Kecemasan pasien rawat inap sebuah studi deskriptif di Rumah Sakit Umum Tidar Magelang - USD Repository

  

KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI RUMAH SAKIT UMUM TIDAR

MAGELANG

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  

Christian Imas Hendriyanto

NIM : 979114103

NIRM : 97005121705120102

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  MOTTO & PERSEMBAHAN Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

  ( Amsal 3 : 5 — 6 ) FAITH….

  mak es al l t hi ngs pos s i bl e HOPE…. mak es al l t hi ngs wor k LOVE…. mak es al l t hi ngs beaut i f ul

  

Kupersembahkan kepada :

Bapak & Ibu Sudjianto tercinta

  

Kakak-kakakku tersayang:

  

Mbak Mala & Mbak Yulin

Cornelia Riris Ratrinawati terkasih

  iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 19 Desember 2006 Penulis

  Christian Imas Hendriyanto v

  

ABSTRAK

Christian Imas Hendriyanto : KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP

(SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI RUMAH SAKIT UMUM TIDAR

MAGELANG). YOGYAKARTA, UNIVERSITAS SANATA DHARMA,

2007.

  Menjalani rawat inap di rumah sakit dapat menimbulkan persoalan- persoalan psikologis bagi pasien. Penyakit apapun yang diderita, pasien cenderung memberikan reaksi tertentu terhadap pengalaman rawat inap di rumah sakit. Proses perawatan di rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan.

  Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menggambarkan tingkat kecemasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Tidar, Magelang. Kecemasan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 komponen, yaitu: (1) Psikologis, dan (2) Fisiologis. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Tidar Magelang yang berjumlah 50 orang.

  Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala kecemasan yang disusun oleh peneliti. Uji coba kesahihan aitem dan reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,9476 menunjukkan skala tersebut mempunyai status handal. Data keseluruhan menunjukkan 22 orang (44 %) termasuk kategori tinggi, 23 orang (46 %) termasuk kategori sedang, dan 5 orang (10 %) termasuk kategori rendah. Data dari tiap komponen menunjukkan bahwa kecemasan tertinggi yang dimiliki subjek terdapat pada komponen fisiologis, kemudian komponen psikologis pada urutan kedua. vi

  ABSTRACT

Christian Imas Hendriyanto : ANXIETY OF THE IN-PATIENTS

(A DESCRIPTIVE STUDY ON ANXIOUS IN-PATIENTS OF TIDAR

GENERAL HOSPITAL, MAGELANG). YOGYAKARTA, SANATA DHARMA UNIVERSITY, 2007.

  Enduring hospital medical treatment could make in-patients experiencing psychological problems. No matter what kind of disease that being suffered, in- patients are disposed to show certain reactions when they are being treated at hospital. Besides, the process of hospital medical treatment often ignores psychological aspects that could bring in-patients experiencing psychological problems. One of the psychological problems that often happen is anxiety.

  The aim of this research is to detect and describe the anxiety level of the in-patents whom treated at RSU Tidar, Magelang. In this research, anxiety is divided into two components: (1) psychological, and (2) physiological. The subjects of this research were 50 in-patients of RSU Tidar, Magelang.

  The instrument of data collection was the anxiety scale that arranged by the researcher. The trial test on item validity and reliability research scale then resulted reliability coefficient of 0,9476. It indicated that the scale was reliable. From the total research, there 22 persons (44%) were in category of high, 23 persons (46%) were in medium category, and 5 persons (10%) were in low category. The data of every component showed that the highest anxiety of the subjects was in physiological-anxiety, and then followed by psychological-anxiety in the second raw. vii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah Bapa di surga karena berkat kehendakNya, penulis telah menyelesaikan penulisan skripsi. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Karya ini tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  Yesus Kristus

  1. , “terima kasih atas sgala kekuatan iman yang Kau berikan sehingga aku bisa selalu berserah kepada Mu”.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

  3. Ibu M. L. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas semua bantuan, waktu, kesabaran dan semangat yang ibu berikan pada saya.

  4. Segenap dosen beserta staff non akademik (mas Mudji, mbak Naniek dan mas Gandung). Terima kasih atas segala bantuannya dan kesediannya untuk diganggu setiap saat. Bu Susan, terima kasih atas bimbingannya selama ini.

