BAB II TINJAUAN PUSTAKA - GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TBC, MOTIVASI KESEMBUHAN PASIEN TBC, KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT ANTI TBC DI AREA KERJA PUSKESMAS KALIBAKUNG TEGAL 2014 - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC)

  1. Definisi

  Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar

  disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara penafasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Notoatmodjo, 2007).

  2. Patogenesis Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi tuberkilosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Price, et al,1995). Namun setelah beberapa hari akan menyebabkan peradangan akibat dari bakteri tersebut yang menyebar ke seluruh organ secara hematogen yang menjadikannya suatu fenomena tersendiri yang dapat menyebabkan tuberkulosis.

  3. Epidemiologi Di Indonesia, penyakit tuberculosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Temuan terdiagnosa TBC paru dengan Basil

  Tahan Asam positif (BTA+) menunjukkan bahwa prevalensi di Indonesia sebesar 8,4% hasil ukura seluruh Indonesia, sedangkan di Jawa Tengah

  4 sendiri sebesar 0,4%. Dengan gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,0% sedangkan Batuk berdarah 2,8% di Jawa Tengah. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah, tidak bekerja. Hal itulah yang menyebabkan banyaknya pengetahuan TBC yang masih kurang serta kurangnya motivasi keinginan untuk sembuh dari pasien. Dari seluruh yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44% diobati dengan obat program. Lima provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68,9%0, di Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%), dan Jawa Tengah (50,4%) (Riskesdas, 2013).

  4. Gejala dan Tanda Untuk mengetahui tentang tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan gejalanya.Seseorang ditetapkan sebaga tersangka penderita tuberkulosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya.

  a. Batuk berdahak lebih dari tiga minggu,

  b. Batuk berdarah,

  c. Sesak napas, dan d. Nyeri dada.

  Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi / meriang, dan penurunan berat badan.

5. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan TB Paru.

  Menurut Depkes RI (2007), faktor

  • – faktor yang mempengaruhi kesembuhan TB paru adalah:

  a. Faktor sarana ditentukan oleh: 1) Pelayanan kesehatan: sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap penyakit TB paru.

  2) Logistik obat: ada tidaknya obat di pelayanan kesehatan dan Pengawas Minum Obat (PMO).

  • – 8 bulan.Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti TBC) (DepKes RI, 2007).

  10 Rifampisin(R) Bakterizid

  15

  15 Etambutol (E) Bakteriostatik

  15

  35 Streptomisin (s) Bakterizid

  25

  10 Pirazinamid (Z) Bakterizid

  10

  5

  b. Faktor pasien ditentukan oleh : 1) Pengetahuan pasien mengenai penyakit TB paru, cara pengobatan, dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat berobat tidak adekuat. 2) Menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi, cukup istirahat, hidup teratur, dan tidak mengkonsumsi alkohol atau merokok. 3) Menjaga kebersihan diri dengan tidak membuang dahak sembarangan dan bila batuk menutup mulut dengan sapu tangan.

  Selama 4 bulan Isoniazid (H) Bakterizid

  Harian (mg/kg BB) Selama 2 bulan 3x seminggu (mg/kg BB)

  Tabel 1 Jenis, SIfat dan Dosis OAT Jenis OAT Sifat OAT Dosis OAT

  Berikut jenis, sifat, dan dosis OAT

  (OAT) dengan metode deriectly observed treatment shortcourse (DOTS).Pengobatan TBC selama 6

  6. Pengobatan / Terapi Pengobatan tuberculosis paru menggunakan obat antituberkulosis

  c. Faktor keluarga dan lingkungan : Faktor keluarga ditentukan oleh dukungan keluarga dan faktor lingkungan ditentukan oleh ventilasi yang tidak baik, lantai rumah yang lembab, dan sirkulasi udara yang buruk sebagai faktor lingkungan yang sering menyebabkan TBC.

  30 Sumber : (DepKes RI, 2007) Paduan OAT di Indonesia WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung

  Disease ) merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu : Tabel 2 Kategori OAT menurut WHO dan IUATLD

  Kategori 1 Kategorri 2 Kategori 3

  2HRZE/4H3R3 HRZES/HRZE/5H3R3E3

  2HRZ/4H3R3

  2HRZE/4HR

  2HRZE/HRZE/5HRE

  2HRZ/4HR

  2HRZE/6HE

  2HRZ/6HE

  Sumber : (DepKes RI : 2007)

  7. Tahapan Pengobatan TBC Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

  a. Pada tahap intensif (awal) Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensinya obat. Pada pengobatan tahap intensif yang diberikan secara tepat, pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negative (konversi) dalam 2 bulan.

  b. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan pasien menjadi jenis obat lebih sedikit.3x dalam seminggu selama 4 bulan.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes RI, 2007).

  8. Hasil Pengobatan Pasien TBC BTA+ (Depkes RI, 2011)

  a. Sembuh Pasien telah melakukan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up) hasilnya negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

  b. Pengobatan Lengkap Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. c. Meninggal Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.

  d. Putus Berobat (Default) Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

  e. Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan f. Pindah (Tansfer out)

  Adalah pasien yng dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan (register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

  g. Keberhasilan Pengobatan (Treatment Succes) Jumlah yang sembuh dan pengobatan lengkap.Digunakan pada pasien dengan BTA+ atau biakan positif.

