BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 15084331142 BAB 2 ARAHAN PERENC PEMB CK
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
BAB II
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
2.1.
Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
Pemerintah melalui Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum untuk
mengimbangi kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana permukiman telah melakukan beberapa
upaya untuk menyediakan infrastruktur permukiman yang aman dan nyaman bagi masyarakat di
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan kehidupan yang berkuallitas. Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan
karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus
menggerakkan sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan
melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya Kabupaten Samosir
dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy.
Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, Kabupaten
Samosir sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat
diperlukan.
Secara umum tantangan eksternal yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah: (i)
Pertumbuhan ekonomi yang masih jauh di bawah 7%; (ii) Jumlah pengangguran 9,5 juta jiwa dan
setengah pengangguran 31 juta; (iii) 16% jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan; (iv) Pelaksanaan
prinsip Good Governance yang masih lemah; (iv) Pelaksanaan pembangunan yang belum secara
konsisten mengacu pada rencana tata ruang; (v) Terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana, padahal
kebutuhan terus meningkat.
Di samping hal tersebut di atas, terdapat berbagai permasalahan internal pembangunan, antara
lain: (i) pertumbuhan kota yang tidak terkendali meluas sampai pada kawasan pertanian produktif dan
kawasan lindung (urban sprawl); (ii) Masih dijumpai permukiman kumuh (sekitar 47 ribu ha) yang
memerlukan peningkatan kualitas lingkungan; (iii) Pelayanan PDAM sebagai penyedia air bersih sebagian
besar (90%) tidak sehat, dengan sistem air bersih terbangun melayani 40% penduduk perkotaan dan di
perdesaan (9%); (iv) Pelayanan sistem pengolahan air limbah terpusat hanya pada (11) kota; (v) Sarana
lingkungan hijau/open space yang kurang diperhatikan; (vi) Prasarana dan sarana hidran kebakaran yang
juga kurang diperhatikan; (vii) Kesenjangan infrastruktur PU antar wilayah, antara perdesaan dan
perkotaan; (viii) Kesenjangan antara kawasan Barat dengan kawasan Timur Sumatera, dan antara
infrastruktur Jawa Selatan dengan Utara; (ix) Disparitas ekonomi ditunjukkan pula kontribusi kawasan
telah berkembang (Jawa-Sumatera) pada Ekonomi Nasional 81%. Berbagai Program yang digariskan
untuk mendukung kebijakan pembangunan bidang keciptakaryaan, antara lain: (i) Penyelenggaraan
Pembangunan Infrastruktur PU dalam mewujudkan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan; (ii)
Bab II
Page 12
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Peningkatan Penyehatan Lingkungan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan; (iii)
Peningkatan mobilitas dan akses prasarana jalan dan jembatan dalam rangka menggerakkan ekonomi
perdesaan dan perkotaan yang terintegrasi dalam keseimbangan pengembangan wilayah; (iv)
Peningkatan Pelayanan infrastruktur perdesaan, kawasan agropolitan, kawasan perbatasan, pulau-pulau
kecil, dan daerah tertinggal; (v) Peningkatan produktivitas fungsi kawasan perkotaan dan revitalisasi
kawasan bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya yang menurun kualitasnya; (vi) Pembinaan
bangunan gedung dalam rangka memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan: (vii)
Maeningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan
infrastruktur PU (Capacity Building): (viii) Mewujudkan kebijakan dan tata laksana yang efektif, organisasi
yang efisien, SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance; (ix) Penanggulangan
dampak konflik sosial dan bencana bersama dengan daerah dalam rangka tanggap darurat.
Berdasarkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20152019 di Bidang Cipta Karya, Pemerintah harus menciptakan layanan akses (universal acess) minum
hingga 100% di seluruh wilayah Indonesia, kemudian nol persen untuk permukiman kumuh, dan 100
persen untuk akses sanitasi layak (atau yang lebih dikenal dengan program 100-0-100). Tantangan
terberat di bidang infrastruktur pemukiman menurut Imam, adalah memberikan akses air minum 100%,
lalu mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk
masyarakat Indonesia pada 2019 atau di akhir RPJMN ke-3 tahun 2015-2019 yang disebut dengan Key
Performance Indicator 100-0-100 yang sekaligus merupakan visi Cipta Karya untuk mewujudkan
pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Kementerian PU pada tahun 2015 tetap akan mengembangkan berbagai program pengembangan
jaringan infrastruktur transportasi, konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air, serta pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama dalam mendukung
pembangunan pertanian.Seluruh program di berbagai sektor dalam bidang kecipta karyaan tersebut
dtujukan untuk mengurangi proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak
serta meningkatkan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak menjadi 100 persen.
Dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Samosir menghadapi berbagai isu strategis
yang mendesak untuk ditangani yaitu pembangunan infrastruktur masih minim, terjadinya degradasi
lingkungan, rendahnya daya saing SDM, belum optimalnya pelayanan publik, masih tingginya angka
kemiskinan, pariwisata belum menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, terjadinya berbagai bencana alam
nasional, banjir, krisis ekonomi nasional serta minimnya dana APBD Kabupaten Samosir.
