kelahiran di Rumah Sakit

  Sumber : Saifuddin, 2002

  Indikator K-1 mewujudkan akses pada kesehatan ibu hamil kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia estándar minimal yang ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah 1 kali pada trimester 1 dan 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Stándar ini terpenuhi dan bermakna terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Dinkes Aceh, 2011).

  Kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai estándar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pelayanan yang dianjurkan pada trimester ketiga sebanyak 2 kali (Dinkes Aceh, 2011). Pelayanan kunjungan ibu hamil K-4 yang diberikan mencakup minimal (Dinkes Aceh, 2011):

  1. Timbang badan dan ukur tinggi badan

  2. Ukur tekanan darah

  3. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toxoid

  4. Pengukuran tinggi pundus uteri

  5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)

  6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling

  7. Test laboratorium sederhana (Hb, protein urine dan atau berdasarkan indikasi (Hbsag, sifilis, HIV, malaria, TBC).

  Hasil pelayanan antenatal cakupan pelayanan K-1 dan K-4 pada tahun 2009 78,0% dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 83,1% peningakatan ini menunjukkan bahwa kelompok sasaran mudah untuk mendapatkan pelayanan dengan ketersedian sarana dan tenaga kesehatan yang memadai, mulai dari pelayanan pada bidan desa sampai ke pelayanan puskesmas dan jaringannya. puskesmas dan jaringannya akan di rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu rumah sakit. Walaupun terjadi peningkatan yang bermakna terhadap kunjungan K-4 secara Provinsi namun belum mencapai target yang ditetapkan 90% (Dinkes Aceh, 2011).

2.1.5. Kehamilan dan perubahan fisik ibu hamil

  Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi: Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu, kehamilan terimester kedua : 14-28 minggu dan kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu (Arief Mansjoer dkk, 2001).

  Menurut suririnah (2004) terjadi Perubahan pada tubuh ibu hamil di trimester pertama ( 0 – 12 minggu) kehamilan yaitu:

  1. Pembesaran Payudara Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan terjadi peningkatan hormone kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara. Anda mungkin akan merasa BH atau bra anda terasa sesak dan tak nyaman lagi, sebaiknya anda mempersiapkan bra baru yang sesuai dengan ukuran baru ini untuk memberi kenyamanan dan dapat menyokong payudara anda. Tapi jangan buang yang lama, anda dapat menyimpannya karena payudara akan kembali ke ukuran sebelum anda hamil setelah anda berhenti menyusui nanti. Dalam 3 bulan pertama ini, anda gelap, dan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara anda (Suririnah, 2004).

  2. Sering buang air kecil Anda akan merasa lebih sering ingin buang air kecil, ini karena adanya pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing anda dan perubahan hormonal Ingat jangan mengurangi pemasukan cairan / minum anda untuk mengatasi problem ini karena anda butuh cairan lebih pada saat hamil ini. Dan tetap jaga kebersihan anda (Suririnah, 2004).

  3. Konstipasi Anda mungkin akan merasa kesulitan untuk buang air besar, hal ini karena peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, juga Tablet Zat Besi (iron) yang diberikan oleh dokter biasanya memyebabkan masalah konstipasi ini selain itu zat besi tablet akan menyebabkan warna feses anda kehitaman, jangan kuatir. Atasilah dengan banyak minum air, makanan yang berserat tinggi (sayuran dan buahan) serta olahraga (Suririnah, 2004).

  4. Morning sickness /mual muntah Laporan menunjukkan bahwa separuh dari wanita hamil mengalami mual dan mulai pada bulan ke dua. Mual terhadap makanan tertentu, bahkan hanya karena mencium bau makanan tertentu saja. Hal ini karena adanya peningkatan hormonal. Atasilah dengan makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya membuat anda mual. Anda tak perlu kuatir hanya sedikit saja meningkat berat badannya dan ini tidak mempengaruhi perkembangan bayi anda. Dan jangan kuatir biasanya keluhan mual-muntah akan menghilang pada akhir trimester pertama. Hubungi dokter anda bila mual-muntah menjadi sangat hebat, sehingga anda tidak dapat makan atau minum apapun juga dan dapat menimbulkan kekurangan cairan/dehidrasi. (Hiperemesis gravidarum) (Suririnah, 2004).

  5. Merasa lelah Anda akan merasa lelah, hal ini karena tubuh anda bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan ini. Juga peningkatan hormonal dapat mempengaruhi pola tidur anda. Carilah waktu untuk beristirahat sedapat mungkin (Suririnah, 2004).