  5. dr. Fatma Murtiningsih selaku Kepala Sekretariat Rumah Sakit Umum Tidar Magelang, bu Yuliani selaku Kepala Keperawatan, dan pak Sigit dan bu Susi di Sub Bag Diklat yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan skripsi ini. viii

  6. Para kepala bangsal RSU Tidar Magelang, pak Titis, bu Supartini, bu Rohmatin, bu Tutik, dan segenap perawat, terima kasih atas bantuan & kerjasamanya.

  7. Semua pasien rawat inap RSU Tidar Magelang yang telah meluangkan waktu dan kerjasamanya untuk penelitian ini.

  8. Pihak RS DKT Yogyakarta, bu Yuli, bu Endang, bu Endah, bu Titik dan segenap perawat serta pasien rawat inap, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  9. Bapak dan ibu Sudjianto, terima kasih ya atas kata-kata yang menguatkan, sikap yang penuh pengertian dan bijaksana. Hal itu yang selalu menjadi motivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak karena selalu menyelubungi saya dengan doa.

  10. Riris, terima kasih sudah mengukir hari-hariku menjadi indah & sudah menjadi sahabat sekaligus adikku yang paling setia. Motivasi dan doamu selalu menjadi kekuatanku untuk bertahan. Thank’s for everything, You’re the best I’ve ever had .

  11. Mbak Mala, mbak Yulin, mas Sar dan Ronny, terima kasih atas nasihat & pelajaran hidupnya.

  12. Keluarga besar Harinto, Bapak, Ibu, mas Ayok, mbak Rita, dan Mas Anggit (alm.) terima kasih banyak sudah memberi dukungan doa dan dukungannya. Terima kasih juga atas semangat dan perhatian yang besar pada saya. ix

  13. Mas Arip, trima kasih atas semua bantuan dan motivasinya selama ini, banyak pelajaran yang sudah aku dapat termasuk dalam menghadapi hidup. Thank’s for being my brother.

  14. Zella, Wira dan Rory, makasih ya sudah mengisi hari–hari om Ian dengan senyum dan tawa.

  15. Inot, Dhanik “Conpo’o”, Emi&Heru, Ayu, Jrenk, Dheni, Dyas, Donna, Cicik, Derry, Rita, Niken, Rosihan, Titin, Nonik, Mekong, Dea “nDut” & teman-teman angkatan 97 , trims ya udah mau jadi temen sharing, sahabat yang paling setia dalam suka dan duka, sahabat yang paling

  ngertiin aku. Makasih juga atas hari-hari indah yang udah kita lewati di Jogja.

  16. Naka_video_solution (Mas Arip ‘n Kang Yatna), thanx atas sharing ‘n fasilitas nya selama ini.

  17. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak bisa disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah yang maha kaya membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran akan menjadi masukan bagi penulis dan diterima dengan senang hati.

  Yogyakarta, Desember 2006 Penulis x

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………... v ABSTRAK ……………………………………………………………….... vi ABSTRACT ……………………………………………………………….. vii KATA PENGANTAR …………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv

  BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar belakang masalah ……………………………………………. 1 B. Rumusan masalah …………………………………………………. 5 C. Tujuan penelitian .. …………..……………………………………. 5 D. Manfaat penelitian ………………………………………………… 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 7 A. Kecemasan .....……………………………………………………… 7 1. Pengertian kecemasan ………………………………………….. 7 2. Macam kecemasan ……………………………………………. 10 3. Komponen kecemasan ………………………………………….. 11 xi

  4. Reaksi fisiologis kecemasan ……..…………………….…….... 13 5.

  Karakteristik kecemasan ……………….. …………………….. 17 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien rawat inap ………………………………...... 18

  B.

  Pasien rawat inap …………….……………………………….….... 20 1.

  Pengertian pasien rawat inap ……………..…………………… 20 C. Rumah sakit ……………………………………..………………… 20

  1. Pengertian rumah sakit …………………………………..…….. 20 D. Dinamika kecemasan pasien rawat inap …………………….……… 21

  BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………. 25 A. Jenis penelitian …...………………………………………………... 25 B. Subjek penelitian …………….…………………………………….. 26 C. Variabel penelitian ………………………………………………… 26 D. Definisi operasional ……………………..………………………… 26

  1. Komponen Psikologis …………………………………………… 27

  2. Komponen Fisiologis …………………………………………… 27 E. Metode dan alat pengumpulan data ……………………………...… 28 F. Metode pengambilan data …………………………………………. 30

  1. Tahap uji coba …………………………………………………. 30

  2. Tahap penelitian ……………………………………………….. 32 G. Validitas dan reliabilitas …………………………………………… 34

  1. Validitas ………………………………………………………... 34

  2. Reliabilitas ……………………………………………………… 35 xii

  H.

  3. Hasil uji coba ……………………...……………………………. 42

  D. Pembahasan ………………………………………………………… 53

  b. Komponen fisiologis …………………………………………. 48

  a. Komponen psikologis ………………………………………… 46

  2. Data pada setiap komponen kecemasan ...………………………. 46

  1. Tingkat kecemasan ...……………………………………………. 44

  C. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 44

  2. Uji validitas dan reliabilitas …………………………………….. 42

  Analisis data …………………………………………….………….. 35

  1. Uji coba .………………………………………………………… 42

  B. Persiapan Penelitian ………………………………………………… 41

  b. Misi RSU Tidar Magelang …………………………………… 39

  a. Visi RSU Tidar Magelang ……………………………………. 38

  2. Visi dan misi RSU Tidar Magelang ……………………………... 38

  1. Sejarah singkat RSU Tidar Magelang …….……………………... 37

  BAB IV. LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …….…………………………………………………. 37 A. Orientasi Kancah Penelitian ………………………………………… 37

  BAB V. PENUTUP ……………………………………………………. 59 A. Kesimpulan ………………………………………………………… 59 B. Saran ……………………………………………………………….. 60 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 62 xiii

  LAMPIRAN A.

  Skala kecemasan uji coba …………………………….……………. 66

  B. Hasil olah data uji coba skala kecemasan …………………………. 70

  C. Skala kecemasan penelitian …………………...…………………... 82

  D. Hasil olah data penelitian skala kecemasan …..…………………..... 86

  E. Surat penelitian …………………………………………………….. 106 xiv

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1. Nilai/ skor berdasarkan kategori jawaban ………………..….. 29 Tabel 2. Blue print skala kecemasan ………………………………...… 29 Tabel 3. Distribusi aitem skala kecemasan pra uji coba …………………………………………………… 30 Tabel 4. Distribusi nomor aitem uji coba skala kecemasan menurut komponen dan sifat favorable/ unfavorable ……..………..…... 43 Tabel 5. Distribusi aitem penelitan skala kecemasan menurut komponen dan sifat favorable/ unfavorable ………………..……...….……….. 44 Tabel 6. Tingkat kecemasan …………………………….………............ 46 Tabel 7. Komponen psikologis kecemasan .……………….………..….. 47 Tabel 8. Komponen fisiologis kecemasan …………………….…...…… 48 Tabel 9. Kategori tingkat kecemasan pada setiap komponen ..….…..… 49 Tabel 10. Data tingkat kecemasan pada setiap komponen ..….…….….... 49 Tabel 11. Tingkat kecemasan subjek laki-laki …...…………….……….. 51 Tabel 12. Tingkat kecemasan subjek perempuan …………….…..….….. 52 xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia sudah mengenal adanya kecemasan. Dalam

  perkembangan hidupnya, manusia tidak luput dari kecemasan sebab kecemasan dapat timbul akibat dorongan naluri, faktor lingkungan maupun adanya perubahan-perubahan organik (Maramis, 1985). Kecemasan adalah pengalaman manusiawi yang universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan dan penuh kekhawatiran, suatu reaksi antisipatif, serta rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah, karena sumber ancaman atau pikiran tentang sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak terdefinisikan (Greist dan Jeverson dalam Dwita, dkk, 2002).

  Rumah sakit adalah salah satu organisasi kesehatan yang dengan segala fasilitas kesehatannya diharapkan dapat membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai kesembuhan baik fisik, psikis maupun sosial. Menurut Taylor (1995) tujuan perawatan tidak hanya memulihkan kesehatan pasien secara fisik tetapi sedapat mungkin diupayakan menjaga kondisi emosi dan jasmani pasien menjadi nyaman. Namun kemajuan yang pesat dalam teknologi medis belum diiringi dengan kemajuan yang sama pada aspek-aspek kemanusiaan dari perawatan pasien (Prokop, dkk., 1991). Proses perawatan di rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan.

  2 Menjalani rawat inap di rumah sakit dapat menimbulkan persoalan- persoalan psikologis bagi pasien. Penyakit apapun yang diderita, pasien cenderung memberikan reaksi tertentu terhadap pengalaman rawat inap di rumah sakit (McGhie, 1996). Seseorang yang menderita sakit terlebih jika sakit tersebut kronis dan telah berada pada stadium terminal, secara normal akan menimbulkan kecemasan.

  Kecemasan merupakan respon emosional manusia yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, salah satunya ketika seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Abraham dan Shanley (dalam Nuralita dan Hadjam, 2002), menguraikan bahwa kecemasan merupakan salah satu dari sekian banyak reaksi yang sifatnya umum terhadap penyakit dan pengobatan, antisipasi atau pemeriksaan dan penegakan diagnosis. Gejala-gejala penyakit yang dirasakan pasien dapat menimbulkan rasa cemas dan takut pada pasien. Selain itu, prosedur medis yang harus dijalani terkadang sangat kompleks dan membuat pasien menjadi takut dan khawatir.

  Buklew (1980) berpendapat bahwa pada umumnya para ahli membagi gejala kecemasan dalam 2 bentuk : a.

  Gejala psikologis, yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan seperti bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak menentu, dan sebagainya.

  b.

  Gejala fisiologis, yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala fisik terutama pada fungsi sistem saraf. Sebagai contoh, tidak dapat tidur,

  3 jantung berdebar-debar, keluar keringat dingin berlebihan, sering gemetar, perut mual dan sebagainya.

  Kisker (1982) mengemukakan bahwa kecemasan ditandai dengan gejala psikologis dan fisiologis. Gejala utama psikologis ditandai dengan tidak terkontrolnya ketakutan diikuti dengan adanya keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan bakal terjadi, namun tidak tahu apa yang akan terjadi tersebut bahkan juga tidak tahu mengapa hal tersebut terjadi. Sekalipun demikian mereka tetap yakin bahwa mereka dalam bahaya yang besar. Tanda lain yaitu sulitnya untuk berkonsentrasi, tidak bisa mempertahankan pikiran terpusat pada pekerjaan dan kehilangan semua minat dalam kehidupan. Gejala-gejala fisiologis berupa sakit kepala, menarik nafas panjang berkali-kali, kelelahan yang kronis, jantung berdetak keras, pernafasan sulit atau sulit bernafas, tiba-tiba berkeringat, rasa mendesak serta berkali-kali ingin buang air kecil, pencernaan terganggu, denyut nadi cepat dan tekanan darah meningkat.

  Kosa dan Robertson (dalam Nuralita & Hadjam, 2002) menggambarkan kecemasan dalam dua golongan yakni kekhawatiran mengambang atau floating

  

anxiety yakni kecemasan umum yang biasa dialami setiap orang terlepas dari

  penyakit itu sendiri. Kekhawatiran pasien yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, hilangnya kontak sosial dan prosedur rumah sakit lainnya dapat dikatakan sebagai floating anxiety. Kecemasan kedua yakni kecemasan khusus atau specific anxiety merupakan suatu respon psikologis terhadap rasa sakit yang bakal dialami sesuai dengan tingkat keparahan atau ancaman yang ditimbulkan oleh suatu gejala penyakit. Specific anxiety yang dialami pasien disebabkan oleh

  4 keadaan sakit pasien, yaitu gejala-gejala penyakit, tingkat keparahan, pengobatan serta hasil pengobatan tersebut.

  Darmabrata (1985) mengungkapkan bahwa kecemasan dan kegelisahan pasien dalam menghadapi penyakitnya, terhadap tindakan di rumah sakit, dalam beradaptasi dengan situasi rumah sakit, dan kecemasan akibat berbagai macam kehilangan yang menimpa dirinya, merupakan kecemasan yang sering terjadi.

  Keadaan seperti ini dapat mengguncangkan kondisi mental pasien yang kemudian dapat menyebabkan pasien menjadi gelisah, depresi, bersikap curiga, bersikap menentang dan memusuhi terapis serta sikap-sikap lain yang kurang menguntungkan bagi usaha penyembuhan pasien. Hal ini tentu saja menghambat jalannya prosedur terapi sehingga akan mengurangi efektivitas terapi, yang berarti memperlambat kesembuhan. Pasien akan merasa bahwa terapi dan perawatan tidak bermanfaat, akibatnya kepercayaan pasien terhadap terapis berkurang menyebabkan pasien tidak kooperatif sehingga akan mempengaruhi penanganannya. Menurut McGhie (dalam Nurlita dan Hadjam, 2002) keadaan pikiran pasien memainkan peran tertentu terhadap perawatan dan dalam kasus tertentu bahkan mungkin memegang peranan utama.