2.2.
Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
2.2.1.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (UU Nomor 17 Tahun
2007)
Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan satu cita-cita tersebut diperlukan suatu
rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit mengenai pencapaian dari tujuan bernegara
tersebut. Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Bab II
Page 13
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan
pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari
generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan
masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan
yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025.
Maksud dan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,
selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak tahun2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,masyarakat, dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku
pembangunan bersifat sinergis, koordinatif.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan dari
pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun
mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali
berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan
mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.
Oleh karenanya rencana pembangunan jangka panjang nasional yang dituangkan dalam bentuk
visi, misi dan arah pembangunan nasional adalah produk dari semua elemen bangsa, masyarakat,
pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. RPJP Daerah
harus disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional sesuai karakteristik dan potensi daerah.
Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Daerah. Arah, tahapan, dan prioritas
Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–2025.
Bab II
Page 14
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju,
mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan
makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan
adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran
pokok sebagai berikut.
A.
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral
berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan
masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan
berorientasi iptek;
2. Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya peradaban, harkat, dan
martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri dan kepribadian bangsa.
B.
Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan
sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga
pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negaranegara berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5
persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen;
2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan dalam pembangunan.
Secara umum peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG),
serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang;
3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis
aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi berkualitas.
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan masyarakat yang berahklak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia,
bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi
perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim
kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara
positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
Kepentingan Nasional. Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
Bab II
Page 15
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial
budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.
Arahan konsep perencanaan Bidang Cipta Karya pada RPJPN 2005-2025 adalah Terpenuhi
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat
yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. RPJPD Kabupaten Samosir Tahun 20052025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 20 tahun sebagai
landasan dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menetapkan dan menyusun RPJM Daerah yang
memuat visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Samosir setiap lima tahun sekali yang
mengacu pada RPJP Provinsi. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang RPJPD
Kabupaten Samosir Tahun 2005–2025 bahwa visi kabuptaen Samosir adalah Samosir menjadi daerah
tujuan wisata Internasional tahun 2025. Untuk mewujudkan visi tersebut beberapa prioritas pembangunan
harus dilaksanakan yaitu Reformasi Birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan
budaya, ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan infrastruktur, pelestarian
lingkungan, pembangunan perdesaan, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana,
penanaman modal, pengembangan ekonomi kreatif dan pembinanan pemuda dan olah raga.
Pembangunan Kabupaten Samosir merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan
Provinsi Sumatera Utara yang akan dikembangkan sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah yang
dimiliki. Dalam meningkatkan pemerataan pembangunan di Kabupaten Samosir dan percepatan
pengentasan kemiskinan, akan dilaksanakan melalui program pemberdayaan masyarakat, khususnya
desa tertinggal sehingga akan mengurangi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Dalam
mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Samosir, maka arah kebijakan pembangunan jangka
panjang yang ditetapkan adalah:
1.
Mewujudkan masyarakat yang sehat, berilmu, berbudaya, beriman, sejahtera dan sadar wisata;
2.
Mewujudkan pembangunan terpadu dan menyeluruh, merata dan berkeadilan sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah yang mantap dengan tetap berpedoman pada fungsi pelestarian lingkungan;
3.
Menciptakan rasa aman dan damai dengan melakukan perlindungan kepada masyarakat maupun
kepada para wisatawan.
Arah kebijakan pembangunan sebagaimana dijelaskan di atas, dikelompokkan dalam lima dimensi
pembangunan Kabupaten Samosir sebagai berikut:
1.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan;
2.
Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan;
3.
Pembangunan Industri Pariwisata yang berbasis lingkungan;
4.
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan;
5.
Pembangunan Infrastruktur.
Bab II
Page 16
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi
dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi
pembangunan
nasional,
kebijakan
umum,
program
kementerian/lembaga
dan
lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja, berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif selama 5 tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan RPJMN
tahap ke-3 dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan merupakan
kelanjutan dari RPJMN periode sebelumnya (RPJMN 2010-2014). Arah kebijakan RPJMN 2015-2019
Bidang Cipta karya adalah Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan:
1.
Memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan;
2.
Mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik);
3.
Menjamin ketahanan air, pangan, dan energi untuk mendukung ketahanan nasional;
4.
Mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan;
5.
Meningkatkan kontribusi kerjasama pemerintah swasta dalam pembangunan infrastruktur;
6.
Mengintegrasikan isu lintas bidang infrastruktur.
Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya
ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah terpenuhi
terlebih dahulu; Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur adalah:
Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 100% akses
kepada sumber-sumber air bersih;
Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung
oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota
tanpa permukiman kumuh;
Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang;
Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;
Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan
pengembangan sumber daya air;
Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
Konsep RPJMN Tahun 2015-2019
Sasaran Umum: Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum Indikator
pencapaian:
Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi
0%;
Bab II
Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100%;
Page 17
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100%.
Perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Samosir dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), yaitu
RPJMD Tahap I (2005-2010), RPJMD Tahap II (2011-2015), RPJMD Tahap III (2016-2020), RPJMD
Tahap IV (2021-2025). Berlandaskan pelaksanaan atas pencapaian dan keberlanjutan RPJMD II, maka
RPJMD III (2016-2020) diprioritaskan untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan daerah melalui
pengembangan dan percepatan pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang
pemerintahan. Pembangunan akan di arahkan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
daerah sesuai potensi yang dikelola berdasarkan nilai-nilai agama, moral dan kearifan lokal, secara
berkelanjutan serta pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab.
Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada percepatan pembangunan
infrastruktur wilayah dengan pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi,
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota
di setiap wilayah kecamatan sesuai dengan RTRW Kabupaten Samosir. Dalam tahap ini, tingkat
kemantapan infrastruktur di Kabupaten Samosir diharapkan sudah dalam kategori baik.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah
setidaknya butuh anggaran sekitar Rp.5.519 triliun. Pembiayaan tidak semua dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), perlu dukungan pembiayaan dari swasta termasuk dari Luar Negeri.
2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya
pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok
masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan;
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang;
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan
melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian PU telah menyiapkan berbagai program bidang kecipta karyaan untuk mendukung
konsep perencanaan jangka panjang pemerintah dalam pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui
konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI). Kementerian
Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama
terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP,
Bab II
Page 18
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Pamsimas, Sanimas, dan sebagainya), serta Program Pro Rakyat. Dukungan tersebut di antaranya
melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), pemenuhan kebutuhan hunian layak yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung dan didukung sistem pembiayaan perumahan
jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.
Pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami
kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah
program, pertama,
penanggulangan
kemiskinan
eksisting
Klaster
I,
berupa
bantuan
dan
jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,
transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses
berusaha dan kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal.
Permasalahan Pembangunan Kemiskinan:
1.
Perencanaan dan/atau pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan belum optimal:
Ketidaktepatan sasaran, ketidakpaduan lokasi dan waktu, dan koordinasi antar program/
kegiatan maupun program/kegiatan pemerintah pusat dan daerah yang belum selaras;
Program-program pro-rakyat Klaster-4 belum terlaksana secara sistematis dan terstruktur;
Penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terisolir/terpencil, daerah perbatasan masih
belum efektif;
Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah belum optimal;
Pemekaran wilayah yang terus menerus menyulitkan dalam perencanaan dan penganggaran.
2.
Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: disable, lansia, berpenyakit kronis, nonktp, dan kelompok rentan lainnya,
3.
Kebijakan makro yang kurang optimal dalam mendukung upaya penanggulangan Kemiskinan
4.
Sebagian masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka, termasuk yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan ibu dan anak.
Direktorat Jenderal Cipta Karya (CK), Kementerian PU telah menyiapkan berbagai program bidang
kecipta karyaan untuk mendukung konsep perencanaan jangka panjang pemerintah dalam
pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI). Dukungan tersebut di antaranya melalui pembangunan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), pemenuhan kebutuhan hunian layak yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung dan didukung sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Seluruh program di berbagai sektor dalam bidang keciptakaryaan
tersebut dtujukan untuk mengurangi proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman
Bab II
Page 19
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
tidak layak serta meningkatkan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak menjadi 100
persen.
Untuk
memberikan
dukungan
terhadap
program
pemberantasan
kemiskinan
yang
terintegrasi melalui MP3KI, Bidang Cipta Karya akan mengembangkan program-program bidang kecipta
karyaan di daerah-daerah rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum dan sanitasi rendah, serta
permukiman kumuh, daerah kritis dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan dan
perdesaan dengan pembangunan SPAM untuk kawasan MBR, kawasan kumuh dan nelayan, termasuk
daerah kering dan rawan air, SPAM di ibu kota kecamatan, daerah terpencil, kawasan perbatasan, serta
program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di seluruh desa di
Indonesia. Untuk sektor pengembangan permukiman, akan mengembangkan program-program untuk
mendukung pembangunan infrastruktur perdesaan, rumah susun sederhana sewa, dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh layak huni yang didukung program penyehatan lingkungan dan penataan
lingkungan berbasis komunitas.
Pentingnya menetapkan program-program untuk penajaman bidang cipta karya pada tahun 2015
yang menjadi tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,
sehingga pihaknya akan memberikan perhatian pada pembangunan di daerah-daerah Kawasan Strategi
Nasional (KSN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai kebijakan tata ruang nasional.
2.2.4 Kawasan Ekonomi Khusus
Menurut UU Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan daya saing internasional. KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai
model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata,
dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa,
industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi,
pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara
lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang
kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri. Kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak
berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota
dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya
Bab II
Page 20
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta
mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
2.2.5 Direktif Presiden (Inpres Nomor 3 Tahun 2010)
Dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan, Presiden RI
mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program
pembangunan berkeadilan yang meliputi:
1.
Program pro rakyat
Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
2.
Keadilan untuk semua
Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a. Program keadilan bagi anak;
b. Program keadilan bagi perempuan;
c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;
e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.