B. Puskesmas

  1. Definisi Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

  Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan wilayah.(Syafrudin, et al., 2009).

  2. Fungsi Puskesmas a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

  Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

  b. Pusat pembardayaan masyarakat.

  Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan.

  c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

  g. Kesehatan lingkungan

  Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah segala sesuatu yang diketahui; segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefe), takhayul (supersitions), dan penerangan- penerangan yang keliru (Simanullang, 2012). Menurut Niven (2002) dikutip dari penelitian Ngurah (2013) pengetahuan adalah sebagai tingkat penderita

  Masyarakat r. Kesehatan remaja s. Usaha Kesehatan Sekolah t. Dana sehat (JPKM)

  Darurat n. Kesehatan lansia o. Kesehatan Olah raga p. Pembinaan kesehatan tradisional q. Perawatan Kesehatan

  Gawat Darurat l. Pencatatan dan pelaporan m. Penyuluhan dan Unit Gawat

  Penyakit j. Laboratorium sederhana k. Balai Pengobatan dan Unit

  h. Kesehatan mata i. Pencegaran & Pemberantasan

  f. Kesehatan jiwa

  Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

  e. Gizi

  d. Kesehatan gigi dan mulut

  c. Keluarga Berencana (KB)

  b. Kesehatan kerja

  a. Kesehatan Ibu dan Anak

  3. Kegiatan Pokok Puskesmas

C. Pengetahuan

  melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain.

  D. Motivasi

  Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Menurut Siagian (2004) yang dikutip dari penelitian Syasra (2011) motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

  E. Kinerja Pengawas Minum Obat

  Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) yaitu sesuatu yang dicapai; prestasi yang dierlihatkan; kemampuan kerja. Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Minum Obat (PMO) (Depkes RI, 2007).

  1. Persyaratan PMO

  a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.

  b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

  c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

  d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.

  2. Siapa yang bisa jadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekaya, Santarian, Juru Immunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

  3. Tugas seorang PMO

  a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.

  b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur.

  c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.

  d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK). Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari UPK.

  4. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya : a. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.

  b. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

  c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya.

  d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

  e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara taratur,

  f. \kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK. Pemberdayaan masyarakat, berprinsip meningkatkan kontribusi masyarakat dalam penanggulangan TBC, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif berarti semakin banyak keluarga/masyarakat yang berkiprah dalam penanggulangan TBC. Secara kualiatif berarti keluarga/masyarakat bukan hanya memanfaatkan tetapi ikut berkiprah melakukan penyuluhan, ikut menjadi PMO, kader TBC dan sebagainya.

F. Pengelolaan Logistik Obat Anti TBC

  Daftar indikator pembiayaan obat yang dipilih dari Rapid

  Pharaceutical Management Assesment: An Indikator Based Approach

  PAHAO (1995) dalam kutipan Azis (2000) yang sesuai dengan keadaan propinsi Jawa Tengah salah satunya yaitu persentase rata-rata waktu kekosongan obat dari set indikator obat. Persentase rata-rata waktu kekosongan obat dari set indikator obat adalah persenase dalam hari selama 12 bulan (1 tahun) kekosongan obat dari set indikator obat dalan persediaan.

  Cukup diartikan dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan; tidak kurang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Salah satu penanggulangan kasus tuberkulosis di Indonesia yaitu pengelolaan logistik obat anti tuberkulosis (Depkes RI, 2007). Pengelolaan logistik Penanggulangan Tuberkulosis merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi (Depkes RI, 2007).

  Sesuai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) yaitu pas, cocok, serasi, sepadan, seimbang, selaras, semufakat, sama, cocok, sejalan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

10 128 26

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KETERATURAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

3 16 52

PENGARUH PATUH MINUM OBAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN TB PARU BERDASARKAN KONVERSI DI PUSKESMAS KECAMATAN PADEMANGAN JAKARTA

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH PATUH MINUM OBAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN TB PARU BERDASARKAN KONVERSI DI PUSKESMAS KECAMATAN PADEMANGAN JAKARTA

0 0 8

ANALISIS PERAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KESEMBUHAN TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS MEDAN AREA SELATAN KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2014 SKRIPSI

0 2 15

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAK TIMUR SURABAYA PENELITIAN CROSS-SECTIONAL

5 30 118

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMOGIRI 1 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERK

0 1 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS METODE CBIA DAN FGD UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN PURWOKERTO UTARA TENTANG OBAT GENERIK - repository perpustakaan

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA MESSENGGER WHATSAPP DAN LINE UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAHASISWA NON-KESEHATAN TENTANG DAGUSIBU OBAT - repository perpustakaan

0 5 11

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TBC, MOTIVASI KESEMBUHAN PASIEN TBC, KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT ANTI TBC DI AREA KERJA PUSKESMAS KALIBAKUNG TEGAL 2014 SKRIPSI

0 0 16