  Ada beberapa cara untuk menurunkan kecemasan pasien (Salan dalam Hayati, 1997), yaitu dengan memberi rasa aman kepada pasien dengan menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhannya, memberi dorongan dengan sikap yang ramah, mengadakan pendekatan dengan pasien dan menjalin hubungan dengan keluarga. Selain itu perlu mengadakan pendekatan pada pasien untuk menggali latar belakang permasalahan, membantu menganalisa masalah yang

  5 sebenarnya dan mencari jalan keluar yang wajar dan mengatasi masalah. Cara terakhir adalah melaksanakan program terapi dokter.

  Rumah Sakit Umum Tidar Magelang merupakan rumah sakit yang seluruh dananya berasal dari pemerintah. RSU Tidar Magelang memiliki 4 bangsal ekonomi, yaitu bangsal B, bangsal C, bangsal G, dan bangsal F, dimana masing- masing kamar dalam bangsal ekonomi di rumah sakit ini ditempati 2 – 4 pasien.

  Pada keempat bangsal ini tidak terdapat fasilitas hiburan seperti TV, radio/tape maupun fasilitas hiburan lainnya sehingga peneliti merasa tertarik untuk melihat bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit ini.

  B. Rumusan Masalah

  Agar masalah dapat digambarkan dengan efisien dan efektif, maka masalah harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

  Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani rawat inap di RSU Tidar Magelang ?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani rawat inap di RSU Tidar Magelang.

  6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

  Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah kajian-kajian ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi dan kedokteran dalam hubungannya dengan kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

  a) Bagi pihak rumah sakit

  Secara praktis, hasil penelitian deskriptif ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi pihak rumah sakit sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap pasien sehubungan dengan kecemasan yang dialami oleh pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit.

  b) Bagi pasien

  Manfaat praktis bagi pasien dari hasil penelitian ini ialah agar pasien mendapatkan gambaran tentang tingkat kecemasan yang mereka alami sehingga diharapkan pasien lebih tenang dalam menjalani rawat inap di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

  Anxiety berasal dari kata latin anxietas yang kemudian diterjemahkan ke

  dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata cemas atau kecemasan. Anxietas sudah dikenal sejak abad ke-18 SM, dimana diceritakan Gilgamesh pada saat itu mengalami anxietas pertama yang dicatat dalam sejarah saat ia menyadari bahwa dirinya dapat mati (dalam Wirasto, 1999).

  Kecemasan adalah perasaan takut, baik nyata maupun tidak nyata yaitu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam disertai dengan peningkatan reaksi kejiwaan (Calhoun dan Acocella, dalam Listyowati, 2000). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Effendi dan Tjahjono (1999), bahwa kecemasan tidak selalu berdasarkan atas kenyataan, tetapi juga dapat berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak biasanya ini disebabkan oleh ketakutan akan ketidakmampuan diri sendiri.

  Prasadio (1975) juga mendefinisikan kecemasan sebagai pengalaman emosional yang dirasakan seseorang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tak jelas apa yang dirasakan dan tak tahu pasti sebabnya. Kecemasan timbul karena ada ancaman, baik dari luar maupun dari dalam tubuh, terhadap keselamatan hidup individu atau kelompoknya, yang menyebabkan perubahan- perubahan fisiologik tubuh. Secara subjektif kecemasan itu bagi kebanyakan

  8 orang adalah perasaan yang tidak enak, yang perlu secepat-cepatnya dihalaukan. Secara objektif kecemasan itu merupakan suatu pola psikobiologik dengan fungsi pemberitahu (alarm) adanya bahaya, dengan mengakibatkan suatu perencanaan tindakan yang efektif, yaitu suatu usaha penyesuaian diri terhadap trauma psikis, krisis dan konflik. Page (dalam Prasadio,1975) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu bentuk ketakutan yang terus-menerus, dan mempunyai tujuan biologik yakni mengerahkan segala sesuatu dari tubuh untuk tujuan lari atau mempertahankan diri.

  Lazarus (1876) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan gangguan yang kompleks yang disertai dengan perubahan fisiologis. Kecemasan ini juga merupakan pengalaman yang samar-samar yang disertai dengan perasaan tidak berdaya dan tidak menentu, sehingga dirasakan sangat mengganggu.

  Menurut Hall dan Lindzey (1978) kecemasan merupakan kondisi psikologis dimana individu merasa terganggu akibat adanya kondisi yang mengancam meskipun masih bersifat kabur. Kecemasan juga dapat terjadi karena pikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan tentang apa yang terjadi. Rathus (1986, dalam Nawangsari 2001) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Situasi tertentu dapat lebih banyak memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada diri orang lain.

  9 Freud (dalam Calvin, 1958) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah sebuah pengalaman emosional yang menyakitkan yang diproduksi oleh rangsangan organ internal dalam tubuh. Freud sangat berjasa dalam menggali aspek psikologi dari kecemasan (Prasetyo, 1979). Menurutnya dalam konsep dinamik psikologi, kecemasan timbul bila ada penolakan dari energi seksual. Kecemasan adalah transformasi dari libido seksual yang tidak tersalurkan.

  Johnston (1971) mengemukakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap ancaman, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, rasa tidak puas, tidak aman atau sikap bermusuhan dengan orang lain. Dari keadaan yang mencemaskan maka akan timbul reaksi-reaksi kecemasan yang dapat diubah dalam bentuk gangguan- gangguan simtomatis, baik berupa gejala psikologis maupun fisiologis.

  Menurut Priest (1991) kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan timbul karena berbagai alasan serta situasi. Kecemasan dapat menimbulkan perasaan yang tidak enak sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan untuk berbuat sesuatu.

  Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang timbul apabila seseorang mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dan merasa terancam dengan hidupnya. Kecemasan timbul karena ada ancaman baik dari luar maupun dalam tubuh, namun tidak jelas apa yang dirasakan dan tak tahu pasti apa sebabnya.

  10

2. Macam Kecemasan

  Kecemasan (Prasetyo, 1979) dibagi menurut perjalanannya sebagai berikut: a. Kecemasan Akut

  Bersifat mendadak dan cepat hilang, kadang dalam beberapa detik atau menit, tetapi dapat beberapa jam kemudian baru hilang kembali.

  Serangan dapat sekali atau berulang. Penderita tidak dapat menjelaskan faktor penyebab dari serangan tersebut.

  b. Kecemasan Kronik Kecemasan ini biasanya mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala psikologis yang timbul berupa rasa was-was, khawatir, rasa tidak aman, juga timbul gejala somatik berupa sesak nafas, sakit dada, kadang merasa harus menarik nafas dalam karena ada sesuatu yang menekan dadanya, jantung berdebar, mengeluarkan angin dalam perut, sakit kepala, vertigo, tremor, kesemutan tangan dan kaki, bahkan kadang bicaranya gagap. Kecemasan kronik berlangsung dalam jangka waktu lama. Bila dilihat dalam segi jumlah, kecemasan kronik lebih banyak daripada yang akut.

  Kosa dan Robertson (dalam Nuralita dan Hadjam,2002) menggambarkan kecemasan berdasarkan sumbernya dalam dua golongan yakni: a.

  Kekhawatiran mengambang (floating anxiety) yaitu kecemasan umum yang bisa dialami setiap orang, terlepas dari penyakit itu sendiri.

  11 b.

  Kecemasan khusus (spesific anxiety), yaitu suatu respon psikologis terhadap penyakit atau rasa sakit yang bakal dialami sesuai dengan tingkat keparahan atau ancaman ditimbulkan oleh suatu gejala penyakit. Berdasarkan penggolongan tersebut, kekhawatiran pasien yang disebabkan karena perubahan lingkungan, hilangnya kontak sosial dan prosedur rumah sakit lainnya dapat dikatakan sebagai floating anxiety, sedangkan specific anxiety yang dialami pasien disebabkan oleh keadaan sakit pasien, yaitu gejala-gejala penyakit, tingkat keparahan, pengobatan serta hasil pengobatan tersebut.

3. Komponen Kecemasan

  Maker (Calhoun & Acocella, dalam Susan, 1998) menyebutkan bahwa ada tiga komponen yang bekerja saat kecemasan menyerang, yaitu: a. Komponen emosional

  Yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan reaksi perasaan individu seperti gugup, gelisah, dan tegang.

  b. Komponen kognitif Ditunjukkan dengan adanya kekuatiran individu terhadap konsekuensi negatif yang mungkin akan dialami individu tersebut. Jika kekuatiran ini meningkat maka akan mengganggu individu untuk berfikir jernih, memecahkan masalah, dan usaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan.

  12 c. Komponen fisiologis

  Diketahui dari munculnya reaksi-reaksi tubuh tertentu yang sebagian besar merupakan hasil kerja sistem syaraf otonom yang mengontrol berbagai otot dan kelenjar tubuh. Jika individu mengalami kecemasan, maka sistem saraf otonom akan berfungsi dan timbul gejala-gejala fisik seperti keringat dingin, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, nafas menjadi cepat, dan kadang-kadang terjadi gangguan pencernaan.

  Buklew (1980) berpendapat bahwa pada umumnya para ahli membagi gejala kecemasan dalam 2 bentuk: a. Gejala psikologis, yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan seperti bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak menentu, dan sebagainya.

  b. Gejala fisiologis, yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala fisik terutama pada fungsi sistem saraf. Sebagai contoh, tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar keringat dingin berlebihan, sering gemetar, perut mual dan sebagainya.

  Kisker (1982) mengemukakan bahwa kecemasan ditandai dengan gejala psikologis dan fisiologis. Gejala utama psikologis ditandai dengan tidak terkontrolnya ketakutan diikuti dengan adanya keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan bakal terjadi, namun tidak tahu apa yang akan terjadi tersebut bahkan juga tidak tahu mengapa hal tersebut terjadi. Sekalipun demikian mereka tetap yakin bahwa mereka dalam bahaya yang besar. Tanda lain yaitu sulitnya untuk berkonsentrasi, tidak bisa mempertahankan pikiran terpusat pada pekerjaan dan

  13 kehilangan semua minat dalam kehidupan. Gejala-gejala fisiologis berupa sakit kepala, menarik nafas panjang berkali-kali, kelelahan yang kronis, jantung berdetak keras, pernafasan sulit atau sulit bernafas, tiba-tiba berkeringat, rasa mendesak serta berkali-kali ingin buang air kecil, pencernaan terganggu, denyut nadi cepat dan tekanan darah meningkat.

  Walaupun ada perbedaan istilah dalam uraian di atas, yaitu komponen dan gejala kecemasan, namun dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan istilah komponen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen kecemasan meliputi dua hal yaitu psikologis dan fisiologis. Komponen emosi dan kognitif yang disebutkan oleh Maker (Calhoun & Acocella, dalam Susan, 1998) dapat dimasukkan dalam kategori psikologis karena memiliki gejala-gejala yang sama, dimana komponen psikologis berkaitan dengan reaksi perasaan individu yang ditandai dengan perasaan gelisah, bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi, gugup, dan tegang. Sedangkan komponen fisiologis ditandai dengan gejala-gejala fisik seperti tidak dapat tidur, jantung berdebar, keringat dingin berlebihan, kadang- kadang mengalami gangguan pencernaan, perut mual, dan sebagainya.

4. Reaksi Fisiologis Kecemasan

  Menurut Tallis (1991) bilamana seseorang merasa cemas, beberapa hal terjadi dalam diri individu tersebut. Bahan kimia seperti adrenalin dilepaskan ke dalam darah yang mengakibatkan terjadi berbagai perubahan antara lain: denyut jantung meningkat, pernafasan menjadi berat, berkeringat, dan gerakan aliran

  14 darah dari beberapa bagian tubuh tertentu, misalnya dari kulit ke otot-otot (yang membuat orang kelihatan pucat).

  Perubahan ini hanya terjadi dalam upaya mempersiapkan tubuh untuk mengambil tindakan. Emosi rasa cemas dikaitkan dengan ancaman, bilamana seseorang diancam maka ia dapat melakukan satu atau dua hal untuk menanggulangi situasi, misalnya lari atau menghadapi masalah secara langsung.

  Perubahan fisik yang terjadi selama seseorang mengalami rasa cemas adalah perubahan yang mempersiapkan kita untuk lari atau menghadapi masalah secara langsung. Meningkatnya denyut jantung dan pergerakan aliran darah dari daerah kulit akan memasok otot dengan semua bahan kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas nyata. Dengan kata lain, otot-otot tubuh dapat bekerja dengan lebih efisien, dengan peningkatan efisiensi ini bilamana seseorang merasa cemas, ia akan mampu menghadapi masalah dengan lebih berani dan lari lebih cepat tergantung arah tanggapan yang dipilih sehingga dapat mengurangi perasaan cemas yang dialaminya.

  Lebih lanjut, Tallis (1991) mengungkapkan bahwa ada dua ciri kecemasan yakni ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk yang berulang-ulang dan kecenderungan berpikir bahwa keadaan akan semakin memburuk. Kecemasan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dapat bernilai positif jika seseorang melakukan penyesuaian positif untuk mengurangi kecemasannya dan bernilai negatif jika kecemasan itu menjadi kecemasan yang neurotik (Nathan, dkk, dalam Andayani, 1988).

  15 Prasadio (1975) mengemukakan bahwa dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan reaksi sebagai berikut: a.

  Secara sadar menghadapinya dan berusaha meniadakannya atau memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi.

  b.

  Secara tidak sadar, orang dapat menempuh 2 jalan yakni: 1)

  Melakukan mekanisme pembelaan diri, yang kita lihat pada reaksi fobik, reaksi obsesi.

  2) Keadaan menahun dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada organ, sehingga kecemasan menghilang dan diganti keluhan-keluhan pada organ yang mengalami perubahan tadi.

  Freud (dalam Prasetyo, dalam Hayati, 1997) menganggap bahwa anxietas adalah penyebab, bukan suatu produk represi. Freud memberikan interpretasi dari anxietas selain sebagai gejala, juga sebagai gangguan yang berdiri sendiri. Dalam psikoanalitiknya, Freud memandang fungsi dan vitalitas organisme sebagai manifestasi dorongan naluriah.

  Kecenderungan untuk bertindak merupakan semacam kwantum energi yang berasal dari proses biokimiawi dalam organisme hidup yang bertujuan untuk mencapai kenikmatan dan mempertahankan keutuhan organisme. Dalam hal ini terjadi konflik dan saling menghalangi, sehingga timbul keadaan pembendungan energi yang mengakibatkan ketegangan sampai energi yang terbendung itu dapat disalurkan. Keadaan pembendungan inilah yang merupakan dasar dari mekanisme terjadinya apa yang disebut kecemasan (Freud, dalam Prasetyo, dalam Hayati, 1997).

  16 Sarason dan Cowen (dalam White dan Watt, 1981) mengemukakan ciri- ciri orang yang memiliki kecemasan tinggi adalah kurang percaya diri, kurang berani mengambil resiko, serta cenderung menahan diri sendiri.

  Kasschau (1995) menyatakan bahwa kecemasan akan menjadikan panik, gemetar dan sakit kepala. Berbeda dengan takut yang merupakan reaksi nyata akan sesuatu yang tampak, kecemasan merupakan reaksi yang tidak jelas atau adanya suatu imajinasi akan suatu bahaya. Dari keadaan yang mencemaskan maka akan timbul reaksi-reaksi kecemasan yang dapat diubah dalam bentuk gangguan- gangguan simtomatis, baik gejala psikologis maupun fisiologis (Johnston, 1971).

  Kecemasan akan menimbulkan rasa tidak enak sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan untuk berbuat sesuatu (Priest, 1991).

  Kecemasan mempunyai segi yang disadari manusia seperti rasa takut, terkejut, tak berdaya, rasa bersalah, di samping itu kecemasan juga memiliki segi di luar kesadaran manusia yang tidak jelas, seperti orang yang merasa takut dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu (Daradjat, 1996).

  Daradjat (1996) menyebutkan gejala-gejala kecemasan yang bersifat fisik dan mental. Gejala fisik berupa ujung jari yang terasa dingin, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak. Gejala mental antara lain sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup. White dan Watt (1981) mengemukakan tanda-tanda fisik seperti gemetar, pegal-pegal, detak jantung cepat dan nafas memburu.

  17 Costin (1976) berpendapat bahwa keluhan-keluhan dan tanda-tanda kecemasan dapat dilihat dalam gejala somatik, kognitif, motor dan afektif. Gejala somatik berupa detak jantung cepat, keringat berlebihan, ketegangan otot, gangguan pencernaan dan merasa lemah atau letih. Gejala kognitif antara lain sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan, serta kekhawatiran yang samar namun terus-menerus tentang sesuatu yang mengerikan bakal terjadi. Gejala motor berupa kebiasaan-kebiasaan wajah seperti menyeringai dan mengerjapkan mata, gemetar, gelisah dan aktivitas berlebihan sering muncul. Contohnya, kecenderungan merespon terlalu cepat dengan berbicara tanpa pikir panjang. Gejala afektif seperti individu akan mudah tersinggung serta mengalami kesulitan tidur, terkadang suasana hati tersebut dibawa dalam perasaan yang sangat panik sehingga terdorong untuk melarikan diri dari situasi tersebut.

5. Karakteristik Kecemasan

  Menurut Maher (dalam Mischel, 1981), sesuatu dapat disebut kecemasan bila memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Perasaan yang disadari tentang ketakutan dan bahaya tanpa adanya kemampuan untuk mengidentifikasikan ancaman secara objektif.

  b. Adanya pola keterbangkitan fisiologis dan gangguan tubuh termasuk perubahan fisik dan keluhan yang bermacam-macam.