  6. Sakit kepala Anda mungkin akan merasa sakit kepala yang lebih sering daripada biasa, hal ini mungkin karena rasa mual, kelelahan, lapar, tekanan darah rendah, dan dapat juga karena perasaan tegang atau bahkan depresi. Atasilah dengan beristirahat, dan makanan dengan makan sedikit tapi sering biasanya dapat menolong, relaks. Bila sakit kepala semakin terasa berat secepatnya hubungi dokter anda. (pada kehamilan lanjut sakit kepala dapat menjadi tanda pre- eklampsia , yang biasanya disertai dengan peningkatan tekanan darah dan kaki- tangan bengkak) (Suririnah, 2004).

  7. Pusing Merasa pusing sering pada awal kehamilan hal ini karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga sewaktu anda berubah posisi dari untuk beradaptasi. Bila rasa pusing tetap timbul ketika anda sedang duduk, ini biasanya karena menurunnya level gula darah anda. Makanlah sedikit- sedikit tapi sering. Bila anda sering merasa seperti ingin pingsan periksalah ke dokter anda kemungkinan anda anemia (Suririnah, 2004).

  8. Kram Perut Pada trimester awal ini, anda mungkin mengalami kram perut atau kram seperti menstruasi atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul sebentar dan tidak menetap. Hal ini sering terjadi dan kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligament merenggang untuk menyokong rahim. Yang harus diingat apabila kram perut yang timbul disertai perdarahan vagina, hubungi dokter anda segera, karena kedua tanda ini berhubungan dengan keguguran (Suririnah, 2004).

  9. Meludah Jangan merasa malu bila anda merasa air ludah anda menjadi agak berlebih, hal ini biasa terjadi pada kehamilan biasanya pada ibu hamil yang mengalami morning sickness. Ini biasanya timbul pada trimester pertama tapi jarang terjadi (Suririnah, 2004).

  10. Emosional Pada trimester awal kehamilan ini juga terjadi mempengaruhi emosional menjadi tak stabil, hal ini karena adanya perubahan hormon dan juga rasa tanggung jawab baru sebagai seorang calon ibu. Atasi : cobalah untuk mencari waktu untuk diri anda sendiri, bicarakanlah perasaan anda kepada orang terdekat atau dokter anda. Dan untungnya, Tubuh pada akhirnya secara bertahap dapat beradaptasi terhadap perubahan hormonal ini sehingga membuat hidup lebih indah buat anda.

  11. Peningkatan berat badan Pada akhir trimester pertama ini anda akan kesulitan untuk memasang kancing rok/celana panjang anda. Hal ini bukan berarti adanya peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim anda berkembang dan memerlukan ruang dan ini semua karena pengaruh dari hormone estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormone progesterone yang menyebabkan tubuh menahan air. Memasuki trimester teakhir ini anda akan mulai mengunjungi dokter anda 2 minggu sekali, sibuk mencari nama untuk si kecil, dan kurang waktu tidur karena perut yang makin membesar (Suririnah, 2004).

  Menurut Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tanda pasti kehamilan adalah :

  1. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin

  2. Pada auscultasi terdengar bunyi jantung janin

  3. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin

  4. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin (tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.

2.2 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pertama Ibu hamil.

  Pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan antenatal merupakan tugas pertumbuhan dan perkembangan keluarga yaitu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit atau hamil (Reeder Martin dan mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu, predisposing (umur, preparitas , jarak kehamilan, pendidikan, pengetahuan dan sikap), enabling (pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan dan jarak tempuh ke pelayanan kesehatan) dan need (riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu dan rencana pengobatan). Faktor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trimester I adalah sosio-demogrsfi, psykososial dan personal.

  Tembok tebal antara tenaga medis dan proses kehamilan dan persalinan yang sehat disusun oleh berbagai faktor yang saling terkait mulai dari tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, kondisi geografis dan transportasi. ekonomi menjadi biang keladi penyebab kematian ibu melahirkan di samping factor tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan akan kesehatan serta layanannya. Simak lagi data dari WHO tahun 2002. Pada wanita yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi, maka sebanyak 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan. Kondisi ini sangat timpang pada wanita dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu hanya 21,3 persen.

  Kondisi geografis yang sulit ditempuh dan masalah transportasi menjadi salah satu penyebab terlambatnya ibu mendapat pertolongan. Menurut data BPS tahun 2002 menyebutkan bahwa Jakarta, sebagai kota metropolitan, memegang rekor tertinggi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, yaitu sebesar 96 persen. Angka terendah oleh Sulawesi Tenggara yaitu 35 persen. Di daerah dengan kondisi geografis dan transportasi yang sulit, meski sudah ditangani oleh kondisi tersebut akan memperlambat ibu melahirkan mencapai fasilitas kesehatan. Point yang menentukan berhasil tidaknya upaya penyelamatan nyawa ibu. Tak hanya kondisi geografis, budaya yang berlaku di masyarakat setempat cukup membuat tenaga terlatih sulit melakukan fungsinya. Alih-alih memilih bidan, ada sebagian golongan masyarakat memilih dukun bayi sebagai penolong kelahiran.

  Meski ditempatkan bidan, tapi masyarakatnya tidak mau meminta pertolongan. (Syahlan, 1996).

2.2.1. Dukungan Profesional

  Dukungan profesional petugas kesehatan terhadap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal berupa pemberian motivasi dan perilaku yang simpatik khususnya pada kelompok ibu enggan pendidikan rendah dan penghasilan keluarga yang rendah ( Murray, 2001 dalam Deswani, 2004).

  Menurut pendapat Redder dalam Martini (2005) yang menyatakan bahwa perilaku yang kurang simpatik petugas kesehatan adalah bentuk dukungan yang kurang profesional berupa pelayanan yang tergesa – gesa, pelayanan tidak maksimal, dan komunikasi yang kurang.

  Pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan budaya masyarakat setempat. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan ( Martini, 2004).

  Dukungan social merupakan penyebab terjadinya keterlambatan ibu untuk melakukan kunjungan kepelayanan antenatal, alasan penundaan melakukan kunjungan kepelayanan antenatal adalah sulitnya menetukan waktu kunjungan

2.2.2. Pendidikan

  Keluarga yang berpendidikan tinggi akan dapat tanggap terhadap perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya. Mereka yang berpendidikan tinggi akan segera mencari mencari bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan keluarga. Berpendidikan rendah pada umumnya menerima dengan pasrah bila gangguan kesehatan menimpa diri dan anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatannya sudah berat, kondisi tingkat pendidikan menentukan tingkat partisipasinya didalam turut serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat (Syahlan,1996).

  Masih menurut Syahlan, tingkat kesuburan yang tinggi mencerminkan kehidupan wanita yang tidak punya pilihan atau mampu menentukan nasibnya sendiri, keadaan itu dan juga kematian itu akan dipengaruhi secara dramatis oleh pendidikan.

  Menurut Depkes, (1998), pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya tentang kesehatan.

  Kategori pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional yaitu tingkat dasar yaitu pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, tingat menengah yaitu Sekolah Menengah Atas dan tingkat pendidikan tinggi yaitu Akademi dan Perguruan Tinggi ( Diknas, 2004)

2.2.3 Paritas

  Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi ( lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas , lebih tinggi kematian meternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kematian pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Depkes,1995).

  Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami atau anak yang dilahirkan hidup atau mati oleh ibu. Paritas dapat digolongkan menjadi (tiga) yaitu pri nipara golongan ibu dengan paritas O, multipara yaitu golongan ibu paritas 1 – 5 , dan grandemultipara yaitu golongan ibu dengan paritas lebih dari 5 begitu juga dengan bayi yang dilahirkan dengan berat badan < 2.500 gr. (Manuba, IBG, 1998).

  Grandemultipara, yaitu ibu dari jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 (enam) kali lebih banyak terdapat. Resiko kematian maternal dari golongan ini adalah 8 (delapan) kali lebih tinggi dari lainnya (Mochtar, R, 1998).

  Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (> dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan KB (Mochtar, R, 1998).

  Paritas berkaitan dengan keterlambatan kunjungan K1 sebagaimana pendapat Deswani (2003) dimana erat kaitan dengan masalah personal yaitu pada kehamilan pertama sang ibu tidak ada masalah pada kehamilan pertama walupun tidak mendapatkan pelayanan antenatal dan merasa sehat sehingga hal ini kurang menimbulkan perhatian pada masalah kehamilan berikutnya.

  2.2.4. Pengetahuan

  Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan ibu hamil dalam menjaga kehamilannya. Dengan adanya pengetahuan yang cukup pada ibu hamil diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap perawatan kehamilan agar tidak terjadi adanya kelainan dalam kehamilan sehingga nantinya akan memudahkan ibu dalam persalinan.

  Menurut Depkes ( 1991) dalam Deswani ( 2003) salah satu faktor yang menghambat kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal adalah pengetahuan, karena ketidak tahuan akan pentinganya pemerawatan kehamilan dan gejala 0 gejala pada kehamilan membuat ibu tidak memeriksakan kehamilan, karena semua kelainan dianggapa lumrah jika seseorang sedang hamil. Demikian juga pendapat yang dikemukakan oleh Wibowo (1992) dalam Deswani ( 2003) faktor yang mempengaruhi ibu mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu ialah satunya adalah pengetahuan.

  2.2.5. Umur Kehamilan

  Umur kehamilan seorang ibu turut menentukan kunjunganya ke pelayanan kesehatan. Di mana hal ini sesuai dengan alasan mereka yang terkait dengan budaya masyarakat setempat yang masih banyak melakukan persalinan dengan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini, 2004)

  Factor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trisemester I adalah sosio-demografi, psikososial dan personal ( Chandler, 2002 dalam Deswani, 2004)

  Kunjungan pertama ke pelayanan natenatal trisemester I merupakan waktu yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini jiga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pad ibi hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani (2004).

2.2.6. Pekerjaan.

  Jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat pengahasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan penghasilan yang rendah, akan berdampak pada kurangnya pemamfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan ( Notoatmodjo, 2003).

  Berdasarkan penelitian Deswani (2004) di mana ada hubungan yang signifikan antara ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja terhadap kunjungan

2.3. Kerangka Teoritis

  Deswani, 2003

  • Pengetahuan - Pendidikan - Jarak dengan sarana kesehatan dan Paritas Syahlan,1996
  • Pendidikan - Umur - Sosial Ekonomi - Pelayanan Kesehatan - Lingkungan Chandler 2002
  •   Wibawo, 2002 umur, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan suami keterlambatan pemeriksaan waktu unutk berkunjung ke pelayanan kesehatan sedang ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktunya untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan.

      Berdasarkan teori yang telah dibahas maka kerangka teoritis mengacu Syahlan (1996), Deswani (2003), Chandler (2002), Marini, (2004) dan Wibowo (2002) adalah :

    • Dukungan suami, keluarga, tetangga
    • penghasilan
    • >umur ibu
    • pendidikan ibu
    • pekerjaan
    • umur kehamilan

      Gambar 1 Marini, 2004

    2.4 Kerangka Konsep

      Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal oleh ibu menurut Syahlan (1996), Deswani (2003), Chandler (2002) dan Wibowo (2002) dapat dipengaruhi oleh yaitu umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan.Untuk lebih jelas kerangka konsepsional dapat dilihat pada skema berikut :

      Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.

      Kerangka Konsep Penelitian Umur kehamilan Pendidikan Paritas

      Kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke Pengetahuan pelayanan antenatal

      Pekerjaan Dukungan petugas kesehatan

    BAB III METODE PENELITIAN

      3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

      Penelitian ini bersifat Analitik dengan design cross sectional dimana penulis ingin mendapatkan hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan yang mempengaruhi kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

      3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

      Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya pada Bulan Februari 2013.

      3.3 Populasi dan Sampel

      3.3.1 Populasi

      Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong sebanyak 43 ibu hamil yang umur kehamilan nya dibawah 3 bulan.

      3.3.2 Sampel

      Sampel dalam penelitian ini adalah porpusive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria peneliti yaitu Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan maka diambil sampel minimum yaitu pengambilan sampel dengan teknik accidental sampel yaitu mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia artinya setiap ada yang datang di puskesmas dijadikan sampel.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

      3.4.1 Data primer

      Data diperoleh melalui teknik wawancara dengan responden menggunakan kuisioner yang telah disusun oleh peneliti tentang umur kehamilan, pendidikan, paritas, dan dukungan petugas kesehatan.

      3.4.2 Data skunder

      Sebagai data pendukung diperoleh dari dokumen yang tersedia Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, dari petugas kesehatan, profil kesehatan Kabupaten Nagan Raya serta dari profil kesehatan Provinsi Aceh dan literatur –literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

    3.5 Definisi Operasional Variabel

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

      No Variabel Keterangan Variabel Indefenden Umur ibu hamil Usia responden pada saat

      1. Definisi

      dilakukan penelitian

      Cara ukur Wawancara

      Alat ukur Kuesioner

      Hasil ukur

      a. Resti

      b. Non Resti Skala ukur

      Ordinal

      Aktivitas pendidikan formal

      2. Pendidikan Definisi

      yang pernah diselesaikan ibu hamil sesuai dengan tingkatan Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

      Wawancara Kuesioner

      4. Pengetahuan Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

      Definisi

      Kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal

      b. Tidak bekerja Ordinal Variabel Dependen 5.

      Kegiatan ibu selain dirumah yang dilakukan sebagai aktivitas sehari – hari dalam usaha memperoleh upah atau gaji. Wawancara Kuesioner a. Bekerja

      5 Pekerjaan Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

      b. Kurang Ordinal

      Pemahaman ibu terhadap kehamilan yang mencakup pengertian kehamilan, pemeriksaan kehamilan dan intensitas pemeriksaan kehamilan Wawancara Kuesioner a. Baik

      c. Grande multipara Ordinal

      a. Tinggi

      b. Multipara

      a. Primipara

      Wawancara Kuesioner

      Frekuensi persalinan yang pernah dialami oleh ibu hamil

      3. Paritas Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

      c. dasar Ordinal

      b. Menegah

      Kunjungan Ibu hamil ketenaga kesehatan untuk memeriksa keadaan kesehatan ibu dan janin pada kunjungan pertama Alat Ukur Formulir hasil pencatatan Hasil Ukur

      a. Terlambat

      b. Tidak terlambat Skala Ukur Ordinal