3.
Program Pencapaian Tujuan Pembangunan Milinium (MDGs)
Untuk Program Tujuan Pembangunan Milenium memfokuskan pada:
a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua,
c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Program penurunan angka kematian anak;
e. Program kesehatan ibu;
f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program
air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam
pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan
sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
Bab II
Page 21
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
2.3.
Amanat Peraturan Perundangan Pembangunan Terkait Bidang PU/CK
2.3.1. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat,
Pemerintah
Provinsi,
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:
a.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional
dan provinsi;
b.
Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten;
c.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan
kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman;
d.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten;
e.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten;
f.
Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
g.
Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;
h.
Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman berpedoman pada kebijakan nasional;
i.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman;
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:
a.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota;
b.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten;
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten;
d.
Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
Bab II
Page 22
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
e.
Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi
MBR;
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten;
g.
Memfasilitasi kerja sama pada tingkat Kabupaten/Kota antara pemerintah kabupaten dan badan
hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,
h.
Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten;
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat
kabupaten.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat. UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
Bidang Cipta Karya adalah Bidang yang mencoba membangun permukiman layak huni.
Permukiman layak huni ialah permukiman yang baik aspek bangunannya, baik pengelolaan
lingkungannya, baik sanitasinya, baik drainasenya, dan baik ketersediaan air bersihnya.
2.3.2. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung
adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan
administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin
mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan
dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak
lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Disamping itu,
peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi
dalam bangunan gedung (amanat green building);
Bab II
Page 23
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan
b.
peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,
pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi
semua bangunan gedung.
2.3.3. UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya
pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan Usaha Milik Negara dan/atau badan usaha
milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar
dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil
pengujian mikrobiologi. Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum
diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
2.3.4. UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan
UU Nomor 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan
pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat
pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
Bab II
Page 24
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled
landfill ataupun sanitary landfill.
2.3.5. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun ini yang dimaksud dengan:
1.
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama;
2.
Penyelenggaraan rumah susun adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, penguasaan dan
pemanfaatan, pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan, pengendalian, kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu,
berkelanjutan, dan bertanggung jawab;
3.
Satuan rumah susun yang selanjutnya disebut sarusun adalah unit rumah susun yang tujuan
utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai
sarana penghubung ke jalan umum;
4.
Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan;
5.
Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun;
6.
Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang
dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama;
7.
Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
8.
Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus;
9.
Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri;
10. Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan
keuntungan;
11. Sertifikat hak milik sarusun yang selanjutnya disebut SHM sarusun adalah tanda bukti kepemilikan
atas sarusun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah negara, serta
hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah hak pengelolaan;
Bab II
Page 25
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
12. Sertifikat kepemilikan bangunan gedung sarusun yang selanjutnya disebut SKBG sarusun adalah
tanda bukti kepemilikan atas sarusun di atas barang milik negara/daerah berupa tanah atau tanah
wakaf dengan cara sewa.
Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:
a.
menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b.
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta
serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
c.
mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;
d.
mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;
e.
memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat
dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang
layak, terutama bagi MBR;
f.
memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;
g.
menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu; dan
h.
memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan
rumah susun.
Lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi:
a. pembinaan;
b.
perencanaan;
c.
pembangunan;
d.
penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan;
e.
pengelolaan;
f.
peningkatan kualitas;
g.
pengendalian;
h.
kelembagaan;
i.
tugas dan wewenang;
j.
hak dan kewajiban.
2.4.
Amanat Internasional Bidang Cipta Karya
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan
bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam
Bab II
Page 26
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20,
Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan
dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat,
yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi
negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Salah satu pesan
inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian
yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan
pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.
2.4.2. Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan
atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want
yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia
(common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan
memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta
(iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut
termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar
pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development
Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana
pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.4.3. Millenium Development Goals (MDGs)
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium sebagai
bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan millennium (Millenium
Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam
pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen bersama internasional yang bersifat
umum dan global dalam rangka mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat yang salah satunya
Bab II
Page 27
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
adalah menambah pelayanan kemudahan akses air minum dan sanitasi untuk 50% penduduk yang belum
mendapatkan serta berbagai bidang ke Cipta Karyaan lainnya seperti pengembangan pemukiman,
pengelolaan sampah, drainse hingga manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai sasaran yang
termuat dalam MDGs, selain adanya ketersediaan dan kelayakan program serta kegiatan dengan
ketersediaan pendanaan yang tidak sedikit jumlahnya, akan diperlukan berbagai alternatif sumber
pembiayaan yang potensial yang dapat digunakan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan
untuk mendukung pencapaian sasaran yang termuat dalam MDGs.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C
yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah
68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru
mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah
Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk
kumuh mencapai 12,57%. Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian
khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu,
pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman
dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4. Agenda Pembangunan Paska 2015 (Sustainable Development Goal)
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan
kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden
Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari be
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
BAB II
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
2.1.
Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
Pemerintah melalui Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum untuk
mengimbangi kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana permukiman telah melakukan beberapa
upaya untuk menyediakan infrastruktur permukiman yang aman dan nyaman bagi masyarakat di
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan kehidupan yang berkuallitas. Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan
karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus
menggerakkan sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan
melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya Kabupaten Samosir
dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy.
Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, Kabupaten
Samosir sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat
diperlukan.
Secara umum tantangan eksternal yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah: (i)
Pertumbuhan ekonomi yang masih jauh di bawah 7%; (ii) Jumlah pengangguran 9,5 juta jiwa dan
setengah pengangguran 31 juta; (iii) 16% jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan; (iv) Pelaksanaan
prinsip Good Governance yang masih lemah; (iv) Pelaksanaan pembangunan yang belum secara
konsisten mengacu pada rencana tata ruang; (v) Terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana, padahal
kebutuhan terus meningkat.
Di samping hal tersebut di atas, terdapat berbagai permasalahan internal pembangunan, antara
lain: (i) pertumbuhan kota yang tidak terkendali meluas sampai pada kawasan pertanian produktif dan
kawasan lindung (urban sprawl); (ii) Masih dijumpai permukiman kumuh (sekitar 47 ribu ha) yang
memerlukan peningkatan kualitas lingkungan; (iii) Pelayanan PDAM sebagai penyedia air bersih sebagian
besar (90%) tidak sehat, dengan sistem air bersih terbangun melayani 40% penduduk perkotaan dan di
perdesaan (9%); (iv) Pelayanan sistem pengolahan air limbah terpusat hanya pada (11) kota; (v) Sarana
lingkungan hijau/open space yang kurang diperhatikan; (vi) Prasarana dan sarana hidran kebakaran yang
juga kurang diperhatikan; (vii) Kesenjangan infrastruktur PU antar wilayah, antara perdesaan dan
perkotaan; (viii) Kesenjangan antara kawasan Barat dengan kawasan Timur Sumatera, dan antara
infrastruktur Jawa Selatan dengan Utara; (ix) Disparitas ekonomi ditunjukkan pula kontribusi kawasan
telah berkembang (Jawa-Sumatera) pada Ekonomi Nasional 81%. Berbagai Program yang digariskan
untuk mendukung kebijakan pembangunan bidang keciptakaryaan, antara lain: (i) Penyelenggaraan
Pembangunan Infrastruktur PU dalam mewujudkan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan; (ii)
Bab II
Page 12
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Peningkatan Penyehatan Lingkungan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan; (iii)
Peningkatan mobilitas dan akses prasarana jalan dan jembatan dalam rangka menggerakkan ekonomi
perdesaan dan perkotaan yang terintegrasi dalam keseimbangan pengembangan wilayah; (iv)
Peningkatan Pelayanan infrastruktur perdesaan, kawasan agropolitan, kawasan perbatasan, pulau-pulau
kecil, dan daerah tertinggal; (v) Peningkatan produktivitas fungsi kawasan perkotaan dan revitalisasi
kawasan bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya yang menurun kualitasnya; (vi) Pembinaan
bangunan gedung dalam rangka memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan: (vii)
Maeningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan
infrastruktur PU (Capacity Building): (viii) Mewujudkan kebijakan dan tata laksana yang efektif, organisasi
yang efisien, SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance; (ix) Penanggulangan
dampak konflik sosial dan bencana bersama dengan daerah dalam rangka tanggap darurat.
Berdasarkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20152019 di Bidang Cipta Karya, Pemerintah harus menciptakan layanan akses (universal acess) minum
hingga 100% di seluruh wilayah Indonesia, kemudian nol persen untuk permukiman kumuh, dan 100
persen untuk akses sanitasi layak (atau yang lebih dikenal dengan program 100-0-100). Tantangan
terberat di bidang infrastruktur pemukiman menurut Imam, adalah memberikan akses air minum 100%,
lalu mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk
masyarakat Indonesia pada 2019 atau di akhir RPJMN ke-3 tahun 2015-2019 yang disebut dengan Key
Performance Indicator 100-0-100 yang sekaligus merupakan visi Cipta Karya untuk mewujudkan
pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Kementerian PU pada tahun 2015 tetap akan mengembangkan berbagai program pengembangan
jaringan infrastruktur transportasi, konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air, serta pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama dalam mendukung
pembangunan pertanian.Seluruh program di berbagai sektor dalam bidang kecipta karyaan tersebut
dtujukan untuk mengurangi proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak
serta meningkatkan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak menjadi 100 persen.
Dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Samosir menghadapi berbagai isu strategis
yang mendesak untuk ditangani yaitu pembangunan infrastruktur masih minim, terjadinya degradasi
lingkungan, rendahnya daya saing SDM, belum optimalnya pelayanan publik, masih tingginya angka
kemiskinan, pariwisata belum menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, terjadinya berbagai bencana alam
nasional, banjir, krisis ekonomi nasional serta minimnya dana APBD Kabupaten Samosir.
2.2.
Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
2.2.1.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (UU Nomor 17 Tahun
2007)
Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan satu cita-cita tersebut diperlukan suatu
rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit mengenai pencapaian dari tujuan bernegara
tersebut. Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Bab II
Page 13
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan
pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari
generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan
masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan
yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025.
Maksud dan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,
selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak tahun2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,masyarakat, dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku
pembangunan bersifat sinergis, koordinatif.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan dari
pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun
mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali
berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan
mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.
Oleh karenanya rencana pembangunan jangka panjang nasional yang dituangkan dalam bentuk
visi, misi dan arah pembangunan nasional adalah produk dari semua elemen bangsa, masyarakat,
pemerintah, lembaga-lembaga negara, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. RPJP Daerah
harus disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional sesuai karakteristik dan potensi daerah.
Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Daerah. Arah, tahapan, dan prioritas
Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–2025.
Bab II
Page 14
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju,
mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan
makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan
adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran
pokok sebagai berikut.
A.
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral
berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan
masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan
berorientasi iptek;
2. Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya peradaban, harkat, dan
martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri dan kepribadian bangsa.
B.
Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan
sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga
pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negaranegara berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5
persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen;
2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan dalam pembangunan.
Secara umum peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG),
serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang;
3. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis
aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi berkualitas.
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan masyarakat yang berahklak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia,
bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi
perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim
kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara
positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
Kepentingan Nasional. Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
Bab II
Page 15
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang
meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial
budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.
Arahan konsep perencanaan Bidang Cipta Karya pada RPJPN 2005-2025 adalah Terpenuhi
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat
yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. RPJPD Kabupaten Samosir Tahun 20052025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 20 tahun sebagai
landasan dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menetapkan dan menyusun RPJM Daerah yang
memuat visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Samosir setiap lima tahun sekali yang
mengacu pada RPJP Provinsi. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang RPJPD
Kabupaten Samosir Tahun 2005–2025 bahwa visi kabuptaen Samosir adalah Samosir menjadi daerah
tujuan wisata Internasional tahun 2025. Untuk mewujudkan visi tersebut beberapa prioritas pembangunan
harus dilaksanakan yaitu Reformasi Birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan
budaya, ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan infrastruktur, pelestarian
lingkungan, pembangunan perdesaan, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana,
penanaman modal, pengembangan ekonomi kreatif dan pembinanan pemuda dan olah raga.
Pembangunan Kabupaten Samosir merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan
Provinsi Sumatera Utara yang akan dikembangkan sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah yang
dimiliki. Dalam meningkatkan pemerataan pembangunan di Kabupaten Samosir dan percepatan
pengentasan kemiskinan, akan dilaksanakan melalui program pemberdayaan masyarakat, khususnya
desa tertinggal sehingga akan mengurangi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Dalam
mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Samosir, maka arah kebijakan pembangunan jangka
panjang yang ditetapkan adalah:
1.
Mewujudkan masyarakat yang sehat, berilmu, berbudaya, beriman, sejahtera dan sadar wisata;
2.
Mewujudkan pembangunan terpadu dan menyeluruh, merata dan berkeadilan sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah yang mantap dengan tetap berpedoman pada fungsi pelestarian lingkungan;
3.
Menciptakan rasa aman dan damai dengan melakukan perlindungan kepada masyarakat maupun
kepada para wisatawan.
Arah kebijakan pembangunan sebagaimana dijelaskan di atas, dikelompokkan dalam lima dimensi
pembangunan Kabupaten Samosir sebagai berikut:
1.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan;
2.
Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan;
3.
Pembangunan Industri Pariwisata yang berbasis lingkungan;
4.
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan;
5.
Pembangunan Infrastruktur.
Bab II
Page 16
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi
dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi
pembangunan
nasional,
kebijakan
umum,
program
kementerian/lembaga
dan
lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja, berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif selama 5 tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan RPJMN
tahap ke-3 dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan merupakan
kelanjutan dari RPJMN periode sebelumnya (RPJMN 2010-2014). Arah kebijakan RPJMN 2015-2019
Bidang Cipta karya adalah Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan:
1.
Memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan;
2.
Mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik);
3.
Menjamin ketahanan air, pangan, dan energi untuk mendukung ketahanan nasional;
4.
Mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan;
5.
Meningkatkan kontribusi kerjasama pemerintah swasta dalam pembangunan infrastruktur;
6.
Mengintegrasikan isu lintas bidang infrastruktur.
Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya
ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air dan listrik) sudah terpenuhi
terlebih dahulu; Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur adalah:
Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 100% akses
kepada sumber-sumber air bersih;
Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung
oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota
tanpa permukiman kumuh;
Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang;
Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;
Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan
pengembangan sumber daya air;
Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
Konsep RPJMN Tahun 2015-2019
Sasaran Umum: Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum Indikator
pencapaian:
Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi
0%;
Bab II
Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100%;
Page 17
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100%.
Perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Samosir dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), yaitu
RPJMD Tahap I (2005-2010), RPJMD Tahap II (2011-2015), RPJMD Tahap III (2016-2020), RPJMD
Tahap IV (2021-2025). Berlandaskan pelaksanaan atas pencapaian dan keberlanjutan RPJMD II, maka
RPJMD III (2016-2020) diprioritaskan untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan daerah melalui
pengembangan dan percepatan pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang
pemerintahan. Pembangunan akan di arahkan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
daerah sesuai potensi yang dikelola berdasarkan nilai-nilai agama, moral dan kearifan lokal, secara
berkelanjutan serta pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab.
Pembangunan infrastruktur pada tahap ini akan diprioritaskan pada percepatan pembangunan
infrastruktur wilayah dengan pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, jaringan irigasi,
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta pembangunan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota
di setiap wilayah kecamatan sesuai dengan RTRW Kabupaten Samosir. Dalam tahap ini, tingkat
kemantapan infrastruktur di Kabupaten Samosir diharapkan sudah dalam kategori baik.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah
setidaknya butuh anggaran sekitar Rp.5.519 triliun. Pembiayaan tidak semua dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), perlu dukungan pembiayaan dari swasta termasuk dari Luar Negeri.
2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya
pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok
masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan;
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang;
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan
melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian PU telah menyiapkan berbagai program bidang kecipta karyaan untuk mendukung
konsep perencanaan jangka panjang pemerintah dalam pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui
konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI). Kementerian
Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama
terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP,
Bab II
Page 18
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Pamsimas, Sanimas, dan sebagainya), serta Program Pro Rakyat. Dukungan tersebut di antaranya
melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), pemenuhan kebutuhan hunian layak yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung dan didukung sistem pembiayaan perumahan
jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.
Pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami
kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah
program, pertama,
penanggulangan
kemiskinan
eksisting
Klaster
I,
berupa
bantuan
dan
jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,
transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses
berusaha dan kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal.
Permasalahan Pembangunan Kemiskinan:
1.
Perencanaan dan/atau pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan belum optimal:
Ketidaktepatan sasaran, ketidakpaduan lokasi dan waktu, dan koordinasi antar program/
kegiatan maupun program/kegiatan pemerintah pusat dan daerah yang belum selaras;
Program-program pro-rakyat Klaster-4 belum terlaksana secara sistematis dan terstruktur;
Penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terisolir/terpencil, daerah perbatasan masih
belum efektif;
Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah belum optimal;
Pemekaran wilayah yang terus menerus menyulitkan dalam perencanaan dan penganggaran.
2.
Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: disable, lansia, berpenyakit kronis, nonktp, dan kelompok rentan lainnya,
3.
Kebijakan makro yang kurang optimal dalam mendukung upaya penanggulangan Kemiskinan
4.
Sebagian masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka, termasuk yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan ibu dan anak.
Direktorat Jenderal Cipta Karya (CK), Kementerian PU telah menyiapkan berbagai program bidang
kecipta karyaan untuk mendukung konsep perencanaan jangka panjang pemerintah dalam
pemberantasan kemiskinan di Indonesia melalui konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI). Dukungan tersebut di antaranya melalui pembangunan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), pemenuhan kebutuhan hunian layak yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung dan didukung sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Seluruh program di berbagai sektor dalam bidang keciptakaryaan
tersebut dtujukan untuk mengurangi proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman
Bab II
Page 19
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
tidak layak serta meningkatkan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak menjadi 100
persen.
Untuk
memberikan
dukungan
terhadap
program
pemberantasan
kemiskinan
yang
terintegrasi melalui MP3KI, Bidang Cipta Karya akan mengembangkan program-program bidang kecipta
karyaan di daerah-daerah rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum dan sanitasi rendah, serta
permukiman kumuh, daerah kritis dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan dan
perdesaan dengan pembangunan SPAM untuk kawasan MBR, kawasan kumuh dan nelayan, termasuk
daerah kering dan rawan air, SPAM di ibu kota kecamatan, daerah terpencil, kawasan perbatasan, serta
program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di seluruh desa di
Indonesia. Untuk sektor pengembangan permukiman, akan mengembangkan program-program untuk
mendukung pembangunan infrastruktur perdesaan, rumah susun sederhana sewa, dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh layak huni yang didukung program penyehatan lingkungan dan penataan
lingkungan berbasis komunitas.
Pentingnya menetapkan program-program untuk penajaman bidang cipta karya pada tahun 2015
yang menjadi tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,
sehingga pihaknya akan memberikan perhatian pada pembangunan di daerah-daerah Kawasan Strategi
Nasional (KSN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai kebijakan tata ruang nasional.
2.2.4 Kawasan Ekonomi Khusus
Menurut UU Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan daya saing internasional. KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai
model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata,
dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa,
industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi,
pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara
lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang
kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri. Kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak
berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota
dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya
Bab II
Page 20
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta
mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
2.2.5 Direktif Presiden (Inpres Nomor 3 Tahun 2010)
Dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan, Presiden RI
mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program
pembangunan berkeadilan yang meliputi:
1.
Program pro rakyat
Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
2.
Keadilan untuk semua
Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a. Program keadilan bagi anak;
b. Program keadilan bagi perempuan;
c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;
e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.
3.
Program Pencapaian Tujuan Pembangunan Milinium (MDGs)
Untuk Program Tujuan Pembangunan Milenium memfokuskan pada:
a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua,
c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Program penurunan angka kematian anak;
e. Program kesehatan ibu;
f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program
air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam
pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan
sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
Bab II
Page 21
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
2.3.
Amanat Peraturan Perundangan Pembangunan Terkait Bidang PU/CK
2.3.1. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat,
Pemerintah
Provinsi,
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:
a.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional
dan provinsi;
b.
Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten;
c.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan
kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman;
d.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten;
e.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten;
f.
Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
g.
Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;
h.
Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman berpedoman pada kebijakan nasional;
i.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman;
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:
a.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota;
b.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten;
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten;
d.
Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten;
Bab II
Page 22
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
e.
Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi
MBR;
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten;
g.
Memfasilitasi kerja sama pada tingkat Kabupaten/Kota antara pemerintah kabupaten dan badan
hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,
h.
Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten;
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat
kabupaten.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat. UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
Bidang Cipta Karya adalah Bidang yang mencoba membangun permukiman layak huni.
Permukiman layak huni ialah permukiman yang baik aspek bangunannya, baik pengelolaan
lingkungannya, baik sanitasinya, baik drainasenya, dan baik ketersediaan air bersihnya.
2.3.2. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung
adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan
administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin
mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan
dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak
lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Disamping itu,
peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus
mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi
dalam bangunan gedung (amanat green building);
Bab II
Page 23
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan
b.
peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,
pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya
dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang
dikandungnya.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi
semua bangunan gedung.
2.3.3. UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya
pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan Usaha Milik Negara dan/atau badan usaha
milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar
dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil
pengujian mikrobiologi. Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum
diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
2.3.4. UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan
UU Nomor 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan
pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat
pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
Bab II
Page 24
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled
landfill ataupun sanitary landfill.
2.3.5. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun ini yang dimaksud dengan:
1.
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama;
2.
Penyelenggaraan rumah susun adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, penguasaan dan
pemanfaatan, pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan, pengendalian, kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu,
berkelanjutan, dan bertanggung jawab;
3.
Satuan rumah susun yang selanjutnya disebut sarusun adalah unit rumah susun yang tujuan
utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai
sarana penghubung ke jalan umum;
4.
Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan;
5.
Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun;
6.
Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang
dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama;
7.
Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
8.
Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus;
9.
Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri;
10. Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan
keuntungan;
11. Sertifikat hak milik sarusun yang selanjutnya disebut SHM sarusun adalah tanda bukti kepemilikan
atas sarusun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah negara, serta
hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah hak pengelolaan;
Bab II
Page 25
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
12. Sertifikat kepemilikan bangunan gedung sarusun yang selanjutnya disebut SKBG sarusun adalah
tanda bukti kepemilikan atas sarusun di atas barang milik negara/daerah berupa tanah atau tanah
wakaf dengan cara sewa.
Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:
a.
menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b.
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta
serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
c.
mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;
d.
mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;
e.
memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat
dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang
layak, terutama bagi MBR;
f.
memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;
g.
menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu; dan
h.
memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan
rumah susun.
Lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi:
a. pembinaan;
b.
perencanaan;
c.
pembangunan;
d.
penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan;
e.
pengelolaan;
f.
peningkatan kualitas;
g.
pengendalian;
h.
kelembagaan;
i.
tugas dan wewenang;
j.
hak dan kewajiban.
2.4.
Amanat Internasional Bidang Cipta Karya
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan
bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam
Bab II
Page 26
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20,
Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan
dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat,
yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi
negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Salah satu pesan
inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian
yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan
pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.
2.4.2. Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan
atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want
yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia
(common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan
memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan
kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta
(iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut
termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar
pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development
Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana
pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.4.3. Millenium Development Goals (MDGs)
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium sebagai
bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan millennium (Millenium
Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam
pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen bersama internasional yang bersifat
umum dan global dalam rangka mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat yang salah satunya
Bab II
Page 27
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
adalah menambah pelayanan kemudahan akses air minum dan sanitasi untuk 50% penduduk yang belum
mendapatkan serta berbagai bidang ke Cipta Karyaan lainnya seperti pengembangan pemukiman,
pengelolaan sampah, drainse hingga manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai sasaran yang
termuat dalam MDGs, selain adanya ketersediaan dan kelayakan program serta kegiatan dengan
ketersediaan pendanaan yang tidak sedikit jumlahnya, akan diperlukan berbagai alternatif sumber
pembiayaan yang potensial yang dapat digunakan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan
untuk mendukung pencapaian sasaran yang termuat dalam MDGs.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C
yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah
68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru
mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah
Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk
kumuh mencapai 12,57%. Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian
khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu,
pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman
dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4. Agenda Pembangunan Paska 2015 (Sustainable Development Goal)
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan
kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden
Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari be